No.Reg
Kelas
PUISI pendidikan anak usia diri yang sangat fenomenal sepanjang sejarah itu
ada dalam buku Children Learn What They Live yang ditulis Dorothy Law
Nolte. Setidaknya sampai tahun 1998, puisi ini telah diterjemahkan dalam 35
bahasa dan jumlahnya terus bertambah.
Karya klasik ini sebenarnya ditulis pada tahun 1954 untuk koran Torrance
Herald di Southern California, dan Dorothy sendiri adalah salah satu
kolumnisnya. Setelah dimuat di surat kabar itu, puisi ini menjadi sangat
terkenal dan dapat ditemukan di mana-mana.
Berikut terjemahannya
Anak-Anak Belajar Dari Lingkungan Hidupnya
Jika anak biasa hidup dicacat dan dicela, kelak ia akan terbiasa menyalahkan
orang lain.
Jika anak terbiasa hidup dalam permusuhan, kelak ia akan terbiasa
menentang dan melawan.
Jika anak biasa hidup dicekam ketakutan, kelak ia akan terbiasa merasa
resah dan cemas.
Jika anak biasa hidup dikasihani, kelak ia akan terbiasa meratapi nasibnya
sendiri.
Jika anak biasa hidup diolok-olok, kelak ia akan terbiasa menjadi pemalu.
Jika anak biasa hidup dikelilingi perasaan iri, kelak ia akan terbiasa merasa
bersalah.
Jika anak biasa hidup serba dimengerti dan dipahami, kelak ia akan terbiasa
menjadi penyabar.
Jika anak biasa hidup diberi semangat dan dorongan, kelak ia akan terbiasa
percaya diri.
Jika anak biasa hidup banyak dipuji, kelak ia akan terbiasa menghargai.
Jika anak biasa hidup tanpa banyak dipersalahkan, kelak ia akan terbiasa
senang menjadi dirinya sendiri.
Jika anak biasa hidup mendapatkan pengakuan dari kiri kanan, kelak ia akan
terbiasa menetapkan sasaran langkahnya.
Jika anak biasa hidup jujur, kelak ia akan terbiasa memilih kebenaran.
Jika anak biasa hidup diperlakukan adil, kelak ia akan terbiasa dengan
keadilan.
Jika anak biasa hidup mengenyam rasa aman, kelak ia akan terbiasa percaya
diri dan mempercayai orang-orang di sekitarnya.
Jika anak biasa hidup di tengah keramahtamahan, kelak ia akan terbiasa
berpendirian : Sungguh indah dunia ini !
(Dorothy Law Nolte)
Pengembangan :
Jika anak biasa hidup dicacat dan dicela,
kelak ia akan terbiasa menyalahkan orang lain.
Jika anak terbiasa hidup dalam permusuhan,
kelak ia akan terbiasa menentang dan melawan
Jika anak biasa hidup dicekam ketakutan,
kelak ia akan terbiasa merasa resah dan cemas.
Jika anak biasa hidup dikasihani,
kelak ia akan terbiasa meratapi nasibnya sendiri.
Jika anak biasa hidup diolok-olok,
kelak ia akan terbiasa menjadi pemalu.
Jika anak biasa hidup dikelilingi perasaan iri,
kelak ia akan terbiasa merasa bersalah.
Jika anak biasa hidup serba dimengerti dan dipahami,
kelak ia akan terbiasa menjadi penyabar.
Jika anak biasa hidup diberi semangat dan dorongan,
kelak ia akan terbiasa percaya diri.
Jika anak biasa hidup banyak dipuji,
kelak ia akan terbiasa menghargai.
Kajian
Aspek Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman
(2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan
suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi
sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak,
baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan
selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak.
Woolfson, 2005:8 menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional,
yaitu :
1.
Dicintai,
2.
Dihargai,
3.
Merasa aman,
4.
Merasa kompeten,
5.
Mengoptimalkan kompetensi
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
1. Pada bayi hingga 18 bulan
a. Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di
sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini
berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap
orang lain serta interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan
ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.
b. Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa
nyaman dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat
wajah dan suara orang di sekitarnya.
c. Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar
mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan takut.
d. Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang
merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang
asing yang belum dikenalnya. Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati
dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan orangorang yang berada di sekitar
dalam merespon kejadian tertentu.
2. Usia 18 bulan sampai 3 tahun
a. Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di
lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan
banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan.
Fase ini anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan
keinginannya.
b. Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata
untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan
ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat
membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya
orang tua menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.
c. Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan
emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan,
anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
3. Usia antara 3 sampai 5 tahun
a. Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil
inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang
baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan
apa yang dirasakan oleh orang lain.
b. Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu
peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa
orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa
senang, sementara yang kalah akan sedih.
4. Usia antara 5 sampai 12 tahun
a. Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku.
Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga
rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk
menyembunyikan informasiinformasi secara.
b. Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan
konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin
menyadari perasaan diri dan orang lain.
c. Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi
sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada
orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih.
Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga
belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani,
2006).
d. Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang
norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak
awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturanaturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya
perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.
Aspek Sosial
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli
psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
Aspek Motivasi
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan
kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
Apabila kebutuhan fisiologis sudah dipuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu
kebutuhan akan rasa aman. Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan lingkungan. Kebutuhan
akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan
akan kelangsungan pekerjaanya dan jaminan hari tuanyapada saat mereka tidak bekerja lagi.
Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul
kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat
dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok
kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan
atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri
berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan
untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan
kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang
mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri
senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok
(fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan
diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih
tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang penting dalam
pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila
seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi
tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan
mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku.
Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan,
kebutuhan itu masih memengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.
Abraham Maslow mengembangkan hierarki kebutuhan manusia untuk memperlihatkan bahwa
kita harus memenuhi kebutuhan dasar sebelum kita dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
(King, 2011:202). Dalam pandangan Maslow, siswa harus memuaskan kebutuhan mereka akan
makanan sebelum mereka dapat berprestasi. Selain itu, pandangan Maslow juga beranggapan
mengenai anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan penuh kekerasan cenderung
kurang berprestasi dibanding anak-anak yang kebutuhannya terpenuhi.
menemukan cara untuk berpikir kritis dan kreatif yang berhubungan dengan
intelektual. Sementara hasil akhir dari pendidikan adalah perilaku atau
akhlak yang baik.
Maka, sebagai pendidik, kita harus banyak belajar lagi untuk menjadi role
model yang baik bagi anak-anak di setiap aspek kehidupan, agar nantinya
sang anak bisa lebih bisa menghargai orang lain, bagaimana belajar
menempatkan diri, dan belajar bersikap.