Anda di halaman 1dari 15

PENULISAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Dipersiapkan untuk disampaikan pada Workshop Penulisan Karya Fiksi dan Non Fiksi kepada Guru-Guru dan Dosen di
Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman yang diselenggarakan oleh Wanita Penulis Indonesia bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, tanggal 12 sampai 15 April 2011

Oleh: Dr. Hermayulis,S.H.,M.S


Dosen Fakultas Hukum Universitas YARSI
&
Felo Penyelidik pada Institute of the Malay Worlds and Civilisation (ATMA),
Universiti Kebangsaan Malaysia
Email: hermayulis@yahoo.com

PENDAHULUAN
Pelaksanaan suatu penelitian ilmiah akan selalu dilakukan secara bertahap. Tahaptahap yang harus dilalui merupakan langkah penting yang harus dilakukan atau
dilaksanakan secara sistematis. Langkah pertama dan merupakan titik sentral dari suatu
kegiatan penelitian adalah menemukan masalah dan identifikasi masalah yang akan
diteliti. Masalah yang akan diteliti dapat ditemukan dari perbedaan antara "harapan"
dengan "kenyataan" atau suatu yang belum diketahui dan masih merupakan "misteri".
Proses penemuan masalah, diantaranya bermula dari pengamatan, dan dari hasil
telusuran pustaka. Setelah masalah ditetapkan, dilaksanakan telusuran literatur untuk
menemukan dan membangun kerangka teori yang sangat bermanfaat dalam
menetapkan hipotesis atau asumsi (jawaban sementara terhadap masalah yang
diajukan).
Tahap selanjutnya adalah merancang bagaimana penelitian dilaksanakan untuk menguji
masalah dan hipotesis atau asumsi. Dalam rancangan penelitian perlu diperhatikan
macam variabel, alat pengamatan atau peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan
data pada setiap variabel, populasi dan sampel yang digunakan, pendekatan yang
digunakan dalam pengumpulan data, cara pengamatan atau pengumpulan data, metode
analisis data yang dipilih, permasalahan dan sekaligus membuktikan hipotesis atau
asumsi 1 (kuantitatif atau kualitatif). Setelah rancangan penelitian selesai
baru
dilaksanakan pengumpulan data, untuk menjawab yang telah diajukan.
Penulisan laporan merupakan rangkaian kegiatan penelitian yang sangat penting dan
menentukan dalam suatu kegiatan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ilmiah
adalah untuk menemukan kebenaran (kebenaran relatif), menyusun teori atau
pengetahuan baru.
Rangkaian kegiatan penelitian ilmiah tidak berakhir dengan
terjawabnya permasalahan atau selesainya pengujian hipotesis atau selesainya
pengungkapan asumsi yang telah diajukan, tetapi harus dilanjutkan dengan langkah
1

Sehubungan dengan keberadaan hipotesis atau asumsi pada suatu penelitian, terdapat dua pendapat yang berbeda. Di
satu pihak ada yang menyatakan tidak perlu adanya hipotesis dan yang lainnya menyatakan perlu ada hipotesis.
Terlepas dari lebih tepat atau tidak kedua pendapat tersebut, keberadaan hipotesis atau asumsi akan sangat membantu
peneliti dalam melaksanakan penelitian supaya tidak mengumpulkan "garbage" yang tentunya akan menghasilkan
"garbage" (garbage in garbage out), sehingga akhirnya akan terbuang dengan sendirinya.

terakhir dan yang terpenting yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Suatu penelitian
yang tidak diakhiri dengan pelaporan, berarti penelitian yang telah dilaksanakan
dianggap belum selesai bahkan belum pernah ada dan belum pernah dilaksanakan,
sehingga waktu, tenaga, dan biaya yang telah dikeluarkan tidak terbuang percuma.
Penelitian yang belum ditulis atau diakhiri dengan pelaporan, tidak akan ada orang yang
mengetahui kebenaran atas temuan baru.
LANGKAH-LANGKAH YANG DILALUI DALAM MELAKUKAN PENELITIAN
Pekerjaan "meneliti" bukan merupakan pekerjaan yang sulit, semua manusia yang hidup
sudah dapat dipastikan adalah peneliti, hanya saja untuk dapat melibatkan diri ke dalam
kelompok peneliti ilmiah, perlu minat dan kemauan yang cukup. Penelitian ilmiah (yaitu
penelitian yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah secara sistematis dengan
metode-metode dan teknik-teknik tertentu) bertujuan untuk mengungkapkan "kebenaran
relatif" (bukan "kebenaran absolut"), yang dapat diuji kebenarannya secara ilmiah. Untuk
itu suatu penelitian ilmiah akan melalui langkah atau tahap yang juga dapat diikui oleh
peneliti lain,untuk membuktikan kebenaran yang telah diungkapkan. Langkah-langkah
penelitian tersebut adalah :

1. Menetapkan masalah
Untuk menetapkan masalah diperlukan kepekaan calon peneliti dalam mengamati
fenomena-fenomena alam. Bagi seorang yang telah berpengalaman dalam
melakukan penelitian, masalah-masalah yang telah ditentukan akan mendorong
timbulnya keinginan untuk segera melaksanakan pencapaiannya.

2. Studi pendahuluan
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk menjajagi kemungkinan suatu masalah dapat
dilaksanakan penelitiannya. Di samping ini juga dapat dilakukan untuk mendapatkan
informasi guna lebih memperjelas dan mempertajam masalah yang akan diteliti.

3. Merumuskan angggapan dasar


Fungsi dari anggapan dasar adalah untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam
mengungkap masalah yang telah ditemukan, untuk itu anggapan dasar merupakan
suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti. Anggapan dasar ini dapat berbentuk
hipotesis atau asumsi2

4. Menetapkan (menentukan) pendekatan

Penggunaan terminologi hipotesis atau asumsi adalah diantaranya ditentukan oleh tipe penelitian dan cara analisis
data yang digunakan. Pada tipe penelitian eksploratoris mungkin belum memiliki hipotesis untuk pengujian secara
ketat dengan menggunakan statistik. Jika analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan ketat maka lebih tepat
digunakan hipotesis, sedangkan untuk analisis data secara kualitatif lebih tepat digunakan asumsi, seperti halnya
dalam penelitian eksploratif (Lihat juga Efendi, S dalam Singarimbum (eds), 1989 : 22 - 33).

Pendekatan (dalam arti metode atau cara mengadakan penelitian, seperti survey,
eksperimental atau case study) sangat bermanfaat dalam menentukan variabel atau
obyek yang akan diteliti, dan subyek atau sumber data penelitian.

5. Menentukan obyek dan subyek data penelitian


Menentukan obyek dan subyek akan sangat bermanfaat untuk menetapkan alat
yang akan digunakan dalam mengumpulkan data. Obyek dan subyek dapat
ditentukan dengan menjawab pertanyaan ;
1). Apa yang akan diteliti
2). Dari mana data dapat diperoleh.

6. Menetapkan dan menyusun instrumen


Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian akan sangat tergantung kepada
jenis dan sumber data yang akan diteliti. Misalnya untuk mengetahui tingkah laku
masyarakat terhadap penderita AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome),
maka tentunya data dapat diperoleh dari penderita dan masyarakat di sekeliling
penderita berada.

7. Pengumpulan data
Kunci penentu dalam suatu penelitian ilmiah adalah data. Pengumpulan data
bukanlah merupakan suatu kegiatan yang mudah. Jika data yang terkumpul salah,
maka "garbage in garbage out" akan menjadi kenyataan. Kesalahan data yang
terkumpul hanya dapat diperbaiki dengan melakukan pengumpulan data baru yang
tepat. Hal ini akan berarti terjadinya pemborosan waktu, biaya dan tenaga. Untuk itu
pengumpulan data hendaklah dilakukan dengan hati-hati.

8. Analisis data
Dalam menganalisis data dibutuhkan ketekunan dan pemahaman terhadap jenis
data yang terkumpul, sehingga teknik pengolahan data yang digunakan dapat
disesuaikan.

9. Merumuskan kesimpulan
Kesimpulan dapat dirumuskan dari hasil analisis data yang dicocokkan dengan
hipotesis atau asumsi yang telah dirumuskan.
Merumuskan kesimpulan dari suatu hasil penelitian, dapat dinyatakan sebagai
langkah akhir dalam suatu proses penelitian, namun tidak dapat dinyatakan bahwa
kegiatan penelitian telah berakhir. Untuk jenis penelitian eksperimen, rumusan
kesimpulan dari hasil analisis data sudah dapat diterapkan oleh peneliti untuk
mengembangkan sendiri ilmu pengetahuannya, dan ini sudah berarti bagi dirinya
tetapi belum tentu bagi orang lain. Biasanya kegiatan tersebut hanya dapat
dilakukan pada bidang-bidang ilmu tertentu, terutama ilmu terapan
seperti
kedokteran klinis, pertanian, atau peternakan. Tetapi untuk bidang ilmu tertentu
seperti ilmu sosial seperti sosiologi atau antropologi termasuk hukum, pelaksanaan

penelitian yang berhenti pada pengambilan kesimpulan tidak akan bermakna bahwa
penelitian tersebut belum pernah dilaksanakan sama sekali, jika penelitian tersebut
belum ditulis dalam suatu laporan penelitian.

10. Penyusunan Laporan


Telah dikemukakan pada langkah ke 9 bahwa perumusan kesimpulan dapat
dinyatakan sebagai langkah akhir dari suatu penelitian, tetapi tidak berarti bahwa
penelitian telah selesai dan sesuai dengan tujuan pelaksanaan suatu penelitian.
Hasil penelitian yang belum dipublikasi walaupun dalam kalangan terbatas (dengan
menyusunnya dalam suatu laporan penelitian), maka salah satu tujuan penelitian
ilmiah (yaitu agar hasil dan prosedurnya diketahui orang lain, sehingga orang
tersebut dapat menguji kebenaran) belum tercapai.

OBYEKTIF LAPORAN HASIL PENELITIAN


Laporan merupakan pertanggung jawaban mengenai prosedur yang telah dilakukan
oleh peneliti, dan usaha pemecahan masalah yang telah ditetapkan. Menulis suatu
laporan, hampir sama dengan menulis suatu cerita, seperti riwayat hidup seseorang
apakah sebagian atau secara keseluruhan. Agar cerita dapat dimengerti oleh pembaca,
maka alur cerita harus jelas. Pada laporan penelitian, agar alur cerita yang ingin kita
sampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh pembaca, maka perlu memperhatikan
beberapa hal pokok (obyektif) :
1. Kepada siapa laporan tersebut diperuntukkan atau ditujukan. Pada penelitian yang
bertujuan untuk mengungkapkan dan menemukan ilmu baru, maka penelitian ini
berarti ditujukan kepada kalangan ilmuwan atau pencinta ilmu tersebut. Jika
penelitian ditujukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan, berarti hasil
penelitian tersebut ditujukan kepada pemakai (user) dari temuan tersebut, seperti
halnya pemerintah atau pengusaha. Dalam hal yang terakhir, maka tipe
penelitiannya dikategorikan sebagai "applied science" (ilmu terapan). Disini peneliti
akan menghasilkan keluaran (out put) dengan suatu saran atau alternatif yang akan
diterapkan oleh pemakai.
2. Agar pembaca laporan dapat mengerti cara dan proses peneliti memecahkan
"masalah" penelitian, maka metode penelitian perlu diuraikan secara jelas. Penulis
(pelapor) harus berusaha mengajak orang lain atau pembacanya untuk memahami
kegiatan proses penelitian, yang dapat dilakukan dengan mengungkapkan langkahlangkah dan
penjelasan (clarification) dari pemilihan langkah tersebut. Laporan
penelitian yang lengkap hendaklah menyajikan proses penelitian sebagai
keseluruhan. Hal ini biasanya dilakukan pada bagian tersendiri yaitu bagian "metode
penelitian"3
3

Penulis lebih
cenderung menggunakan terminologi "metode"
tidak
"metodologi", karena "metode" menunjuk kepada instrumen-instrumen yang
digunakan peneliti untuk memberikan bukti-bukti empiris terhadap masalah
penelitian yang diajukan, sedangkan metodologi adalah suatu media dimana
tercakup atau dimuat prinsip-prinsip dan teori atau kerangka pemikiran yang
4

3. Pelapor harus mampu mengungkapkan letak dan kedudukan hasil penelitian dalam
konteks ilmiah secara umum. Dengan pengungkapan ini, maka pembaca dapat
memilah, memilih, menilai, dan mempertimbangkan keberadaan hasil penelitian
tersebut bagi kebutuhannya.
4. Harus dapat memperkenalkan masalah penelitian dan menyimpulkan secara jelas
dan dapat dimengerti, sehingga diharapkan pembaca dapat mengetahui fakta-fakta
penting manakala penulis tidak menyatakannya secara inplisit. Tujuan ini dapat
dicapai dengan menetapkan suatu masalah, mendalami (dapat dilakukan dengan
"merenungkan" dan mepertimbangkan), kemudian baru merumuskan masalah.
Masalah yang dikemukakan sudah barang tentu harus bersumber dari pengetahuan
yang hidup dan nyata, dan harus berlandasan ilmiah yang kuat dan diperkuat
dengan teori ilmiah, telusuran kepustakaan dan hasil penelitian terdahulu (bukan
dibuat-buat). Telaahan teoritis dan kepustakaan akan sangat berguna dalam
menginterpretasikan data dan mengungkapkan manfaat penelitian.
5. Pelapor harus mampu memilah sumber atau data yang perlu dilaporkan, untuk
memperjelas dan mempertegas pengungkapan masalah, sehingga masalah yang
diajukan terjawab dengan tegas. Data yang lengkap dan cukup dalam laporan
berfungsi sebagai bahan dalam melakukan interpretasi dan mengajukan kesimpulan.
Untuk itu perlu diperhatikan data yang diutamakan (data yang berhubungan
langsung dengan permasalahan yang diteliti).
6. Suatu laporan penelitian harus berisi interpretasi data yang telah terkumpul dan telah
diolah, dan mengemukakan kesimpulan.
Terlepas dari ke 6 hal pokok tersebut di atas, hal yang tidak kurang arti pentingnya
dalam menyusun suatu hasil penelitian adalah apa yang dikemukakan oleh Robert
Barrass dalam bukunya "Scientist Must Write". Dalam buku tersebut Barrass
mengemukakan 8 patokan yang harus dipahami oleh penulis ilmiah, yaitu; clarity,
completeness, impartiality, order, accuracy, objectivity, simplicity, dan explanation.
Dengan "clarity" penulis harus mempunyai cara berfikir yang jernih (clear thinking), hal
ini akan terefleksi dan tampak dalam uraian-uraian pada tulisannya. Dengan pemaparan
yang jernih dan jelas, informasi yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan
dicerna pembaca. Lengkapnya suatu uraian (Completeness) terlihat dari uraian yang
tidak "menggantung" atau "mengambang", dalam arti pemerian suatu masalah dilakukan
secara tuntas. Impartiality diartikan tulisan harus disajikan secara subyektif dan tidak
memihak. Pemerian (uraian) dilakukan secara sistematik dan berurutan secara logis
(order), dengan selalu memperhatikan ketelitian dan jangan sampai ada uraian yang
saling bertentangan yang dapat diragukan ketelitian (hal ini disebut "accuracy"). Setiap
tulisan harus selalu dijaga "objectivity" nya yaitu dengan menyajikan pernyataan
(statement) yang didasari suatu fakta dan bukan hanya pendapat tanpa dasar yang
kokoh. Laporan harus berisikan keterangan, penjelasan tentang berbagai hal yang
dibutuhkan pembaca dan tidak mengundang berbagai pertanyaan dari pembaca
(explanation). Penyelasan hendaklah dipaparkan secara sederhana, tidak berbelit-belit,
dan langsung pada pokok pembicaraan (simplicity). Dan pada akhir penulisan laporan
"bertanyalah" kepada hati kita sendiri "apakah informasi yang telah disajikan pada
laporan penelitian telah menjawab permasalahan penelitian atau apakah masih ada
yang belum disampaikan kepada pembaca ?"

menyediakan pedoman bagaimana melakukan penelitian (Lihat Sarantakos,


1992)
5

FORMAT MENULIS LAPORAN PENELITIAN


Untuk menyusun suatu laporan penelitian ilmiah yang dapat melingkupi (memuat)
obyektif yang dikemukakan di atas, perlu disusun suatu "kerangka karangan". Kerangka
akan dijadikan sebagai pola pokok dalam menentukan bentuk akhir dari sebuah laporan.
Kerangka harus disusun secara sistematis dan logis, sehingga memperlihatkan adanya
bagian yang harus mendahului bagian yang lain, sehingga pembaca dapat diajak untuk
ikut dan memasuki alur yang telah diciptakan melalui kerangka tersebut.
Kerangka hendaknya disusun sealur dengan langkah yang dilalui dalam metode
penelitian, yaitu dimulai dengan pemaparan masalah sampai kepada kesimpulan yang
dirumuskan dari interpretasi data yang diperoleh.
Membicarakan format laporan hasil penelitian, maka kepada kita akan dihadapkan
kepada banyak pilihan. Hampir setiap lembaga yang menyelenggarakan penelitian
mempunyai format laporan hasil penelitian sendiri. Namun demikian secara garis
besarnya akan terdapat 3 unsur utama, yaitu bagian pendahuluan (prelimanary
materials), bagian
isi laporan, dan bagian penunjang atau pelengkap laporan
(bandingkan dengan Borg & Gall 1979 : 668).
1. Pada bagian pendahuluan ini pelapor menginformasikan kepada pembaca tentang
sistematika tulisan, dengan tujuan agar pembaca dapat mengikuti. Bahagian
pendahuluan (Preliminary materials atau "introduction") terdiri dari :
1). Halaman judul laporan penelitian, yang berisikan nama penulis
(author) dan
penulis penyerta (coauthor), nama tempat penelitian atau tempat penulis bekerja.
Judul harus jelas, ringkas dan menggambarkan isi. Sehubungan dengan
persyaratan judul, ada diantara lembaga yang membatasi jumlah suku kata judul,
seperti maksimal 12 atau 15 katan dan sebagainya.
2). Ringkasan
Pada akhir-akhir ini banyak lembaga pengelola dana penelitian yang
memasukkan ringkasan bahkan harus dibuat dalam bahasa Inggeris (summary)
kedalam format yang harus diikuti oleh seorang peneliti. Sebagai contoh dapat
diikuti format laporan penelitian yang dikelola oleh DP4M Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kebutuhan untuk memasukkan ringkasan (summary) hasil penelitianke dalam
format laporan penelitian, adalah sangat erat kaitannya semakin berkembangnya
arus informasi. Dengan perkembangan sarana komunikasi seperti komputer,
telefax, internet, dan CD-ROOM (Compact Disc Read Only Memory), maka
penyebaran informasi tentang temuan penelitian akan lebih mudah dilakukan
dengan menggunakan peralatan-peratan tersebut. Untuk menanggapi tantangan
yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi dalam bidang elektronik tersebut,
sangat dipentingkan uraian singkat dari suatu temuan penelitian seperti
ringkasan untuk mempermudah mempublikasikannya.
Unsur-unsur yang hendaknya termuat dalam ringkasan laporan hasil penelitian
adalah :
a. Permasalahan penelitian

b. Tujuan penelitian
c. Metode penelitian (yang meliputi penarikan contoh, jumlah sampel atau
responden, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan dan analisis
data).
d. Hasil dan kesimpulan.
e. Saran (jika hal ini ada).
3). Kata pengantar atau prakata.
Kata pengantar biasanya pendek (+ 1 halaman), yang mengemukakan tujuan
penelitian, masalah yang dihadapi, sponsor penelitian, dan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan. Kata pengantar dapat
ditulis oleh peneliti atau oleh lembaga yang menjadi sponsor penelitian.
4). Daftar isi.Daftar isi akan berfungsi sebagai petunjuk kepada pembaca tentang
bagian-bagian dari laporan, dan di samping itu juga menunjukkan hubungan
atara satu bagian dengan bagian lainnya. Untuk itu sebaiknya daftar isi
diletakkan pada bagian depan laporan, namun tidak juga salah kalau diletakkan
di bagian belakang.
5). Daftar
tabel, daftar gambar, ilustrasi atau diagram-diagram. Daftar ini
memberikan informasi tentang keberadaan, dan menunjukkan tempatnya dalam
teks (naskah).
3. Bagian isi laporan (body of the paper) yang terdiri dari ;pendahuluan, telaahan
kepustakaan atau tinjauan teoritis, metode penelitian, temuan penelitian dan
kesimpulan. Pada bagian pendahuluan pembaca diantarkan kepada latar belakang
masalah, perumusan masalah, ruang lingkup, kegunaan teoritis dan praktis dari
laporan penelitian. Kadangkala pada bagian ini dimuat juga jawaban sementara dari
permasalahan yang diajukan (yaitu berupa hipotesis ataupun dalam bentuk asumsi).
4. Telaahan teoritis atau kepustakaan menggambarkan tentang teori yang telah dirintis
atau dikemukakan oleh penulis atau peneliti terdahulu. Hal ini bertujuan untuk
memberikan penekanan bahwa permasalahan yang diajukan penting untuk dikaji
lebih lanjut. Berdasarkan penelaahan pustaka atau teoritis ini peneliti
mengemukakan alur pikirannya atau yang sering disebut
dengan kerangka
konsepsional dalam melakukan penelitian. Hal ini dilakukan dengan merangkum
penemuan dan membuat jembatan dengan apa yang akan dilakukan dalam
penelitian.
Dengan "metode penelitian", peneliti menerangkan kepada pembaca tentang subyek
dan obyek, ruang lingkup, pendekatan yang digunakan, teknik pengumpulan data,
dan teknik (metode) analisis data yang digunakan.
Pada "penemuan" terlihat paparan yang merupakan inti dari hasil suatu penelitian.
Bagian ini harus merupakan bagian yang paling banyak karena merupakan bagian
yang paling ditunggu dan ingin diketahui oleh pembaca dan merupakan bagian yang
murni temuan penelitian. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada bagian ini tidak
perlu lagi diisikan kutipan dari buku-buku. Jika keberadaan kutipan untuk
mempertebal bagian ini, maka sebaiknya dikeluarkan saja.
Bahagian yang terakhir dari suatu penulisan laporan penelitian adalah kesimpulan
atau sering juga ditambah dengan menggunakan terminologi diskusi. Kesimpulan

berarti menyimpulkan, menarik garis-garis logis menjadi ikatan-ikatan pengertian


tertentu. Kesimpulan hendaklah dibuat secara kritis, dan sedikit banyak
mencerminkan ketajaman analisis penelitian. Kesimpulan hanya dapat ditarik
berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis. Hal yang perlu diperhatikan adalah
jangan mencampur kesimpulan dengan saran yang timbul berdasarkan cetusan
pemikiran yang berkenaan dengan masalah baru yang terpikir sebagai konsekuensi
kesimpulan. Jika penelitian bertujuan hendak menguji hipotesis maka pada
kesimpulan harus diutarakan secara jelas, apakah telah dapat membuktikan
hipotesis yang diajukan atau tidak. Namun jika ada hal yang sangat perlu
dikemukakan di luar kesimpulan, maka ada sebagian penulis mengungkapkannya
dengan terminologi diskusi. Keberadaan diskusi disini masih mempunyai keterkaitan
dengan hipotesis, seperti pengungkapan sebab hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan hipotesis atau asumsi, atau sebab terjadinya penyimpangan.
Berikut ini dapat diikuti dua contoh model format laporan hasil penelitian :
1). Model format laporan penelitian yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1979 : 668)
Bab. I. Pendahuluan
A. Permasalahan
B. Rumusan permasalahan
C. Tujuan Penelitian
Bab II. Penelaahan kepustakaan
A. Penemuan yang lalu.
B. Teori yang mendasari.
C. Ringkasan dan kerangka pikir peneliti.
D. Hipotesis.
Bab III. Metode penelitian
A. Pemilihan subyek (Populasi, sampel, dan teknik sampling)
B. Disain dan pendekatan penelitian
C. Pengumpulan data
Bab IV. Pelaksanaan Penelitian
A. Validasi instrumen
B. Pengumpulan dan penyajian data
C. Analisis data
D. Hasil analisis
Bab V. Hasil Penelitian dan pembahasan
A. Hasil penelitian
B. Pembahasan
C. Diskusi
Bahagian penunjang, yang terdiri dari :
A. Kepustakaan
B. Indeks
2). Format laporan hasil penelitian yang dananya dikelola oleh DP4M Direktorat
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993 : 47), adalah
sebagai berikut :
1) Kulit muka (halaman judul)
2) Lembar identitas dan pengesahan

3) Ringkasan dan Summary


4) Kata Pengantar
5) Daftar Isi
6) Daftar Tabel
7) Daftar Gambar
8) Pendahuluan
9) Tinjauan Pustaka
10) Tujuan dan Manfaat Penelitian
11) Metode Penelitian
12) Hasil Penelitian dan Pembahasan
13) Kesimpulan dan Saran
14) Daftar Pustaka
15) Lampiran
Terhadap format-format laporan penelitian yang dipilih oleh setiap penyelenggara
atau pengelola penelitian, tidak dapat diberikan penilaian sempurna atau tidak, dan
benar atau tidak. Hal ini dikemukakan karena format laporan hasil penelitian akan
sangat tergantung atau ditentukan oleh sumber dana yang mensponsori suatu
penelitian.
Terlepas dari diskusi bentuk-bentuk format, hal penting untuk dimaklumi dan
dipahami, adalah bahwa "format laporan penelitian" akan berfungsi sebagai
"jembatan keledai" dalam penyusunan suatu laporan penelitian.

PENYAJIAN HASIL DAN PEMBAHASAN DALAM LAPORAN PENELITIAN


Mengingat sangat pentingnya penyajian hasil dan pembahasan dalam laporan penelitian
(sebagaimana yang telah dikemukakan pada diskusi mengenai format penelitian), maka
ada baiknya didiskusikan secara khusus pada bagian tersendiri. Pada bagian ini akan
termuat hasil analisis (pengolahan) dan interpretasi data, dan pembahasan terhadap
hasil yang dicapai, untuk selanjutnya dilakukan perumusan kesimpulan hasil penelitian.
Hasil analisis (pengolahan) dan interpretasi data merupakan dua sisi mata uang,
antara satu dengan lainnya saling terkait dalam penyajian hasil dan pembahasan pada
laporan hasil penelitian. Hasil analisis data akan sangat membantu pelaksanaan
interpretasi dalam menyajikan hasil, dan yang akan berperan sebagai bahan dasar pada
tahap pembahasan. Pembahasan dilakukan dengan mengkaitkannya antara hasil
dengan teori atau tinjauan pustaka yang telah dilakukan. Pada tahap selanjutnya
dilakukan perumusan kesimpulan.
Dengan adanya perbedaan cara analisis data yang ditentukan oleh jenis data yang
terkumpul, maka dengan sendirinya terdapat juga perbedaan cara dalam penyajian hasil
dan pembahasan pada laporan hasil penelitian.
Penyajian Hasil dan Pembahasan Terhadap Analisis Kuantitatif
Data yang telah terkumpul berupa tumpukan kuesioner menurut pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan kepada responden yang besar jumlahnya, atau data yang berupa
sejumlah angka-angka yang telah terkumpul, harus dianalisis untuk selanjutnya

diinterpretasikan untuk diformulasikan dan kemudian dijadikan sebagai salah satu


bagian pada laporan hasil penelitian.
Proses analisis data bertujuan untuk membuat ringkasan mengenai data dan saling
menghubungkan data antara satu dengan yang lain. Penyajian data yang telah melalui
proses pengolahan (yang meliputi kegiatan : Persiapan data (yaitu melakukan kegiatan
editing, koding,
edit dan cek dan perekaman data pada lembaran koding) ;
Penghitungan (counting) yaitu dengan melakukan pencatatan frekuensi ;
Pengelompokan (grouping) ; Menjelaskan hubungan antar variabel dengan membuat
tabulasi silang (Relating); Memprediksi kecenderungan yang ditemukan dalam data
(predicting trend) ; dan Uji statistik) ke dalam bagian "hasil". Umumnya dilakukan dalam
bentuk angka-angka. Angka-angka yang disajikan tersebut akan bermakna bila
diinterpretasikan,oleh penelitinya. Jika hasil analisis tersebut tidak diinterpretasikan
seperti hasil uji statistik dengan menggunakan "chi square" (X2) diperoleh alpha (
)
adalah 0,001, maka angka tersebut tidak ada artinya. Untuk itu harus dilakukan
interpretasi atau mengungkapkan makna dari angka tersebut, jangan biarkan pembaca
berfikir secara berkepanjangan yang dapat menimbulkan kebosanan dalam membaca
hasil penelitian tersebut. Interpretasi makna angka-angka tersebut perlu juga dilakukan
terhadap penggunaan statistik yang sederhana, seperti tabel frekuensi atau tabel silang.
Penyajian tabel dalam suatu laporan hasil penelitian, khususnya dalam ilmu sosial
(penggaris bawahan ilmu sosial disini adalah untuk menegaskan anggapan bahwa
penelitian ilmu sosial yang umumnya menggunakan metode kualitatif, seperti ilmu
hukum, antropologi dan lain-lainnya, alergi angka adalah tidak benar) bukanlah dengan
tujuan untuk memperlihatkan bahwa dalam ilmu sosial juga dapat menyajikan angkaangka, melainkan untuk mendukung dan menyajikan fakta yang diteliti. Untuk data yang
telah disajikan di dalam tabel perlu dinterpretasikan supaya pembaca dapat menangkap
kesimpulan-kesimpulan penting dari data tersebut. Tabel harus diberi judul dan diikuti
oleh interpretasi yang cukup jelas, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengerti
dan memahami informasi yang disajikan tanpa harus membaca naskah lengkapnya.
Hal-hal yang harus diingat agar isi tabel dapat diinterpretasikan dengan baik :
1. Amati data yang tercantum dalam kolom total (jumlah). Kolom ini akan merupakan
tolok ukur atau ukuran pokok untuk perbandingan data kategori-kategori dalam
tabel.
2. Hubungan pokok yang akan diuji dengan tabel yang diuraikan (dengan menyebut
beberapa angka) secara singkat.
3. Perhatikan atau cari angka-angka yang menyimpang dari pola umum atau dari
hipotesis atau asumsi, kemudian uraikan mengapa hal itu terjadi.
4. Penjelaskan tentang hasil tabel baru merupakan langkah awal dalam analisis tabel.
Hasil uji statistik seperti uji X2 atau dalam bentuk tabel yang hanya diinterpretasikan,
akan sangat terbatas manfaatnya jika tidak dilakukan pembahasan lebih lanjut dengan
menghubungkannya dengan hasil penelitian lain (yang menggunakan sampel dan
pendekatan yang agak sama) atau dihubungkan dengan teori atau proposisi yang lebih
luas.
Penyajian Hasil dan Pembahasan Terhadap Analisis Kualitatif
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif pada umumnya bersifat :
1. Berwujud kata-kata, naskah-naskah dan dalam angka-angka.

10

2. Terkumpul melalui aneka metode seperti observasi, wawancara, pengkajian


terhadap dokumen, dan lain-lain.
3. Perlu diolah terlebih dahulu sebelum siap untuk dipakai.
Dikenal dua bentuk penyajian "hasil dan pembahasan" terhadap data penelitian yang
dianalisis secara kualitatif, yaitu model tradisional dan model baru. Anasilis data secara
kualitatif meliputi kegiatan ; Reduksi fakta (yang dimaksudkan untuk pengintegrasian,
mentransformasikan, dan penyorotan data ketika dipresentasikan, yang dapat
membantu untuk mengidentifikasi aspek-aspek penting dari isu yang dikaji dan untuk
perumusan kesimpulan) ; Organisasi data (pengumpulan data mengikuti tema, butir-butir
pemikiran tertentu untuk membuat katagori yang lebih spesifik) ; dan interpretasi data
(yaitu membuat keputusan-keputusan dan menarik kesimpulan yang berkaitan dengan
pertanyaan penelitian). Pada model tradisional proses pengumpulan, analisis dan
evaluasi data berlangsung sama-sama dalam proses yang sama, sehingga penyajian
hasil dan pembahasan dilakukan sesuai dengan alur kegiatan tersebut. Jika tidak
dilakukan demikian, maka kemungkinan peneliti akan "kehilangan" data yang sangat
diperlukannya. Penelitian semacam ini dilaksanakan pada saat peralatan dan teknologi
elektronik belum mendukung, seperti belum ada alat rekaman dan lain-lainnya. Tetapi
pada model baru sebagian analisis dilakukan setelah data terkumpul, dan sebagian
dilakukan pada saat penelitian, sehingga kegiatan akan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan (cyclical).
Penyajian hasil penelitian kualitatif dengan cara baru, memungkinkan pengolahan data
secara kuantitatif di samping kualitatif, seperti penyajian dalam bentuk tabel atau dalam
bentuk penggunaan statistik sederhana lainnya. Cara ini memperlihatkan kegiatan
interpretasi hasil penelitian dilakukan setelah dilakukan pengolahan data secara statistik.
Penyajian hasil penelitian dengan cara tradisional menjurus kepada pengembangan
konsep dan teori baru, yaitu yang menghubungkan bukti kepada konsep yang abstrak
dan kepada "pembangunan teori". Umumnya model penelitian yang dilakukan dengan
cara tradisional ini adalah model penelitian "grounded research" atau model "exploratory
research". Sedangkan pada cara baru, di samping menjurus kepada pengembangan
konsep dan teori baru, juga dapat dilakukan pengujian terhadap teori dan konsep yang
telah ada.

PENULISAN DAFTAR KEPUSTAKAAN/RUJUKAN ATAU REFERENSI


Daftar kepustakaan bukanlah merupakan daftar dari sederetan bacaan biasa, tetapi
merupakan kumpulan daftar bacaan pilihan yang digunakan oleh penulis atau peneliti.
Penyajian daftar kepustakaan atau referensi pada sebuah tulisan ilmiah menunjukkan
bukti sifat obyektifnya. Di samping itu juga merupakan penghargaan, pengakuan tulus
dan jujur dari penulis terhadap karya orang lain yang mengilhami, mendasari, atau
memperkaya khasanah berfikirnya dalam menyusun suatu karya tulis. Daftar
kepustakaan merupakan kumpulan bahan bacaan atau acuan yang telah dimanfaatkan
oleh penulis atau peneliti dalam merancang, melalui proses, dan penyelesaikan tulisan
atau melaporkan hasil penelitiannya.
Di samping berfungsi sebagai bukti sportifitas penulis atau peneliti, juga memberikan
informasi kepada pembaca atau peneliti lain tentang sumber data (informasi) jika ingin

11

mengkaji masalah tersebut lebih lanjut, atau jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang
sumber data.
Pada sebuah tulisan terdapat dua jenis penggunaan kepustakaan, pertama dalam
naskah dan kedua dalam daftar kepustakaan.
1. Penulisan Kepustakaan dalam naskah
Penulisan kepustakaan dalam naskah terjadi karena pengutipan dari suatu buku
atau tulisan, yang ditempatkan di dalam naskah. Berbagai macam cara yang
dilakukan dalam mengutip, antara lain :
1) Sistem catatan kaki (foot notes) atau disebut juga dengan sistem penomoran.
Sistem penomoran disini bukan berarti hanya memberikan nomor, karena
adakalanya diberi tanda seperti tanda bintang ( .... *)) atau tanda lainnya.
Penampilan kepustakaan atau rujukan ini juga dilakukan secara berbeda-beda :
a. Ditampilkan langsung pada halaman naskah yang bersangkutan, yang
ditempatkan pada akhir halaman.
b. Ditampilkan pada halaman tersendiri dengan judul "daftar catatan kaki".
2). Sistem nama penulis dan tahun. Adakalanya dilengkapi dengan halaman dari
sumber yang dirujuk, misalnya :
.... "pengamatan" berarti melakukan ketelitian : dan makna dasar kata tersebut
bukan hanya "melihat", tetapi juga "mengamati" (Kaplan, 1964 : 126 - 127).
atau
Kaplan (1964 : 126 - 127) mengemukakan bahwa .........
Jika penulis dari buku lebih dari satu orang, maka penulisannya dapat dilakukan
dengan menggunakan et al, contoh :
Soerjani, M. et al (1987 : )
Jika rujukan diambil dari penulis dengan editor, maka cara penulisannya adalah :
Hermayulis mengemukakan ...........(Ihromi, T.O (eds), tahun :
halaman).

2. Penulisan daftar kepustakaan


Sama halnya dengan penulisan rujukan dalam naskah tulisan, penulisan daftar
kepustakaan juga mempunyai banyak cara, antara lain :1).Sistem Harvard. Pada
sistem ini daftar pustaka disusun berdasarkan : nama penulis (famili). Di Indonesia
tidak semua orang mempunyai nama famili, untuk itu ada yang berpendapat jika
namanya lebih dari satu kata, maka kata yang terakhir diletakkan di depan dan kata
akhir dicantumkan dalam bentuk initial, seperti :Soerjani, M., .........
Jika penulisnya lebih dari satu, maka cara penulisannya adalah ; Nama penulis
utama (yang ditulis kata terakhirnya dan initial untuk kata selanjutnya, nama penulis
kedua), dan seterusnya. Dapat juga dilakukan dengan menuliskan : Nama penulis
utama (yang ditulis kata terakhirnya dan initial untuk kata selanjutnya), nama penulis
kedua dan seterusnya (yang ditulis kata awal nama dan initial untuk selanjutnya).
Contoh :
Soerjani, M., Rofiq Ahmad, Rozy Munir. tahun terbit ... atau
Soerjani, M., Rofiq, A, Rozy, M. tahun terbit ...

12

Cara penulisan daftar pustaka menurut sistem ini dibedakan menurut jenis sumber :
a. Majalah atau jurnal Urutan pemeriannya adalah : Nama, tahun terbit, judul
buku, nama jurnal, edisi jurnal, dan halaman, dengan menggaris bawahi atau
mencetak miring atau tebal nama majalah atau jurnal, contoh :
Zen, M.T., 1982.Sumberdaya, Konsep yang Berubah Sepanjang Sejarah,
Prisma No. 11 ; November 1982; Tahun XI, Jakarta.
b. Buku
Urutan pemeriannya adalah : Nama, tahun terbit, judul buku, penerbit dan nama
penerbit.
Pada penulisan buku yang digaris bawahi atau dicetak miring atau tebal adalah
judul buku, contoh :
Zen, M.T., 1979. Hidup Damai dengan Alam Lingkungan. Menuju
Kelestarian Lingkungan Hidup. Yayasan Obor Indonesia dan Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Jika tulisan yang dijadikan acuan terletak dalam sebuah buku hasil editor, maka
daftar pustakanya ditulis dan yang digaris bawahi atau dicetak tebal adalah
nama editor :
Shebeski, L.N. 1976. Agricultural Resources : TheLimits
We Face. Dalam
R.E. Siegel (ed.), Mankind's Future in the Pacific. The University of British
Columbia, Canada.
c. Terbitan badan atau lembaga resmi
Cara penulisannya adalah dengan menggaris bawahi atau mencetak tebal judul
subyeknya. Contoh :
Departemen Perindustrian. 1985. Program Pengembagnan
Nasional Dalam Repelita IV (Ringkasan),
Jakarta.

Industri

2). Sistem VancouverPerbedaan sistem ini dengan sistem Harvard adalah dalam hal :
a. Tahun terbit diletakkan di belakang sekali, yaitu setelah nama penerbit.
b. Nama tempat terbit diletakkan sebelum nama penerbit.
3) Jika terdapat penulis yang lebih dari 6, hendaklah menggunakan fasilitas et al.
Jika penulis sebuah buku lebih 6 orang atau kurang, maka semua pengarang harus
dicantumkan dengan menuliskan kata terakhir dan initial untuk kata selanjutnya dari
nama pengarang utama, setelah itu ditulis pengarang kedua dan ketiga. Contoh :
Munir R., dan Budiarto. 1983. Teori Kependudukan Lembaga Demografi, F.
E. Universitas Indonesia.
Tetapi jika penulis lebih dari 6 orang, maka hendaklah menggunakan et al atau dkk
setelah nama pengarang ketiga atau setelah nama pengarang pertama. Contoh :
Baldwin, K.M, Winder, W.W., Terjung, R.L., et al, ...
terbit, nama penerbit,
tahun terbit.

judul buku ...., tempat

13

PENUTUP
Hal yang selalu perlu diperhatikan dalam melakukan penulisan laporan penelitian
adalah menghindari keraguan tentang dimana dan kapan harus dimulai penulisan
laporan penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu mengacu kepada obyektif
penelitian dan kerangka yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Selesaikan
penyusunan laporan dengan berpegang kepada kerangka yang telah ditetapkan, karena
kerangka tersebut merupakan pola pokok yang sangat menentukan bentuk akhir dari
laporan yang ditulis. Bangunlah kerangka tersebut menjadi suatu "bangunan" yang
kokoh dengan sistematika penulisan tertentu yang telah disusun secara logis, sehingga
terlihat suatu tulisan yang mempunyai "kronologis" yang dapat diikuti dan dimengerti
oleh pembaca atau penulis lain. Ramulah kesimpulan hasil penelitian dengan
melakukan "mixing" antara masalah - hipotesis (asumsi), dengan hasil temuan
penelitian.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, S, 1993. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Barry, M.D. and Martin, G.P. 1971. A Guide to Writing Research Papers, McGraw-Hill
Book Company, New York.
Borg, W. & Gall M.D. 1979. Educational Research, Third Edition, New York Longman.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, 1993.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penelitian di Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi (edisi III).
Hadi, S. 1977. Bimbingan Menulis Skripsi dan Thesis, Jilid I dan II, Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mayer, R.R. dan Ernest, G. 1980. Rancangan Penelitian Kebijaksanaan Sosial, Pen
CV. Rajawali, Jakarta.
Singarimbun, M., Sofian, E. (ed). 1989. Metode Penelitian Survei, LP3ES. Jakarta.
Stanley, Shimkin, and Lanner. Ways to Writing : Purpose, Task, and Process" 2th
ed., Macmillan Publihing Company, New York.
Pringgodisurjo, 1982. Pedoman Tertib Menulis dan Menerbitkan, Pusat Dokumentasi
Ilmiah Nasional, LIPI, Jakarta.
Sarantakos, S. 1992, Social Research, Melbourn.
Surakhmad, W. 1974. Paper, Skripsi, Tesis, Disertasi : Cara Merencanakan, Cara
Menulis, Cara Meneliti. Penerbit Tarsito, Bandung.

14

Tadjudin, M.K. 1976. Laporan Penelitian. Dalam : Laporan dan Kumpulan Naskah
Penataran Tenaga peneliti di Perguruan Tinggi, Ed. M.K Tajudin.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Tjokronegoro, A. Tata cara Penyajian karya Ilmiah dan Komunikasi Penelitian,
Makalah pada Diklat "Metode Penelitian Teknologi" Fakultas Teknik, Jurusan
Elektro, Universitas Trisakti, Jakarta 17 - 19 Desember 1987.
Wallace W.L. 1990. Metoda Logika Ilmu Sosial, Bumi Aksara, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai