Kelompok 1
Kelompok 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pemantauan tumbuh kembang neonatus bayi dan balita akan di lakukan pola
pertumbuhan dan perkembangan pada sistem perkemihan. Pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan di dirikan suatu yang akan mencapai
tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan dan mengalami perubahan. Dari mulai pada
tahap janin, masa neonatus, masa kanak-kanak, masa dewasa dan pada masa lanjut usia.
Tumbuh kembang janin dari yang semula kecil hingga janin siap lahir mengalami
berbagai macam perubahan bentuk. Selain itu perubahan itu juga mengakibatkan
perkembangan dari system yang ada pada janin. Berbagai macam sistem pada janin mulai
berkembang hingga dewasa nantinya dan siap untuk dilahirkan. Dan seiring bertambah
nya usia system perkemihan pada tubuh manusia semakin lama mengalami perubahan
hingga manusia mengalami masa yang disebut masa lansia (lanjut usia).
Oleh karena hal tersebut di atas lah kami menyusun makalah yang bejudul Proses
Tumbuh Kembang dari Anak sampai dengan Lansia pada Sistem Perkemihan
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui Proses Tumbuh Kembang dari Bayi sampai dengan
Lansia pada Sistem Perkemihan
b. Tujuan khusus
Diharapkan perawat dapat menambah khasanah pengetahuan dalam
penanganan klien dengan anemia sesuai konsep asuhan keparawatan yang benar.
Dan mengetahui :
1) Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada janin
2) Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada neonatus
3) Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada masa kanak/ remaja
4) Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada dewasa
5) Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada Lansia
c. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan tujuan penulisan dapat di simpulakn rumusan masalah
sebagai berikut :
1) Bagaimana Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada janin ?
2) Bagaimana Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada neonatus ?
3) Bagaimana Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada masa kanak/
remaja ?
4) Bagaimana Tumbuh Kembang Sistem Perkemihan pada dewasa ?
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan sistem perkemihan dari bayi sampai lansia
A. Embriologi system urinari
a. Ginjal
Ginjal mengalami perkembangan melalui tiga tahap perkembangan: (a) pronephros,
(b) para mesonefros, dan (c) metanephros. Para pronephros berkembang dalam
minggu ke-3 kehamilan sebagai kondensasi mesoderm menengah di daerah toraks
serviks dan atas bawah memperluas ke kloaka, dan hampir seluruhnya regresi dalam
minggu k-4 kehamilan .(Gambar 1)
b. Struktur ini mungkin berfungsi sesaat, mengalir ke ductus mesonefron, namun
mengalami regresi pada akhir bulan kedua.
membentuk kaliks,
meskipun mayoritas tubulus ini merosot, saluran mesonefrik tetap bilateral. Dalam
kedua jenis kelamin, ureter, pelvis ginjal, dan kandung kemih trigonum yang berasal
dari saluran mesonefrik; pada pria, saluran mesonefrik juga menimbulkan ke
deferentia vasa, epididimis, dan vesikula seminalis; yang pertama adalah bagian dari
saluran itu sendiri, sementara dua yang terakhir struktur timbul sebagai akibat dari
dilatasi duktal atau outpouching.(Gambar 2)
c. Kandung Kemih
Sampai minggu k-7 kehamilan, embrio memiliki kloaka, suatu lubang tunggal pada
aspek ekor. Selama minggu k-7 kehamilan, membran urogenital tumbuh caudal,
membagi kloaka ke ventral (sinus urogenital) dan punggung (rektum) komponen
(Gambar 3)
Pembentukan kandung kemih
Kloaka dipisahkan oleh septum menjadi region anorektal posterior dan sinus
urogenital anterior. Tonjolan ureter membentuk ureter yang bermuara di duktus
mesonefros, yang kemudian bermuara di sinus urogenital. Bagian bawah duktus
mesonefros diabsorpsi oleh dinding sinus urogenital dan membentuk area trigonum
kandung kemih. Ini berarti , duktus mesonefros dan ureter memasuki sinus secara
terpisah. Seiring dengan pergerakan ginjal ke atas, muara ureter menggerakkan sinus
urogenital ke atas, ke zona yang akan ditempatinya ketika sebagian sinus urogenital
menjaid kandung kemih. Bagian bawah sinus urogenital membentuk uretra, baik
pada pria maupun wanita, dan
Derajat keasaman urin berkisar antara pH 6,0-7,0, tetapi dalam beberapa hari ginjal
neonatus dengan cepat mampu menurunkan pH urin menjadi 5,0 atau kurang.
Pemeriksaan ureum darah pada neonatus yang baru dilahirkan berkisar antara 10-40
mg/dl meskipun terdapat agenesis ginjal bilateral. Peningkatan kadar ureum darah sampai
60 mg/dl dapat terjadi pada neonatus dengan fungsi ginjal yang normal apabila diberi
minum formula susu buatan dengan kadar protein tinggi. Akan tetapi bila ditemukan
peningkatan kadar ureum darah perlu dicurigai adanya kelainan ginjal antara lain ginjal
polikistik dan hidronefrosis kongenital. Kadar kreatinin darah pada saat lahir hampir
sama dengan orang dewasa yaitu 0,5-1,1 mg/dl, tetapi kemudian menurun dalam 2-4
minggu dan pada umur 1 bulan menjadi 0,1-0,2 mg/dl, yang kemudian meningkat dengan
kenaikan usia.
Sembilan puluh sembilan persen bayi kencing dalam waktu 48 jam pasca lahir. Oleh
karena itu bila bayi tidak kencing dalam waktu 48 jam harus dicurigai adanya gagal ginjal
dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, antara lain plasma kreatinin dan ureum.
Penyebab terjadinya gagal ginjal pada neonatus dapat terjadi karena faktor pra-, pasca-,
dan intrarenal.
Pada awalnya frekuensi miksi pada bayi sering sekali, tetapi makin lama makin
berkurang. Sebaliknya jumlah urin pada neonatus masih sedikit, kemudian meningkat
pada usia yang makin bertambah.
Pada neonatus satu atau dua ginjal sering dapat teraba pada palpasi. Bila keduanya
teraba biasanya normal, tetapi bila hanya satu yang teraba perlu dicurigai apakah yang
satu itu lebih besar dari yang lain atau terdorong oleh massa intra- atau ekstrarenal.
Pembesaran ginjal pada neonatus dapat disebabkan oleh hidronefrosis, tetapi lebih sering
disebabkan oleh embrioma atau malformasi kistik. Ketiga hal itu dapat dibedakan dengan
pemeriksaan ultrasonografi, foto polos abdomen atau pielografi intravena (PIV). Pada
pelaksanaan pemeriksaan PIV, karena daya konsentrasi tubulus yang masih kurang pada
ginjal neonatus, jumlah media kontras yang dipakai harus lebih banyak (10-20 ml
diodrast) untuk mendapatkan gambar kalises yang baik
2. Terdapat beberapa perubahan pada pembuluh darah ginjal pada lansia. Pada korteks
ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang berarti terjadi pengurangan
jumlah darah yang terdapat di glomerulus.
3. Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per menit
darah dari 40% hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600 ml/menit. Normalnya
20% dari plasma disaring di glomerulus dengan GFR 120 ml/menit atau sekitar 170
liter per usia 80 tahun hanya menjadi sekitar 300 ml/menit. Pengurangan dari aliran
darah ginjal terutama berasal dari korteks
4. Pada lansia banyak fungsi hemostasis dari ginjal yang berkurang, sehingga merupakan
predisposisi untuk terjadinya gagal ginjal. Ginjal yang sudah tua tetap memiliki
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan fungsi hemostasis, kecuali
5.
aliran darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan jumlah glomerulus.
6. Aliran plasma ginjal yang efektif (terutama tes eksresi PAH{asam p-aminohipurat})
menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an. Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda,
kemudian berkurang tetapi tidak terlalu banyak pada usia 70, 80 dan 90 tahunan.
7. Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia, dimana pada peningkatan usia
maka pengaturan metabolisme air menjadi terganggu yang sering terjadi pada lanjut
usia. Jumlah total air dalam tubuh menurun sejalan dengan peningkatan usia.
Penurunan ini lebih berarti pada perempuan daripada laki-laki, prinsipnya adalah
penurunan indeks massa tubuh karena terjadi peningkatan jumlah lemak dalam tubuh.
Pada lanjut usia, untuk mensekresi sejumlah urin atau kehilangan air dapat
meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler dan menyebabkan penurunan volume
yang mengakibatkan timbulnya rasa haus subjektif. Pusat-pusat yang mengatur
perasaan haus timbul terletak pada daerah yang menghasilkan ADH di hypothalamus.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan-perubahan komposisi urin pada anak yang sehat (setelah usia 2 tahun)
sangat sedikit karena anak sudah matur, sehingga fungsi ginjal dan urinalisis dapat
digunakan sebagai monitor kesejahteraan.
Orang dewasa mengandung air sekitar 58%. Frekuensi filtrasi glomerulus menurun
sekitar 47% dari usia 20 sampai usia 90 tahun. hari setelah usia 20 tahun terjadi
penurunan aliran darah ginjal kira-kira 10% per dekade,
Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% setiap dekade, mulai usia
25 tahun. Bersihan kreatinin (CCT) menurun 0,75ml/m/tahun dan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme urin, termasuk
sisa obat-obatan
B. Saran
Setelah pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
proses Tumbuh kembang dari anak sampai lansia pada sistem perkemihan, dan
mahasiswa dapat mempelajari teori-teori yang ada di dalam makalah ini.
11
Daftar Pustaka
12