Makalah Gangguan Seksual
Makalah Gangguan Seksual
biasanya teramati oleh orang tua ketika si anak berusia antara 2 dan 4 tahun (Green&Blanchard,
1995). Gangguan ini nampaknya sekitar enam kali lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan (Zucker, Bardley, Sanikhani, 1997). Meskipun demikian, sebagian
besar anak yang mengalami gangguan identitas gender ketika dewasa tidak tumbuh sebagai
orang yang terganggu, sekalipun tanpa intervensi profesional (Zucker dkk, 1984).
3. Penyebab Gangguan Identitas Gender
Adapun penyebab dari gangguan identitas gender ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor Biologis
Secara spesifik, bukti menunjukkan bahwa identitas gender dipengaruhi oleh hormon.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak manusia dan primata, yang lahir dari ibu yang
mengonsumsi hormon seks selama hamil sering kali berperilaku seperti lawan jenis dan
mengalami abnormalitas anatomis. Contohnya, anak perempuan yang ibunya mengonsumsi
progestin sintesis yang merupakan cikal bakal hormon seks laki-laki, untuk mencegah
perdarahan rahim selama hamil, memiliki perilaku tomboy. Anak laki-laki yang ibunya
mengonsumsi hormon perempuan semasa hamil, kurang atletis sebagai anak laki-laki dan kurang
terlibat dalam permainan laki-laki sebaya mereka. Meskipun anak-anak tersebut tidak selalu
memiliki identitas gender yang tidak normal, namun hormon seks yang dikonsumsi oleh sang ibu
semasa hamil tampaknya memang menimbulkan minat dan perilaku lintas gender dalam tingkat
yang lebih tinggi dari normal.
2. Faktor-faktor Sosial dan Psikologis
Dalam beberapa keluarga, perilaku lintas gender terlalu banyak mendapat perhatian dan
penguatan dari orang tua dan para kerabat. Wawancara dengan orang tua yang anak-anaknya
menunjukkan tanda-tanda gangguan identitas gender mengungkap bahwa mereka tidak
mencegah, bahkan mendorong perilaku memakai pakaian lawan jenis pada anak-anak mereka.
Banyak ibu, bibi, nenek, yang menganggap lucu bila anak laki-laki memakai pakaian lama dan
sepatu hak tinggi milik ibunya, dan sering mengajari si anak cara memakai rias wajah. Selain itu,
pasien laki-laki yang mengalami gangguan identitas gender menuturkan bahwa mereka tidak
memiliki hubungan dekat dengan ayah mereka, sedangkan para perempuan menuturkan riwayat
penyiksaan fisik atau seksual (Bardley&Zucker, 1997). Suatu hipotesis awal menyatakan bahwa
3
perilaku feminim pada anak laki-laki didorong oleh si ibu yang sangat ingin memiliki anak
perempuan sebelum si anak lahir.
4. Terapi Gangguan Identitas Gender
Terapi gangguan identitas gender adalah intervensi yang ada untuk membantu orangorang yang mengalami gangguan identitas gender. Intervensi tersebut terdiri dari dua tipe utama.
Salah satu tipe berupaya untuk mengubah tubuh agar sesuai dengan psikologi orang yang
bersangkutan; tipe yang lain dirancang untuk mengubah psikologi agar sesuai dengan tubuh
orang yang bersangkutan.
1. Perubahan Tubuh
Orang yang mengalami gangguan identitas gender yang mengikuti program yang
mencakup perubahan tubuh umumnya diminta untuk menjalani psikoterapi selama 6 hingga 12
bulan dan hidup sesuai gender yang diinginkan (Harry Benjamin International Gender Dysphoria
Association, 1998). Terapi umumnya tidak hanya memfokuskan pada kecemasan dan depresi
yang mungkin dialami orang yang bersangkutan, namun juga pada berbagai pilihan yang ada
untuk mengubah tubuhnya. Contohnya, beberapa orang yang mengalami gangguan identitas
gender dapat memilih untuk hanya menjalani operasi kosmetik, seorang transeksual laki-laki ke
perempuan dapat menjalani elektrolisis untuk menghilangkan bulu-bulu di wajah dan operasi
untuk mengecilkan pipi dan jakun. Banyak transeksual juga mengonsumsi hormon agar tubuh
mereka secara fisik lebih mendekati keyakinan mereka tentang gender mereka. Contohnya,
hormon perempuan akan mendorong pertumbuhan payudara dan melembutkan kulit transeksual
laki-laki ke permpuan (Schaefer, Wheeler, dan Futterweit, 1997).
2. Operasi Perubahan Kelamin
Operasi Perubahan Kelamin adalah operasi yang mengubah alat kelamin yang ada agar
lebih sama dengan kelamin lawan jenis. Operasi perubahan kelamin pertama kali dilakukan di
Eropa pada tahun 1930. Dalam operasi perubahan kelamin laki-laki ke perempuan, alat kelamin
laki-laki hampir seluruhnya dibuang dan beberapa jaringan dipertahankan untuk membentuk
vagina buatan. Minimal setahun sebelum operasi, berbagai hormon perempuan dikonsumsi untuk
memulai proses perubahan tubuh. Sebagian besar transeksual laki-laki dan perempuan harus
menjalani elektrolisis yang ekstensif dan mahal untuk menghilangkan bulu-bulu di wajah dan
4
tubuh, dan mendapatkan pelatihan untuk menaikkan nada suara mereka, hingga hormon
perempuan yang dikonsumsi membuat bulu-bulu tidak lagi tumbuh dan suaranya menjadi kurang
maskulin. Operasi kelamin itu sendiri biasanya tidak dilakukan sebelum berakhirnya masa uji
coba selama satu atau dua tahun. Hubungan seks heteroseksual konvensional dimungkinkan bagi
transeksual laki-laki dan perempuan, meskipun kehamilan tidak akan mungkin terjadi karena
hanya alat kelamin bagian luar yang diubah.
Proses perubahan kelamin perempuan ke laki-laki dalam beberapa hal lebih sulit, namun
dalam beberapa hal lebih mudah. Disatu sisi, penis yang dibuat melalui operasi berukuran kecil
dan tidak mengalami ereksi normal sehingga dibutuhkan alat bantu buatan untuk melakukan
hubungan seksual konvensional. Sebuah operasi memperpanjang uretra kedalam penis buatan
sehingga memungkinkan orang yang bersangkutan dapat menikmati kenyamanan sosial dengan
menggunakan toilet umum. Disisi lain, lebih sedikit penanganan kosmetik lanjutan yang
diperlukan dibanding pada transeksual laki-laki ke perempuan. Relatif lebih mudahnya
perubahan kosmetik dari perempuan ke laki-laki dapat disebabkan oleh kurang terfokusnya
masyarakat terhadap atribut fisik laki-laki. Operasi perubahan kelamin merupakan pilihan yang
sering kali diambil oleh laki-laki daripada perempuan.
3. Perubahan Identitas Gender
Identitas gender diasumsikan tertanam terlalu dalam untuk diubah. Meskipun demikian,
terdapat sejumlah kecil prosedur mengubah identitas gender melalui terapi perilaku yang
tampaknya berhasil. Penanganannya tidak hanya mencakup pembentukan berbagai macam
perilaku spesifik, seperti sopan santun dan perilaku interpersonal, bagaimana cara berbicara
dengan perempuan muda, namun juga mencakup pada komponen kognitif, seperti fantasi.
PARAPHILIA
1. Pengertian Paraphilia
Kata parafilia (paraphilia) diambil dari akar bahasa Yunani para, yang artinya pada sisi
lain, dan philos artinya mencintai. Pada parafilia, orang menunjukkan keterangsangan seksual
(mencintai) sebagai respons terhadap stimulus yang tidak biasa (pada sisi lain dari stimulus
normal). Menurut DSM-IV, parafilia melibatkan dorongan dan fantasi seksual yang berulang dan
kuat, yang bertahan selam 6 bulan atau lebih yang berpusat pada:
1. Objek bukan manusia seperti pakaian dalam, sepatu, kulit atau sutra
2. Perasaan merendah atau menyakiti diri sendiri atau pasangannya
3. Anak-anak dan orang lain yang tidak dapat atau tidak mampu memberikan persetujuan.
2. Penyebab Paraphilia
Asosiasi atau pengalaman seksual
yang tidak semestinya pada msa
anak-anak (sebagian secara tidak
disengaja dan sebagian dengan
melihat pengalaman orang lain)
Kemungkinan terjadinya
perkembangan yang tidak adekuat
pada pola rangsangan orang
dewasa atas dasar suka sama
3. Jenis-Jenis Paraphilia
Fetishisme
Kata fetiche diduga berasal dari bahasa Portugis feitico, yang berarti suatu daya tarik
ajaib. Dalam kasus ini, ajaib terletak pada kemampuan objek untuk merangsang secara
seksual. Ciri utama dari fetishisme adalah dorongan seksual yang kuat dan berulang serta
membangkitkan fantasi yang melibatkan objek tidak hidup, seperti bagian tertentu dari pakaian
(bra, celana dalam, stoking, sepatu boot, sepatu, kulit, sutra dan sejenisnya). Normal bagi pria
untuk menyukai tampilan, rasa, dan aroma baju dalam milik kekasih mereka. Namun pada pria
fetishisme lebih memilih objeknya dari pada orang yang memilikinya. Mereka sering mengalami
kepuasan seksual melalui masturbasi sambil membelai, menggosok-gosok, atau mencium objek
tersebut; atau dengan melihat pasangan mereka menggunakan itu selama aktivitas seksual.
Munculnya fetishisme dapat dilacak dari masa kanak-kanak awal. Sebagian besar
individu dengan fethis terhadap karet pada satu sampel penelitian mampu untuk mengingat
kembali pengalaman ketertarikan fetish mereka pada karet disekitar usia 4 dan 10 tahun.
Transvestik Fethisisme
Ciri utama transvestik fethisme adalah dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi
yang berhubungan yang melibatkan memakai pakaian lawan jenis (cross-dressing) dengan tujuan
untuk mendapatkan rangsangan seksual. Orang dengan fetishisme dapat dipuaskan dengan
memegang objek sepeti pakaian wanita sambil bermasturbasi, sedangkan orang dengan
transvestik fethisisme ingin memakainya. Mereka dapat memakai pakaian feminin dan
dandanannya secara lengkap atau lebih menyukai satu bagian dari pakaian wanita, seperti
stoking perempuan. Transvestik fethisisme dilaporkan hanya terjadi pada pria heteroseksual.
Biasanya, pria yang memakai pakaian lawan jenis melakukannya secara terutup atau pribadi dan
membayangkan diri mereka menjadi bagian dalam kultur transvestik.
Pria gay kemungkinan memakai pakaian lawan jenis untuk menarik perhatian pria lain
atau karena menyamar menjadi wanita merupakan gaya tersendiri pada beberapa lingkungan
sosial, bukan karena mereka terangsang secara seksual dengan memakai pakaian lawan jenis.
Sebagian besar pria dengan tranvestik fethisisme sudah menikah dan terlibat dalam
aktivitas seksual dengan istri mereka, tetapi mereka mencari tambahan kepuasan seksual dengan
cara berpakaian seperti wanita.
Pedofilia
Penyimpangan seksual yang paling tragis adalah ketertarikan seksual terhadap anak-anak
(atau remaja yang masih sangat muda) yang disebut pedophilia (pedofilia). Orang-orang di
dunia semakin menyadari tentang masalah ini seteh skandal yang dipublikasikan secara luas
dalam gereja katolik di mana para pastur, banyak yang diantaranya mutlak memenuhi kriteria
pedofilia, menganiaya anak-anak berulang kali. Alih-alih dihukum, pastur-pastur itu hanya
dipindahkan ke gereja lain di mana mereka mengulangi perbuatan yang sama. Individu-individu
dengan pola rangsangan semacam ini bisa tertarik kepada anak laki-laki, anak perempuan, atau
kedua-duanya. Dalam sebuah survei, 12 % laki-laki dan 17 % perempuan menyatakan pernah
disentuh secara tidak pantas oleh orang dewasa ketika mereka masih anak-anak. (Fagan, Wise,
Schmidt, dan Berlin, 2002). Kira-kira 90 % pelaku penganiayaan semacam itu adalah laki-laki
dan 10 % nya adalah perempuan (Fagan dan kawan-kawan, 2002).
Bila anak itu adalah anak anggota keluarga orang itu, pedofilia disebut incest (inses).
Meskipun pedofilia dan inses memiliki banyak kesamaan, korban pedofilia cenderung anak-anak
yang masih belia dan korban inses cenderung gadis-gadis remaja yang mulai matang secara fisik.
(Rice dan Harris, 2002). Marshall, Barbaree, dan Christophee (1986) dan Marshall (1997)
mendemonstrasikan dengan menggunakan alat pengukur kekencangan penis bahwa laki-laki
yang melakukan inses pada umumnya merasa terangsang oleh perempuan dewasa dibanding
laki-laki pedofilik, yang cenderung memfokuskan diri secara eksklusif pada anak-anak.
Para penganiaya anak sering kali merasionalisasikan perilakunya sebagai cinta
terhadap anak-anak atau mengajarkan pelajaran berharga tentang seksualitas pada anak-anak.
Penganiaya anak hampir tidak pernah mempertimbangkan kerusakan psikologis yang diderita
korbannya, padahal interaksi tersebut sering merusak kepercayaan anak dan kemampuan mereka
untuk berbagi intimasi. Penganiayaan anak jarang menggunakan kekuatan terhadap anak-anak,
yang mungkin berpartisipasi dalam penganiayaan itu tanpa protes meskipun sangat ketakutan
dan sebenarnya tidak mau melakukannya. Anak-anak itu sering merasa bertanggung jawab atas
terjadinya penganiayaan itu karena pelakunya tidak menggunakan paksaan atau ancaman, dan
setelah anak yang pernah dianiaya itu tumbuh dewasa barulah mereka menyadari bahwa mereka
8
tidak berdaya untuk melindungi diri mereka sendiri dan sama sekali tidak bertanggung jawab
atas sesuatu yang dilakukan orang terhadap dirinya.
Ranguman kriteria gangguan pedofilia. Fitur-fitur pedofilia meliputi :
Selama paling tidak 6 bulan, dorongan dan perilaku yang merangsang secara seksual
yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak-anak (biasanya berumur 13 atau kurang)
Orang itu mewujudkan dorongan, fantasi, dan perilaku seksualnya itu hingga
mengakibatkan distress atau hendaya yang signifikan
Orang itu berumur paling sedikit 16 tahun dan paling tidak 5 tahun lebih tua dibanding
anak yang menjadi objek pedofilianya
Sumber: Berdasarkan DSM-IV-TR. Digunakan dengan izin Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fourth edition, Text Revision, Copyright 2000. American Psychiatric
Association.
Voyeurisme
Ciri utama dari voyeurisme adalah bertindak berdasarkan atau mengalami distress akibat
munculnya dorongan seksual yang kuat dan terus menerus sehubungan dengan fantasi yang
melibatkan melihat, memperhatikan orang, biasanya orang tak dikenal, yang sedang tidak
berpakaian atau membuka pakaian atau sedang melakukan aktivitas seksual di mana mereka
tidak menduganya. Tujuan melihat, atau mengintip adalah untuk mencapai kepuasan seksual.
Orang yang melakukan voyeurisme biasanya tidak menginginkan aktivitas seksual dengan orang
yang diobservasi.
Tindakan memperhatikan pasangan yang sedang membuka pakaian atau melihat filmfilm porno bukan merupakan bentuk dari voyeurisme. Orang yang diobservasi mengetahui
bahwa mereka sedang diobservasi oleh pasangan mereka atau akan diobservasi oleh penonton
film. Tindakan voyeuristik melibatkan kondisi memperhatikan orang lain yang tidak menduga
(bahwa dia sedang diamati) yang sedang membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual.
Perlu diperhatikan bahwa keterangsangan seksual yang muncul saat memperhatikan
keterangsangan seksual yang muncul saat memperhatikan pasangan kita membuka pakaian atau
menonton adegan seks di film porno masih berada pada spektrum normal dalam seksualitas
manusia.
9
(exibitionism)
melibatkan
dorongan
kuat
dan
berulang
untuk
menunjukkan alat genital pada orang tak dikenal yang tidak menduganya, dengan tujuan agar
korban terkejut, shock, atau terangsang secara seksual. Orang tersebut dapat bermasturbasi
sambil membayangkan atau banar-benar menunjukkan alat genitalnya (hampir semua kasus
terjadi pada pria). Sasaran atau korbannya hampir selalu wanita. Orang yang didiagnosis
mengidap eksibisionisme biasanya tidak tertarik pada kontak seksual aktual dengan korban dan
karena itu biasanya tidak berbahaya. Namun begitu, korban dapat merasa bahwa dirinya berada
dalam bahaya besar dan dapat mengalami trauma karena peristiwa itu. Saran yang paling baik
untuk korban adalah untuk tidak menunjukkan reaksi apapun orang yang mengekspos dirinya
dan tetap bersikap biasa saja, jika memungkinkan. Tidak bijaksana untuk menghina orang yang
10
mempertontonkan dirinya, bahkan hal itu dapat membangkitkan reaksi kekerasan. Juga tidak
dianjurkan untuk menunjukkan reaksi terkejut atau takut yang berlebihan; hal ini cenderung
mendorong orang tersebut untuk semakin mempertontonkan dirinya.
Sejumlah peneliti melihat eksibisionisme sebagai cara tidak langsung untuk menunjukkan
kekerasan pada wanita, mungkin karena memiliki persepsi yang salah tentang wanita pada masa
lalu atau karena tidak diperhatikan atau tidak dianggap serius oleh wanita (Geer, Heiman, &
Leitenberg, 1984). Pria dengan gangguan ini cenderung pemalu, tergantung, serta kurang
memiliki keterampilan sosial dan seksual, bahkan terhambat secara sosial (Dwyer, 1988).
Sejumlah orang meragukan maskulinitas mereka dan memiliki perasaan inferior. Ras jijik atau
ketakutan korban membangkitkan rasa menguasai situasi dan meningkatkan keterangsangan
seksual mereka.
Mengenakan jubah mandi yang terbuka bukanlah suatu bentuk eksibisionisme dalam
istilah klinis. Hampir semua orang yang didiagnosis menderita gangguan ini adalah pria, dan
merka termotivasi oleh harapan untuk mengejutkan dan membuat panik orang yang tidak
menduga akan melihatnya, bukan untuk menunjukkan betapa menariknya tubuh mereka, secara
umum mereka tidak termotivasi oleh hasrat untuk mengekspos diri sendiri pada orang yang tidak
dikenal dengan tujuan untuk merangsang atau mengejutkan mereka. Motif utama dari penari
bugil, tentu saja hanya untuk mencari uang.
Masokhisme Seksual
Masokhisme adalah gangguan seksual dimana individu mendapat kepuasan seksual lewat
kesakitan pada diri sendiri yang dianggap sebagai pelengkap atau pendahuluan bagi relasi
seksual untuk mendapatkan orgasme. Mendapatkan kepuasan seks dengan cara melakukan atau
mendapatkan siksaan mental dan fisik. Lebih banyak dijumpai pada kalangan wanita dan
distimulir oleh kepasifan wanita.
Pada gejala masokhisme extrim terdapat dorongan untuk memusnahkan diri sendiri
disertai kompulsi-kompulsi atau paksaan yang banyak tidak disadari penderitanya. Pada
masokhisme moril banyak dimuati unsur-unsur rasa bersalah terutama kepada kekasih atau
subjek relasinya.
Kesediaan tunduk dan takluk secara erotis dan mutlak yang sifatnya sangat masokhistis
yang disebut masokhistik erotik yang bersedia menderita kesakitan hebat demi cinta. Adakalanya
11
timbul karena ketika kecil pernah dipukul pada bagian erogen sehingga mendapat kepuasan
seksual yang sangat mendalam dan ingin megulangi keadaan masokhis tersebut kembali.
Sadisme Seksual
Sadisme seksual ialah kelainan seksual yang diasosiasikan dengan penderitaan, kesakitan,
dan hukuman. Bila seseorang tidak dapat merasakan kepuasan seksual dengan cara biasa dan
mendapatkan kepuasan dengan penyiksaan fisik dan psikologis partnernya dengan tindak
kekejaman. Sebab-sebab sadisme antara lain :
Pendidikan yang salah bahwa seks itu kotor sehingga perlu ditidak dengan kekejaman.
Dorongan nafsu berkuasa yang extrim sehingga merasa perlu untuk menyiksa partnernya.
Pengalaman traumatis dengan ibu atau seorang wanita (atau pria pada wanita) sehingga
meninggalkan rasa dendam yang menyebabkan berkembangnya pola sadistis dalam
bersenggama.
12
DISFUNGSI SEKSUAL
(Sexual Dysfunctions)
Gangguan disfungsi seksual meliputi masalah dalam minat, rangsangan atau respon
seksual. Gangguan ini seringkali merupakan sumber distress bagi orang yang menmgalaminya
dan bagi pasangan mereka. Ada beberapa tipe disfungsi seksual tetapi semuanya cenderung
memiliki ciri yang sama, seperti:
Ciri
Takut akan gagal
Ketakutan
yang
Deskripsi
terkait dengan
kegagalan
untuk
reaksi
tubuh
saat
Efek emosional
Perilaku menghindar
kecemasan.
Menghindari kontak seksual karena takut gagal untuk
menampilkan performa yang adekuat, membuat berbagai
macam alasan pada pasangan.
13
Kurangnya atau tidak ada fantasi dan nafsu seksual yang berlangsung terus-menerus.
Tidak disebabkan oleh aksis I lain (kecali disfungsi seksual lain) atau efek fisiologis
langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.
Tidak banyak yang diketahui mengenai penyebab gangguan nafsu seksual hipoakif atau
gangguan keengganan seksual. Karena perempuan yang mengalami gangguan tersebut
menunjukkan respon seksual normal terhadap stimuli seksual dalam berbagai studi laboratorium,
dan tidak tampak mereka tidak mampu untuk merasakan gairah sepenuhnya (Kaplan, 1997).
Diantara berbagai penyebab dorongan seks rendah adalah ortodoksitas agama, mencoba
melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak berjenis kelamin sesuai keinginan, takut
hilangan kendali, takut hamil, depresi, kurangnya rasa tertarik karena faktor-faktor seperti
kurangnya kebersihan pasangan (LoPiccolo & Friedman, 1988).
terjadi setelah suatu masa dimana fungsinya normal. Gangguan seperti ini seringkali disebut
sebagai frigiditas. Adapun fitur-fitur gangguan gairah seksual pada perempuan meliputi:
Ketidakmampuan yang presisten atau berulang kali terjadi untuk mencapai atau
mempertahankan respons lubrikasi-pembesaran vaginal sebagai respons keterangsangan
seksual selama melakukan aktivitas seksual.
Ketidakmampuan ini bukan lebih menjadi bagian penentu bagi gangguan lain (misalnya:
gangguan suasana perasaan, kecemasan, kognitif) dan bukan disebabkan karena efek-efek
fisiologis obat atau penyalahgunaan obat.
Gangguan gairah seksual pada wanita memiliki penyebab fisik maupun psikis. Penyebab
yang utama adalah faktor psikis, yang bisa berupa perselisihan pernikahan, depresi, dan keadaan
yang menimbulkan stress. Seorang wanita bisa menghubungkan seksual dengan perbuatan dosa
dan kesenangan seksual dengan perasaan bersalah. Rasa takut akan keintiman juga dapat
memegang peranan.
Sedangkan faktor fisik yang bisa menyebabkan gangguan gairah seksual pada wanita
diantaranya:
a. Rasa nyeri karena endometriosis atau infeksi kandung kemih (sistitis), infeksi vagina
(vaginitis).
b. Kekurangan hormon estrogen yang menyertai masa menopause atau pengangkatan
penyinaran.
f.
Hilang
rasa
karena
kelainan
sistem
saraf
tertentu
Berbagai keadaan fisik bisa diobati. Misalnya diberikan antibiotik untuk mengatasi
infeksi kandung kemih atau infeksi vagina dan diberikan hormon untuk menggantikan
kekurangan hormon. Bisa dilakukan penyuluhan untuk mengajarkan teknik pemusatan perasaan
15
(terapi seksual). Latihan Kegel dapat memperkuat otot-otot panggul dan bisa membantu wanita
untuk mencapai kepuasan. Pada latihan ini wantia mengerutkan otot-otot vaginanya kuat-kuat
(seperti menahan berkemih) selama 10-15 menit, minimal sebanyak 3 kali sehari selama 2-3
bulan.
GANGGUAN EREKSI PADA LAKI-LAKI
Gangguan ereksi pada laki-laki merupakan salah satu jenis gangguan seksual pada pria.
Secara definisi gangguan ereksi adalah kurangnya kemampuan atau ketidakmampuan sebagian
laki-laki untuk mencapai atau mempertahankan proses ereksi penis sampai aktivitas seksual
selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali. Gangguan ini seringkali disebut impotensi.
Fitur-fitur gangguan ereksi pada laki-laki meliputi:
a. Ketidakmampuan yang presisten atau berulang kali terjadi untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi selama melakukan aktivitas seksual.
b. Distress yang signifikan atau kesulitan interpersonal karena ketidakmampuan ini.
c. Ketidakmampuan ini bukan lebih menjadi bagian penentu bagi gangguan lain dan bukan
disebabkan karena efek-efek fisiologis obat atau penyalahgunaan obat.
Pada dasarnya disfungsi ereksi terbagi dalam dua faktor penyebab, yaitu psikis dan
organis. Penyebab faktor psikis biasanya dilatarbelakangi oleh faktor kejenuhan, kejengkelan,
kekecewaan, hilangnya daya tarik terhadap pasangan, trauma seksual hingga rasa takut gagal
yang terpicu dari kurangnya rasa kepercayaan diri. Mayoritas penderita gangguan ereksi yag
disebabkan oleh faktor psikis yaitu laki-laki pada usia produktif.
Untuk faktor penyebab organis, gangguan ereksi biasanya terkait penyakit seperti
diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, pasca-operasi prostat dan penyempitan pembuluh darah.
Faktor usia juga dapat mempengaruhi dimana semakin tua usia semakin besar risiko gangguan
ereksi. Kecenderungan penderita gangguan ereksi yang disebabkan oleh faktor organis yaitu lakilaki yang berusia di atas lima puluh tahun.
Adapun penyebab-penyebab gangguan ereksi pada laki-laki, antara lain:
a. Kelainan pembuluh darah
16
Agar dapat menegang, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu
penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) dapat menyebabkan impotensi.
Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan
pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis.
b. Kelainan persarafan
Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan
impotensi. Kerusakan saraf ini dapat terjadi akibat:
-
c. Obat-obatan
Risiko gangguan ereksi meningkat seiring dengan kebiasaan mengonsumsi narkotika,
obat zat psikotropika, antidepresi (litium), obat penenang, dan hormon. Serta dapat juga
dipicu dari konsumsi obat-obatan anti-hipertensi dan antigastritis (simetidin).
d. Kelainan pada penis
e. Masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual
Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara berulang
(sedikitnya selama 3 bulan )
Impotensi dapat diobati tanpa pembedahan. Jenis pengobatan yang ada tergantung kepada
penyebab primernya. Selain itu ditujukan pula untuk memperbaiki fungsi ereksi. Tidak sedikit
17
kasus gangguan ereksi tidak memerlukan obat, terutama pada kasus gangguan ereksi karena
faktor psikologis. Disamping itu, peran pasangan sangat penting untuk membantu pemulihan
gangguan ereksi.
Vacuum constriction.
Terapi akupuntur
Penis tiruan (protesis penis), merupakan pilihan terakhir jika semua upaya tidak memberikan
hasil yang memadai.
Namun yang terbaik adalah mengadakan konsultasi dengan dokter spesialis pada
bidangnya secepatnya. Lebih baik lagi untuk pengobatan gangguan ereksi atau mencegah
timbulnya gangguan dengan:
Berhenti merokok
5. Cobalah variasi seksual misalnya dengan mencoba beberapa macam teknik foreplay atau
pemanasan sebelum berhubungan.
6. Bila perlu konsumsi suplemen vitalitas yang dapat menjaga stamina sekaligus membantu
terjadinya ereksi, tentunya setelah mengadakan konsultasi dengan tenaga medis terpercaya.
pergi khususnya selama hubungan seks. Ketakutan ini bisa berhubungan dengan perasaan
bersalah setelah menikmati kesenangan, takut ditinggal sendirian untuk menikmati yang
tergantung pada pasangan, atau takut kehilangan kendali. Obat-obatan tertentu, terutama sekali
serotonin selektip penghambat reuptake seperti fluoxetine, bisa menghambat orgasme.
Gangguan orgasme kemungkinan bersifat sementara, bisa terjadi setelah tahun-tahun
pada fungsi seksual normal, atau kemungkinan tahan lama. Hal itu bisa terjadi sepanjang waktu
atau hanya pada keadaan tertentu. Kebanyakan wanita yang memiliki masalah mencapai orgasme
juga memiliki masalah pada membangkitkan hasrat.
GANGGUAN ORGASME PADA LAKI-LAKI
Gangguan orgasme pada pria merupakan pola kesulitan untuk mencapai orgasme setelah
melalui pola hasrat dan gairah seksual yang normal. Pria dengan masalah ini biasanya dapat
mencapai orgasme melalui masturbasi tetapi tidak melalui hubungan genital.
EJAKULASI DINI
Ejakulasi dini (Premature Ejaculation) ialah pelepasan air mani (semen, sprema) pada
saat orgasme. Definisi lebih jelas yaitu pembuangan sperma yang terlalu dini atau cepat,
berlangsung zakar melalukan penetrasi dalam vagina atau berlangsung ejakulasi beberapa detik
sesudah penetrasi. Jadi, ejakulasi premature adalah peristiwa terlampau cepat mengeluarkan
sperma pada saat intromissi, dan pihak pria tidak mampu menahan dorongan ejakulasi di dalam
vagina selama beberapa detik.
Hal ini dapat terjadi sebelum, pada saat, atau segera setelah penetrasi, tetapi sebelum pria
tersebut menginginkannya. Pada umumnya ejakulasi dini tersebut disebabkan oleh rasa tidak
aman dan rasa kurang percaya diri. Peristiwa sedemikian biasanya antara lain disebabkan oleh
kegagalan-kegagalan tertentu dalam kariernya. Mungkin juga disebabkan oleh isteri yang terlalu
dominan dan banyak menuntut, keras, dan suka menghina suami. Bisa pula disebabkan oleh rasarasa berdosa atau bersalah pada pihak pria yang bersangkutan. Ejakulasi dini ini merupakan
bentuk impotensi lain yang tidak terlalu parah. Pengalaman ejakulasi dini yang sesekali terjadi,
misalnya ketika pria tersebut bersama pasangan yang baru, memiliki kontak seksual yang jarang,
berada pada spectrum normal.
20
Dimuati rasa-rasa ketakutan misalnya takut hamil, takut karena penyakit kotor, atau
takut karena berzinah dengan laki-laki bukan suami sendiri
Vaginismus
Vaginismus adalah kontraksi tak disengaja atau involunter dari otot vagina, sehingga
penetrasi penis menjadi menyakitkan atau tidak mungkin dilakukan. Vaginismus adalah kejang
urat yang sangat menyakitkan pada vagina (liang peranakan, farji, puki).
Ada kalanya fungsi vagina itu menjadi sangat abnormal yaitu mengadakan kontraksikontraksi (penegangan, pengejangan, pengerasan) yang menyakitkan sekali, yang menyamai
sebuah kompresor (alat penekan, pemadat, pemampat). Kontraksi yang sangat kuat pada distal
vagina (mis: constrictor cunni, vagina yang bentuknya tidak rata) itu menyebabkan vaginismus
dan paresthesia penuh kesakitan; di pihak pria karena penis laki-laki terjepit kuat-kuat, dan
merasakan kesakitan yang luar biasa bagaikan hampir lumpuh rasanya.
21
Pada peristiwa lainnya yang sangat luar biasa, kontraksi vagina itu berlangsung begitu
hebatnya, sehingga penis terjepi dan terperangkap sehingga tidak bisa keluar dari vagina.
Terjadilah apa yang disebut penis captivus.
Peristiwa vaginismus bisa timbul spontan tanpa disadari, bisa reflektif sewaktu zakar
melakukan penetrasi, atau sewaktu berlangsung emossio penis (zakar mengeluarkan mani) atau
berlangsung pada waktu diadakan pemeriksaan ginekologis.
Orang mengenal 4 macam bentuk vaginismus:
1. Vaginismus reflektif primer, yang terjadi pada saat melakukan coitus pertama kali.
2. Vaginismus reflektif sekunder, disebabkan kelainan somatic atau gangguan organis. Pada
melakukan coitus. Akan tetapi sesudah beberapa waktu lamanya timbul gejala
vaginismus, disebabkan oleh rasa penolakan secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan coitus, dan ada rasa antipasti atau rasa-rasa tidak mapan terhadap partner
seksnya.
22
mengalami
kelainan
seksual
tersebut sejak kelas 2 SMP, penyebabnya-perkosaan berkali-kali, kurang perhatian orang tua, dan
trauma dengan laki-laki sehingga menjadi lesbian. Menjadi ketergantungan untuk disakiti dan
siksaan, seperti mempermalukan dan merendahkan diri sendiri, diikat, bertingkah laku seperti
anjing, dan telanjang di tempat umum dan sangat menyukai untuk melakukan hubungan tubuh
secara berlebihan setelah mengalami siksaan karena merasa terangsang jika dirinya disakiti atau
dipermalukan. Ketika tidak ada yang bisa menyiksanya, maka ia memuaskan diri dengan cara
chat sex atau self bondage serta berfantasi dan masturbasi.
Joe, 24th, Jakarta
Sister complex(incest)+sadisme, penyebabnya adalah dendam terhadap wanita karena
pada saat SMP, pernah di bully oleh teman-teman wanitanya dan kurang perhatian orang tua,
suka menyakiti dan menyiksa adiknya dan memaksa menuruti semua keinginannya dengan
ancaman, tetapi juga menyukai adiknya sebagai kekasih dan sangat suka memeluk atau
membelai adiknya pada saat tidak melakukan aktifitas sadisme.
Dona, 26th, Surabaya
Masokisme+bestially+sodomi+ekshibisionisme+misofilia+urofilia, penyebabnya adalah
paksaan dan perkosaan pacar ketika sma tetapi menjadi menyukai untuk disakiti,sudah lebih 10
tahun menjadi masokhisme dan menikmatinya, dan sangat suka dicambuki, memasukkan bendabenda asing lain ke dubur dan kemaluan seperti alat-alat bantu sex, tongkat, batangan besi, dan
23
benda-benda asing lain untuk mendapat kepuasan sex, dan siksaan-siksaan lain hingga terluka,
paksaan untuk berhubungan badan dengan hewan, bahkan sangat suka memakan dan bermain
dengan sampah sisa dan kotoran.
*Sumber yang bersangkutan (bukan nama sebenarnya) via yahoo messenger, sms, dan telepon
KESIMPULAN
Materi diatas telah menerangkan mengenai gangguan identitas gender, Paraphilia, dan
disfungsi seksual, dengan beberapa jenis paraphilia dan disfungsi seksual yang terjadi.
Pada gangguan identitas gender seseorang mengalami konflik antara kondisi anatomi
gender dan kondisi identitas gender dalam dirinya. Ada beberapa faktor penyebab, salah satunya
adalah sosio-psikologis dimana munculnya hipotesis bahwa perilaku feminim pada anak laki-laki
di dorong oleh si ibu yang ingin memiliki anak perempuan sebelum lahir. Gangguan ini dapat di
terpi salah satu caranya adalah dengan perubahan tubuh.
Paraphilia menunjukkan keterangsangan seksual sebagai respon terhadap stimulus tidak
biasa, melibatkan dorongan dan fantasi seksual yang berulang dan kuat salah satunya berpusat
pada objek bukan manusia seperti pakaian dalam wanita. Ada bermcam-macam jenis paraphilia,
yang dibahas dalam makalah ini yaitu fetishisme (dorongan seksual yang kuat dan berulang serta
membangkitkan fantasi yang melibatkan objek tak hidup), transvestik fetishisme (memakai
pakaian lawan jenis), pedofilia (ketertarikan seksual pada anak), eksibisionisme (melihat orang
yang tidak berpakaian untuk mendapatkan kepuasan seksual), voyeurisme (dorongan untuk
menyentuh tubuh orang tanpa izin), froteurisme (menunjukkan alat genital kepada orang lain
agar korban terkejut), masokisme seksual (mendapat kepuasan seksual lewat kesakitan diri), dan
sadisme seksual (merasa kepuasan seksual dengan menyiksa fisik atau psikologis partner). Pada
dasarnya gangguan-gangguan paraphilia bertujuan untuk mendapat rangsangan seksual dengan
cara yang tidak lazim.
Disfungsi seksual merupakan masalah yang meliputi minat, rangsangan, atau respon
seksual. Disfungsi seksual ini bisa terjadi pada pria ataupun wanita saat mereka melakukan relasi
24
seksual. Jenis dari disfungsi seksual ini diantaranya (berdasarkan DSM-IV) gangguan nafsu
seksual, gangguan gairah seksual, ganguan orgasme, dan gangguan nyeri seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Davison, Gerald C. Neale, John M. Kring, Ann M. 2006. Psikologi Abnormal, Edisi ke-9.
Jakarta: Rajawali Pers.
Durand, V., Mak & Barlow, David. H. 2007. Intiasari Psikologi Abnormal, Edisi Keempat Buku
Kedua. (Terjemahan). Alih Bahasa: Soetjipto, Helly Prajitno & Sri Mulyantini Soetjipto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartono, Kartini. 2009. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju.
Klik
Dokter.
Disfungsi
Ereksi
pada
Pria.
[Online].
Tersedia:
25
26