FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Kuno dan tidak variatif, mungkin itu yang timbul di benak para remaja
Indonesia saat mendengar nama karawitan jawa, sehingga sangat jarang pemuda
pemudi Indonesia mempelajari bahkan memainkan music karawitan jawa.
Kurangnya kepedulian pemerintah terhadap apresiasi music karawitan jawa juga
menjadi salah satu factor yang menyebabkan pemuda pemudi kurang tertarik
untuk mempelajari karawitan jawa sehingga lebih tertarik untuk mempelajari
music barat daripada music karawitan jawa. Kurangnya apresiasi tersebut dapat
dilihat dari langka nya penghargaan yang diberikan kepada para seniman
karawitan jawa, serta kurangnya kompetisi-kompetisi dan pagelaran-pagelaran
yang diadakan untuk kesenian karawitan jawa.
Namun tanpa kita sadari, walaupun para remaja Indonesia sendiri kurang
memiliki minat dalam mengembangkan karawitan jawa di tanah air tercinta, akan
tetapi masyarakat yang justru berada di luar negeri, lebih memiliki minat dalam
mengembangkan kesenian dan kebudayaan yang berasal dari jawa tersebut.
Berdasarkan artikel yang dikutip dari suara merdeka pada 17 november 2013,
disebutkan bahwa terdapat tiga group gamelan jawa yang memiliki potensi
handal, dan berdomisili di singapura. Hal tersebut membuktikan bahwa walaupun
masyarakat Indonesia kurang tertarik pada karawitan jawa, namun ternyata di
mancanegara karawitan jawa sangat digemari hingga tercipta group music
karawitan jawa. Tak hanya di singapura, berdasarkan artikel yang dikutip dari
suara merdeka 15 November 2006, bahwa akhir-akhir ini gamelan jawa telah
mengalir hingga ke Inggris, Belanda, Australia, Jepang, Jerman, New Zealand,
Cina, Skotlandia, Austria, dan Negara-negara eropa timur. Negara-negara tersebut
bahkan memiliki puluhan perangkat karawitan jawa. Tak hanya itu, bahkan
Amerika telah memiliki 200 perangkat karawitan jawa.
Fakta lain yang cukup mengejutkan, yaitu selain dari banyaknya jumlah
alat karawitan jawa yang dimiliki oleh Negara-negara maju yang mempelajari
music karawitan jawa, namun ternyata music karawitan jawa dapat sejajar dengan
music klasik barat. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof DR Waridi SKar MHum
dalam pidato pengukuhannya sebagau guru besar Ilmu Karawitan di Institut Seni
Indonesia (ISI) Surakarta, 15 november 2006 seperti yang dikutip pada suara
merdeka.
Sungguh ironis apabila memperhatikan nasib karawitan jawa yang tidak
dijaga dengan baik di bangsanya sendiri, namun sungguh diakui dan dihargai di
Negara orang. Berdasarkan artikel yang dilaporkan oleh iradio fm Jakarta pada 29
november 2013, dijelaskan bahwa karawitan jawa semakin popular setelah
dimasukkan nya karawitan jawa kedalam mata pelajaran di sejumlah universitas,
lembaga kesenian dan instansi. Hal tersebut semakin membuktikan bahwa
karawitan jawa lebih dihargai di Negara-negara luar dibandingkan di Indonesia
sendiri. Padahal jika diperhatikan, apabila kesenian karawitan jawa dapat di
eksplorasi lebih dalam dan terdapat inovasi didalamnya dan mengikuti
perkembangan music zaman ini, tentu kesenian karawitan jawa dapat berkembang
dan memiliki lebih banyak peminat seperti pada keseninan karawitan jawa diluar
negeri. Negara-negara yang mengadopsi kesenian karawitan jawa tentu bukan
tanpa alasan untuk mengembangkan kesenian karawitan jawa tersebut. Kesulitan
dalam memainkan kesenian karawitan jawa serta keindahan lantunan lagu-lagu
dinilai memiliki tantangan dan estetika tersendiri bagi Negara-negara tersebut.
Usaha usaha dalam mengembangkan kesenian karawitan jawa tersebut
tentu tidak semata-mata tanpa hasil. Karawitan jawa telah banyak menuai prestasi
dalam pengembangan nya, serta telah menggelar beberapa kali konser
mancanegara dengan aransemen-aransemen dan instrument yang disesuaikan
dengan selera music kalangan muda saat ini. Namun sayangnya, hal tersebut tidak
terjadi di Indonesia, padahal Indonesia merupakan tuan rumah dari kesenian
karawitan jawa itu sendiri. Hal itu tentu menimbulkan kontroversi. Masih
pedulikah Indonesia dengan karawitan jawa?
Apabila dilihat dari usaha bangsa Indonesia dalam mengembangkan
kesenian karawitan jawa, sangat tidak sebanding dengan yang dilakukan oleh
Negara-negara lain dalam mengembangkan karawitan jawa. Hal tersebut dapat
dilihat dari kurangnya apresiasi dan perhatian pemerintah dengan kesenian
karawitan jawa. Pada beberapa Negara-negara diluar negeri, pemerintah turut
mengeksplorasi karawitan jawa, tentu dimasa mendatang tidak akan ada lagi
seniman karawitan jawa dari Indonesia.
Dengan demikian, terjawablah sudah bahwa bangsa Indonesia kurang
peduli terhadap karawitan jawa. Kepedulian tersebut harus ditingkatkan sebelum
karawitan jawa menjadi punah di negeri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
W Wibowo, D. and Ferida, K. 2013. Memediasi Karya Seni dan Penikmat via
IPAM. Indonesian Industry, november, pp. 102-103.
http://www.solopos.com/2011/05/10/regenerasi-karawitan-memrihatinkan-97336
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0611/15/dar6.h
tm
http://kabarinews.com/amerika-main-story-dari-bahasaindonesia-sampai-karawitan-jawa/32992
http://jogjanews.com/semua-universitas-di-as-telah-membuka-kuliah-senikarawitan
http://www.iradiofm.com/intermezzo/serba-serbi/273-serbaserbi-jakarta/5897masuk-mata-pelajaran-gamelan-bali-jawa-semakin-populer-di-as
http://www.blitarian.com/wp/2012/jeritan-karawitan/
http://www.antaranews.com/berita/407191/gamelan-bali-jawa-semakin-populerdi-as
http://www.tribunnews.com/nasional/2012/11/22/kali-ini-malaysia-nggakmengklaim-tapi-borong-gamelan
http://www.merdeka.com/pernik/instrumen-gamelan-indonesia-digemari-di-luarnegeri.html
http://surabaya.tribunnews.com/2011/11/06/susahnya-rawat-gamelan-di-smkn-9surabaya