Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

KEGIATAN PENGEBORAN DI LAPANGAN

4.1 Persiapan Pengeboran


4.1.1 Penentuan Lokasi Pengeboran
Penentuan lokasi pengeboran dilakukan melalui hasil penelitian hidrogeologi yang
didukung dengan pengukuran geolistrik yang dikorelasikan dengan peta geologi dan
peta hidrogeologi, serta disesuaikan dengan ukuran dari instalasi pengeboran.
Pengukuran geofisika dalam penelitian ini menggunakan metoda tahanan jenis
(resistivity) (Gambar 4.1). Lokasi pengeboran berada dekat dengan pusat
pemerintahan desa dan kegiatan masyarakat.
Hasil penelitian hidrogeologi menunjukkan bahwa lapisan batuan yang ada di
daerah penelitian didominasi oleh batu lempung dan akuifer diperkirakan ada pada
lapisan batu pasir halus yang berselingan dengan batu lempung. Pengeboran
direncanakan mencapai kedalaman 180 meter di bawah muka tanah (mbmt).

Gambar 4.1 Penampang Geolistrik Tahanan Jenis Daerah Penelitian.

41

4.1.2 Instalasi Mesin Bor


Instalasi mesin bor yang digunakan pada kegiatan pengeboran ini adalah KOKEN
FSW-20T yang dimiliki oleh Pusat Lingkungan Geologi, mesin bor ini bekerja
menggunakan metoda bor putar dengan alat pemutar tipe hydraulic rotary top head.
Instalasi mesin bor ini menyatu dengan mobil truk (truck mounted) dan
menggunakan sistem Power Transmission Oil (PTO) untuk mengalihkan tenaga mesin
dari penggerak mobil truk menjadi penggerak mesin bor. Kapasitas total beban yang
dapat diangkat dan diturunkan oleh mesin bor ini sebesar 6.000-18.000 kilogram.
Instalasi mesin bor ini memiliki berat lebih dari dua puluh ton (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Instalasi Mesin Bor KOKEN FSW-20T.

42

Instalasi mesin bor tersebut dapat melakukan pengeboran hingga mencapai


kedalaman 600 meter. Instalasi mesin bor ini memiliki menara (mast) dengan tinggi
10 meter yang dapat menahan beban rangkaian bor (drill string) sebesar 15.00030.000 kilogram.
Pompa lumpur yang digunakan pada instalasi mesin bor ini adalah pompa lumpur
KOKEN MG-50W, pompa ini memiliki dua buah piston yang dapat bergerak dua arah
(duplex double acting). Pompa ini merupakan jenis pompa lumpur dengan kapasitas
volume pemompaan yang besar, volume yang dipompakan oleh pompa ini sebesar
1.200 liter/menit dan dipompakan dengan tekanan sebesar 22 bar.
4.1.3 Mobilisasi Peralatan Pengeboran
Setelah ditetapkannya lokasi pengeboran maka mobilisasi peralatan pengeboran
merupakan tahapan pekerjaan yang dilaksanakan selanjutnya. Instalasi dan peralatan
pengeboran ditransportasikan dari Temanggung ke Kebumen. Instalasi dan peralatan
pengeboran yang ditransportasikan terdiri dari :
-

Mesin bor truck mounted KOKEN FSW-20T.

Pipa bor.

Mata bor, jenis rock bit dan drag bit.

Drill Collar.

Sambungan pipa (sub).

Kunci pipa dan kunci rantai.

Pipa pelindung atau konduktor (casing).

Penjepit pipa (clamp).

Mesin las listrik.

Pipa konstruksi.

Pipa saringan tipe Johnson Screens Slot-40.

4.1.4 Persiapan Tempat Pengeboran


Persiapan lokasi pengeboran yang dilakukan sebelum kegiatan pengeboran berupa
pembersihan dan perataan lahan (land clearing) serta membuat pondasi untuk
dudukan mesin bor, hal ini dilakukan karena kondisi tanah setempat yang tidak rata
dan mudah ambles.

43

Setelah dilakukan pembersihan dan perataan lahan, maka yang dilakukan


selanjutnya adalah mengatur tata letak peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan
pengeboran dan membuat bak lumpur atau bak pembilas yang disesuaikan dengan
letak mesin bor sehingga tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
4.2 Kegiatan Pengeboran
Seperti telah diuraikan di atas, kedalaman pengeboran ditentukan setelah dilakukan
evaluasi hasil penyelidikan hidrogeologi, yaitu mencapai lebih-kurang 180 meter.
Mesin bor yang digunakan adalah mesin bor KOKEN model FSW-20T, milik Pusat
Lingkungan Geologi (PLG). Kegiatan pengeboran dilaksanakan dengan metoda bor
putar sistem sirkulasi pembilas langsung menggunakan air pembilas dan lumpur
pembilas.
4.2.1 Pembuatan Lubang Bor untuk Pipa Konduktor
Prosedur pertama pembuatan lubang bor adalah mengontrol kedudukan meja bor
agar posisinya horizontal dan posisi alat pengeboran vertikal 100%, hal ini dilakukan
dengan menyetel posisi alat pengeboran secara hidrolik.
Setelah kedudukan peralatan sesuai pada tempatnya, selanjutnya dilakukan
pengeboran pertama menggunakan mata bor berdiameter () 14 dari permukaan
tanah setempat sampai dengan 3,1 meter di bawah permukaan tanah (Gambar 4.3),
untuk memasukkan pipa konduktor (casing) berdiameter 14.

Gambar 4.3 Pengeboran Untuk Pemasangan Pipa Konduktor.


44

Pipa ini digunakan sebagai penahan pembilas pengeboran dan untuk menahan
lubang bor bagian atas agar lapisan batuan bagian atas tidak ambruk dan untuk
menjaga kestabilannya dilakukan penyemenan di sekitarnya.
4.2.2 Pelaksanaan Pengeboran
Kegiatan pengeboran dilanjutkan dengan pembuatan lubang bor dengan diameter
() 12 dari kedalaman 3,1-164,0 meter, lubang ini sebagai tempat kedudukan pipa
naik dan pipa jambang.
Pada kedalaman tiga meter mulai menembus batuan sedimen keras yang tersusun
oleh batu lanau gampingan atau napal, batu lempung, dan batu lanau tufan.
Selama dilakukan pengeboran diambil percontoh rempah pengeboran (cutting)
setiap interval satu meter, kemudian dilakukan pemerian untuk mengetahui jenis dan
sifat fisik batuan yang dapat bertindak sebagai lapisan pembawa air (Gambar 4.4).
Kecepatan tembus bor (penetration rate) diukur dan dicatat dalam meter per menit
sebagai pembanding rempah pengeboran selama kegiatan pengeboran berlangsung.
Pemeriksaan dan pencatatan muka air tanah (MAT) dilakukan sebelum dan
sesudah kegiatan pengeboran dilakukan sebagai perkiraan akan keberadaan air pada
lapisan batuan di dalam sumur bor juga sebagai pemantau ada tidaknya water loss,
yaitu masuknya pembilas pengeboran ke dalam formasi batuan.

Gambar 4.4 Pengambilan Rempah Pengeboran.

45

Pada setiap akhir pengeboran seluruh rangkaian bor (drill string) diangkat dari
dalam lubang sumur untuk menghindari terjepitnya rangkaian bor akibat faktor
pengembangan lempung (swelling clay) (Gambar 4.5) dan runtuhnya formasi batuan,
hal ini dilakukan mengingat formasi batuan yang mendominasi lubang bor adalah batu
lanau gampingan.

Gambar 4.5 Batu Lanau Gampingan Yang Melekat Pada Rangkaian Bor.
Seluruh kegiatan pengeboran ini menggunakan air sekitar 186.000 liter serta
beberapa bahan kimia untuk pembuatan pembilas pengeboran.
Pelaksanaan pengeboran yang pada rencana awal mencapai 180 meter, dalam
pelaksanaannya dilakukan hingga kedalaman 164 meter, hal ini dikarenakan tidak
ditemukannya lapisan batuan pembawa air yang potensial (Tabel 4.1).

46

Tabel 4.1 Hasil Pemerian Batuan Berdasarkan Hasil Rempah Pengeboran Sumur Bor
di Desa Poncowarno, Kec. Poncowarno, Kab. Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah.
Kedalaman
(mbmt)
02
2 18
18 21
21 51
51 66
66 68
68 94
94 107
107 109
109 127
127 143
143 157
157 164

Litologi

Keterangan

Lapisan tanah penutup.


Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
baik, permeabilitas buruk, dominan lempung, abu-abu
terang.
Batu lempung gampingan, tidak kompak dan tidak
keras, terpilah baik, permeabilitas buruk, abu-abu
gelap.
Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
baik, permeabilitas buruk, dominan lempung, abu-abu
terang.
Batu lanau tufan gampingan, keras dan kompak,
terpilah buruk, permeabilitas buruk, abu-abu terang.

Akuitard
Tidak disarankan
pasang saringan
Akuiklud
Tidak disarankan
pasang saringan
Akuitard
Tidak disarankan
pasang saringan
Akuitard
Disarankan
pasang saringan
Akuitard
Disarankan
pasang saringan
Akuitard
Tidak disarankan
pasang saringan
Akuitard
Disarankan
pasang saringan
Akuitard
Tidak disarankan
pasang saringan
Akuitard
Disarankan
pasang saringan
Akuitard
Tidak disarankan
pasang saringan
Akuitard
Disarankan
pasang saringan
Akuitard
Tidak disarankan
pasang saringan

Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah


buruk, permeabilitas buruk, dominan pasir sangat
halus, abu-abu terang.
Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
baik, permeabilitas buruk, dominan lempung, abu-abu
terang.
Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
buruk, permeabilitas buruk, dominan pasir sangat
halus, abu-abu terang.
Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
baik, permeabilitas buruk, dominan lempung, abu-abu
terang.
Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
buruk, permeabilitas buruk, dominan pasir halus, abuabu terang.
Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
baik, permeabilitas buruk, dominan lempung, abu-abu
terang.
Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
buruk, permeabilitas buruk, dominan pasir halus, abuabu terang.
Batu lanau gampingan, keras dan kompak, terpilah
baik, permeabilitas buruk, dominan lempung, abu-abu
terang.

47

4.3 Penampangan Geofisika Sumur Bor


Pelaksanaan pengukuran geofisika berupa penampangan geofisika sumur bor
dilakukan pada saat pengeboran telah mencapai kedalaman 164 meter. Terlebih
dahulu dilakukan pembersihan sumur dari seluruh rempah pengeboran yang
tertinggal, setelah lubang sumur bersih dari rempah pengeboran maka selanjutnya
dilakukan

pengukuran

penampangan

geofisika

sumur

bor

(Gambar

4.6).

Penampangan geofisika sumur bor ini dilakukan menggunakan metoda penelitian


tahanan jenis dan potensial diri (SP) dengan menggunakan alat well logging GISCOKECK model R-93 buatan Denver, Colorado, USA.
Pengukuran penampangan geofisika sumur bor dimulai setelah sebelumnya
elektroda diturunkan sampai ke dasar lubang bor sambil menguji kedalaman yang
diperoleh selama pelaksanaan pengeboran. Dalam pengukuran penampangan
geofisika sumur bor ini pengukuran dilakukan dari kedalaman 20-158 meter di bawah
permukaan tanah.

Gambar 4.6 Pengukuran Penampangan Geofisika Sumur Bor.


Hasil pengukuran penampangan geofisika sumur bor adalah merupakan kurvakurva tahanan jenis dan potensial diri yang dicantumkan dalam gambar gabungan
penampangan geofisika sumur bor (Lampiran 3). Penafsiran atau interpretasi adanya
lapisan pembawa air dilakukan secara kualitatif, yakni membandingkan kurva-kurva
tersebut dengan data penampangan litologi (data hasil rempah pengeboran) sumur bor
yang bersangkutan. Penafsiran kualitatif disini adalah menafsirkan data defleksi kurva
penampangan secara kualitatif terutama dari log tahanan jenis dan log SP dengan
membandingkan dengan urutan litologi formasi pada sumur sehingga dapat

48

mengetahui kandungan fluida dalam formasi. Analisis kualitatif dari kurva-kurva


penampangan tersebut dapat menentukan kedudukan lapisan batuan, terutama batuan
yang dapat bertindak sebagai akuifer.
Berdasarkan nilai tahanan jenis batuan dan nilai potensial diri (SP) yang didapat
akan memberikan gambaran batas lapisan batuan dan menjadi dasar pemasangan
konstruksi di dalam lubang bor (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Hasil Penafsiran Penampangan Geofisika Sumur Bor dan Penampangan
Litologi dari Sumur Bor di Desa Poncowarno, Kec. Poncowarno, Kab.
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
Kedalaman

Tahanan jenis

Potensial diri

Penafsiran batuan

Keterangan

(mbmt)
02
2 18
18 21

(ohm-meter)
89

(milli-volt)
372

Tanah penutup
Batu lanau gampingan
Batu
lempung

Tidak ada pengukuran


Tidak ada pengukuran
Tidak disarankan pasang

21 51

7,5 13,5

342 373

gampingan
Batu lanau gampingan

saringan
Tidak disarankan pasang

51 66

7,5 13

312 370

Batu

66 68

7,5 12

362 375

gampingan
Batu lanau gampingan

kedalaman 60,0-63,0 mbmt


Disarankan pasang saringan,

68 94

6,5 11

362 378

Batu lanau gampingan

kedalaman 66,0-69,0 mbmt


Tidak disarankan pasang

94 107

7,5 11

318 373

Batu lanau gampingan

saringan
Disarankan pasang saringan,

lanau

tufan

saringan
Disarankan pasang saringan,

kedalaman 99,0-102,0 mbmt,


107 109

7 9,5

373 374

Batu lanau gampingan

dan 105,0-108,0 mbmt


Tidak disaarankan pasang

109 127

7 11

350 374

Batu lanau gampingan

saringan
Disarankan pasang saringan,

127 143

7 10

366 376

Batu lanau gampingan

kedalaman 120,0-126,0 mbmt


Tidak disarankan pasang

143 157

5,5 12,5

351 366

Batu lanau gampingan

saringan
Disarankan pasang saringan,
kedalaman 145,0-148,0 mbmt,

157 164

9 11,5

345 360

Batu lanau gampingan

dan 154,0-157,0 mbmt


Tidak disarankan pasang
saringan

4.4 Pelaksanaan Konstruksi Sumur


Teknis pemasangan konstruksi sumur bor di lokasi ini didasarkan pada
pertimbangan ukuran lubang bor, jenis litologi penyusun akuifer yang ditembus sumur
49

bor (berdasarkan penampangan litologi) dan hasil penampangan geofisika sumur bor.
Rancangan konstruksi sumur bor air tanah yang ditetapkan adalah sumur bor
dikonstruksi lurus dengan pipa konstruksi dan pipa saringan berdiameter 6
Pipa konstruksi dan pipa saringan yang akan dimasukkan ke dalam sumur bor
diberi nomer secara berurutan sesuai dengan susunan pada rancangan konstruksi dan
melakukan penyambungan pipa konstruksi.
Sebelum pelaksanaan konstruksi, dilakukan pembersihan lubang sumur dengan
cara pembilasan (spulling) agar rangkaian pipa konstruksi dapat dimasukkan tanpa
hambatan.
Setelah dikonstruksi rangkaian konstruksi sumur bor diselesaikan hingga
kedalaman 160,5 m, dengan susunan sebagai berikut :
-

Pipa jambang dan atau pipa naik berdiameter () 6 dipasang dari


posisi 0,6 m di atas permukaan tanah sampai pada kedalaman 160,5 mbmt.

Saringan tipe Johnson Screens dengan Slot-40 berdiameter 6 yang


mempunyai panjang 2,9 m bukan 3 m seperti standar sebenarnya, dipasang pada
kedalaman sebagai berikut :
1. 60,0-62,9 mbmt.
2. 66,0-68,9 mbmt.
3. 99,0-101,9 mbmt.
4. 105,0-107,9 mbmt.
5. 120,0-125,8 mbmt.
6. 145,0-147,9 mbmt.
7. 154,0-156,9 mbmt.

Pada ruang antara pipa saringan dengan dinding lubang bor (anulus)
diisi dengan kerikil pembalut (gravel pack) sebanyak 8 m3.

Penyemenan I, dilakukan dari kedalaman 42-45 mbmt.

Pada ruang antara pipa jambang dan atau pipa naik dengan dinding
lubang bor diisi dengan bola-bola lempung (clay balls) dari kedalaman 3
sampai dengan 42 mbmt.

Penyemenan II, dilakukan dari kedalaman 0-3 mbmt.

4.5 Pengembangan Sumur


Setelah dilaksanakan pemasangan konstruksi dilanjutkan dengan pelaksanaan
pengembangan sumur (well development).

50

Pengembangan sumur ini pada dasarnya adalah pekerjaan pembersihan sumur


guna membersihkan sumur dari sisa-sisa lumpur pengeboran dan partikel-partikel
berbutir halus yang menempel pada permukaan saringan, pipa naik, dan pipa jambang
sehingga sumur bor mempunyai kemampuan untuk menyadap air tanah secara
optimum.
Sebelum dilakukan pekerjaan ini, lubang bor diberi larutan Carboxy Methyl
Cellulose (CMC), untuk mengurangi daya lekat lempung di konstruksi sumur, agar
pada saat dilakukan pembersihan sumur lumpur tersebut dapat terangkat ke atas
permukaan tanah.
Pengembangan sumur dilakukan dengan cara pembilasan (spulling), yaitu
dilakukan dengan cara mensirkulasikan air bersih ke dalam sumur menggunakan pipa
bor (drill pipe), air bersih disemprotkan melalui pipa bor dengan tekanan pompa
lumpur sehingga kekentalan lumpur dapat diencerkan dan koloid lumpur sedikit demi
sedikit dapat terangkat ke permukaan dan sumur relatif bersih.
Semburan air dari pipa bor ini juga akan membuat agitasi terhadap butiran-butiran
penyaring kerikil (gravel filter). Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai
air yang keluar dari sumur menjadi bersih dan terbebas dari sisa lumpur pengeboran
dan partikel halus lainnya.
4.6 Pemasangan Sarana Sumur Bor
Pekerjaan tahap akhir dari penyelesaian sumur bor ini meliputi pemasangan pompa
selam (submersible pump) (Gambar 4.7), yang diturunkan sampai

kedalaman

114 meter di bawah permukaan tanah. Pompa selam yang digunakan merupakan
pompa selam Grundfos SP5A-25 dengan total head 120 meter, buatan Denmark.

51

Gambar 4.7 Penurunan Pompa Selam ke Dalam Sumur Bor.


Pembuatan bak beton untuk pelindung sumur dibuat dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 m 3
yang mengelilingi sumur bor (Gambar 4.8), serta memasang penutup lubang bor pada
pipa konstruksi dengan penutup sumur (flence).
Setelah pekerjaan tersebut, dilaksanakan pemasangan peralatan generator sebagai
tenaga pembangkit listrik untuk dapat menggerakkan pompa selam serta memasang
sistem otomatis pada pompa selam untuk mencegah terbakarnya motor pompa selam
seandainya muka air tanah terus turun.

52

Gambar 4.8 Bak Pelindung Sumur Bor.


4.7 Uji Pemompaan
Uji pemompaan ini dilakukan setelah sumur dalam keadaan bersih dari kotoran.
Pengujian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui parameter akuifer.
Kegiatan ini dilakukan menggunakan pompa selam, alat pengukur debit air, alat
pengukur muka air tanah (hidrometer), alat pengukur waktu, serta alat pengukur daya
hantar listrik dan temperatur air.
Metoda yang digunakan dalam uji pemompaan ini adalah metoda uji surutan dan
metoda uji pulihan. Dalam pelaksanaannya uji pemompaan dilakukan dengan debit
pemompaan tetap yang telah ditentukan. Hasil uji pemompaan sumur bor ini
mendapatkan data sebagai berikut (Tabel 4.3) :
Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Pemompaan
Metoda

TKA

TPA

Qs

Surutan
Pulihan

[mbmt]
81,31
-

[mbmt]
108,87
-

[lt/detik]
0,4
-

[m]
27,56
27,56

[m2/hari]
1,76 x 10-1
3,16

[m/hari]
7,58 x 10-3
1,36 x 10-1

[lt/det/m]
0,01
0,01

4.8 Pemeriksaan Kualitas Air Tanah


Untuk pemeriksaan kualitas airnya, maka pengambilan percontoh air tanah
dilakukan pada saat menjelang akhir pelaksanaan uji pemompaan. Pengambilan
contoh air tanah yang diambil minimal satu liter, selanjutnya dianalisis sifat fisika dan
53

kimianya di laboratorium air, Pusat Lingkungan Geologi, yang hasil analisisnya


seperti pada Lampiran 5.
Analisis fisika dan kimia air tanah tersebut meliputi tingkat kekeruhan, warna, bau,
rasa, daya hantar listrik, pH dan kesadahan, serta kadar kalsium, magnesium, besi,
mangan, kalium, natrium, litium, amonium, karbonat, khlorida, sulfat, nitrit, nitrat,
silikat dan zat padat terlarut.

54

Anda mungkin juga menyukai