Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Penentuan luas dan jumlah minimal petak contoh, Penentuan indeks nilai
penting dengan metode petak contoh, Penentuan Indeks Keanegaragaman
hayati, Penentuan Indeks Kemerataan

Dosen Mata Kuliah :


1. Ir. Sri Wiedarti, MS.
2. Drs. Cecep Sudrajat

Asisten Dosen :
1. Ashti Youvica Cinnidia. T.S.si
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Riska Fauzia Hermawan


Ajsam Aziz
Ayu Sri Rahmawati
Nisa Silvanti
Lya Mulyasari
Muhamad Nizar Zulfikar
Fitra Akbar Nugraha
Nadya Shabihah Salsabil

0611 14 006
0611 14 009
0611 14 012
0611 14 020
0611 14 035
0611 14 036
0611 14 041
0611 14 045

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu
kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan

Laporan Praktikum Ekologi 2014

sampling, artinya cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili


habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil
agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan
jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat
mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies
Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas
minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah
minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur
yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan
cara sistematik (systematic sampling), random samping hanya mungkin digunakan
jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput (artinya, kita
bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis
bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan
untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam
pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative. Bahkan
dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive sampling.
Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri
dari :
-

Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang


dari 1.5 m.

Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan


berdiameter kurang dari 10 cm.

Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

Dalam kehidupan terdapat banyak sekali makhluk hidup yang


beranekaragam. Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam
komunitas berdasarkan organisasi biologisnya, yang dapat digunakan untuk
menyatakan struktur komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies
dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu
komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang
dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.

1
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Keanekaragaman hayati di dalam suatu ekosistem atau di suatu komunitas


adalah banyaknya jenis yang terdapat di dalam komunitas tersebut.
Keanekaragaman hayati sebetulnya tidak hanya menyatakan banyaknya jenis
(species) atau keanekaragaman jenis, tetapi juga untuk menyatakan
keanekaragaman tipe ekosistem dan keanekaragaman genetic. Dalam
penggunaannya, istilah keanekaragaman hayati lebih sering digunakan untuk
mengungkapkan keanekaragaman jenis.
Analisis data keanekaragaman hayati secara kuantitatif adalah dengan
menghitung :
a. Kekayaan jenis atau jumlah jenis (s)
b. Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener (H)
c. Indeks kemerataan (indeks of eveness, equability indeks)
Besar kecilnya indeks keanekaragaman jenis ditentukan oleh jumlah jenis (s)
dan kemerataan individu di setiap jenis (indeks kemerataan). Makin tinggi jumlah
jenis dan makin merata jumlah individu di setiap jenis, indeks keanekaragaman
jenis makin tinggi dan sebaliknya.

1.2 Tujuan
1. Untuk menganalisis vegetasi di kawasan hutan Kujang Rider di desa
Sukamantri, Bogor Jawa Barat
2. Untuk mengetahui dan menentukan keanekaragaman jenis suatu komunitas
dengan berdasarkan pada Indeks Shannon-Wiener.
3. Untuk menentukan besarnya nilai penting jenis-jenis tumbuhan dan
menetapkan jenis tumbuhan yang dominan.

1.3 Manfaat
1. Membantu untuk mengenal jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan
hutan Kujang Rider di desa Sukamantri.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis tumbuhan yang ada di lokasi
pengamatan.
3. Dapat mengetahui dan menerapkan metode-metode perhitungan populasi
tumbuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh


bersama-sama pada suatu tempat dimana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuhan-tumbuhan maupun dengan
hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata
lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan
membentuk suatu kesatuan dimana individunya saling tergantung satu sama lain,
yang disebut satu komunitas tumbuh-tumbuhan (Ruslan,1986).
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap
dan vegetasi alami, diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang
belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Dalam mendiskripsikan suatu
vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan
suatu pengelompokan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama terutama yang
mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya, maupun oleh
kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi
secara umum atau fungsional.
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978), yang dimaksud analisi vegetasi
atau studi komunitas adalah suatu cara yang mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Metode
analisis vegetasi dapat digunakan dalam penentuan populasi pohon yang terdapat
pada suatu wilayah.
Menurut Arief (2001) klasifikasi pohon berdasarkan ukuran yaitu :
1. Tingkat semai, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi sampai 1,5 m.
2. Tingkat pancang, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi sampai 1,5 m
dengan diameter < 10 cm.
3. Tingkat tiang, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter 10 cm - 19 cm.
4. Tingkat pohon inti, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter 20 cm 49
cm.
5. Tingkat pohon besar, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter > 50 cm.
2.1 Pohon
Tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm. Pengukuran yang akan
dilakukan untukpohon adalah diameter batang. tinggi pohon serta jumlah
individu dan jenis pohon. Pengukuran diameter batang dilakukan pada
ketinggian 1,3 meter atau 20 cm di atas akar papan jika akar papan lebih
tinggi dari 1,3 meter. Pengukuran tinggi pohon adalah tinggi bebas cabang.
Rekaman hasil pengukuran dicatat dalam tally sheet yang telah disiapkan.

3
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Ukuran petak (kuadran) untuk pengukuran pohon adalah 20 x 20


meter. (Program Pascasarjana, PSL 2002)
2.1.1

Pinus Merkusii
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spematophyta
: Coniferae
: Pinales
: Pinaceae
: Pinus
: Pinus Merkusii
Tanaman pinus memiliki ketinggian 1-40 meter. Pinus memiliki
akar tunggang dengan batang berupa batang berkayu berbentuk
bulat dengan permukaan batang beralur dimana memiliki arah
tumbuh tegak lurus dengan percabangan monopodial. Pinus
memiliki daun berbentuk jarum dimana pada pangkal berkas
dikelilingi oleh sarung sisik berupa selaput tipis dengan tipe
duduk daun tersebar. Bunga pada pinus berkelamin satu atau
berumah satu (monoceous) dimana bunga jantan dan betina
berada dalam satu tunas dengan bunga jantan berbentuk strobilus
silindris, sedangkan betina berbentuk kerucut dan biji Pinus
merkusii terletak dasar pada setiap sisik buah.

2.1.2

Agathis Dammara

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spematophyta
: Dicotyledoneae
: Araucariales
: Araucariaceae
: Agathis
: Agathis Dammara
Tanaman damar memiliki ketinggian 30-40 meter. Damar
memiliki akar tunggang dengan batang berupa batang berkayu
berbentuk bulat dengan permukaan batang beralur dimana
memiliki arah tumbuh tegak lurus dengan percabangan
monopodial. Pinus memiliki daun tunggal, berhadapan, lonjong,
tepi rata unjung dan pangkal daunnya runcing dengan pertuangan
daun nya menyirip. Bunga pada damar berkelamin satu atau
4

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

2.1.3
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

berumah satu (monoceous) dimana bunga jantan bertumpuk pada


tunas yang muda. Buah pada damar berbentuk lonjong, dan
berperisai tipis seperti sisik dengan biji berwarna putih dan
berbentuk pipih.
Altingia excelsa
: Plantae
: Spematophyta
: Dicotyledoneae
: Saxifragales
: Altingiaceae
: Altingia
: Altingia excelsa
Pohon Rasamala selalu hijau. Tingginya dapat mencapai 40-60 m
dengan tinggi bebas cabang 20-35 m. Diameter bisa mencapai
hingga 80-150 cm. Kulit kayunya halus, berwarna abu-abu.
Kayunya berwarna merah. Pohon yang masih muda bertajuk rapat
dan berbentuk pyramid. Bentuk ini berangsur menjadi bulat
seiring bertambahnya umur. Letak daun bergiliran. Bentuknya
lonjong dengan panjang 6 - 12 cm dan lebar 2,5-5,5 cm. Bentuk
khasnya adalah tepi daun yang bergerigi halus.Bunganya
berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon
yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga, berkumpul
menyerupai kepala.

2.2 Tiang
Tumbuhan dengan diameter antara 10 20 cm. Pengukuran dilakukan
pada petak subkuadran berukuran 10 x 10 in. Sama dengan pohon. maka
parameter pengukuran adalah diameter tiang, tinggi tiang bebas cabang.
jumlah tiang dan jumlah jenis.Pengukuran diameter batang juga dilakukan
pada ketinggian 1,3 meter. (Program Pascasarjana, PSL 2002)
2.2.1 Pinanga kuhlii
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliophyta
: Liliopsida
: Arecales
: Areceae
: Pinanga
: Pinanga kuhlii

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Habitus berbentuk rumpun dan tumbuhnya berkelompok, tinggi


400-800 cm. tumbuhnya membentuk rumpun. Daunnya majemuk,
terdiri dari pelepah (vagina), tangkai (petiolus), helaian (lamina),
ibu tangkai daun (petiololus). Panjang upih kurang lebih 5 cm,
panjang tangkai lebih dari 60 cm, warna cokelat kemerah-merahan,
panjang helaian 30-50 cm, lebar helaian kurang lebih 1-3 cm,
pelepah daunnya berbentuk seludang yang membungkus batangnya
dan persegi panjang, pelepahnya tidak berduri dan daunnya
berbentuk sirip : sifat daun : bentuk daun (cicum scriptio) sirip
(pinnatus), pangkal daun (basis folii) cuneatus, tepi daun (margo
folii) rata (integer), ujung daun (apex folii) lancip atau runcing
(acutus), tulang daun (nervatio) sejajar (rectinervis), daging daun
tipis keras (perkamentus), permukaan daun bersisik (Lepidus),
warna daun hijau, berpelepah persegi panjang, anak-anak daunnya
lebar, susunan daunnya sejajar.
Diameter batang hingga 15 cm, batang ramping, permukaan
batang berusuk (costatus), bentuk batang berbuku-buku dan
bentuk penampang melintangnya bulat (teres) tipe batang tumbuh
diatas tanah (caulis), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),
percabangan batang monopodial, jarak antara ruas batang 7 cm
lebih, warna batang cokelat lumut namun tidak jelas terdapat
adanya alat tambahan karena referensi yang mengenai hal tersebut
kurang.
2.2.2 Trevesia sundaica
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spematophyta
: Dicotyledoneae
: Apiales
: Araliaceae
: Trevesia
: Trevesia sundaica

Pohon dengan tinggi


3-10 cm. batang
berkayu,
bulat,
tegak, berdiameter
15 cm, berwarna
hijau,
kasar,
percabangan
simpodial,
pada
waktu muda berduri temple dan setelah tua tidak berduri. Daun tunggal,
berselung, berbentuk bulat, menjari, tangkai daun bulat, panjang 2,5-25 cm dan
berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk malai, terletak di ketiak daun,
kelopak berbentuk cawan dan berwarna hijau, benang sari dan putik dan
berjumlah banyak dan duduk di tengah bunga, mahkota bunga (lepas, halus,
panjang 2-3 mm, dan berwarna putih). Buah elips, bergaris tengah 1,5 cm,
-

6
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

bertangkai panjang dan berwarna cokelat. Trevesia sundaica


dapat tumbuh pada ketinggian tempat 300-1500 mdpl.
2.2.3 Magnolia lilifera
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledoneae
: Magnoliales
: Magnoliaceae
: Magnolia
: Magnolia lilifera
Pohon dengan tinggi 15- 25 meterdengan batang berbentuk lurus
bulat dan kulit batangnya halus. Magnolia lilifera memiliki
akartunggang serta memiliki daun bulat telur berbentuk lanset
agak melebar dengan bunga berdiri sendiri atau tunggal dan
memiliki buah berbentuk bulir memanjang dimana terdiri atas
buah kecil berbentuk jantung.

2.2.4 Macaranga tanarius


-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Monocotyledoneae
: Malpighiales
: Euphorbiaceae
: Macaranga
: Macaranga tanarius
Macaranga tanarius memiliki tinggi 20-25 meter dengan batang
bebas cabang10-15 meter dimana batangnya tegak lurus dengan
diameter mencapai 55 cm dengan tidak berbanir. Daun
Macaranga tanarius berjenis tunggal dengan tangkai nyata yang
berwarna coklat kotor. Bunga Macaranga tanarius tumbuh
beramai-ramai dalam daun pelindung yang terdapat dalam
malai yang berbulu dengan buah berukuran 10 mm dan
termasuk buah kotak sejati yang berbentuk bulat berpasangan.

2.2.5 Ficus fistulosa

7
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014


-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliaphyta
: Magnoliopsida
: Urticales
: Moraceae
: Ficus
: Ficus fistulosa
Ficus fistulosa memiliki tinggi hingga 20 m dan memiliki lebar
25 cm dengan batang memiliki getah putihs serta terdapat
stipula sekitar 10 cm. Memiliki daun berbentuk oval dengan
pertulanagan daun menyirip serta memiliki buah berukuran 10
mm yang berwarna kuning kecoklatan.

2.3 Pancang
Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5
meter serta diameter batang kurang dari 10 cm. Ukuran petak pengamatan
yang digunakan untuk pengukuran pancang ini adalah 5x5 meter. Tidak
seperti tiang dan pohon, diameter pancang tidak diukur. Pengukuran hanya
dilakukan pada jumlah mdividu dan jumlah spesies. Karena pada tahap
pertumbuhan pancang, yang penting untuk diketahui adalah kerapatan dan
frekuensi. (Program Pascasarjana, PSL 2002)
2.3.1
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

Dioscorea hipsida
: Plantae
: Magnoliaphyta
: Liliopsida
: Liliales
: Dioscoreaceae
: Dioscorea
: Dioscorea hipsida
Tumbuhan perambat, berumur menahun (perenial),
panjang +/- 10 m. Akar serabut. Batang berkayu, silindris,
membelit, warna hijau, bagian dalam solid, permukaan halus,
berduri.. Daun majemuk, bertangkai, beranak daun tiga
(trifoliolatus), warna hijau, panjang 20 - 25 cm, lebar 1 - 12 cm,
helaian daun tipis lemas, bentuk lonjong, ujung meruncing
(acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan

8
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

melengkung (dichotomous), permukaan kasap (scaber). Bunga


majemuk, bentuk bulir (spica), muncul dari ketiak daun
(axillaris). Buah lonjong, panjang +/- 1 cm.

2.3.2

Ficus fistulosa

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliaphyta
: Magnoliopsida
: Urticales
: Moraceae
: Ficus
: Ficus fistulosa
Pohon hingga 20 m dan 21 cm dbh dan diameter 25 cm.
Batang dengan getah putih. Ranting sering hampa. Stipula sekitar
10 mm, gundul. alternatif Daun, sederhana, penni-untuk tripliurat, gundul. Buah berukuran 10 mm diameter, kuning-coklat,
bulat, berdaging buah ara ditempatkan dalam bundel bersama
ranting dan batang.

2.3.3

Piper aduncum

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliaphyta
: Magnoliopsida
: Piperales
: Piperaceae
: Piper
: Piper aduncum
BatangBerkayu, bulat telur, ujung runcing, pangkal
membulat, tepi rata, pada setiap buku, tangkai berbulu halus,
silindris 5-10 mm, panjang daun 10-14 cm, lebar 5-6 cm,
pertulangan menjari, hijau muda.Bunga Majemuk, bentuk bu/ir,
berkelamin satu atau dua, daun pelindung bertangkai 0,5-1,25
mm, melengkung, tangkai benang sari pendek, kepala sari kecil,
bakal buah duduk, kepala putik dua sampai tiga, pendek, putih,
putin kekuningan. BuahBuni, bertangkai pendek, panjang bulir
12-14 cm, masih muda kuning kehijauan setelah tua hijau.
BijiKecil, coklat. Akar Tunggang, putih kecoklatan.

2.3.4

Cyathea sp.

9
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Pteridophyta
: Pteridopsida
: Cyatheales
: Cyatheaceae
: Cyathea
: Cyathea sp.
Cyathea sp. adalah keluarga terbesar pakis pohon. Kata
Cyathea berasal dari cangkir kecil makna kyatheion Yunani
mengacu pada sori ditemukan di sisi bawah daun. Genus
Cyathea dari pohon pakis pakis termasuk pohon tertinggi di
dunia, yang dapat mencapai ketinggian lebih dari 20m.
Menurut fosil Besar dan Braggins (2004) menemukan di
Tasmania bisa tanggal keluarga Cyatheaceae dengan periode
Jurassic akhir dengan fosil genera modern Cyathea ditemukan
di Amerika Serikat tanggal pada periode Tersier.

2.3.5

Selaginella wildenowii

Akar
Selaginellawildenow
ii
di
dekat
percabangan
batangnya memiliki
rizofora
(Pendukungakar).ak
ar).Rizofora
berbentuk
seperti
batang, tidak berdaun , dan tidak berwarna. Rizofora berbentuk seperti batang,
tidak berdaun, dan tidak berwarna.Rizofora tumbuh ke bawah menuju tanah dan
pada ujungnya tumbuh akar Rizofora tumbuh ke bawah menuju tanah dan pada
ujungnya tumbuh akar(Dasuki dan Ahmad 1991).(Dasuki dan Ahmad
1991).Menurut Tjitrosoepomo (1994), batang S.Menurut Tjitrosoepomo (1994),
batang Selaginellawilldenowii ada yang tumbuhnyawilldenowii yang
tumbuhnyamembentuk rumpun, ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai
panjangmembentuk rumpun, ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai
panjangsampai beberapa meter tidak memperlihatkan pertumbuhan menebal
sekunder,sampai beberapa meter yang tidak memperlihatkan pertumbuhan
sekunder menebal,sebagian mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri
tegak, bercabang-sebagian mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri
tegak, bercabang-cabang menggarpu anisotom.cabang menggarpu anisotom.
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Lycopodiophyta
: Lycopodiopsida
: Selaginellales
: Selaginellaceae
: Selaginella
: Selaginella wildenowii

10
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

2.3.6
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

Trefesia sundaica
: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledoneae
: Apiales
: Araliaceae
: Trefesia
: Trefesia sundaica
Perdu dengan tinggi 3-10 m. Batang berkayu, bulat,
tegak, berdiameter 15 cm, berwarna hijau, kasar, percabangan
simpodial, pada waktu muda berduri tempel dan setelah tua
tidak berduri. Daun tunggal, berseling, berbentuk bulat,
menjari, tangkai daun bulat, panjang 2,5-25 cm, dan
berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk malai, terletak di
ketiak daun, kelopak berbentuk cawan dan berwarna hijau,
benangsari dan putik berjumlah banyak dan duduk di tengah
bunga, mahkota bunga (lepas, halus, panjang 2-3 mm, dan
berwarna putih). Buah elips, bergaris tengah 1,5 cm,
bertangkai panjang, dan berwarna coklat. Biji berwarna
bening dan berbentuk ginjal. Akar tunggang dan berwarna
coklat. Borang dapat tumbuh pada ketinggian tempat 3001.500 m dpl.

2.3.7
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

Talauma condollei
: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledoneae
: Ranunculales
: Magnoliaceae
: Talauma
: Talauma condollei
Perdu setinggi 5 m. Batang tegak, bulat, berkayu,
percabangan monopodial, dan berwarna hijau kecoklatan.
Daun tunggal, lonjong, panjang 35-45 cm, lebar 7-17 cm,
ujung runcing, pangkal bulat, pertulangan menyirip, hijau tua,
tangkai bulat beralur, panjang 1,5 - 5 cm, dan berwarna hijau.
Bunga tunggal, di ujung batang, bertangkai dengan panjang
2-4 cm dan berwarna kecoklatan, kelopak lonjong dan

11
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

berwarna hijau keputih-putihan, benangsari (pipih, panjang


0,5 - 1 cm, dan berwarna kuning), putik berbau harum dan
berwarna kuning cerah. Buah kotak, berbentuk kerucut, dan
berwarna coklat kemerahan. Biji lonjong, berdiameter 0,5
cm, dan berwarna hitam. Akar tunggang dan berwarna coklat
kotor.
2.4 Semai
Anakan pohon adalah regenerasi awal dari pohon dengan ukuran
ketinggian kurang dari 1,5 meter. Ukuran petak yang digunakan untuk
pengukuran anakan adalah 2x2 meter. Sebagaimana pancang, tahap
pertumbuhan anakan hanya dihitung individu serta jenis anakan saja. Tidak
perlu dilakukan pengukuran diameter batang. (Program Pascasarjana, PSL
2002)
2.4.1 Ficus benjamina
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliaphyta
: Magnoliopsida
: Urticales
: Moraceae
: Ficus
: Ficus benjamina
Pohon besar, diameter batang bisa mencapai 2 m lebih, tinggi bisa
mencapai 25 m. Batang tegak bulat, permukaan kasar, coklat
kehitaman, keluar akar menggantung dari batang. Daun tunggal,
lonjong, hijau, panjang 3-6 cm, tepi rata, letak bersilang
berhadapan. Bunga tunggal, keluar dari ketiak daun, kelopak
bentuk corong, kuning kehijauan.Pohon, tinggi 20-25 m Batang
Tegak, bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar, pada
batang tumbuh akar gantung, coklat kehitaman. Jenis daunnya
adalah daun tunggal, bersilang berhadapan, lonjong, tepi rata,
ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-6 cm, lebar 2-4 cm,
bertangkai pendek, pertulangan menyirip, hijau. Bunga tunggal,
di ketiak daun, tangkai silindris, kelopak bentuk corong, hijau,
benang sari dan putik halus, kuning, mahkota bulat, halus, kuning
kehijauan. Buah buni, bulat, panjang 0,5-1 cm, masih muda hijau
12

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

setelah tua merah. Biji Bulat, keras, putih. Akar Tunggang, coklat.
Habitat Pohon Beringin banyak tumbuh di daerah perairan seperti
pinggiran sungai.
2.4.2
-

Altingia excelsa

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spematophyta
: Dicotyledoneae
: Saxifragales
: Altingiaceae
: Altingia
: Altingia excelsa
Pohon Rasamala selalu hijau. Tingginya dapat mencapai 40-60 m
dengan tinggi bebas cabang 20-35 m. Diameter bisa mencapai
hingga 80-150 cm. Kulit kayunya halus, berwarna abu-abu.
Kayunya berwarna merah. Pohon yang masih muda bertajuk rapat
dan berbentuk pyramid. Bentuk ini berangsur menjadi bulat
seiring bertambahnya umur. Letak daun bergiliran. Bentuknya
lonjong dengan panjang 6 - 12 cm dan lebar 2,5-5,5 cm. Bentuk
khasnya adalah tepi daun yang bergerigi halus. Bunganya
berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon
yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga, berkumpul
menyerupai kepala.

2.4.3
-

Syzygium polyanthum

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Myrtales
: Myrtaceae
: Syzygium
: Syzygium polyanthum

13
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Tanaman ini memiliki pohon dengan batang berkambium. Bisa


mencapai ketinggian 30 meter. Bagian kulit batangnya memiliki
warna abu-abu, teksturnya pecah-pecah dan terlihat bersisik kasar.
Daun dari tanaman salam ini memiliki tangkai dengan panjang
hingga 12 mm. Helai daunnya berbentuk jorong sedikit lonjong
(lanset). Berbunga dan umumnya dijumpai tumbuh pada bagian
bawah daun dan terkadang juga di ketiak daun. Bunga tumbuhan
salam ini cenderung kecil, baunya harum dengan kelopak serupa
mangkuk.
2.4.4
-

Hibiscus tiliaceus

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledonae
: Malvales
: Malvaceae
: Hibiscus
: Hibiscus tiliaceus
Pohon ini memiliki tinggi 5-15 meter, garis tengah batang 40-50
cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan daun
tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat telur,
tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun menjari,
sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah
pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abuabu rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm,
meninggalkan
tanda
bekas
berbentuk
cincin.
Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang
kelopak 2.5 cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk
kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada
pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi
kemerah-merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati
oleh kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi
dua oleh sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk
telur berparuh pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak sempurna,
membuka dengan 5 katup.

2.5 Liana
Liana adalah tumbuhan yang biasanya tumbuh melilit atau memanjat
pohon (woody climbers). Yang tergolong dalam kelompok liana berkayu
14
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

ini jika panjarig batangutamanya lebih dari 1,5 meter. Liana tidak berkayu
(non-woody liana) jika panjangbatang utamanya kurang dari"1.5 meter.
Pengenalan jenis liana ini agak rumitsehingga jika tidak dimungkinkan
spesimen yang terdiri dari batang. daun danbunga/biji (jika ada) perlu
untuk diambil dan dilakukan penomoran spesimen (misal:Liana sp1. Liana
sp2.). Petak contoh untuk pengamatan liana berukuran 5x5 meter.
(Program Pascasarjana, PSL 2002)
2.6 Epifit
Epifit adalah tumbuhan yang menempel di pohon lain atau yang
menjadikan pohon lain sebagai inangnya. Anggrek adalah jenis epifit yang
banyak diternui di dalam hutan. Selain jenis-jenis anggrek, epifit berupa
paku-pakuan juga banyak dijumpai. Untuk memperlancar pengamatan
dilapangan, pengamatan terhadap epifit hanya dilakukan sampai pada
ketinggian 2 meter dari permukaan tanah karena pengamatan pada
ketinggian lebih dari 2 meter akan sulit dilakukan atau diperlukan
pemanjatan pohon kecuali jika fokus pengamatannya adalah epifit.
Pengukuran terhadap epifit dilakukan terhadap jumlah individu dan
spesies, jika bisa diidentifikasi oleh pengenal pohon karena biasanya jenis
epifit sulit untuk dikenali, kecuali oleh ahli epifit. Pengukuran terhadap
epifit dilakukan pada petak 5x5 meter. (Program Pascasarjana, PSL 2002)
2.7 Tanaman bawah
Tumbuhan bawah adalah semua tumbuhan yang hidup di lantai hutan
kecuali regenerasi pohon (anakan dan pancang). Beberapa tumbuhan
bawah diantaranya adalah: (1) keluarga palma. jika tingkatan pohon
dewasanya lebih tinggi dari 1,5 meter; (2) pandan. tidak ada kategori untuk
jenis tumbuhan bawah ini: (3) pakupakuan: dan (4) semak atau herba
lainnya. Sebagaimana liana dan epifit jika tidak dimungkinkan pengenalan
jenis, penomoran spesimen/contoh (Palma sp1.. Pakupakuan sp1., Herba
sp1., dst). Ukuran petak contoh pengamatan tumbuhan bawah bcrukuran
5x5 meter. (Program Pascasarjana, PSL 2002)

BAB III
METODE

15
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

3.1.

Waktu dan Lokasi


Praktikum ini dilakukan di kawasan hutan Desa Sukamantri Kecamatan
Tamansari, Bogor pada hari Minggu

3.2.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam pengumpulan data analisis vegetasi di
sukamantri sebagai berikut:
No
.

3.3.

Alat

Kegunaan

Alat tulis
Golok
Meteran
Kamera
Kompas
bidik
Patok
Tali raffia

Untuk mencatat data yang didapat


Untuk membuka jalur penelitian
Untuk mengukur jarak atau lebar plot penelitian
Untuk mendokumentasikan kegiatan di lokasi penelitian
Untuk menentukan/mebidik arah plot
Untuk menandai titik-titik plot penelitian
Untuk menandai/membatasi plot-plot penelitian

Metode praktikum
Penelitian dilakukan di Sukamantri kecamatan Taman Sari. Metode
pengumpulan data yang digunakan alam analisis vegetasi ini adalah metode
garis berpetak, yang merupakan salah satu modifikasi metode jalur. Secara
singkat dapat digambarkan sebagai berikut

16
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Tata Kerja

3.4.

Ditentukan jalur pengamatan dengan arah azimuth kompas sebesar 120 dan
memotong garis kontur

Dibuat jalur rintis berdasarkan arah yang sudah ditentukan, kemudian


menetukan plot penelitian

Plot pengamatan dibuat sebesar 20x20m, dengan membedakan ukuran serta


peruntukannya ukuran 2x2m untuk menganalisis vegetasi berupa semai dan
tumbuhan bawah, 5x5m untuk menganalisis vegetasi berupa liana, epifit serta
pancang (diameter <10 cm), dan 10x10 untuk menganalisis vegetasi berupa
tiang (diameter 10-35 cm). Kemudian secara keseluruhan pada plot ukuran
20x20 digunakan untuk menganalisis vegetasi berupa pohon (diameter >35
cm).

Dicatat vegetasi yang berada pada masing-masing plot ukuran dalam tali rafia
yang berbeda untuk masing-masing jenis vegetasi

Analisis Data
Analisis data dilakukan unatuk mengetahui kerapatan, frekuensi vegetasi
dan dominasi khusus paa tiang dan pohon tiang dan pohon yang ada dalam lokasi
penelitian. Kerapatan merupakan jumlah individu per satuan luas, biasanya
disebutkan dalam satu satuan jumla pohon setiap jenis per luas plot. Frekuensi
17
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

adalah jumlah plot ditemukannya suatu jenis dibagi jumlah total plot yang ada.
Sedangkan dominasi merupakan proyeksi Luas Bidang Dasar (LBD) pohon
terhadap permukaan tanah (luasan plot contoh). Pengukuran luas bidang daar
dilakukan dengan menghitung diameter setinggi dada (diameter breast high
DBH).
K erapatan=

Frekuensi=

Jumlah pohon jenis i


Luas plot

Jumlah pohon jenis i


Jumlah seluruh plot

Kerapatan=

LBD= D

Luas Bidang Dasar ( LBD)


Luas plot
2

Kemudian setelah didapatkan ketiga jenis data tersebut dilakukan perhitungan


indeks nilai penting yang merupakan jumlah kerapatan relatif, frekuensi relatif,
dan dominasi relatif. Dengan rumus sebagai berikut:
Kerapatan Relatif ( KR ) =

Kerapatan jenis i
x 100
Kerapatan seluruh jenis

Frekuensi Relatif ( FR ) =

Frekuensi jenis i
x 100
Frekuensi seluruh jenis

Dominasi Relat if ( KR )=

Dominasi jenis i
x 100
Dominasi seluruh jenis

Indeks nilai penting (INP)


Nilai INP menunjukan peranan suatu jenis dalam ekosistem atau komunitas
tertentu INP dihitung dengan rumus:
Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR (untuk tiang dan pohon)
Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR (untuk tumbuhan bawah dan pancang)

Indeks Keanekaragaman Shannon-wiener


H = - (pi LnPi) dimana H

18
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Kriteria indeks keanekaragaman dibagi dalam 3 kategori yaitu:


H < 1

= Keanekaragaman rendah

1 < H < 3 = Keanekaragaman sedang


H > 3

= Keanekaragaman tinggi

Indeks Kemerataan
E = H/log S
E
= Indeks kemerataan jenis Pielou
H
= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S
= Jumlah jenis
Nilai indeks kemerataan jenis ini berkisar antara 0 1 dengan deskripsi
kondisi sebagai berikut:
o E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang
dimiliki masing-masing spesies sangat jauh beda
o E = 1, kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu
masing-masing spesies relatif sama.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.

Klasifikasi
4.1.1. Pohon
2.1.4
Pinus Mer
Kingdom : Plantae
- Divisio
: Spematophyta
- Classis
: Coniferae
- Ordo
: Pinales
- Familia
: Pinaceae
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor
- Genus
: Pinus
- Species
: Pinus Merkusii
-

19

Laporan Praktikum Ekologi 2014

2.1.5
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

2.1.6
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

Tanaman pinus memiliki ketinggian 1-40 meter. Pinus memiliki


akar tunggang dengan batang berupa batang berkayu berbentuk
bulat dengan permukaan batang beralur dimana memiliki arah
tumbuh tegak lurus dengan percabangan monopodial. Pinus
memiliki daun berbentuk jarum dimana pada pangkal berkas
dikelilingi oleh sarung sisik berupa selaput tipis dengan tipe
duduk daun tersebar. Bunga pada pinus berkelamin satu atau
berumah satu (monoceous) dimana bunga jantan dan betina
berada dalam satu tunas dengan bunga jantan berbentuk strobilus
silindris, sedangkan betina berbentuk kerucut dan biji Pinus
merkusii terletak dasar pada setiap sisik buah.
Agathis Dammara
: Plantae
: Spematophyta
: Dicotyledoneae
: Araucariales
: Araucariaceae
: Agathis
: Agathis Dammara
Tanaman damar memiliki ketinggian 30-40 meter. Damar
memiliki akar tunggang dengan batang berupa batang berkayu
berbentuk bulat dengan permukaan batang beralur dimana
memiliki arah tumbuh tegak lurus dengan percabangan
monopodial. Pinus memiliki daun tunggal, berhadapan, lonjong,
tepi rata unjung dan pangkal daunnya runcing dengan pertuangan
daun nya menyirip. Bunga pada damar berkelamin satu atau
berumah satu (monoceous) dimana bunga jantan bertumpuk pada
tunas yang muda. Buah pada damar berbentuk lonjong, dan
berperisai tipis seperti sisik dengan biji berwarna putih dan
berbentuk pipih.
Altingia excelsa
: Plantae
: Spematophyta
: Dicotyledoneae
: Saxifragales
: Altingiaceae
: Altingia
: Altingia excelsa
20

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Pohon Rasamala selalu hijau. Tingginya dapat mencapai 40-60 m


dengan tinggi bebas cabang 20-35 m. Diameter bisa mencapai
hingga 80-150 cm. Kulit kayunya halus, berwarna abu-abu.
Kayunya berwarna merah. Pohon yang masih muda bertajuk rapat
dan berbentuk pyramid. Bentuk ini berangsur menjadi bulat
seiring bertambahnya umur. Letak daun bergiliran. Bentuknya
lonjong dengan panjang 6 - 12 cm dan lebar 2,5-5,5 cm. Bentuk
khasnya adalah tepi daun yang bergerigi halus.Bunganya
berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon
yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga, berkumpul
menyerupai kepala.
4.1.2. Tiang
2.2.1 Pinanga kuhlii
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliophyta
: Liliopsida
: Arecales
: Areceae
: Pinanga
: Pinanga kuhlii
Habitus berbentuk rumpun dan tumbuhnya berkelompok,
tinggi 400-800 cm. tumbuhnya membentuk rumpun. Daunnya
majemuk, terdiri dari pelepah (vagina), tangkai (petiolus), helaian
(lamina), ibu tangkai daun (petiololus). Panjang upih kurang lebih
5 cm, panjang tangkai lebih dari 60 cm, warna cokelat kemerahmerahan, panjang helaian 30-50 cm, lebar helaian kurang lebih 13 cm, pelepah daunnya berbentuk seludang yang membungkus
batangnya dan persegi panjang, pelepahnya tidak berduri dan
daunnya berbentuk sirip : sifat daun : bentuk daun (cicum
scriptio) sirip (pinnatus), pangkal daun (basis folii) cuneatus, tepi
daun (margo folii) rata (integer), ujung daun (apex folii) lancip
atau runcing (acutus), tulang daun (nervatio) sejajar (rectinervis),
daging daun tipis keras (perkamentus), permukaan daun bersisik
(Lepidus), warna daun hijau, berpelepah persegi panjang, anakanak daunnya lebar, susunan daunnya sejajar.
Diameter batang hingga 15 cm, batang ramping, permukaan
batang berusuk (costatus), bentuk batang berbuku-buku dan

21
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

bentuk penampang melintangnya bulat (teres) tipe batang tumbuh


diatas tanah (caulis), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus),
percabangan batang monopodial, jarak antara ruas batang 7 cm
lebih, warna batang cokelat lumut namun tidak jelas terdapat
adanya alat tambahan karena referensi yang mengenai hal tersebut
kurang.
2.2.2 Trevesia sundaica
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spematophyta
: Dicotyledoneae
: Apiales
: Araliaceae
: Trevesia
: Trevesia sundaica

Pohon dengan tinggi


3-10 cm. batang
berkayu,
bulat,
tegak, berdiameter
15 cm, berwarna
hijau,
kasar,
percabangan
simpodial,
pada
waktu muda berduri temple dan setelah tua tidak berduri. Daun tunggal,
berselung, berbentuk bulat, menjari, tangkai daun bulat, panjang 2,5-25 cm dan
berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk malai, terletak di ketiak daun,
kelopak berbentuk cawan dan berwarna hijau, benang sari dan putik dan
berjumlah banyak dan duduk di tengah bunga, mahkota bunga (lepas, halus,
panjang 2-3 mm, dan berwarna putih). Buah elips, bergaris tengah 1,5 cm,
bertangkai panjang dan berwarna cokelat. Trevesia sundaica dapat tumbuh pada
ketinggian tempat 300-1500 mdpl.
-

2.2.3 Magnolia lilifera


-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledoneae
: Magnoliales
: Magnoliaceae
: Magnolia
: Magnolia lilifera
Pohon dengan tinggi 15- 25 meterdengan batang berbentuk lurus
bulat dan kulit batangnya halus. Magnolia lilifera memiliki
akartunggang serta memiliki daun bulat telur berbentuk lanset
agak melebar dengan bunga berdiri sendiri atau tunggal dan

22
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

memiliki buah berbentuk bulir memanjang dimana terdiri atas


buah kecil berbentuk jantung.
2.2.4 Macaranga tanarius
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Monocotyledoneae
: Malpighiales
: Euphorbiaceae
: Macaranga
: Macaranga tanarius
Macaranga tanarius memiliki tinggi 20-25 meter dengan batang
bebas cabang10-15 meter dimana batangnya tegak lurus dengan
diameter mencapai 55 cm dengan tidak berbanir. Daun
Macaranga tanarius berjenis tunggal dengan tangkai nyata yang
berwarna coklat kotor. Bunga Macaranga tanarius tumbuh
beramai-ramai dalam daun pelindung yang terdapat dalam
malai yang berbulu dengan buah berukuran 10 mm dan
termasuk buah kotak sejati yang berbentuk bulat berpasangan.

2.2.5 Ficus fistulosa


-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

2.7.2

: Plantae
: Magnoliaphyta
: Magnoliopsida
: Urticales
: Moraceae
: Ficus
: Ficus fistulosa
Ficus fistulosa memiliki tinggi hingga 20 m dan memiliki lebar
25 cm dengan batang memiliki getah putihs serta terdapat
stipula sekitar 10 cm. Memiliki daun berbentuk oval dengan
pertulanagan daun menyirip serta memiliki buah berukuran 10
mm yang berwarna kuning kecoklatan.

Pancang
2.7.2.1 Dioscorea hipsida

Kingdom : Plantae
- Divisio
: Magnoliaphyta
- Classis
: Liliopsida
- Ordo
: Liliales
- Familia
: Dioscoreaceae
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor
- Genus
: Dioscorea
- Species
: Dioscorea hipsida
-

23

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Tumbuhan perambat, berumur menahun (perenial),


panjang +/- 10 m. Akar serabut. Batang berkayu, silindris,
membelit, warna hijau, bagian dalam solid, permukaan halus,
berduri.. Daun majemuk, bertangkai, beranak daun tiga
(trifoliolatus), warna hijau, panjang 20 - 25 cm, lebar 1 - 12 cm,
helaian daun tipis lemas, bentuk lonjong, ujung meruncing
(acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan
melengkung (dichotomous), permukaan kasap (scaber). Bunga
majemuk, bentuk bulir (spica), muncul dari ketiak daun
(axillaris). Buah lonjong, panjang +/- 1 cm.
2.7.2.2 Ficus fistulosa
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliaphyta
: Magnoliopsida
: Urticales
: Moraceae
: Ficus
: Ficus fistulosa
Pohon hingga 20 m dan 21 cm dbh dan diameter 25 cm.
Batang dengan getah putih. Ranting sering hampa. Stipula sekitar
10 mm, gundul. alternatif Daun, sederhana, penni-untuk tripliurat, gundul. Buah berukuran 10 mm diameter, kuning-coklat,
bulat, berdaging buah ara ditempatkan dalam bundel bersama
ranting dan batang.

2.7.2.3 Piper aduncum


-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliaphyta
: Magnoliopsida
: Piperales
: Piperaceae
: Piper
: Piper aduncum
BatangBerkayu, bulat telur, ujung runcing, pangkal
membulat, tepi rata, pada setiap buku, tangkai berbulu halus,
silindris 5-10 mm, panjang daun 10-14 cm, lebar 5-6 cm,
pertulangan menjari, hijau muda.Bunga Majemuk, bentuk bu/ir,
berkelamin satu atau dua, daun pelindung bertangkai 0,5-1,25
24

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

mm, melengkung, tangkai benang sari pendek, kepala sari kecil,


bakal buah duduk, kepala putik dua sampai tiga, pendek, putih,
putin kekuningan. BuahBuni, bertangkai pendek, panjang bulir
12-14 cm, masih muda kuning kehijauan setelah tua hijau.
BijiKecil, coklat. Akar Tunggang, putih kecoklatan.
2.7.2.4 Cyathea sp.
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Pteridophyta
: Pteridopsida
: Cyatheales
: Cyatheaceae
: Cyathea
: Cyathea sp.
CyathCyathea sp. adalah keluarga terbesar pakis pohon.
Kata Cyathea berasal dari cangkir kecil makna kyatheion
Yunani mengacu pada sori ditemukan di sisi bawah daun.
Genus Cyathea dari pohon pakis pakis termasuk pohon
tertinggi di dunia, yang dapat mencapai ketinggian lebih dari
20m. Menurut fosil Besar dan Braggins (2004) menemukan di
Tasmania bisa tanggal keluarga Cyatheaceae dengan periode
Jurassic akhir dengan fosil genera modern Cyathea ditemukan
di Amerika Serikat tanggal pada periode Tersier.

2.7.2.5 SelagSelaginella wildenowii


Akar
Selaginella
wildenowii di dekat
percabangan
batangnya memiliki
rizofora
(Pendukungakar).ak
ar).Rizofora
berbentuk
seperti
batang, tidak berdaun , dan tidak berwarna. Rizofora berbentuk seperti batang,
tidak berdaun, dan tidak berwarna.Rizofora tumbuh ke bawah menuju tanah dan
pada ujungnya tumbuh akar Rizofora tumbuh ke bawah menuju tanah dan pada
ujungnya tumbuh akar(Dasuki dan Ahmad 1991).(Dasuki dan Ahmad
1991).Menurut Tjitrosoepomo (1994), batang S.Menurut Tjitrosoepomo (1994),
batang Selaginellawilldenowii ada yang tumbuhnyawilldenowii yang
tumbuhnyamembentuk rumpun, ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Lycopodiophyta
: Lycopodiopsida
: Selaginellales
: Selaginellaceae
: Selaginella
: Selaginella wildenowii

25
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

panjangmembentuk rumpun, ada yang memanjat dan


tunasnya dapat mencapai panjangsampai beberapa meter
tidak
memperlihatkan
pertumbuhan
menebal
sekunder,sampai beberapa meter yang tidak memperlihatkan
pertumbuhan sekunder menebal,sebagian mempunyai batang
berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang-sebagian
mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri tegak,
bercabang-cabang menggarpu anisotom.cabang menggarpu
anisotom.
2.7.2.6 Trefesia sundaica
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledoneae
: Apiales
: Araliaceae
: Trefesia
: Trefesia sundaica
Perdu ddengan tinggi 3-10 m. Batang berkayu, bulat,
tegak, berdiameter 15 cm, berwarna hijau, kasar, percabangan
simpodial, pada waktu muda berduri tempel dan setelah tua
tidak berduri. Daun tunggal, berseling, berbentuk bulat,
menjari, tangkai daun bulat, panjang 2,5-25 cm, dan
berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk malai, terletak di
ketiak daun, kelopak berbentuk cawan dan berwarna hijau,
benangsari dan putik berjumlah banyak dan duduk di tengah
bunga, mahkota bunga (lepas, halus, panjang 2-3 mm, dan
berwarna putih). Buah elips, bergaris tengah 1,5 cm,
bertangkai panjang, dan berwarna coklat. Biji berwarna
bening dan berbentuk ginjal. Akar tunggang dan berwarna
coklat. Borang dapat tumbuh pada ketinggian tempat 3001.500 m dpl.

2.7.2.7 Talauma condollei


-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledoneae
: Ranunculales
: Magnoliaceae
: Talauma
: Talauma condollei

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

26

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Perdu setinggi 5 m. Batang tegak, bulat, berkayu,


percabangan monopodial, dan berwarna hijau kecoklatan.
Daun tunggal, lonjong, panjang 35-45 cm, lebar 7-17 cm,
ujung runcing, pangkal bulat, pertulangan menyirip, hijau tua,
tangkai bulat beralur, panjang 1,5 - 5 cm, dan berwarna hijau.
Bunga tunggal, di ujung batang, bertangkai dengan panjang
2-4 cm dan berwarna kecoklatan, kelopak lonjong dan
berwarna hijau keputih-putihan, benangsari (pipih, panjang
0,5 - 1 cm, dan berwarna kuning), putik berbau harum dan
berwarna kuning cerah. Buah kotak, berbentuk kerucut, dan
berwarna coklat kemerahan. Biji lonjong, berdiameter 0,5
cm, dan berwarna hitam. Akar tunggang dan berwarna coklat
kotor.

2.7.3

Semai
2.7.3.1 Ficus benjamina

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliaphyta
: Magnoliopsida
: Urticales
: Moraceae
: Ficus
: Ficus benjamina
Pohon besar, diameter batang bisa mencapai 2 m lebih, tinggi bisa
mencapai 25 m. Batang tegak bulat, permukaan kasar, coklat
kehitaman, keluar akar menggantung dari batang. Daun tunggal,
lonjong, hijau, panjang 3-6 cm, tepi rata, letak bersilang
berhadapan. Bunga tunggal, keluar dari ketiak daun, kelopak
bentuk corong, kuning kehijauan.Pohon, tinggi 20-25 m Batang
Tegak, bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar, pada
batang tumbuh akar gantung, coklat kehitaman. Jenis daunnya
adalah daun tunggal, bersilang berhadapan, lonjong, tepi rata,
ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-6 cm, lebar 2-4 cm,
bertangkai pendek, pertulangan menyirip, hijau. Bunga tunggal,
di ketiak daun, tangkai silindris, kelopak bentuk corong, hijau,
benang sari dan putik halus, kuning, mahkota bulat, halus, kuning
kehijauan. Buah buni, bulat, panjang 0,5-1 cm, masih muda hijau

27
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

setelah tua merah. Biji Bulat, keras, putih. Akar Tunggang, coklat.
Habitat Pohon Beringin banyak tumbuh di daerah perairan seperti
pinggiran sungai.
2.7.3.2 Altingia excelsa
-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spematophyta
: Dicotyledoneae
: Saxifragales
: Altingiaceae
: Altingia
: Altingia excelsa
Pohon Rasamala selalu hijau. Tingginya dapat mencapai 40-60 m
dengan tinggi bebas cabang 20-35 m. Diameter bisa mencapai
hingga 80-150 cm. Kulit kayunya halus, berwarna abu-abu.
Kayunya berwarna merah. Pohon yang masih muda bertajuk rapat
dan berbentuk pyramid. Bentuk ini berangsur menjadi bulat
seiring bertambahnya umur. Letak daun bergiliran. Bentuknya
lonjong dengan panjang 6 - 12 cm dan lebar 2,5-5,5 cm. Bentuk
khasnya adalah tepi daun yang bergerigi halus. Bunganya
berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon
yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga, berkumpul
menyerupai kepala.

2.7.3.3 Syzygium polyanthum


-

Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Myrtales
: Myrtaceae
: Syzygium
: Syzygium polyanthum
Tanaman ini memiliki pohon dengan batang berkambium. Bisa
mencapai ketinggian 30 meter. Bagian kulit batangnya memiliki
warna abu-abu, teksturnya pecah-pecah dan terlihat bersisik kasar.
28

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Daun dari tanaman salam ini memiliki tangkai dengan panjang


hingga 12 mm. Helai daunnya berbentuk jorong sedikit lonjong
(lanset). Berbunga dan umumnya dijumpai tumbuh pada bagian
bawah daun dan terkadang juga di ketiak daun. Bunga tumbuhan
salam ini cenderung kecil, baunya harum dengan kelopak serupa
mangkuk.
2.7.3.4 Hibiscus tiliaceus
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledonae
: Malvales
: Malvaceae
: Hibiscus
: Hibiscus tiliaceus
Pohon ini memiliki tinggi 5-15 meter, garis tengah batang 40-50
cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan daun
tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat telur,
tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun menjari,
sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah
pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abuabu rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm,
meninggalkan
tanda
bekas
berbentuk
cincin.
Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang
kelopak 2.5 cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk
kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada
pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi
kemerah-merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati
oleh kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi
dua oleh sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk
telur berparuh pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak sempurna,
membuka dengan 5 katup.

4.3.

Indeks Nilai Penting


4.2.1.
Pohon
Tabel Pohon.

29
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

No

Nama
Spesies

LBD

KR

FR

Pinus
merkusii

13

2873,29

0,01

71
%

Agatis
damara

1345,45

0,0025

18
%

Altingia
excelsa

2140,63

0,00166

TOTAL

18

2,562.37

0,01416

DR

INP

33,3% 2,39

45 %

149,3

33,3% 1,12

21 %

72,3

11 % 1

33,3% 1,78

34 %

78,3

100 3 99,9% 5,29 100%


%
Hasil analisis (tabel 1) menunjukan bahwa nilai kerapatan dari
3 spesies yang terdapat di kawasan hutan Kujang Raidaer Desa
Sukamantri Bogor cukup bervariasi. Nilai kerapatan suatu spesies
menunjukkan jumlah individu spesies bersangkutan pada satuan
luas tertentu, sehingga nilai kerapatan yang dihasilkan dalam
kegiatan ini menupakan gambaran mengenai jumlah jenis
bersangkutan yang ada di kawasan hutan Kujang Raidaer Desa
Sukamantri Bogor. Total kerapatan semai dari 3 spesies tersebut
adalah 0,01416 pohon/trsbek dengan nilai kerapatan tertinggi
sebesar 0,01 pohon/tresbek dan kerapatan relatif 71 % dicapai oleh
spesies Pinus merkusii. Selanjutnya diikuti oleh spesies Agatis
damara dengan nilai kerapatan 0,0025 pohon/tresbek dan
kerapatan relatif sebesar 18%. Sedangkan kerapatan terendah oleh
spesies Altingia excelsa dengan nilai kerapatan 0,00166
pohon/tresbek dan kerapatan relatif sebesar 11%.
Perbedaan nilai kerapatan masing-masing spesies tersebut
disebabkan adanya perbedaan kemampuan reproduksi, penyebaran
dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Akan tetapi nilai kerapatan
tersebut hanya dapat memberikan informasi tentang kehadiran
tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan
gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya.
Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu
dapat dilihat dari nilai frekuensinya. Nilai frekuensi semua spesies
ini adalah 1 dengan frekuensi relatif 33,3%.
Nilai dominasi setiap spesies yang terdapat di kawasan hutan
Kujang Raidaer Desa Sukamantri Bogorjuga sangat bervariasi.
Dominansi terendah sebesar 1,12 m2/hektar ditemukan pada
spesies Agatis damara, sedangkan dominasi tertinggi
sebesar2,39m2/ha terdapat pada spesies Pinus merkusii.

30
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

299,9

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Bervariasinya nilai dominansi tersebut disebabkan perbedaan


tingkat kerapatan dan ukuran rata-rata diameter batang dari
masing-masing spesies.
Dalam pengamatan kali ini, spesies yang menunjukan INP
tertinggi untuk tingkat pohon adalah Pinus merkusii yaitu sebesar
149,3 %. Nilai INP spesies tersebut mendapatkan sumbangan
terbesar dari nilai dominansi dan kerapatannya yang relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya. Berdasarkan nilai INP
tersebut diketahui bahwa Pinus merkusii merupakan spesies yang
dominansi dalam ekosistem kawasan hutan Kujang Rider untuk
tingkat tiang spesies pohon lainnya yang juga cukup dominan
adalah Altingia excelsa dengan nilai INP sebesar 78,3%. Nilai INP
tersebut mendapatkan sumbangan terbesar dari nilai frekuensinya
yang relatif tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya disamping
nilai kerapatan dan frekuensinya.
4.2.2.
Tiang
Tabel tiang.
No
1
2
3
4
5

Nama
Spesies
A
B
C
D
E
TOTAL

LBD

KR

F FR

DR

INP

15,54
9,62
17,86
17,86
20,34
81,22

0,01
0,01083
0,0067
0,0033
0,00083
0,03466

31,59%
34,21%
21,16%
10,42%
2,62%
100%

1
1
1
1
1
5

0,01
0,00802
0,00955
0,01488
0,01695
0,1044

20,76%
12,86%
15,32%
23,87%
27,19%
100%

72,35
67,07
56,48
54,29
49,81
300

20%
20%
20%
20%
20%
100

Dari hasil pengamatan di Sukamantri terdapat 5 spesies


pohon tingkat tiang pada 1 plot. Pada spesies A diketahui jumlah
INP(Indeks Nilai Penting) sebesar 72,35 yang menandakan bahwa
spesies A mendominasi pada plot tersebut. Kedua, spesies B
dengan jumlah INP sebesar 67,07 lalu ada spesies C dengan
jumlah INP sebesar 56,48, spesies D dengan jumlah INP sebesar
54,29 dan spesies terakhir adalah spesies E dengan jumlah INP
sebesar 49,81. Indeks keanekaragaman spesies pada vegetasi tiang
dikategorikan ke dalam keanekaragaman sedang (H= 2,085).
(Dilihat pada tabel tiang)
Berdasarkan hasil pemgamatan diketahui 5 spesies tingkat
tiang yang berhasil di identifikasi di kawasan hutan Kujang Rider
dengan total kerapatan sebesar 0,03466 tiang/plot. Nilai kerapatan
tertinggi dicapai oleh spesies tiang B yaitu sebesar0,01083
tiang/plot.

31
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Nilai dominasi tertinggi untuk tingkat tiang ditunjukkan oleh


spesies tiang E yaitu sebesar 0,01695 tiang/tresbek. Hal ini
disebabkan oleh total luas bidas dasar (LBDS) yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai LBDS spesies-spesie lain. Selain itu
juga dipengaruhioleh nilai kerapatan spesies Tiang yang relatif
tinggi (0,01083 tiang/tresbek), sehingga kedua parameter ini juga
berpengaruh terhadap nilai dominansi yang dihasilkan.
Dalam pengamatan kali ini, spesies yang menunjukan INP
tertinggi untuk tingkat tiang adalah Tiang A yaitu sebesar 72,35%.
Nilai INP spesies tersebut mendapatkan sumbangan terbesar dari
nilai dominansi dan kerapatannya yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan spesies lainnya. Berdasarkan nilai INP
tersebut diketahui bahwa tiang A merupakan spesies yang
dominansi dalam ekosistem kawasan hutan Kujang Rider untuk
tingkat tiang.spesies tiang lainnya yang juga cukup dominan
adalah tiang B dengan nilai INP sebesar 67,07%. Nilai INP
tersebut mendapatkan sumbangan terbesar dari nilai frekuensinya
yang relatif tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya
disamping nilai kerapatan dan frekuensinya.

4.2.3.

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pancang

Nama Spesies

Jum
lah
Indi
vidu

KR

Pancang A

0,00008333

16,6666%

1 16,6666%

33,3333%

Glochidion sp.

0,00008333

16,6666%

1 16,6666%

33,3333%

Pancang C

0,00008333

16,6666%

1 16,6666%

33,3333%

Litocarpus sp.

0,00008333

16,6666%

1 16,6666%

33,3333%

Pancang E

0,00008333

16,6666%

1 16,6666%

33,3333%

16,6666%

1 16,6666%

33,3333%

0,005

100%

Pinanga
coronata
Total

FR

100%

INP

200%

32
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

Dari data diatas total kerapatan Pancang dari 6 bspesies tersebut adalah
0,005pohon/trsbek dengan nilai kerapatan tertinggi sebesar
0,00008333pohon/tresbek dan kerapatan relatif 16,6666 % dicapai oleh semua
spesies menunjukan kesamaan KR dan Nilai INP data diatas total 200% yang
menandakan data semkin akurt dimana tiap jenis memiliki jumlah INP yang sama
dengan INP sebesar 33,3333% yan menandakan keanekaragamannya seimbang.
4.2.4.

Semai

No
.

Namaspesies

1.
2.
3.
4.
5.

Anakan A
Ficusbenjamina
Anakan C
Anakan D
Altingiaexcelsnoronh
a
Syzygium polyanthum
Wigh Walp
Hibiscus tiliaceus
Jumlah

1
3
2
3
3

6.
7.

KR

FR

INP

0,000083
0,00025
0,00016
0,00025
0,00025

0,54%
1,6%
1%
1,6%
1,6%

1
1
1
1
1

14,28%
14,28%
14,28%
14,28%
14,28%

14,82%
15,88%
15,28%
15,88%
15,88%

17

0,014

92%

14,28%

106,28%

2
31

0,00016
0,015153

1%
99,34%

1
7

14,28%
99,96%

15,28%
199,3%

Hasil analisis (tabel 1) menunjukan bahwa nilai kerapatan dari 7


spesies yang terdapat di kawasan hutan Kujang Raider Desa Sukamantri
Bogor cukup bervariasi. Nilai kerapatan suatu spesies menunjukkan
jumlah individu spesies bersangkutan pada satuan luas tertentu, sehingga
nilai kerapatan yang dihasilkan dalam kegiatan ini menupakan gambaran
mengenai jumlah jenis bersangkutan yang ada di kawasan hutan Kujang
Raidaer Desa Sukamantri Bogor. Total kerapatan semai dari 7 spesies
tersebut adalah 0,015153 semai/plot dengan nilai kerapatan tertinggi
sebesar 0,014 semai/plot dan kerapatan relatif 92 % dicapai oleh spesies
Syzygium polyanthum Wigh Walp. Selanjutnya diikuti oleh spesies
Ficusbenjamina,Anakan D,Altingiaexcelsnoronhadengan nilai kerapatan
masing-masing 0,00025 semai/plot dan kerapatan relatif sebesar 1,6%.
Selanjutnya diikuti oleh spesies Anakan C, Hibiscus tiliaceusdengan nilai
kerapatan masing-masing 0,00016 semai/plot dan kerapatan sebesar 1%.
Sedangkan spesies anakan A nilai kerapatan terendah yaitu 0,000083
dengan kerapatan relatif sebesar 0,54%.
Perbedaan nilai kerapatan masing-masing spesies tersebut
disebabkan adanya perbedaan kemampuan reproduksi, penyebaran dan
daya adaptasi terhadap lingkungan. Akan tetapi nilai kerapatan tersebut
hanya dapat memberikan informasi tentang kehadiran tumbuhan tertentu
33
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang


bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai
distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai
frekuensinya. Nilai frekuensi semua spesies ini adalah 1 dengan frekuensi
relatif 14,28%.
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan hasil penjumlahan nilai relatif
kedua parameter (Kerapatan Relatif dan Penjumlahan Relatif) yang telah
diukur sebelumnya. Menurut Sundaradpandian dan Swamy (2000), Indeks
Nilai Penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan
gambaran tentang peranan spesies yang bersagkutan dalam komunitasnya
atau pada lokasi penelitian. Dalam penenlitian ini diketahui bahwa spesies
Syzygium polyanthum Wigh Walpmerupakan spesies yang mendominasi di
kawasan Hutan Rider Desa Sukamantri, Bogor. Keberhasilan spesies
Syzygium polyanthum Wigh Walpuntuk hidup serta mampu mendominasi
di wilayah tersebut menunjukan kemampuan adaptasi dengan pernyataan
Kreb (1994) yang menyebutkan bahwa keberhasilan setiap jenis untuk
mengokupasi suatu area dipengaruhi oleh kemampuannya beradaptasi
secara optimal terhadap seluruh faktor lingkungan fisik (temperature,
cahaya, struktur tanah, kelembaban, dan sebagainya). Faktor biotoik
(interaksi antar jenis, kompetisi, parasitisme, dan lain-lain), serta faktor
kimia yang mempengaruhi, meliputi ketersediaan air, oksigen, pH, nutrisi
dalam tanah dan lainnya yang saling berinteraksi.
4.4.

Indeks Keanekaragaman
4.1.1.
No
.

Transek I
Nama Jenis

H
2x2

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Anakan A
Ficus benjamina
Anakan C
Anakan D
Altingia excelsa
Syzgium polyanthum
Hibiscus tilaceus
Anakan H
Selaginella
Melastoma

-0,00004
-0,000016
-0,00004
-0,00037
-0,00016
-0,00066
-0,00066
-0,00149
-0,0010
-0,0033
5x5

11.
12.

Pancang A
Glochidion sp.

-0,00004
-0,00004

34
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

13.
14.
15.
16.

Pancang C
Litocarpus sp.
Pancang E
Melastoma

-0,00004
-0,00004
-0,00004
-0,0020
10x10

17.
18.
19.

Tiang A
Tiang B
Tiang C

-0,00149
-0,00597
0,00265
20x20

20.
21.
22.

4.1.2.

Altingia excels
Pinus merkusii
Agatis damara

-0,00004
-0,0020
-0,00016

Transek II

No
.

Nama Jenis

H
2x2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Anakan B
Anakan C
Anakan E
Anakan F
Anakan G
Anakan H
Selaginella sp.
Paku A
Paku B
Melastoma sp.

-0,0000756
-0,0000756
-0,0000756
-0,0000756
-0,00188
-0,00068
-0,00188
-0,00030
-0,0000756
-0,00188
5x5

11
12
13
14
15
16
17
18
19

Tanaman Bawah B
Pinanga coronata
Liana non kayu A
Liana non kayu B
Liana non kayu C
Liana non kayu D
Tanaman Bawah C
Piper aduncum
Herba A

-0,0000756
-0,0000756
-0,0000756
-0,0000756
-0,0000756
-0,0000756
-0,00914
-0,00188
-0,0000756
10x10

20
21
22

Tiang A
Tiang B
Tiang D

23

Pinus merkusii

-0,00272
-0,0000756
-0,0012

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

20x20

-0,0012

35

Laporan Praktikum Ekologi 2014

No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Nama Jenis
2x2
Anakan G
Anakan H
Anakan I
Selaginella sp.
Melastoma sp.
5x5
Herba B
Herba C
Herba D
Herba E
Tanaman Bawah E
Discorea hipsida
Tanaman Bawah G
Selaginella wildenowii
10x10
Tiang E
20x20
Pinus merkusii
Agatis damara
Altingia excels

H
-0,000187
-0,00379
-0,000187
-0,000187
-0,000421
-0,0000468
-0,0000468
-0,0000468
-0,0000468
-0,0000468
-0,000193
-0,00468
-0,042
-0,0000468
-0,0000468
-0,0000468
-0,0000468

Berdasarkan tabel di atas indeks keanekaragaman hayati pada


transek I menunjukkan kategori rendah (<1), dimana Selaginella meiliki
keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies lain di
transek I dengan H = -0,0010. Sedangkan pada transek I keanekaragaman
terendah dimiliki oleh pancang dan anakan dengan H = -0,00004.
Begitupun Indeks keanekaragaman hayati pada transek II menunjukkan
kategori rendah (<1), Dimana pada transek II Pinus dan tiang d memiliki
keanekaraggaman yang tinggi dengan H = -0,0012, lalu anakan, Paku,
Tanaman Bawah , dan Liana Non-kayu memiliki keanekaragaman paling
rendah dengan H= -0,0000756. Indeks keanekaragaman hayati pada
seluruh transek III menunjukan kategori rendah (<1), dimana Tanaman
Bawah H memiliki indeks keanekaragaman yang paling tinggi
dibandingkan dengan spesies lain di transek III yaitu dengan H = -0,042.
Sedangkan yang memilik indeks keanekaragaman paling rendah dengan
H = -0,0000468
Indeks keanekaragaman hayati yang rendah menunjukkan bahwa
jenis yang ditemukan tidak begitu banyak dan hanya ditemukan jenis
36
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

yang sama pada masing-masing transek. Menurut (Latifah,2004)


keanekaragaman jenis yang rendah disebabkan oleh suatu daerah yang
didominansi oleh jenis-jenis tertentu saja.

4.5.

Indeks Kemerataan Jenis


4.4.1.
Transek I
No
.

Nama Jenis

E
2x2

No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Anakan A
Ficus benjamina
Anakan C
Anakan D
Altingia excelsa
Syzgium polyanthum
Hibiscus tilaceus
Anakan H
Selaginella
Melastoma
Nama

5x5

-0,0000089
-0,000035
-0,0000089
-0,000082
-0,000035
-0,000147
-0,000147
-0,000317
-0,000223
-0,000738

Pancang A 2x2
-0,0000089
AnakanB B
-0,000016
Pancang
-0,0000089
Anakan
C
-0,000016
Pancang C
-0,0000089
Anakan
-0,000016
Pancang
DE
-0,0000089
Anakan
-0,000016
Pancang
EF
-0,0000089
Anakan
G
-0,00041
Tanaman bawah A
-0,000456
10x10
Anakan H
-0,00015
Tiang
A
Selaginella
sp.
-0,00041-0,000317
Tiang
B
-0,00127
Paku A
-0,000016
Tiang
C B
-0,00059
Paku
-0,000016
20x20
Melastoma sp.
-0,00041
Altingia excels5x5
-0,0000089
Pinus merkusii
-0,000456
Tanaman
Bawah B
-0,000016
Agatis
damara
-0,000035
Pancang F
-0,000016
Liana non kayu A
-0,000016
4.1.1. T
Liana non kayu B
-0,000016
ran
Liana non kayu C
-0,000016
sek
Liana non kayu D
-0,000016
II
Tanaman Bawah C
-0,0020
Tanaman Bawah D
-0,00041
Herba A
-0,000016
10x10
Tiang A
-0,00060
37
Tiang B
-0,000016
Program Studi Biologi
FMIPA
Universitas
Pakuan
Bogor
Tiang D
-0,00026
20x20
Pinus merkusii
-0,00026

Laporan Praktikum Ekologi 2014

4.1.2.
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Transek III
Kode
2x2
Anakan G
Anakan H
Anakan I
Selaginella sp.
Melastoma sp.
5x5
Herba B
Herba C
Herba D
Herba E
Tanaman Bawah E
Tanaman Bawah F
Tanaman Bawah G
Tanaman Bawah H
10x10
Tiang E
20x20
Pinus merkusii
Agatis damara
Altingia excels

Jumlah
-0,0000457
-0,0000926
-0,0000457
-0,0000457
-0,0000102
-0,0000114
-0,0000114
-0,0000114
-0,0000114
-0,0000114
-0,000471
-0,00114
-0,0102
-0,0000114
-0,0000114
-0,0000114
-0,0000114

Nilai indeks kemerataan jenis dapat menggambarkan kestabilan


suatu komunitas. Nilai indeks kemerataan (E) berkisar antara 0-1.
Semakin kecil nilai E atau mendekati nol, maka semakin tidak
merata penyebaran organismee dalam komunitas tersebut yang
didominansi oleh jenis tertentu dan sebaliknya semakin besar nilai E
atau mendekati satu, maka organismee dalam komunitas akan
menyebar secara merata (Kerbs,1998).
Berdasarkan data tabel diatas menujukan indeks kemerataan semua
data berada dibawah nol. Ini artinya tidak meratapenyebaran organisme
tersebut. Pada transek I Tiang B memiliki indeks kemeretaan tertinggi
dengan jumlah E = -0,00127 sedangkan yang terendah ada 8 jenisdengan
jumlah E = -0,0000089. Pada transek II indeks kemerataan tertinggi
adalah -0,0020yaitu pada Tanaman Bawah C. Sedangkan yang terendah
rata dengan jumlah indeks kemerataan -0,000016. Pada transek III indeks
kemerataan tertinggi adalah -0,0102yaitu pada Tanaman Bawah H.
Sedangkan yang terendah yaitu Anakan Hsebesar -0,0000926.

38
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

BAB V
KESIMPULAN

1. Kerapatan populasi semua spesies untuk masing-masing tingkatan vegetasi


adalah 7 jenis semai/plot, 6 jenis pancang/plot, 5 jenis tiang/plot, dan 3
jenis pohon/plot.
2. Dominasi semua spesies pada kawasan hutan Desa Sukamantri Kecamatan
Tamansari,Bogor untuk tingkat semai (2x2) spesies yang mendominasi
adalah Syzygium polyanthum Wigh Walp, tingkat pancang (5x5) spesies
yang mendominasi adalah .... , tingkat tiang (10x10) spesies yang
mendominasi adalah ...., tingkat pohon (20x20) spesies yang mendominasi
adalah Pinus merkusii.
3. Spesies yang dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya
sehingga mampu mendominasi kawasan Kujang Raider Sukamantri Bogor
adalah Syzygium polyanthum Wigh Walp (INP = 60,73%) untuk tingkat
semai; (INP = 33,333% ) untuk tingkat pancang; (INP = 72,35%) untuk
tingkat tiang; Pinus merkusii (INP = 149,3%) untuk tingkat pohon.
4. Semua transek memiliki kemerataan < 1 yang berarti tingkat
keanekaragamannya rendah .

39
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

DAFTAR PUSTAKA

Kunarsa. A, dan Fatuhul. A. 2013.Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada


Berbagai Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman, Vol. 10, No.7.
Sadono.R, dan Aziz. U. 2012. Penentuan Indeks Kepadatan Tegakan Sengon Di
Hutan Rakyat, Kecamatan Kranggan Dan Pringsurat, Kabupaten
Temanggung. Jurnal Ilmu Kehutanan, Vol. 6. No. 1.
Idris. H. M, Sitti. L, dkk. 2013. Studi Vegetasi dan Cadangan Karbon Di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru, Bayan Lombok
Utara. Jurnal Ilmu Kehutanan, Vol. 7. No 1.
Odum, E.P., 1998. Dasar-Dasar Ekologi
Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada Press.

(terjemahan).

III

ed.

40
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Laporan Praktikum Ekologi 2014

P. Ramadanil.2012. Struktur Vegetasi Pada 3 Zona Elevasi Yang Berbeda Di


Taman Nasional Lere Lindu, Sulawesi Tengah. Jurnal Natural Science, Vol.
1. (1) 85-105
Ernawati, Umar. H, dkk.2013. Komposisi Jenis dan Penguasaan Ekologi Di
Wilayah Desa Pangi Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten
Parigi, Moutong. Warta Rimba,Vol..7, No. 2
Purwaka. K, Geradus. M, dkk.2013. Analisi Vegetasi Di Taman Nasional Gunung
Gede-Pangrango Ketinggian HM-5. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

41
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

Anda mungkin juga menyukai