Anda di halaman 1dari 9

Aspek-aspek Studi Kelayakan

Sampai awal Tahun 2006 masih belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang harus dikaji
dalam sebuah studi kelayakan proyek.Namun dari beberapa literatur terdapat beberapa
kesamaan.
Umumnya penelitian akan mengkaji aspek pasar dan pemasaran, teknis, keuangan, hukum,
ekonomi negara. Tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut,
maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial. Beberapa pengelompokan aspekaspek tersebut dari tiga literatur yang berbeda disajikan di bawah ini :
1. Aspek teknis, institusional-organisasional-manajerial, sosial, komersil, finansial, dan
ekonomi, tetapi cara pengelompokkan yang lain akan sangat berguna juga untuk didiskusikan
(Ripman, 1964 dalam Gitinger, 1986).
2. Aspek Pasar dan Pemasaran, Teknis, Keuangan, Manajerial, Lingkungan, dan Legalitas,
(Suad Husnan dan Suwarsono, M., 2000),
3. Aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya, pasar dan pemasaran, serta aspek produksi,
(Moch. Ichsan, dkk., 2000).
Perbedaan pengelompokan aspek-aspek yang harus dikaji disebabkan oleh apakah sebuah
proyek/ usaha dinilai layak/ tidak layaknya dengan analisis ekonomi atau analisis finansial.
Pengelompokkan aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam studi kelayakan sebuah proyek
dari ketiga literatur tersebut, pada dasarnya memiliki kesamaan tujuan yaitu
memberikan penilaian kelayakan/ ketidaklayakan dari sebuah proyek/ usaha dari berbagai aspek.
Karena itu perbedaan tersebut bukan suatu hal yang perlu diperdebatkan.
Dalam buku ini kita akan mendiskusikan lebih lanjut aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
studi kelayakan usaha/ bisnis peternakan yang difokuskan untuk analisis finansial, dengan
mengadopsi beberapa aspek dari literatur tersebut beserta pengertian dan penjelasannya. Sebuah
usaha peternakan setidaknya harus mempertimbangkan enam aspek untuk setiap tahap (stage)
dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya. Keenam aspek tersebut dalam buku ini
akan dibahas secara terperinci dalam bab-bab selanjutnya. Keenam aspek tersebut adalah :

Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek Zooteknis dan Produksi

Aspek Ekonomi dan Keuangan

Aspek Institusional-organisasional-manajerial
Aspek Lingkungan

Aspek Legalitas
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran atau oleh Gitinger diistilahkan sebagai aspek komersil
merupakan rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input
yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dalam aspek pasar dan pemasaran terdapat dua sudut pandang yaitu sudut pandang output
dan sudut pandang input.
Dari sudut pandang output, analisis pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting untuk
meyakinkan
bahwa terdapat suatu permintaan efektif pada tingkat harga yang
menguntungkan. Aspek pasar dan pemasaran dari sudut pandang output setidaknya mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1.

Kemana produk akan dijual ?

2. Apakah pasar cukup luas untuk dapat menampung produksi baru tanpa mempengaruhi
harga ?
3.

Jika harga menunjukkan indikasi akan terpengaruh, lalu berapa besarnya?

4. Apakah proyek masih dapat terus berjalan pada tingkat harga yang baru?
5.

Berapa besar porsi (share) keseluruhan pasar yang akan dikuasai proyek?

6. Apakah tersedia fasilitas-fasilitas yang cocok untuk menangani produk baru tersebut ?
7. Mungkin harus dimasukkan juga persyaratan untuk pengolahan dalam proyek, atau
diperlukan suatu proyek pemasaran yang terpisah dari proyek pengolahan atau distribusi
(Austin, 1981).
8. Apakah produk yang dihasilkan proyek dimaksudkan untuk konsumsi domestik atau
ekspor ?
9. Apakah proyek menghasilkan kualifikasi atau kualitas yang diminta oleh pasar?
10. Rencana finansial apa yang diperlukan untuk memasarkan output, dan persyaratan
khusus yang bagaimana yang diperlukan dalam proyek untuk membiaya pemasaran?
Dari sudut pandang input, rencana-rencana yang cocok harus dibuat untuk meyakinkan
tersedianya sarana produksi ternak (seperti: pakan ternak, obat-obatan, vitamin, mineral dan
peralatan), ternak (bibit, bakalan, induk, DOC, dan DOD) yang akan diusahakan. Kajian
mengenai aspek pasar dan pemasaran dari sudut pandang input setidaknya harus mampu
menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini :

1. Apakah saluran pasar untuk input tersedia ? dan apakah mempunyai kapasitas yang cukup
untuk menyediakan input tersebut tepat pada waktunya ?
2.

Bagaimana pembiayaan (financing) bagi penyedia (supplier) input?

3. Haruskan saluran baru dibuat oleh proyek atau haruskah rencana-rencana khusus dibuat
dalam menyediakan saluran pemasaran untuk input tersebut?
Aspek Teknis dan Zooteknis
Aspek teknis
Mempertimbangkan aspek teknis dalam menilai usaha dalam bidang peternakan sangatlah
penting, karena aspek-aspek lain dari analisis usaha akan dapat berjalan apabila analisis
secara teknis telah dilakukan. Kerangka kerja rencana usaha harus dibuat dengan jelas agar
aspek teknisnya dapat dianalisis secara tepat.
Aspek teknis dalam studi kelayakan usaha peternakan setidaknya mampu menjawab
beberapa pertanyaan di bawah ini :
1. Apakah studi dan pengujian pendahuluan pernah dilakukan?
2. Apakah skala produksi yang dipilih sudah optimal?
3. Apakah luas produksi ini akan meminimumkan biaya produksi rata-rata, ataukah akan
memaksimumkan laba? Jadi, mempertimbangkan secara simultan faktor permintaan.
4.
Bagaimana fasilitasi untuk ekspansi nantinya? Tentang lokasi, luas tanah, pengaturan
fasilitas produksi, dan sebagainya.
5. Apakah proses produksi yang dipilih sudah tepat? Umumnya terdapat beberapa alternatif
proses produksi untuk menghasilkan produk yang sama. Sebagai misal, semen bisa dibuat
dengan proses basah ataupun proses kering, soda bisa dibuat dengan metode electrolysis atau
metode kimia.
6. Apakah mesin-mesin dan perlengkapan yang dipilih sudah tepat?
Faktor yang
diperhatikan adalah tentang umur ekonomis dan fasilitas pelayanan kalau terjadi kerusakan
mesin-mesin tersebut,
7. Apakah perlengkapan-perlengkapan tambahan dan pekerjaanpekerjan teknis
tambahan telah dilakukan? Faktor-faktor seperti material handling, suplay bahan pembantu,
kontrol kualitas,dan sebagainya perlu diperhatikan pula.

8. Apakah telah disiapkan tentang kemungkinan penanganan terhadap limbah produksi?

9. Apakah tata letak yang diusulkan dari fasilitas fasilitas produksi cukup baik?
10. Bagaimana dengan pemilihan lokasi dan siteproduksi?
11. Apakah skedul kerja telah dibuat dengan cukup realitis?
12. Apakah teknologi yang akan dipergunakan bisa diterima dari pandangan sosial?
Dalam pemilihan teknologi yang akan dipergunakan sebaiknya tidak dipergunakan teknologi
yang sudah usang, atau teknologi yang masih dicoba-coba. Pertama akan mengakibatkan
perusahaan nantinya sulit untuk bersaing, sedangkan yang kedua bisa mengakibatkan kesulitan
dalam perawatan fasilitas.
Aspek Zooteknis
Perencana usaha dalam bidang peternakan dituntut untuk mengetahui dan memahami aspek
zooteknis agar mampu mengkaji rencana usaha dari aspek tersebut, sehingga perencana usaha
dapat memberikan penilaian layak tidaknya sebuah rencana usaha dalam bidang peternakan
dari aspek zooteknis.
Jenis ternak yang dapat diusahakan banyak ragamnya dari mulai ternak ruminansia (seperti :
sapi, kerbau, domba dan kambing), ternak non ruminansia (unggas, kuda dan kelinci).
Masing-masing jenis ternak tersebut membutuhkan kesesuaian lingkungan yang berbeda
untuk tumbuh, reproduksi dan berproduksi secara optimum. Dengan demikian dalam
merencanakan usaha dibidang peternakan harus memperhatikan lokasi/ daerah yang sesuai
dengan tuntutan fisiologis ternak yang akan diusahakan. Sebagai contoh ternak sapi perah akan
berproduksi optimum pada suhu yang relatif dingin, dimana daerah yang relatif dingin berada
pada daerah daerah pegunungan seperti di Lembang, Pangalengan, Ciwidey, Arjasari, Cipanas,
dan daerah-daerah pegunungan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka aspek zooteknis
menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam studi kelayakan usaha/ bisnis peternakan.
Masing-masing jenis ternak memiliki parameter produksi dan reproduksi tersendiri.
Parameter produksi dan reproduksi sapi perah akan berbeda dengan parameter produksi ternak
unggas, sapi potong, kerbau, domba, kambing, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu
pengetahuan tentang parameter-parameter tersebut mutlak diketahui dan di pahami oleh seorang
perencana usaha dalam bidang peternakan. Parameter produksi yang perlu diketahui untuk ternak
yang tergolong ternak ruminansia adalah produksi susu (liter/ekor/hari) khusus untuk sapi perah,
bobot sapih (kg), umur sapih (minggu), umur siap kawin (bulan), bobot badan siap kawin (kg),
dan pertambahan bobot badan (ADG) khusus untuk ternak potong.
Kebutuhan pakan pun untuk setiap jenis ternak yang diusahakan akan berbeda dalam hal jenis
pakan, kandungan nutrisi, dan jumlah yang dibutuhkannya. Kebutuhan pakan dalam satu jenis
ternak yang sama sangat tergantung dari umur ternak, contohnya seperti untuk ayam pedaging
pada umur di bawah 14 hari (strater) membutuhkan kandungan protein yang lebih besar
dibandingkan pada umur fase grower dan finisher.
Kajian aspek zooteknis dalam studi kelayakan harus mampu menjawab pertanyaan- pertanyaan
di bawah ini :

1.

Jenis ternak apa yang akan diusahakan ?

2.

Berapa skala usahanya ?

3. Lingkungan fisik dan lingkungan non fisik bagaimanakah yang cocok dengan jenis ternak
yang akan diusahakan ?
4.

Jenis pakan apa saja yang dibutuhkan, kandungan nutrisi dan jumlah pemberiannya berapa ?

5.

Bagaimana daya dukung lahan terhadap penyediaan pakan hijauan ?

6.

Bagaimanakah parameter produksi dari jenis ternak yang akan diusahakan ?

7.

Bagaimanakah parameter reproduksi dari jenis ternak yang akan diusahakan?

8. Penyakit apa saja yang membahayakan jenis ternak yang akan diusahakan dan bagai mana
cara mencegah dan mengobatinya ?
Aspek Keuangan
Tujuan umum pendirian sebuah usaha adalah untuk menghasilkan benefit dan profit.
Benefit dan profit tersebut merupakan imbalan atas sejumlah dana yang diinvestasikan
dalam sebuah usaha. Dengan demikian, sebuah usaha akan membutuhkan sejumlah uang sebagai
modal yang akan digunakan pada tahap pra operasi, tahap pembangunan dan tahap operasional.
Dana investasi pada tahap pra operasi biasanya dibutuhkan untuk pengurusan izin-izin
usaha, pematangan lahan (land improvement), dan lain-lain. Pada tahap pembangunan dana
investasi diperlukan untuk membiayai bangunan fisik seperti kandang, gudang, jalan, dan
fasilitas-fasilitas lainnya yang diperlukan.
Pada tahap operasional sebuah usaha
membutuhkan sejumlah uang untuk membiayai modal kerja seperti untuk membeli pakan,
peralatan dan perlengkapan, vitamin, obat-obatan, membayar gaji karyawan/ upah pekerja, bunga
modal, dan lain-lain.
Benefit dan profit usaha berasal dari selisih nilai jual produk (susu, telur, ternak, daging,
dll) dengan seluruh biaya yang dikeluarkan pada periode waktu tertentu. Tingkat benefit
dan profit yang dihasilkan dari usaha sangat tergantung dari kemampuan usaha dalam
mengefisienkan biaya usaha. Berdasarkan hal itu, maka pembiayaan usaha harus direncanakan
dengan baik dan cermat dalam bentuk rencana anggaran biaya (RAB).
Aspek keuangan dalam studi kelayakan biasanya mempelajari kebutuhan dana untuk aktiva
tetap, aktiva lancar, modal kerja, sumber pendanaan, dan sumber penerimaan, analisis biaya dan
manfaat, serta arus kas. Biasanya aspek keuangan dalam studi kelayakan didasarkan atas angka
proyeksi seperti proyeksi kebutuhan investasi, proyeksi biaya dan manfaat/ keuntungan, dan
proyeksi arus kas. Semua proyeksi tersebut pada analisi lebih lanjut menjadi dasar bagi
penilaian kelayakan sebuah usaha menurut kriteria investasi (NPV, IRR, dan B/C,) dan menilai
kemampuan usaha dalam membayar seluruh biaya yang harus ditanggung. Disamping itu,
salah satu dari proyeksi tersebut dapat digunakan untuk mengukur rentang waktu yang

dibutuhkan untuk mengembalikan seluruh modal/ investasi yang tanamkan, atau yang lebih
dikenal denganpay back periode (PBP).
Sebagai gambaran (tetapi bukan sesuatu yang absolut), dalam mengkaji aspek keuangan dalam
studi kelayakan stidaknya ada lima faktor yang harus dikaji. Kelima faktor tersebut adalah :
1.

Dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja.

2. Sumber-sumber pembelanjaan yang akan dipergunakan. Seberapa banyak dana yang


berupa modal sendiri dan berapa banyak yang berupa pinjaman jangka pendek, dan berapa
yang jangka panjang.
3. Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi. Termasuk di sini
estimasi tentang break event proyek tersebut.
4. Manfaat dan biaya dalam artian finansial, seperti rate of retrun on investment. net
present value. internal rate of retrun. profitability index,dan payback period.
Estimasi terhadap resiko proyek, resiko dalam artian total, atau kalau mungkin yang hanya
sistematis. Di sini di samping perlu ditaksir rugi/laba proyek tersebut, juga taksiran aliran
kas diperlukan untuk menghitung profitabilitas finansial proyek tersebut.
5. Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan
penggunaan dana.

proyeksi sumber dan

Aspek Institusional-Organisasional-Manajerial
Aspek ini mempelajari badan/ instansi sebagai pelaksana dan bentuk organisasi, serta sistem
pengelolaan untuk usaha yang direncanakan. Dalam studi kelayakan badan/ institusi, bentuk
organisasi dan sistem pengelolaan dari usaha yang direncanakan perlu mendapat pertimbangan,
karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang akan menentukan tingkat keberhasilan
pelaksanaan dari usaha yang direncanakan.
Kajian terhadap aspek ini setidaknya mampu mengungkapkan dan memberi jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1.

Badan/ institusi apa yang akan mampu melaksanakan usaha yang direncanakan

2.

Bagaimana bentuk organisasi yang cocok untuk usaha yang direncanakan

3. Bagaimana sistem manajemen dalam masa pembangunan/ perkembangan proyek. Siapa


pelaksana proyek tersebut? Bagaimana jadwal penyelesaian proyek tersebut? Siapa yang
melakukan studi masing-masing aspek: pemasaran, teknis, dan lain sebagainya?
4. Bagaimana sistem manajemen dalam operasi. Bentuk organisasi/badan usaha yang
dipilih. Struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan spesifikasi jabatan. Anggota direksi dan
tenaga-tenaga kunci. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.
Aspek Lingkungan

Keberadaan usaha peternakan yang baru akan memberi pengaruh terhadap lingkungan baik
positif maupun negatif. Pengaruh positif biasanya terjadi pada lingkungan sosial-ekonomi
karena adanya penyerapan tenaga kerja lokal, pemanfaatan kotoran ternak menjadi kompos atau
dimanfaatkan langsung akan meningkatkan kesuburan tanah. Pengaruh negatif timbul akibat
adanya limbah yang dihasilkan oleh usaha tersebut. Limbah yang dihasilkan umumnya
menjadi sumber polutan bagi air dan udara di lingkungan sekitarnya.
Dalam studi kelayakan kajian terhadap aspek lingkungan tidak mendetil, baru sampai pada tahap
pendugaan dampak usaha terhadap lingkungan. Kajian yang lebih mendetil mengenai
lingkungan dilakukan pada kajian lain yaitu upaya pemantauan lingkungan (UPL) dan upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) yang diperlukan untuk menentukan lokasi usaha
sebelum feasibility study dan kegiatan usaha setelah feasibility study, serta analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL). Kedua kajian tersebut didasarkan atas hasil studi
kelayakan (feasibility study) selesai. Jadi UPL-UKL dan AMDAL dilakukan setelah studi
kelayakan usahanya ada/ selesai.
Variabel-variabel lingkungan akan dibahas pada bab berikutnya dalam buku ini, namun
setidaknya kajian terhadap aspek lingkungan harus mampu mengungkan beberapa
pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana sikap dan persepsi masyarakat setempat (tokoh, pemuka agama, dan aparat
pemerintah) terhadap keberadaan usaha yang direncanakan ?
2.

Berapa orang tenaga kerja setempat yang akan direkrut?

3. Berapa besar limbah cair dan limbah padat yang akan dihasilkan oleh usaha peternakan yang
direncanakan?
4.

Sampai radius berapa meter bau yang ditimbulkan limbah tersebut.

5.

Seberapa jauh limbah tersebut mencemari air ?

6. Bagaimana instalasi pengolahan limbah (IPAL) yang sesuai dan berapa besar
kapasitasnya?
7. Apakah limbah yang telah diproses akan dimanfaatkan dan atau dibuang ke mana limbah
yang telah diproses tersebut ?
8. Apakah limbah padat akan dibuat kompos ? dan apakah ada alternatif teknologi untuk
mengolah limbah tersebut ?
Isu lingkungan yang semakin ramai dan fenomena terusik/ terdesaknya beberapa lokasi
usaha peternakan oleh pemukiman menyebabkan kesinambungan (sustainability) usaha
terancam. Dengan demikian aspek lingkungan merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian
dalam sebuah studi kelayakan usaha peternakan.

Aspek Legalitas
Legalitas sebuah usaha yang direncanakan terkait dengan kebijakan pemerintah dan aspek
hukum. Usaha yang direncanakan tidak boleh bertentangan dengan kebijakan dan hukum yang
berlaku.
Tanpa dukungan legalitas, usaha yang direncanakan dikhawatirkan akan
mendapat hambatan pada tahap implementasi rencana dan keberlanjutan usahanya
terancam berhenti. Selain itu, legalitas usaha yang direncanakan sangat diperlukan apabila akan
berhubungan dengan pihak lain seperti bank, investor, pemerintah, dan pihak-pihak lainnya.
Dengan demikian aspek legalitas dalam studi kelayakan harus menjadi bahan
pertimbangan. Beberapa hal yang harus dikaji dari aspek legalitas ini adalah :
1. Kesesuaian lokasi/ tempat usaha dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) propinsi
atau kabupaten/ kota ?
2.

Kesesuaian lokasi/ tempat usaha dengan Rencana Deil Tata Ruang (RDTR)

3.

Bentuk badan usaha apa yang akan dipergunakan.

4. Jaminan-jaminan apa saja yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang
berupa pinjaman.
5.

Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan, dan sebagainya.

Aspek Sosial dan Ekonomi


Aspek ekonomi dan sosial biasanya dikaji dalam studi kelayakan yang memfokuskan pada
analisis ekonomi.
Umumnya digunakan dalam proyek-proyek yang
direncanakan oleh pemerintah atau proyek-proyek besar. Beberapa hal yang harus dikaji dalam
aspek sosial ekonomi ini adalah :
1.

Pengaruh proyek tersebut terhadap peningkatan penghasilan negara.

2.

Pegaruh proyek tersebut terhadap devisa yang bisa dihemat dan yang bisa diperoleh.

3.

Penambahan kesempatan kerja

4.

Pemerataan kesempatan kerja.

5.

Bagaimana pengaruh proyek tersebut terhadap industri lain?

Sebagai supply bahan bagi industri lain, dan pasar bagi hasil industri lain.
6. Aspek yang bersifat sosial: menjadi semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang
semakin lancar, adanya penerangan listrik, dan lain sebagainya

Aspek sosial ini merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh
masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang disepakati secara bersama. Tetapi manfaat dan
pengorbanan tersebut dirasakan ada.
Sebenarnya kesemua aspek tersebut perlu dipelajari, tetapi tergantung pada besar kecilnya dana
yang tertanam pada investasi/proyek tersebut, maka banyak sedikitnya aspek yang perlu
dipelajari dan kedalaman studi tersebut mungkin berbeda. Untuk proyek-proyek besar, semua
aspek tersebut perlu dipelajari secara mendalam, tetapi untuk proyek-proyek yang kecil mungkin
tidak semua aspek perlu diteliti. Umumnya aspek sosial ekonomi tidak begitu diperhatikan bagi
proyek-proyek kecil

Anda mungkin juga menyukai