Anda di halaman 1dari 7

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN


2.1 Analisis kelayakan usaha
Analisis kelayakan usaha dapat diartikan sebagai suatu alat analisis yang digunakan
untuk menilai kelayakan suatu usaha. Analisis kelayakan usaha dimulai dari sebuah ide
bisnis. Diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui apakah ide bisnis tersebut layak
dilakukan atau tidak. Seseorang yang akan merintis sebuah UKM pasti telah melakukan
analisis kelayakan usaha yang berkaitan dengan bidang usahanya. Analisis kelayakan usaha
yang dilakukan dapat berupa analisis kelayakan usaha sederhana dan kompleks, tergantung
dari besar kecilnya usaha tersebut. Semakin besar usaha yang akan dirintis maka semakin
kompleks analisis kelayakan usaha yang dilakukan.
Analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh wirausahawan yang sedang merintis
suatu usaha berbeda-beda. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh wirausahawan yang
bergerak dalam bidang jasa akan berbeda dengan wirausahawan yang bergerak dalam bidang
produksi barang. Hal tersebut sangat normal sekali karena kemungkinan besar terdapat
perbedaan pada aspek-aspek yang dijadikan pertimbangan dalam analisis kelayakan usaha.
Secara umum aspek yang menjadi objek analisis kelayakan usaha diantaranya adalah (1)
Aspek hukum, (2) Aspek lingkungan, (3) Aspek pasar dan pemasaran, (4) Aspek teknis dan
teknologi, (5) Aspek manajemen dan sumber daya manusia dan (6) Aspek keuangan
(Suliyanto, 2010). Aspek-aspek tersebut terkait antara satu dengan yang lain. Namun
demikian pada UKM yang baru dirintis biasanya hanya memperhatikan sebagian dari aspek
tersebut.
Seperti pada difinisi UKM, wirausahawan yang sedang merintis suatu usaha
melakukan pekerjaannya secara mandiri. Perintisan usaha tersebut biasanya dimulai dari
pemilik usaha yang bersangkutan. Oleh karena itu aspek manajemen dan sumber daya
manusia sering diabaikan karena usaha yang dirintis tersebut belum berkembang dan
membutuhkan banyak tenaga kerja. Selain itu aspek lingkungan juga sering terabaikan karena
UKM memiliki wilayah operasional yang sempit dan terbatas. Demikian juga UKM yang
baru dirintis belum banyak berhubungan dengan pihak luar sehingga aspek hukum juga masih
dipandang belum perlu mendapat perhatian.
Aspek yang sering diperhatikan oleh UKM adalah aspek teknis dan teknologi, aspek
pasar dan pemasaran serta aspek keuangan. Aspek teknis dan teknologi berkaitan dengan
kesiapan UKM dalam menjalankan produksi dalam bisnisnya. Aspek pasar dan pemasaran
berkaitan dengan potensi pasar, keadaan persaingan usaha sejenis, market share, dan strategi
pemasaran produk yang akan dipilih. Sedangkan aspek keuangan berkaitan dengan biaya-
biaya yang timbul (investasi dan modal kerja) dari usaha tersebut serta tingkat pengembalian
investasi dan pendapatan usaha yang dijalankan.
A. Analisis Teknik dan Teknologi
Aspek teknis dan teknologi dipandang perlu diperhatikan untuk mengetahui
apakah secara teknis usaha dapat dijalankan dan teknologi yang diperlukan sudah
tersedia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan usaha dari aspek teknis
dan teknologi antara lain:
 Penentuan lokasi usaha
 Penentuan luas atau skala produksi
 Penentuan alat-alat produksi
 Penentuan teknologi yang digunakan dalam berproduksi
Penentuan lokasi produksi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jenis
usaha yang akan atau sedang dikembangkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan lokasi produksi antara lain: (1) Ketersediaan bahan mentah, (2) Letak pasar
yang dituju, (3) Ketersediaan sumber energi, air dan sarana telekomunikasi, dan (4)
Ketersediaan sarana transportasi.
Luas atau skala produksi masing-masing usaha berbeda satu dengan yang lain.
Luas produksi sangat penting untuk direncanakan agar usaha yang dikembangkan
mencapai tingkat keuntungan yang maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan luas produksi usaha antara lain: (1) Bahan dasar yang digunakan
dalam proses produksi, (2) Produk yang dihasilkan, (3) Besar kecilnya mesin yang
digunakan, dan (4) Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi.
Penentuan alat-alat produksi yang digunakan berkaitan erat dengan keuntungan
dan kerugian jangka panjang. Ketepatan alat produksi akan menunjang keuntungan
jangka panjang karena pemilik usaha dapat mengoptimalkan penggunaan alat tersebut.
Sebaliknya, kesalahan dalam memilih alat-alat produksi akan memaksa pemilik usaha
untuk mengganti alat tersebut. Jika ini terjadi maka pemilik usaha sama saja melakukan
investasi dua kali untuk pekerjaan yang sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih alat-alat produksi antara lain: kesesuaian dengan teknologi, kesesuaian
harga peralatan dengan kemampuan keuangan, kemampuan atau kapasitas produksi
peralatan, ketersediaan suku cadang dan perawatan, kualitas dan umur ekonomis.
Teknologi senantiasa berkembang dari masa ke masa. Meskipun demikian, tidak
selalu teknologi baru cocok diterapkan pada proses produksi usaha yang sedang
dikembangkan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi
dalam melakukan proses produksi antara lain: (1) Kemampuan tenaga kerja dalam
menggunakan teknologi, (2) Kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang digunakan,
(3) Kemungkinan pengembangan teknologi peralatan di masa yang akan datang, dan (4)
Keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain.
B. Analisis pasar
Menjadi seorang pemilik usaha yang sukses tidak hanya dituntut untuk
memproduksi produk yang berkualitas saja, tetapi juga harus mengerti siapa saja yang
akan membeli produk tersebut. Oleh karena itu seorang pemilik usaha yang cerdas akan
membuat rencana pemasaran terlebih dahulu sebelum memproduksi sebuah produk.
Rencana pemasaran dibuat setelah data-data dan informasi tentang pasar diketahui.
Namun sebelum mengolah data-data dan informasi tersebut, seorang pemilik usaha harus
bisa menjawab minimal tiga pertanyaan tentang bisnis yang sedang dirintis. Pertanyaan
pertama adalah dimana posisi kita saat ini?. Maksud pertanyaan ini adalah pengetahuan
pemilik usaha tentang posisi usahanya tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
seorang pemilik usaha harus mengetahui latar belakang perusahaan yang didirikan,
kekuatan dan kelemahan perusahaan, kondisi persaingan usaha dan bagaimana peluang
serta hambatan yang dihadapi.
Banyak sekali latar belakang sebuah usaha didirikan. Latar belakang terebut bisa
berupa mencari keuntungan semata, mencari keuntungan sekaligus berusaha untuk
mandiri sebagai seorang pemilik usaha, atau hanya ingin sekedar coba-coba karena
melihat peluang yang bagus. Setelah latar belakang pendirian usaha ditetapkan, pemilik
usaha harus mampu melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan yang dibangunnya .
Kekuatan dan kelemahan dapat dilihat dari sisi peralatan produksi, keuangan, lokasi,
sumber daya manusia, teknologi yang digunakan dan ketersediaan bahan baku.
Sedangkan peluang dan hambatan diketahui dari pencarian data-data dan informasi
tentang pasar suatu produk. Bisa jadi data-data atau informasi tersebut didapatkan dari
survey pasar, informasi dari pelaku usaha yang sudah terlebih dahulu berdiri, tanya jawab
dengan toko-toko tentang selera masyarakat, dan lain sebagainya.
Pertanyaan kedua adalah kemanakah arah, tujuan dan sasaran pemasaran produk
yang diproduksi? Setelah mengerti peluang dan hambatan dalam suatu usaha, pemilik
usaha harus segera menetapkan sasaran pasarnya. Apakah produk yang dihasilkan
tersebut akan dijual dengan cara langsung ke konsumen (direct selling), dijual dengan
metode konsinyasi (dititipkan) ke toko-toko, atau dengan cara dipesan terlebih dahulu.
Hal ini menjadi cukup penting karena akan berkaitan erat dengan proses produksi yang
akan dilakukan.
Pertanyaan ketiga adalah bagaimana caranya untuk mencapai sasaran tersebut?
Ada berbagai cara yang bisa ditempuh untuk mencapai sasaran usaha yang telah
ditetapkan. Namun cara-cara tersebut pasti memiliki banyak sekali rintangan. Rintangan
yang timbul dapat berasal dari proses produksi, distribusi produk, jaminan kualitas dan
lain-lain. Meskipun memiliki rintangan, pemilik usaha dituntut untuk tetap berjuang
pantang menyerah dan berfikir kreatif serta inovatif untuk menghadapi dan memecahkan
semua bentuk rintangan yang mungkin timbul untuk mencapai sasaran yang akan dituju.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa rencana pemasaran (marketing plan)
adalah suatu proses perencanaan yang harus disiapkan untuk mengetahui posisi
perusahaan, mengetahui sasaran yang akan dicapai dan tindakan-tindakan untuk mencapai
sasaran tersebut. Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam rencana pemasaran,
yaitu:
1. Menganalisa keadaan lingkungan dan peluang pasar
2. Mengembangkan sasaran pemasaran
3. Menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan lingkungan dan
peluang pasar tersebut
4. Menciptakan taktik atau tindakan-tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan
strategi pemasaran yang telah dibuat

C. Aspek keuangan
Aspek keuangan sering juga disebut dengan analisis finansial usaha. Menurut
Sofyan (2003) analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian dan penentuan
satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat
dalam tahapan analisis kelayakan usaha. Kegiatan analisis finansial dapat dikelompokkan
menjadi tiga kegiatan utama, yaitu: (1) Membuat seluruh rekap penerimaan usaha, baik
yang berasal dari kegiatan utama usaha tersebut maupun kegiatan sampingannya, (2)
Membuat seluruh rekap biaya yang dikeluarkan untuk operasional usaha tersebut, dan (3)
Menguji aliran kas masuk yang dihasilkan oleh usaha tersebut, apakah layak atau tidak
layak sesuai dengan kriteria finansial.
Beberapa manfaat analisis finansial usaha antara lain:
 Pemilik usaha: mendapatkan informasi tentang keuntungan usaha dan tingkat
pengembalian usaha terhadap modal yang telah ditanamkan pada usaha tersebut.
 Pemberi pinjaman: mendapatkan informasi tentang kelayakan usaha jika usaha
tersebut dibiayai. Selain itu pemberi pinjaman juga akan mengetahui apakah usaha
tersebut mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan (angsuran pokok dan
bunganya) atau pemenuhan kesepakatan bagi hasil bagi yang menganut sistem
syariah.
 Pemerintah: mengetahui kemampuan usaha tersebut dalam memberikan kontribusi
bagi pendapatan pemerintah. Pemerintah sebagai pemberi ijin usaha
berkepentingan untuk mengabulkan permohonan ijin usaha sesuai dengan
kebijakan yang berlaku.
 Pelaksana usaha: sebagai panduan dalam menjalankan usaha agar dapat sesuai
dengan target dan rencana yang telah disusun.
Kriteria finansial yang digunakan untuk mengetahui sebuah usaha layak
dijalankan atau tidak antara lain: Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). Payback Period (PP) digunakan untuk
menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam suatu usaha kembali. Alternatif
PP yang paling baik adalah yang paling cepat dalam pengembalian modal tersebut.
Terdapat dua asumsi yang digunakan untuk menghitung PP, yaitu jika suatu usaha
memiliki aliran kas yang sama dan jika usaha tersebut tidak memiliki aliran kas yang
sama.
D. Analisis mitra
Banyak perusahaan telah melakukan investasi besar-besaran untuk mengerti siapa
pelanggan mereka sebenarnya dan langkah- langkah apa yang perlu diterapkan untuk
mempengaruhi pelanggan tersebut sehingga mereka tetap setia dan bahkan kontribusi
yang diberikan ke perusahaan semakin bertambah besar. Tetapi untuk meningkatkan
loyalitas pelanggan, perusahaan tidak hanya perlu memperhatikan faktor-faktor seperti
kepuasan dan jumlah pelanggan  yang defect saja, tetapi juga perlu memperhatikan
kelakuan dan kebutuhan pelanggan yang selalu berubah-ubah. Melalui pendekatan ini
diharapkan perusahaan dapat menekan jumlah pelanggan yang defect sampai 30 persen. 
Secara umum, ada tiga jenis kelakuan pelanggan yang mendasar yaitu emotive, inertial,
dan deliberative. Pelanggan emotive biasanya dapat dikatakan fanatik terhadap suatu
produk tertentu. Misalnya penggemar coca cola, walaupun ada produk lain yang serupa
tetapi mereka tetap memilih coca cola. 
Pelanggan inertial biasanya dapat berpindah ke produk lain karena ada faktor-
faktor tertentu yang mempengaruhi misalnya kenaikan harga, pelayanan yang kurang baik
atau perubahan gaya hidup. Contohnya produk utilities dan asuransi jiwa. Sedangkan
untuk jenis pelanggan deliberators, mereka seringkali melakukan evaluasi ulang terhadap
produk yang dibeli berdasarkan faktor harga produk atau kemudahan untuk melakukan
transaksi dengan perusahaan yang bersangkutan. Mereka mengutamakan kenyamanan
dan kualitas produk, misalnya pelanggan lebih suka berbelanja di toko grosir terdekat
yang lengkap dengan toko roti. Atau toko grosir yang lebih jauh tetapi dengan harga yang
lebih murah. Pada intinya, pelanggan akan selalu mengevaluasi keputusan mereka dengan
mempertimbangkan faktorfaktor tertentu. Walaupun profil loyalitas berbeda-beda untuk
setiap perusahaan, tetapi pada umumnya setiap industri memiliki pola kelakuan yang
serupa, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor struktural seperti seberapa sering pembelian
dilakukan, frekuensi dari interaksi seperti service calls; pentingnya pembelian dilihat dari
segi emosional atau finansial, tingkat perbedaan dengan kompetitor dan kemudahan
perpindahan ke produk kompetitor. Dengan dilengkapi dengan profil loyalitas, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa loyalitas itu bukan hanya mencegah pelanggan yang defect
dan mengharapkan kontribusi yang lebih besar dari pelanggan, tetapi lebih
mengutamakan pengertian dan  bagaimana mengelola enam segmen loyalitas. Profil
tersebut juga menekankan strategi yang berbeda-beda yang dibutuhkan untuk menangani
setiap segmen dan langkah yang perlu dilakukan perusahaan untuk menerapkan hal ini.
Ketika dikombinasikan dengan customer value analysis yang standard, profil ini dapat
membantu perusahaan dalam menetapkan prioritas untuk membangun loyalitas
berdasarkan besarnya kesempatan. 
Sebagai contoh, suatu institusi finansial, yang bertujuan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan, melakukan investasi besar-besaran untuk mengurangi service yang
kurang memuaskan dan jumlah account yang tutup. Ternyata diperoleh kesimpulan
bahwa alasan utama hal tersebut terjadi adalah kebutuhan pelanggan yang berubah-ubah.
Selain adanya pengaruh dari harga dan fitur, termasuk juga unsur ketidakpuasan
pelanggan. 
Karena untuk mempengaruhi pelanggan itu tidak mudah, maka langkah pertama yang
dapat dilakukan adalah mengerti kebutuhan pelanggan, antara lain dengan menggunakan
hasil riset pasar yang ada untuk menentukan pentingnya atribut seperti functional benefits
(seberapa baik produk yang ditawarkan dibandingkan dengan alternatif yang ada,
termasuk faktor harga), process benefits (untuk meningkatkan proses yang ada sekarang),
dan relationship benefits (misalnya "preferred" customer memperoleh diskon atau service
khusus). 
Program reward yang terstruktur dengan baik dapat memberikan relationship benefits
bagi pelanggan.Misalnya Hertz, yang memiliki database terpusat untuk menyimpan data
seluruh pelanggan termasuk data pembayaran bagi anggota #1 Club Gold program,
sehingga pelanggan tidak perlu mengisi formulir secara berulang-ulang setiap kalli
mereka ingin menyewa mobil. Kelebihan yang dimiliki Hertz ini terutama dari segi
penghematan waktu. Tentu saja, perusahaan perlu mengkomunikasikan kelebihan terebut
kepada pelanggan karena kadangkala mereka tidak menyadari

2.2 Analisa Industri dan Pesaing


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Sebagai pelaku usaha yang ingin ingin merancanakan atau memulai usaha hendaknya
melakukan analisis kelayakan usaha dan analisis industry serta pesaing agar lebih
mengetahui serta memahami kemana kedepannya suatu usaha akan berjalan dan bagaimana
usaha dapat dilakukan.
Sebagai pembaca yang bijak dengan adanya tulisan ini semoga semakin mengerti
tentang bagaimana pentingnya analisis kelayakan usaha dan analisis industri serta pesaing
dan dapat mengaplikasikan keilmuan yang diperoleh dari makalah ini sehingga dapat
memulai usaha dengan cara yang baik dan benar
Daftar pustaka

Sofyan, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta


Suliyanto, 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Andi. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai