DHF PDF
DHF PDF
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue adalah demam akut dengan ciri-ciri demam,
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian. ( Mansjoer, 2000: hal. 419 )
Demam Dengue adalah contoh dari penyakit yang disebarkan oleh vector.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia
yaitu nyamuk Aedes Aegypti. ( Suddarth, 2001: hal. 2446 )
Dengue adalah suatu infeksi arbovirus ( arthropod-born virus ) akut, ditularkan
oleh nyamuk aedes. ( Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, 2002: hal. 607 )
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dan disebarkan oleh nyamuk aides. ( Suroso, Dkk, 2003: hal.1 )
Demam Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes ( aedses albocpictus
dsan aedes aegypti). ( Ngastiyah, 2005: hal. 341 )
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa Dengue
Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan
masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes.
B.
Etiologi
Etiologi DHF menurut Mandal, Dkk ( 2004: hal. 272 ) adalah :
1. Virus dengue sejenis arbovirus.
2. Ditularkan oleh nyamuk A. aegypti yang terutama memiliki habitat perkotaan
dan mendapat virus sewaktu menghisap darah manusia yang terinfeksi.
3. Virus ini merupakan flavivirus RNA dengan 4 serotif, setiap tipe dapat
6
mengin
Perjalanan penyakit
Virus hanya akan hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat
bergantung pada daya tahan tubuh manusia.
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen.
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai
factor
meningkatnya
permeabilitas
dinding
pembuluh
darah
dan
perdarahan. Ensefalopati
dengue dapat
b.
2)
3)
4)
5)
6)
Hiponatremia ( NA rendah )
b. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto thorax (pada DHF grade III/IV dan sebagian besar grade II)
didapatkan efusi pleura
c. Pemeriksaan Serologis
Dengan uji hemaglutinasi inhibisi ( untuk diagnosis pasien, dengan cara
kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau titer tinggi
(>1280) diduga positif infeksi dengue)
F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menguraikan kombinasi dari tanda-tanda dan
gejala yang memperlihatkan masalah kesehatan aktual maupun potensial.
Menurut Suriadi ( 2006, hal. 60 ) terdapat empat diagnosa keperawatan pada
klien dengan DHF :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permebilitas
kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, tidak nafsu makan.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
12
volume
cairan
tubuh
berhubungan
dengan
peningkatan
Intervensi
1) Observasi tanda tanda vital paling sedikit setiap empat jam.
Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
2) Monitor tanda tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor kulit
tidak elastis, ubun ubun cekung, produksi urin menurun.
Rasional : menunjukkan kehilangan cairan.
13
b. Intervensi
1) Ukur tanda tanda vital : suhu.
Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
2) Lakukan kompres air hangat.
Rasional : dapat membantu mengurangi demam.
3) Tingkatkan intake cairan.
Rasional : intake cairan yang cukup dapat menurunkan panas.
4) Kolaborasi pemberian obat antipiretik.
Rasional : untuk mengurangi demam.
Sedangkan perencanaan pada klien dengan DBD Menurut Hidayat ( 2009 )
adalah sebagai berikut :
1. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan Tubuh
a. Tujuan/kriteria hasil : Tidak terjadi syok hipovolemik. Ditandai dengan
tanda-tanda vital dalam batas normal, Keadaan umum baik, hasil lab
normal, tidak ada tanda-tanda syok ( nadi lemah, hipotensi, kulit pucat,
ekstremitas dingin ).
b. Intervensi :
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan
terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui
tanda syok dan dapat segera ditangani.
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
3) Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga
pasien tidak sampai syok hipovolemik.
4) Chek hemoglobin, hematokrit, trombosit
16
17
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi,
kurang
dari
kebutuhan
b.
Intervensi :
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi
nafsu makan pasien.
18
Membantu
mengurangi
kelelahan
pasien
dan
20
Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan sebagai alat
ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah di buat, meskipun
evaluasi di anggap tahap akhir proses keperawatan. Mengukur kemajuan klien
dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam keefektifan
rencana atau perlu di rubah dan membentuk asuhan keperawatan yang baru atau
masalah yang baru.
Evaluasi akhir menggambarkan apakah tujuan tercapai atau tidak. Sesuai dengan
rencana atau hanya akan timbul masalah. Adapun evaluasi akhir yang di
harapkan pada klien adalah Klien menunjukkan tanda tanda terpenuhinya
kebutuhan cairan, klien menunjukkan tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat,
klien menunjukkan tanda tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat, dan klien
menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal. ( Suriadi, 2006: hal. 60 )
22