Pit Limit

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

TEORI PIT LIMIT

1 Karakteristik Perancangan Batas Akhir Penambangan


Perancangan batas akhir penambangan merupakan bagian dari proses
perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-masalah geometri (Arif, 1998).
Menurut Wright (1990) batas akhir penambangan diartikan sebagai bentuk dan ukuran
dari sebuah tambang (terbuka) pada saat penambangan tersebut berakhir secara total.
Penilaian yang akan dilakukan dalam perancangan batas akhir penambangan
adalah parameter fisik dan ekonomi. Parameter fisik berkaitan dengan sudut
kemiringan lereng (stabilitas lereng) dan parameter ekonomi berkaitan erat dengan
nilai bersih suatu blok. Penilaian ini juga berarti bahwa batas akhir penambangan
akan mewakili batas optimum dari semua material yang memenuhi kriteria tertentu,
yaitu suatu blok material tidak akan ditambang apabila nilai blok tersebut tidak dapat
menutupi biaya untuk penambangan, pengolahan dan biaya pengupasan blok-blok
yang berada di atasnya. Dengan kata lain, yang ingin dicapai dalam menentukan batas
akhir penambangan adalah penentuan batas penambangan pada suatu cebakan
mineral, yang pada batas tersebut akan dapat memaksimalkan nilai bersih total dari
mineral (Arif, 1998).
1.1 Geometri Lereng
Sebelum dilakukan operasi penambangan, maka kestabilan atau kekuatan lereng
harus diketahui terlebih dahulu. Kestabilan ini terkait erat dengan sudut lereng yang
mempunyai pengaruh besar terhadap nilai ekonomis. Sudut lereng ini dibentuk
berdasarkan karakteristik material pada batuan. Faktor lain yang juga berpengaruh
terhadap geometri lereng adalah ukuran fisik peralatan, baik peralatan pemboran, alat
angkut maupun alat gali dan atau muat. Geometri lereng akan terpengaruh ukuran
fisik peralatan karena terkait erat dengan efisiensi kerja.
Gambar 2.1 dan 2.2 merupakan ilustrasi dari jenjang dan sudut lereng tunggal
serta sudut lereng keseluruhan. Setiap jenjang membagi permukaan bagian atas (crest)
dan permukaan bagian bawah (toe), jarak keduanya merupakan tinggi jenjang (H).

Bidang miring yang terbentuk pada jenjang disebut bench face (bidang muka

jenjang). Sudut yang terbentuk antara bench face dan lantai bawah jenjang disebut
sebagai bench face angle (individual sloope). Sedangkan sudut yang dibentuk antara
toe paling bawah dan crest paling atas adalah overall slope atau disebut juga sebagai
final pit slope angle (sudut lereng akhir).

1.2 Model Blok untuk Perancangan Penambangan


Model blok merupakan dasar dari hampir semua pemrograman komputer yang
digunakan untuk perancangan tambang. Sebuah model blok adalah suatu blok
berbentuk 3D yang diasumsikan dapat mewakili sebuah cadangan mineral. Untuk
keperluan perancangan, blok tersebut dapat dibagi menjadi ukuran yang lebih kecil
(Gambar 2.3).
Posisi geometri setiap blok dapat diketahui secara tepat dengan sistem koordinat
yang sesuai. Setiap blok ditandai dengan data-data geologi, mekanika batuan,
pengolahan dan data ekonomi mengenai karakter atau jenis material yang berada
dalam setiap blok.
Penentuan data setiap blok dipengaruhi oleh jenis teknik interpolasi yang
digunakan. Tiga cara yang umumnya digunakan (Wright, 1990) adalah ;
1. Geostatistik menggunakan teknik kriging.
2. Metode inverse distance weighting.
3. Metode Poligon.
Ada dua jenis model blok yang dikenal, yaitu model blok tetap dan model blok
tidak tetap. Model blok tetap berarti dimensi panjang, lebar dan tinggi blok berukuran
sama, sedangkan blok tidak tetap, ukuran panjang dan lebar dapat berubah-ubah
(Wright, 1990).

a. Model Blok

b. Model Blok Setelah Dibagi-bagi

Gambar 2.3
Model Blok

1.3 Nilai Ekonomi Blok


Prinsip utama dari perancangan batas akhir penambangan adalah untuk
mengetahui batas-batas kumpulan dari blok-blok individu yang akan memberikan
nilai ekonomi paling maksimal, dengan tanpa mengabaikan sudut lereng yang aman.
Blok-blok individu tersebut dapat diketahui nilai ekonomisnya dengan rumus
berikut :
Nilai ekonomi

per ton

Nilai bersih (NV) = Nilai kotor (GV) Total biaya pengupasan (TC)
GV ($) = perolehan pabrik pengolahan (%) x perolehan pabrik
peleburan (%) x kadar (%) x harga mineral ($/lb) x 20 lb/%
TC ($) = biaya penambangan + biaya pengolahan + (biaya administrasi &
umum) + (biaya peleburan, pmurnian dan pengapalan)
Nilai ekonomi per blok
= nilai ekonomi per ton x volume blok faktor tonase
= nilai ekonomi per ton x berat blok
Nilai ekonomi blok waste (material buangan) akan selalu lebih kecil atau sama
dengan nol. Nilai blok bijih akan selalu lebih besar dari nol. Sedangkan nilai blok
campuran dapat bernilai lebih kecil dari nol, sama dengan nol atau lebih besar dari
nol, tergantung jumlah dan kualitas bijih dalam blok.
2 Perancangan Batas Akhir Penambangan Metode Lerchs-Grossmann
2.1 Metode 2D
Seperti halnya metode manual, metode Lerchs Grossman merancang tambang
pada penampang vertikal. Metode Lerchs-Grossmann 2D akan merancang pada
penampang vertikal tambang yang memberikan nilai bersih paling maksimal. Metode
ini pertama kali diperkenalkan oleh Helmut Lerchs dan Ingo Grossmann pada 1965.
Metode ini memiliki motivasi bahwa pada dasarnya penentuan batas akhir
penambangan yang optimum menggunakan penampang blok 2D, dapat dilakukan
dengan mudah (Arif, 1998).

Asumsi Dasar

Asumsi dasar yang digunakan dalam pemrograman ini adalah bahwa nilai
ekonomi tiap blok dalam penampang sudah harus diketahui, demikian pula nilai
overall slope. Selain itu tujuan yang akan dicapai adalah mencari nilai keuntungan
total yang maksimal (nilai material yang ditambang dikurangi ongkos penambangan).

Algoritma

Prinsip dasar dari perancangan batas akhir penambangan dapat dijelaskan


melalui ilustrasi pada Gambar 2.4. Gambar 2.4a menunjukkan sebuah penampang 2D

dari model blok, dengan nilai ekonomi yang masing-masing tertera dalam tiap-tiap
blok (merupakan nilai bersih dari setiap blok apabila ditambang dan diproses secara
individu). Berikut urutan penjelasan terhadap prinsip dasar dari perancangan Metode
Lerchs-Grossmann :
1.

Sudut Lereng, jika ukuran blok dalam model sudah pasti, maka dapat ditentukan
jumlah blok ke atas dan ke bawah untuk setiap blok (pada penampang) yang
paling mendekati kendala sudut lereng. Jika ukuran blok masih dapat diatur, maka
lebih baik ukuran blok disesuaikan dengan sudut lereng.

2.

Nilai ekonomi yang tertera pada tiap-tiap blok pada Gambar 2.4a, disebut sebagai

nilai pertama dari blok atau mij. Pada penampang 2D, blok (i,j) terletak pada baris
i dan kolom j.
3. Nilai ekonomis dari blok-blok yang berada dalam satu kolom dengan blok (i,j)
dijumlahkan secara kumulatif ke bawah. Nilai penjumlahan ini disebut sebagai
nilai kedua dari blok atau Mij (Gambar 2.4b).
i

Mij = mnj, untuk j = 1, 2,


(1)
n=0

4.

Pada penampang ditambahkan baris 0, lalu nilai ketiga dari blok atau Pij dapat
dihitung sebagai berikut :
P0j = 0
khusus untuk kolom pertama (j = 1), Pij dibuat = Mij
kemudian, untuk kolom selanjutnya mengikuti rumus berikut :

Pij = Mij + max


(2)

Pi-1, j-1
Pi, j-1

Pi+1, j-1
5. Tanda panah diberikan untuk menandai nilai termaksimum dari blok (i,j) ke arah
blok (i-1, j-1), (i, j-1) atau (i+1, j-1). Pij mewakili nilai paling besar yang dapat
diperoleh dari penambangan blok (i,j) dan semua blok di atasnya, serta blok-blok
di sebelah kirinya, yang ditandai oleh tanda panah.
6. Jalur yang paling optimal (yang akan menandai kontur permukaan tambang atau
batas akhir penambangan) dipilih, dengan mencari kolom j yang bernilai Pij positif
dan terbesar di permukaan (Gambar 2.4c baris 1). Kontur tersebut akan diperoleh
dengan mengikuti arah panah dari kanan ke kiri, mulai dari blok yang bernilai
terbesar tersebut. Jika pada baris 1 tidak ditemukan nilai Pij positif, maka tidak ada
blok yang ekonomis untuk ditambang dalam penampang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai