Dipersiapkan untuk disampaikan pada Workshop Penulisan Karya Fiksi dan Non Fiksi kepada Guru-Guru dan Dosen di
Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman yang diselenggarakan oleh Wanita Penulis Indonesia bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, tanggal 12 sampai 15 April 2011
PENDAHULUAN
Pelaksanaan suatu penelitian ilmiah akan selalu dilakukan secara bertahap. Tahaptahap yang harus dilalui merupakan langkah penting yang harus dilakukan atau
dilaksanakan secara sistematis. Langkah pertama dan merupakan titik sentral dari suatu
kegiatan penelitian adalah menemukan masalah dan identifikasi masalah yang akan
diteliti. Masalah yang akan diteliti dapat ditemukan dari perbedaan antara "harapan"
dengan "kenyataan" atau suatu yang belum diketahui dan masih merupakan "misteri".
Proses penemuan masalah, diantaranya bermula dari pengamatan, dan dari hasil
telusuran pustaka. Setelah masalah ditetapkan, dilaksanakan telusuran literatur untuk
menemukan dan membangun kerangka teori yang sangat bermanfaat dalam
menetapkan hipotesis atau asumsi (jawaban sementara terhadap masalah yang
diajukan).
Tahap selanjutnya adalah merancang bagaimana penelitian dilaksanakan untuk menguji
masalah dan hipotesis atau asumsi. Dalam rancangan penelitian perlu diperhatikan
macam variabel, alat pengamatan atau peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan
data pada setiap variabel, populasi dan sampel yang digunakan, pendekatan yang
digunakan dalam pengumpulan data, cara pengamatan atau pengumpulan data, metode
analisis data yang dipilih, permasalahan dan sekaligus membuktikan hipotesis atau
asumsi 1 (kuantitatif atau kualitatif). Setelah rancangan penelitian selesai
baru
dilaksanakan pengumpulan data, untuk menjawab yang telah diajukan.
Penulisan laporan merupakan rangkaian kegiatan penelitian yang sangat penting dan
menentukan dalam suatu kegiatan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ilmiah
adalah untuk menemukan kebenaran (kebenaran relatif), menyusun teori atau
pengetahuan baru.
Rangkaian kegiatan penelitian ilmiah tidak berakhir dengan
terjawabnya permasalahan atau selesainya pengujian hipotesis atau selesainya
pengungkapan asumsi yang telah diajukan, tetapi harus dilanjutkan dengan langkah
1
Sehubungan dengan keberadaan hipotesis atau asumsi pada suatu penelitian, terdapat dua pendapat yang berbeda. Di
satu pihak ada yang menyatakan tidak perlu adanya hipotesis dan yang lainnya menyatakan perlu ada hipotesis.
Terlepas dari lebih tepat atau tidak kedua pendapat tersebut, keberadaan hipotesis atau asumsi akan sangat membantu
peneliti dalam melaksanakan penelitian supaya tidak mengumpulkan "garbage" yang tentunya akan menghasilkan
"garbage" (garbage in garbage out), sehingga akhirnya akan terbuang dengan sendirinya.
terakhir dan yang terpenting yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Suatu penelitian
yang tidak diakhiri dengan pelaporan, berarti penelitian yang telah dilaksanakan
dianggap belum selesai bahkan belum pernah ada dan belum pernah dilaksanakan,
sehingga waktu, tenaga, dan biaya yang telah dikeluarkan tidak terbuang percuma.
Penelitian yang belum ditulis atau diakhiri dengan pelaporan, tidak akan ada orang yang
mengetahui kebenaran atas temuan baru.
LANGKAH-LANGKAH YANG DILALUI DALAM MELAKUKAN PENELITIAN
Pekerjaan "meneliti" bukan merupakan pekerjaan yang sulit, semua manusia yang hidup
sudah dapat dipastikan adalah peneliti, hanya saja untuk dapat melibatkan diri ke dalam
kelompok peneliti ilmiah, perlu minat dan kemauan yang cukup. Penelitian ilmiah (yaitu
penelitian yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah secara sistematis dengan
metode-metode dan teknik-teknik tertentu) bertujuan untuk mengungkapkan "kebenaran
relatif" (bukan "kebenaran absolut"), yang dapat diuji kebenarannya secara ilmiah. Untuk
itu suatu penelitian ilmiah akan melalui langkah atau tahap yang juga dapat diikui oleh
peneliti lain,untuk membuktikan kebenaran yang telah diungkapkan. Langkah-langkah
penelitian tersebut adalah :
1. Menetapkan masalah
Untuk menetapkan masalah diperlukan kepekaan calon peneliti dalam mengamati
fenomena-fenomena alam. Bagi seorang yang telah berpengalaman dalam
melakukan penelitian, masalah-masalah yang telah ditentukan akan mendorong
timbulnya keinginan untuk segera melaksanakan pencapaiannya.
2. Studi pendahuluan
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk menjajagi kemungkinan suatu masalah dapat
dilaksanakan penelitiannya. Di samping ini juga dapat dilakukan untuk mendapatkan
informasi guna lebih memperjelas dan mempertajam masalah yang akan diteliti.
Penggunaan terminologi hipotesis atau asumsi adalah diantaranya ditentukan oleh tipe penelitian dan cara analisis
data yang digunakan. Pada tipe penelitian eksploratoris mungkin belum memiliki hipotesis untuk pengujian secara
ketat dengan menggunakan statistik. Jika analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan ketat maka lebih tepat
digunakan hipotesis, sedangkan untuk analisis data secara kualitatif lebih tepat digunakan asumsi, seperti halnya
dalam penelitian eksploratif (Lihat juga Efendi, S dalam Singarimbum (eds), 1989 : 22 - 33).
Pendekatan (dalam arti metode atau cara mengadakan penelitian, seperti survey,
eksperimental atau case study) sangat bermanfaat dalam menentukan variabel atau
obyek yang akan diteliti, dan subyek atau sumber data penelitian.
7. Pengumpulan data
Kunci penentu dalam suatu penelitian ilmiah adalah data. Pengumpulan data
bukanlah merupakan suatu kegiatan yang mudah. Jika data yang terkumpul salah,
maka "garbage in garbage out" akan menjadi kenyataan. Kesalahan data yang
terkumpul hanya dapat diperbaiki dengan melakukan pengumpulan data baru yang
tepat. Hal ini akan berarti terjadinya pemborosan waktu, biaya dan tenaga. Untuk itu
pengumpulan data hendaklah dilakukan dengan hati-hati.
8. Analisis data
Dalam menganalisis data dibutuhkan ketekunan dan pemahaman terhadap jenis
data yang terkumpul, sehingga teknik pengolahan data yang digunakan dapat
disesuaikan.
9. Merumuskan kesimpulan
Kesimpulan dapat dirumuskan dari hasil analisis data yang dicocokkan dengan
hipotesis atau asumsi yang telah dirumuskan.
Merumuskan kesimpulan dari suatu hasil penelitian, dapat dinyatakan sebagai
langkah akhir dalam suatu proses penelitian, namun tidak dapat dinyatakan bahwa
kegiatan penelitian telah berakhir. Untuk jenis penelitian eksperimen, rumusan
kesimpulan dari hasil analisis data sudah dapat diterapkan oleh peneliti untuk
mengembangkan sendiri ilmu pengetahuannya, dan ini sudah berarti bagi dirinya
tetapi belum tentu bagi orang lain. Biasanya kegiatan tersebut hanya dapat
dilakukan pada bidang-bidang ilmu tertentu, terutama ilmu terapan
seperti
kedokteran klinis, pertanian, atau peternakan. Tetapi untuk bidang ilmu tertentu
seperti ilmu sosial seperti sosiologi atau antropologi termasuk hukum, pelaksanaan
penelitian yang berhenti pada pengambilan kesimpulan tidak akan bermakna bahwa
penelitian tersebut belum pernah dilaksanakan sama sekali, jika penelitian tersebut
belum ditulis dalam suatu laporan penelitian.
Penulis lebih
cenderung menggunakan terminologi "metode"
tidak
"metodologi", karena "metode" menunjuk kepada instrumen-instrumen yang
digunakan peneliti untuk memberikan bukti-bukti empiris terhadap masalah
penelitian yang diajukan, sedangkan metodologi adalah suatu media dimana
tercakup atau dimuat prinsip-prinsip dan teori atau kerangka pemikiran yang
4
3. Pelapor harus mampu mengungkapkan letak dan kedudukan hasil penelitian dalam
konteks ilmiah secara umum. Dengan pengungkapan ini, maka pembaca dapat
memilah, memilih, menilai, dan mempertimbangkan keberadaan hasil penelitian
tersebut bagi kebutuhannya.
4. Harus dapat memperkenalkan masalah penelitian dan menyimpulkan secara jelas
dan dapat dimengerti, sehingga diharapkan pembaca dapat mengetahui fakta-fakta
penting manakala penulis tidak menyatakannya secara inplisit. Tujuan ini dapat
dicapai dengan menetapkan suatu masalah, mendalami (dapat dilakukan dengan
"merenungkan" dan mepertimbangkan), kemudian baru merumuskan masalah.
Masalah yang dikemukakan sudah barang tentu harus bersumber dari pengetahuan
yang hidup dan nyata, dan harus berlandasan ilmiah yang kuat dan diperkuat
dengan teori ilmiah, telusuran kepustakaan dan hasil penelitian terdahulu (bukan
dibuat-buat). Telaahan teoritis dan kepustakaan akan sangat berguna dalam
menginterpretasikan data dan mengungkapkan manfaat penelitian.
5. Pelapor harus mampu memilah sumber atau data yang perlu dilaporkan, untuk
memperjelas dan mempertegas pengungkapan masalah, sehingga masalah yang
diajukan terjawab dengan tegas. Data yang lengkap dan cukup dalam laporan
berfungsi sebagai bahan dalam melakukan interpretasi dan mengajukan kesimpulan.
Untuk itu perlu diperhatikan data yang diutamakan (data yang berhubungan
langsung dengan permasalahan yang diteliti).
6. Suatu laporan penelitian harus berisi interpretasi data yang telah terkumpul dan telah
diolah, dan mengemukakan kesimpulan.
Terlepas dari ke 6 hal pokok tersebut di atas, hal yang tidak kurang arti pentingnya
dalam menyusun suatu hasil penelitian adalah apa yang dikemukakan oleh Robert
Barrass dalam bukunya "Scientist Must Write". Dalam buku tersebut Barrass
mengemukakan 8 patokan yang harus dipahami oleh penulis ilmiah, yaitu; clarity,
completeness, impartiality, order, accuracy, objectivity, simplicity, dan explanation.
Dengan "clarity" penulis harus mempunyai cara berfikir yang jernih (clear thinking), hal
ini akan terefleksi dan tampak dalam uraian-uraian pada tulisannya. Dengan pemaparan
yang jernih dan jelas, informasi yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan
dicerna pembaca. Lengkapnya suatu uraian (Completeness) terlihat dari uraian yang
tidak "menggantung" atau "mengambang", dalam arti pemerian suatu masalah dilakukan
secara tuntas. Impartiality diartikan tulisan harus disajikan secara subyektif dan tidak
memihak. Pemerian (uraian) dilakukan secara sistematik dan berurutan secara logis
(order), dengan selalu memperhatikan ketelitian dan jangan sampai ada uraian yang
saling bertentangan yang dapat diragukan ketelitian (hal ini disebut "accuracy"). Setiap
tulisan harus selalu dijaga "objectivity" nya yaitu dengan menyajikan pernyataan
(statement) yang didasari suatu fakta dan bukan hanya pendapat tanpa dasar yang
kokoh. Laporan harus berisikan keterangan, penjelasan tentang berbagai hal yang
dibutuhkan pembaca dan tidak mengundang berbagai pertanyaan dari pembaca
(explanation). Penyelasan hendaklah dipaparkan secara sederhana, tidak berbelit-belit,
dan langsung pada pokok pembicaraan (simplicity). Dan pada akhir penulisan laporan
"bertanyalah" kepada hati kita sendiri "apakah informasi yang telah disajikan pada
laporan penelitian telah menjawab permasalahan penelitian atau apakah masih ada
yang belum disampaikan kepada pembaca ?"
b. Tujuan penelitian
c. Metode penelitian (yang meliputi penarikan contoh, jumlah sampel atau
responden, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan dan analisis
data).
d. Hasil dan kesimpulan.
e. Saran (jika hal ini ada).
3). Kata pengantar atau prakata.
Kata pengantar biasanya pendek (+ 1 halaman), yang mengemukakan tujuan
penelitian, masalah yang dihadapi, sponsor penelitian, dan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan. Kata pengantar dapat
ditulis oleh peneliti atau oleh lembaga yang menjadi sponsor penelitian.
4). Daftar isi.Daftar isi akan berfungsi sebagai petunjuk kepada pembaca tentang
bagian-bagian dari laporan, dan di samping itu juga menunjukkan hubungan
atara satu bagian dengan bagian lainnya. Untuk itu sebaiknya daftar isi
diletakkan pada bagian depan laporan, namun tidak juga salah kalau diletakkan
di bagian belakang.
5). Daftar
tabel, daftar gambar, ilustrasi atau diagram-diagram. Daftar ini
memberikan informasi tentang keberadaan, dan menunjukkan tempatnya dalam
teks (naskah).
3. Bagian isi laporan (body of the paper) yang terdiri dari ;pendahuluan, telaahan
kepustakaan atau tinjauan teoritis, metode penelitian, temuan penelitian dan
kesimpulan. Pada bagian pendahuluan pembaca diantarkan kepada latar belakang
masalah, perumusan masalah, ruang lingkup, kegunaan teoritis dan praktis dari
laporan penelitian. Kadangkala pada bagian ini dimuat juga jawaban sementara dari
permasalahan yang diajukan (yaitu berupa hipotesis ataupun dalam bentuk asumsi).
4. Telaahan teoritis atau kepustakaan menggambarkan tentang teori yang telah dirintis
atau dikemukakan oleh penulis atau peneliti terdahulu. Hal ini bertujuan untuk
memberikan penekanan bahwa permasalahan yang diajukan penting untuk dikaji
lebih lanjut. Berdasarkan penelaahan pustaka atau teoritis ini peneliti
mengemukakan alur pikirannya atau yang sering disebut
dengan kerangka
konsepsional dalam melakukan penelitian. Hal ini dilakukan dengan merangkum
penemuan dan membuat jembatan dengan apa yang akan dilakukan dalam
penelitian.
Dengan "metode penelitian", peneliti menerangkan kepada pembaca tentang subyek
dan obyek, ruang lingkup, pendekatan yang digunakan, teknik pengumpulan data,
dan teknik (metode) analisis data yang digunakan.
Pada "penemuan" terlihat paparan yang merupakan inti dari hasil suatu penelitian.
Bagian ini harus merupakan bagian yang paling banyak karena merupakan bagian
yang paling ditunggu dan ingin diketahui oleh pembaca dan merupakan bagian yang
murni temuan penelitian. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada bagian ini tidak
perlu lagi diisikan kutipan dari buku-buku. Jika keberadaan kutipan untuk
mempertebal bagian ini, maka sebaiknya dikeluarkan saja.
Bahagian yang terakhir dari suatu penulisan laporan penelitian adalah kesimpulan
atau sering juga ditambah dengan menggunakan terminologi diskusi. Kesimpulan
10
11
mengkaji masalah tersebut lebih lanjut, atau jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang
sumber data.
Pada sebuah tulisan terdapat dua jenis penggunaan kepustakaan, pertama dalam
naskah dan kedua dalam daftar kepustakaan.
1. Penulisan Kepustakaan dalam naskah
Penulisan kepustakaan dalam naskah terjadi karena pengutipan dari suatu buku
atau tulisan, yang ditempatkan di dalam naskah. Berbagai macam cara yang
dilakukan dalam mengutip, antara lain :
1) Sistem catatan kaki (foot notes) atau disebut juga dengan sistem penomoran.
Sistem penomoran disini bukan berarti hanya memberikan nomor, karena
adakalanya diberi tanda seperti tanda bintang ( .... *)) atau tanda lainnya.
Penampilan kepustakaan atau rujukan ini juga dilakukan secara berbeda-beda :
a. Ditampilkan langsung pada halaman naskah yang bersangkutan, yang
ditempatkan pada akhir halaman.
b. Ditampilkan pada halaman tersendiri dengan judul "daftar catatan kaki".
2). Sistem nama penulis dan tahun. Adakalanya dilengkapi dengan halaman dari
sumber yang dirujuk, misalnya :
.... "pengamatan" berarti melakukan ketelitian : dan makna dasar kata tersebut
bukan hanya "melihat", tetapi juga "mengamati" (Kaplan, 1964 : 126 - 127).
atau
Kaplan (1964 : 126 - 127) mengemukakan bahwa .........
Jika penulis dari buku lebih dari satu orang, maka penulisannya dapat dilakukan
dengan menggunakan et al, contoh :
Soerjani, M. et al (1987 : )
Jika rujukan diambil dari penulis dengan editor, maka cara penulisannya adalah :
Hermayulis mengemukakan ...........(Ihromi, T.O (eds), tahun :
halaman).
12
Cara penulisan daftar pustaka menurut sistem ini dibedakan menurut jenis sumber :
a. Majalah atau jurnal Urutan pemeriannya adalah : Nama, tahun terbit, judul
buku, nama jurnal, edisi jurnal, dan halaman, dengan menggaris bawahi atau
mencetak miring atau tebal nama majalah atau jurnal, contoh :
Zen, M.T., 1982.Sumberdaya, Konsep yang Berubah Sepanjang Sejarah,
Prisma No. 11 ; November 1982; Tahun XI, Jakarta.
b. Buku
Urutan pemeriannya adalah : Nama, tahun terbit, judul buku, penerbit dan nama
penerbit.
Pada penulisan buku yang digaris bawahi atau dicetak miring atau tebal adalah
judul buku, contoh :
Zen, M.T., 1979. Hidup Damai dengan Alam Lingkungan. Menuju
Kelestarian Lingkungan Hidup. Yayasan Obor Indonesia dan Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Jika tulisan yang dijadikan acuan terletak dalam sebuah buku hasil editor, maka
daftar pustakanya ditulis dan yang digaris bawahi atau dicetak tebal adalah
nama editor :
Shebeski, L.N. 1976. Agricultural Resources : TheLimits
We Face. Dalam
R.E. Siegel (ed.), Mankind's Future in the Pacific. The University of British
Columbia, Canada.
c. Terbitan badan atau lembaga resmi
Cara penulisannya adalah dengan menggaris bawahi atau mencetak tebal judul
subyeknya. Contoh :
Departemen Perindustrian. 1985. Program Pengembagnan
Nasional Dalam Repelita IV (Ringkasan),
Jakarta.
Industri
2). Sistem VancouverPerbedaan sistem ini dengan sistem Harvard adalah dalam hal :
a. Tahun terbit diletakkan di belakang sekali, yaitu setelah nama penerbit.
b. Nama tempat terbit diletakkan sebelum nama penerbit.
3) Jika terdapat penulis yang lebih dari 6, hendaklah menggunakan fasilitas et al.
Jika penulis sebuah buku lebih 6 orang atau kurang, maka semua pengarang harus
dicantumkan dengan menuliskan kata terakhir dan initial untuk kata selanjutnya dari
nama pengarang utama, setelah itu ditulis pengarang kedua dan ketiga. Contoh :
Munir R., dan Budiarto. 1983. Teori Kependudukan Lembaga Demografi, F.
E. Universitas Indonesia.
Tetapi jika penulis lebih dari 6 orang, maka hendaklah menggunakan et al atau dkk
setelah nama pengarang ketiga atau setelah nama pengarang pertama. Contoh :
Baldwin, K.M, Winder, W.W., Terjung, R.L., et al, ...
terbit, nama penerbit,
tahun terbit.
13
PENUTUP
Hal yang selalu perlu diperhatikan dalam melakukan penulisan laporan penelitian
adalah menghindari keraguan tentang dimana dan kapan harus dimulai penulisan
laporan penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu mengacu kepada obyektif
penelitian dan kerangka yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Selesaikan
penyusunan laporan dengan berpegang kepada kerangka yang telah ditetapkan, karena
kerangka tersebut merupakan pola pokok yang sangat menentukan bentuk akhir dari
laporan yang ditulis. Bangunlah kerangka tersebut menjadi suatu "bangunan" yang
kokoh dengan sistematika penulisan tertentu yang telah disusun secara logis, sehingga
terlihat suatu tulisan yang mempunyai "kronologis" yang dapat diikuti dan dimengerti
oleh pembaca atau penulis lain. Ramulah kesimpulan hasil penelitian dengan
melakukan "mixing" antara masalah - hipotesis (asumsi), dengan hasil temuan
penelitian.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, S, 1993. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Barry, M.D. and Martin, G.P. 1971. A Guide to Writing Research Papers, McGraw-Hill
Book Company, New York.
Borg, W. & Gall M.D. 1979. Educational Research, Third Edition, New York Longman.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, 1993.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penelitian di Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi (edisi III).
Hadi, S. 1977. Bimbingan Menulis Skripsi dan Thesis, Jilid I dan II, Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mayer, R.R. dan Ernest, G. 1980. Rancangan Penelitian Kebijaksanaan Sosial, Pen
CV. Rajawali, Jakarta.
Singarimbun, M., Sofian, E. (ed). 1989. Metode Penelitian Survei, LP3ES. Jakarta.
Stanley, Shimkin, and Lanner. Ways to Writing : Purpose, Task, and Process" 2th
ed., Macmillan Publihing Company, New York.
Pringgodisurjo, 1982. Pedoman Tertib Menulis dan Menerbitkan, Pusat Dokumentasi
Ilmiah Nasional, LIPI, Jakarta.
Sarantakos, S. 1992, Social Research, Melbourn.
Surakhmad, W. 1974. Paper, Skripsi, Tesis, Disertasi : Cara Merencanakan, Cara
Menulis, Cara Meneliti. Penerbit Tarsito, Bandung.
14
Tadjudin, M.K. 1976. Laporan Penelitian. Dalam : Laporan dan Kumpulan Naskah
Penataran Tenaga peneliti di Perguruan Tinggi, Ed. M.K Tajudin.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Tjokronegoro, A. Tata cara Penyajian karya Ilmiah dan Komunikasi Penelitian,
Makalah pada Diklat "Metode Penelitian Teknologi" Fakultas Teknik, Jurusan
Elektro, Universitas Trisakti, Jakarta 17 - 19 Desember 1987.
Wallace W.L. 1990. Metoda Logika Ilmu Sosial, Bumi Aksara, Jakarta.
15