Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KARAWITAN JAWA-H

Masih Pedulikah Indonesia Dengan Karawitan Jawa?

OLEH: KALONICA KUSUMAWARDANI


NPM: 1306397021

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

Dewasa ini, kita sering menjumpai musik-musik bergenre pop,rock,jazz


dan sebagainya. Selain musik, dalam bidang tari pun kini tari-tarian modern
berkembang sangat pesat. Tak heran jika anak muda pada masa kini lebih
menyukai peradaban dan kebudayaan luar negeri yang modern dibandingkan
dengan kebudayaan dalam negeri sendiri yaitu Indonesia, khususnya karawitan
jawa.
Apabila kita dilihat dari sisi perkembangannya, kebudayaan luar negeri
berkembang sangat pesat sehingga dapat memberikan suasana baru dalam bidang
seni dan hiburan. Perkembangan dalam bidang kesenian dan kebudayaan tersebut
dapat menarik perhatian dan minat kalangan remaja dalam memperdalam
kesenian dan kebudayaan.
Disisi lain, kebudayaan karawitan jawa yang cenderung tidak berkembang
sejak zaman dahulu, kian menyurutkan minat masyarakat terutama kalangan
muda-mudi dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian karawitan jawa.
Hal tersebut diperparah dengan kurangnya regenerasi dalam pelestarian
kebudayaan karawitan jawa. Ketersediaan alat musik karawitan jawa yang kini
menjadi langka juga menjadi salah satu faktor para remaja kurang memiliki minat
dalam mengembangkan bahkan mempelajari karawitan jawa. Selain itu, tingkat
kesulitan yang tergolong tinggi dalam mempelajari kesenian karawitan jawa turut
berperan dalam kurangnya minat para remaja dalam mempelajari karawitan jawa.
Bahkan salah satu seniman dan pemerhati musik jawa, Bugong Bayu Aji,
menyatakan bahwa regenerasi karawitan jawa kian memperhatikan.
Tidak hanya Bugong Bayu Aji, tetapi juga seperti yang dilansir dalam
blitarian.com pada 1 juli 2012 yang berjudul jeritan karawitan, diungkapkan
bahwa minat dan ketertarikan para remaja mengenai karawitan jawa sangatlah
rendah. Bahkan di blitar, yang merupakan salah satu tempat peradaban seni di
jawa tengah, yang tertarik untuk mempelajari seni karawitan jawa bukanlah
remaja melainkan sesepuh-sesepuh. Padahal, apabila tidak terjadi regenerasi
seniman karawitan jawa dengan para remaja, seniman-seniman karawitan jawa
tersebut dapat menjadi musnah.

Kuno dan tidak variatif, mungkin itu yang timbul di benak para remaja
Indonesia saat mendengar nama karawitan jawa, sehingga sangat jarang pemuda
pemudi Indonesia mempelajari bahkan memainkan music karawitan jawa.
Kurangnya kepedulian pemerintah terhadap apresiasi music karawitan jawa juga
menjadi salah satu factor yang menyebabkan pemuda pemudi kurang tertarik
untuk mempelajari karawitan jawa sehingga lebih tertarik untuk mempelajari
music barat daripada music karawitan jawa. Kurangnya apresiasi tersebut dapat
dilihat dari langka nya penghargaan yang diberikan kepada para seniman
karawitan jawa, serta kurangnya kompetisi-kompetisi dan pagelaran-pagelaran
yang diadakan untuk kesenian karawitan jawa.
Namun tanpa kita sadari, walaupun para remaja Indonesia sendiri kurang
memiliki minat dalam mengembangkan karawitan jawa di tanah air tercinta, akan
tetapi masyarakat yang justru berada di luar negeri, lebih memiliki minat dalam
mengembangkan kesenian dan kebudayaan yang berasal dari jawa tersebut.
Berdasarkan artikel yang dikutip dari suara merdeka pada 17 november 2013,
disebutkan bahwa terdapat tiga group gamelan jawa yang memiliki potensi
handal, dan berdomisili di singapura. Hal tersebut membuktikan bahwa walaupun
masyarakat Indonesia kurang tertarik pada karawitan jawa, namun ternyata di
mancanegara karawitan jawa sangat digemari hingga tercipta group music
karawitan jawa. Tak hanya di singapura, berdasarkan artikel yang dikutip dari
suara merdeka 15 November 2006, bahwa akhir-akhir ini gamelan jawa telah
mengalir hingga ke Inggris, Belanda, Australia, Jepang, Jerman, New Zealand,
Cina, Skotlandia, Austria, dan Negara-negara eropa timur. Negara-negara tersebut
bahkan memiliki puluhan perangkat karawitan jawa. Tak hanya itu, bahkan
Amerika telah memiliki 200 perangkat karawitan jawa.
Fakta lain yang cukup mengejutkan, yaitu selain dari banyaknya jumlah
alat karawitan jawa yang dimiliki oleh Negara-negara maju yang mempelajari
music karawitan jawa, namun ternyata music karawitan jawa dapat sejajar dengan
music klasik barat. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof DR Waridi SKar MHum
dalam pidato pengukuhannya sebagau guru besar Ilmu Karawitan di Institut Seni

Indonesia (ISI) Surakarta, 15 november 2006 seperti yang dikutip pada suara
merdeka.
Sungguh ironis apabila memperhatikan nasib karawitan jawa yang tidak
dijaga dengan baik di bangsanya sendiri, namun sungguh diakui dan dihargai di
Negara orang. Berdasarkan artikel yang dilaporkan oleh iradio fm Jakarta pada 29
november 2013, dijelaskan bahwa karawitan jawa semakin popular setelah
dimasukkan nya karawitan jawa kedalam mata pelajaran di sejumlah universitas,
lembaga kesenian dan instansi. Hal tersebut semakin membuktikan bahwa
karawitan jawa lebih dihargai di Negara-negara luar dibandingkan di Indonesia
sendiri. Padahal jika diperhatikan, apabila kesenian karawitan jawa dapat di
eksplorasi lebih dalam dan terdapat inovasi didalamnya dan mengikuti
perkembangan music zaman ini, tentu kesenian karawitan jawa dapat berkembang
dan memiliki lebih banyak peminat seperti pada keseninan karawitan jawa diluar
negeri. Negara-negara yang mengadopsi kesenian karawitan jawa tentu bukan
tanpa alasan untuk mengembangkan kesenian karawitan jawa tersebut. Kesulitan
dalam memainkan kesenian karawitan jawa serta keindahan lantunan lagu-lagu
dinilai memiliki tantangan dan estetika tersendiri bagi Negara-negara tersebut.
Usaha usaha dalam mengembangkan kesenian karawitan jawa tersebut
tentu tidak semata-mata tanpa hasil. Karawitan jawa telah banyak menuai prestasi
dalam pengembangan nya, serta telah menggelar beberapa kali konser
mancanegara dengan aransemen-aransemen dan instrument yang disesuaikan
dengan selera music kalangan muda saat ini. Namun sayangnya, hal tersebut tidak
terjadi di Indonesia, padahal Indonesia merupakan tuan rumah dari kesenian
karawitan jawa itu sendiri. Hal itu tentu menimbulkan kontroversi. Masih
pedulikah Indonesia dengan karawitan jawa?
Apabila dilihat dari usaha bangsa Indonesia dalam mengembangkan
kesenian karawitan jawa, sangat tidak sebanding dengan yang dilakukan oleh
Negara-negara lain dalam mengembangkan karawitan jawa. Hal tersebut dapat
dilihat dari kurangnya apresiasi dan perhatian pemerintah dengan kesenian
karawitan jawa. Pada beberapa Negara-negara diluar negeri, pemerintah turut

memasukkan kesenian karawitan jawa kedalam kurikulum pembelajaran. Padahal


karawitan jawa bukanlah kebudayaan Negara mereka. Sedangkan di Indonesia,
yang merupakan tuan rumah karawitan jawa, hal tersebut justru tidak di terapkan.
Tidak hanya itu, kurangnya pengenalan kesenian karawitan jawa oleh pemerintah
Indonesia sendiri kepada daerah-daerah lain selain pulau jawa, turut membuat
masyarakat Indonesia yang berdomisili selain di pulau jawa tidak mengerti apa itu
karawitan jawa.
Permasalahan yang tak kalah penting mengenai karawitan jawa adalah
kurangnya insentif yang diberikan pemerintah kepada para seniman karawitan
jawa. Padahal biaya yang digunakan untuk merawat alat-alat karawitan jawa juga
tidaklah sedikit. Berdasarkan tribunenews.com pada 6 november 2011, sebuah
sekolah di Surabaya harus menghabiskan minimal Rp 1.500.000,00 perbulan nya
untuk menyelaraskan seperangkat alat karawitan jawa. Hal tersebut tentu dapat
menjadi hambatan bagi para seniman karawitan jawa.
Apabila permasalahan-permasalahan tersebut tidak terpecahkan, tentu
dapat mengakibatkan masyarakat Indonesia khususnya para remaja semakin
kurang meminati karawitan jawa. Persoalan tersebut diperparah dengan Negaranegara lain yang lebih menghargai dan mengembangkan kesenian karawitan jawa.
Bukan tidak mungkin jika kesenian karawitan nantinya lebih dicintai oleh bangsa
lain daripada bangsa Indonesia sendiri, bahkan dapat diakui sebagai kebudayaan
bangsa lain karena mereka yang merawat, memperhatikan, dan mengembangkan
kesenian karawitan jawa tersebut. Selain itu, dampak lain apabila kita tidak
merawat dan memperhatikan karawitan jawa adalah karawitan jawa di Indonesia
akan punah dan masyarakat Indonesia harus belajar karawitan jawa dari bangsabangsa di luar negeri yang justru pada awalnya mereka belajar karawitan dari
Indonesia.
Seiring dengan berjalan nya waktu, para seniman karawitan jawa yang kini
ada pun akan hilang seiring dengan berjalan nya waktu karena keterbatasan usia.
Apabila para pemuda Indonesia tidak memiliki kesadaran untuk meregenerasi dan

mengeksplorasi karawitan jawa, tentu dimasa mendatang tidak akan ada lagi
seniman karawitan jawa dari Indonesia.
Dengan demikian, terjawablah sudah bahwa bangsa Indonesia kurang
peduli terhadap karawitan jawa. Kepedulian tersebut harus ditingkatkan sebelum
karawitan jawa menjadi punah di negeri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
W Wibowo, D. and Ferida, K. 2013. Memediasi Karya Seni dan Penikmat via
IPAM. Indonesian Industry, november, pp. 102-103.
http://www.solopos.com/2011/05/10/regenerasi-karawitan-memrihatinkan-97336
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0611/15/dar6.h
tm
http://kabarinews.com/amerika-main-story-dari-bahasaindonesia-sampai-karawitan-jawa/32992
http://jogjanews.com/semua-universitas-di-as-telah-membuka-kuliah-senikarawitan
http://www.iradiofm.com/intermezzo/serba-serbi/273-serbaserbi-jakarta/5897masuk-mata-pelajaran-gamelan-bali-jawa-semakin-populer-di-as
http://www.blitarian.com/wp/2012/jeritan-karawitan/
http://www.antaranews.com/berita/407191/gamelan-bali-jawa-semakin-populerdi-as
http://www.tribunnews.com/nasional/2012/11/22/kali-ini-malaysia-nggakmengklaim-tapi-borong-gamelan
http://www.merdeka.com/pernik/instrumen-gamelan-indonesia-digemari-di-luarnegeri.html
http://surabaya.tribunnews.com/2011/11/06/susahnya-rawat-gamelan-di-smkn-9surabaya

Anda mungkin juga menyukai