Anda di halaman 1dari 26

GANGGUAN IDENTITAS GENDER, PARAPHILIA

dan GANGGUAN SEKSUAL


Dalam lingkup perilaku seksual, konsep yang kita miliki tentang apa yang normal dan
apa yang tidak normal sangat dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Misalkan saja berbagai
perilaku seksual yang dianggap normal di Inis Beag seperti masturbasi, hubungan seks
premarital, dan seks oral-genital dikatakan normal pada masyarakat Amerika (Jeffrey S. Nevid et
al).
Perilaku seksual dapat dianggap abnormal jika hal tersebut bersifat self-defeating,
menyimpang dari norma sosial, menyakiti orang lain, menyebabkan distress personal, atau
memengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Gangguan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah gangguan identitas gender, paraphilia, dan disfungsi seksual
yang mempunyai satu atau lebih kriteria abnormalitas. Dalam mengeksplorasi gangguangangguan ini, kita menyentuh pertanyaan yang menggali batas antara normal dan abnormal.

GANGGUAN IDENTITAS GENDER


(GENDER IDENTITY DISORDER)
1. Pengertian Gangguan Identitas Gender
Identitas gender (gender identity) adalah bagaimana seseorang merasakan bahwa ia
adalah seorang pria atau wanita. Identitas gender secara normal didasarkan pada anatomi gender.
Namun pada gangguan identitas gender (gender identity disorder) terjadi konflik antara anatomi
gender seseorang dengan identitas gendernya.
2. Karakteristik Gangguan Identitas Gender
Gangguan identitas gender muncul bila gender fisik seseorang tidak konsisten dengan
sense identitas orang itu. Orang-orang dengan gangguan ini terperangkap dalam tubuh orang
dengan jenis kelamin yang salah. Orang-orang yang mengalami gangguan identitas gender, yang
kadang disebut transeksualisme, merasa jauh didalam dirinya, biasanya sejak awal masa kanakkanak, mereka adalah orang yang berjenis kelamin berbeda dengan dirinya saat ini. Mereka tidak
menyukai pakaian dan aktivitas yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Bukti-bukti anatomi
mereka, alat kelamin normal, dan karakteristik jenis kelamin sekunder yang umum, seperti
tumbuhnya cambang pada laki-laki dan membesarnya payudara pada perempuan tidak membuat
mereka merasa bahwa mereka adalah orang dengan gender yang dilihat orang lain pada mereka.
Orang yang mengalami seperti ini bisa mencoba berpindah ke kelompok gender yang berbeda
dan bahkan dapat menginginkan operasi untuk mengubah tubuhnya agar sesuai dengan identitas
gendernya. Umumnya bila seorang perempuan transeksual merasa tertarik secara seksual pada
perempuan lain, ia menganggap ketertarikan tersebut pada dasarnya heteroseksual, dan juga
menginginkan perempuan tersebut tertarik padanya sebagai laki-laki. Situasi tersebut sama pada
sebagian besar laki-laki yang yakin bahwa dirinya pada dasarnya adalah seorang perempuan
(Carroll, 2000).
Ketika gangguan identitas gender bermula dimasa kanak-kanak, hal itu dihubungkan
dengan banyaknya perilaku lintas gender, seperti berpakaian seperti lawan jenis, lebih suka
bermain dengan teman-teman dari lawan jenis, dan melakukan permainan yang secara umum
dianggap sebagai permainan lawan jenisnya, misalnya anak laki-laki bermain dengan boneka
barbie, dan anak perempuan bermain mobil-mobilan. Gangguan identitas gender pada anak-anak
2

biasanya teramati oleh orang tua ketika si anak berusia antara 2 dan 4 tahun (Green&Blanchard,
1995). Gangguan ini nampaknya sekitar enam kali lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan (Zucker, Bardley, Sanikhani, 1997). Meskipun demikian, sebagian
besar anak yang mengalami gangguan identitas gender ketika dewasa tidak tumbuh sebagai
orang yang terganggu, sekalipun tanpa intervensi profesional (Zucker dkk, 1984).
3. Penyebab Gangguan Identitas Gender
Adapun penyebab dari gangguan identitas gender ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor Biologis

Secara spesifik, bukti menunjukkan bahwa identitas gender dipengaruhi oleh hormon.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak manusia dan primata, yang lahir dari ibu yang
mengonsumsi hormon seks selama hamil sering kali berperilaku seperti lawan jenis dan
mengalami abnormalitas anatomis. Contohnya, anak perempuan yang ibunya mengonsumsi
progestin sintesis yang merupakan cikal bakal hormon seks laki-laki, untuk mencegah
perdarahan rahim selama hamil, memiliki perilaku tomboy. Anak laki-laki yang ibunya
mengonsumsi hormon perempuan semasa hamil, kurang atletis sebagai anak laki-laki dan kurang
terlibat dalam permainan laki-laki sebaya mereka. Meskipun anak-anak tersebut tidak selalu
memiliki identitas gender yang tidak normal, namun hormon seks yang dikonsumsi oleh sang ibu
semasa hamil tampaknya memang menimbulkan minat dan perilaku lintas gender dalam tingkat
yang lebih tinggi dari normal.
2. Faktor-faktor Sosial dan Psikologis

Dalam beberapa keluarga, perilaku lintas gender terlalu banyak mendapat perhatian dan
penguatan dari orang tua dan para kerabat. Wawancara dengan orang tua yang anak-anaknya
menunjukkan tanda-tanda gangguan identitas gender mengungkap bahwa mereka tidak
mencegah, bahkan mendorong perilaku memakai pakaian lawan jenis pada anak-anak mereka.
Banyak ibu, bibi, nenek, yang menganggap lucu bila anak laki-laki memakai pakaian lama dan
sepatu hak tinggi milik ibunya, dan sering mengajari si anak cara memakai rias wajah. Selain itu,
pasien laki-laki yang mengalami gangguan identitas gender menuturkan bahwa mereka tidak
memiliki hubungan dekat dengan ayah mereka, sedangkan para perempuan menuturkan riwayat
penyiksaan fisik atau seksual (Bardley&Zucker, 1997). Suatu hipotesis awal menyatakan bahwa
3

perilaku feminim pada anak laki-laki didorong oleh si ibu yang sangat ingin memiliki anak
perempuan sebelum si anak lahir.
4. Terapi Gangguan Identitas Gender
Terapi gangguan identitas gender adalah intervensi yang ada untuk membantu orangorang yang mengalami gangguan identitas gender. Intervensi tersebut terdiri dari dua tipe utama.
Salah satu tipe berupaya untuk mengubah tubuh agar sesuai dengan psikologi orang yang
bersangkutan; tipe yang lain dirancang untuk mengubah psikologi agar sesuai dengan tubuh
orang yang bersangkutan.
1. Perubahan Tubuh

Orang yang mengalami gangguan identitas gender yang mengikuti program yang
mencakup perubahan tubuh umumnya diminta untuk menjalani psikoterapi selama 6 hingga 12
bulan dan hidup sesuai gender yang diinginkan (Harry Benjamin International Gender Dysphoria
Association, 1998). Terapi umumnya tidak hanya memfokuskan pada kecemasan dan depresi
yang mungkin dialami orang yang bersangkutan, namun juga pada berbagai pilihan yang ada
untuk mengubah tubuhnya. Contohnya, beberapa orang yang mengalami gangguan identitas
gender dapat memilih untuk hanya menjalani operasi kosmetik, seorang transeksual laki-laki ke
perempuan dapat menjalani elektrolisis untuk menghilangkan bulu-bulu di wajah dan operasi
untuk mengecilkan pipi dan jakun. Banyak transeksual juga mengonsumsi hormon agar tubuh
mereka secara fisik lebih mendekati keyakinan mereka tentang gender mereka. Contohnya,
hormon perempuan akan mendorong pertumbuhan payudara dan melembutkan kulit transeksual
laki-laki ke permpuan (Schaefer, Wheeler, dan Futterweit, 1997).
2. Operasi Perubahan Kelamin

Operasi Perubahan Kelamin adalah operasi yang mengubah alat kelamin yang ada agar
lebih sama dengan kelamin lawan jenis. Operasi perubahan kelamin pertama kali dilakukan di
Eropa pada tahun 1930. Dalam operasi perubahan kelamin laki-laki ke perempuan, alat kelamin
laki-laki hampir seluruhnya dibuang dan beberapa jaringan dipertahankan untuk membentuk
vagina buatan. Minimal setahun sebelum operasi, berbagai hormon perempuan dikonsumsi untuk
memulai proses perubahan tubuh. Sebagian besar transeksual laki-laki dan perempuan harus
menjalani elektrolisis yang ekstensif dan mahal untuk menghilangkan bulu-bulu di wajah dan
4

tubuh, dan mendapatkan pelatihan untuk menaikkan nada suara mereka, hingga hormon
perempuan yang dikonsumsi membuat bulu-bulu tidak lagi tumbuh dan suaranya menjadi kurang
maskulin. Operasi kelamin itu sendiri biasanya tidak dilakukan sebelum berakhirnya masa uji
coba selama satu atau dua tahun. Hubungan seks heteroseksual konvensional dimungkinkan bagi
transeksual laki-laki dan perempuan, meskipun kehamilan tidak akan mungkin terjadi karena
hanya alat kelamin bagian luar yang diubah.
Proses perubahan kelamin perempuan ke laki-laki dalam beberapa hal lebih sulit, namun
dalam beberapa hal lebih mudah. Disatu sisi, penis yang dibuat melalui operasi berukuran kecil
dan tidak mengalami ereksi normal sehingga dibutuhkan alat bantu buatan untuk melakukan
hubungan seksual konvensional. Sebuah operasi memperpanjang uretra kedalam penis buatan
sehingga memungkinkan orang yang bersangkutan dapat menikmati kenyamanan sosial dengan
menggunakan toilet umum. Disisi lain, lebih sedikit penanganan kosmetik lanjutan yang
diperlukan dibanding pada transeksual laki-laki ke perempuan. Relatif lebih mudahnya
perubahan kosmetik dari perempuan ke laki-laki dapat disebabkan oleh kurang terfokusnya
masyarakat terhadap atribut fisik laki-laki. Operasi perubahan kelamin merupakan pilihan yang
sering kali diambil oleh laki-laki daripada perempuan.
3. Perubahan Identitas Gender

Identitas gender diasumsikan tertanam terlalu dalam untuk diubah. Meskipun demikian,
terdapat sejumlah kecil prosedur mengubah identitas gender melalui terapi perilaku yang
tampaknya berhasil. Penanganannya tidak hanya mencakup pembentukan berbagai macam
perilaku spesifik, seperti sopan santun dan perilaku interpersonal, bagaimana cara berbicara
dengan perempuan muda, namun juga mencakup pada komponen kognitif, seperti fantasi.

PARAPHILIA

1. Pengertian Paraphilia
Kata parafilia (paraphilia) diambil dari akar bahasa Yunani para, yang artinya pada sisi
lain, dan philos artinya mencintai. Pada parafilia, orang menunjukkan keterangsangan seksual
(mencintai) sebagai respons terhadap stimulus yang tidak biasa (pada sisi lain dari stimulus
normal). Menurut DSM-IV, parafilia melibatkan dorongan dan fantasi seksual yang berulang dan
kuat, yang bertahan selam 6 bulan atau lebih yang berpusat pada:
1. Objek bukan manusia seperti pakaian dalam, sepatu, kulit atau sutra
2. Perasaan merendah atau menyakiti diri sendiri atau pasangannya
3. Anak-anak dan orang lain yang tidak dapat atau tidak mampu memberikan persetujuan.

2. Penyebab Paraphilia
Asosiasi atau pengalaman seksual
yang tidak semestinya pada msa
anak-anak (sebagian secara tidak
disengaja dan sebagian dengan
melihat pengalaman orang lain)
Kemungkinan terjadinya
perkembangan yang tidak adekuat
pada pola rangsangan orang
dewasa atas dasar suka sama

Kemungkinan terjadinya perkembangan


keterampilan sosial yang tidak adekuat
untuk berhubungan dengan orang
dewasa

Fantasi seksual tak pantas yang


timbul berulang kali, yang
berhubungan dengan kegiatan
masturbasi dan memperoleh
penguatan
Usaha yang berulang kali dialkukan untuk
menghambat rangsangan dan perilaku
yang tidak diingikan yang (secara
paradoksal) justru meningkatkan pikiran,
fantasi, dan perilaku parafilik
Parafilia

3. Jenis-Jenis Paraphilia
Fetishisme
Kata fetiche diduga berasal dari bahasa Portugis feitico, yang berarti suatu daya tarik
ajaib. Dalam kasus ini, ajaib terletak pada kemampuan objek untuk merangsang secara
seksual. Ciri utama dari fetishisme adalah dorongan seksual yang kuat dan berulang serta
membangkitkan fantasi yang melibatkan objek tidak hidup, seperti bagian tertentu dari pakaian
(bra, celana dalam, stoking, sepatu boot, sepatu, kulit, sutra dan sejenisnya). Normal bagi pria
untuk menyukai tampilan, rasa, dan aroma baju dalam milik kekasih mereka. Namun pada pria
fetishisme lebih memilih objeknya dari pada orang yang memilikinya. Mereka sering mengalami
kepuasan seksual melalui masturbasi sambil membelai, menggosok-gosok, atau mencium objek
tersebut; atau dengan melihat pasangan mereka menggunakan itu selama aktivitas seksual.
Munculnya fetishisme dapat dilacak dari masa kanak-kanak awal. Sebagian besar
individu dengan fethis terhadap karet pada satu sampel penelitian mampu untuk mengingat
kembali pengalaman ketertarikan fetish mereka pada karet disekitar usia 4 dan 10 tahun.

Transvestik Fethisisme
Ciri utama transvestik fethisme adalah dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi
yang berhubungan yang melibatkan memakai pakaian lawan jenis (cross-dressing) dengan tujuan
untuk mendapatkan rangsangan seksual. Orang dengan fetishisme dapat dipuaskan dengan
memegang objek sepeti pakaian wanita sambil bermasturbasi, sedangkan orang dengan
transvestik fethisisme ingin memakainya. Mereka dapat memakai pakaian feminin dan
dandanannya secara lengkap atau lebih menyukai satu bagian dari pakaian wanita, seperti
stoking perempuan. Transvestik fethisisme dilaporkan hanya terjadi pada pria heteroseksual.
Biasanya, pria yang memakai pakaian lawan jenis melakukannya secara terutup atau pribadi dan
membayangkan diri mereka menjadi bagian dalam kultur transvestik.
Pria gay kemungkinan memakai pakaian lawan jenis untuk menarik perhatian pria lain
atau karena menyamar menjadi wanita merupakan gaya tersendiri pada beberapa lingkungan
sosial, bukan karena mereka terangsang secara seksual dengan memakai pakaian lawan jenis.

Sebagian besar pria dengan tranvestik fethisisme sudah menikah dan terlibat dalam
aktivitas seksual dengan istri mereka, tetapi mereka mencari tambahan kepuasan seksual dengan
cara berpakaian seperti wanita.
Pedofilia
Penyimpangan seksual yang paling tragis adalah ketertarikan seksual terhadap anak-anak
(atau remaja yang masih sangat muda) yang disebut pedophilia (pedofilia). Orang-orang di
dunia semakin menyadari tentang masalah ini seteh skandal yang dipublikasikan secara luas
dalam gereja katolik di mana para pastur, banyak yang diantaranya mutlak memenuhi kriteria
pedofilia, menganiaya anak-anak berulang kali. Alih-alih dihukum, pastur-pastur itu hanya
dipindahkan ke gereja lain di mana mereka mengulangi perbuatan yang sama. Individu-individu
dengan pola rangsangan semacam ini bisa tertarik kepada anak laki-laki, anak perempuan, atau
kedua-duanya. Dalam sebuah survei, 12 % laki-laki dan 17 % perempuan menyatakan pernah
disentuh secara tidak pantas oleh orang dewasa ketika mereka masih anak-anak. (Fagan, Wise,
Schmidt, dan Berlin, 2002). Kira-kira 90 % pelaku penganiayaan semacam itu adalah laki-laki
dan 10 % nya adalah perempuan (Fagan dan kawan-kawan, 2002).
Bila anak itu adalah anak anggota keluarga orang itu, pedofilia disebut incest (inses).
Meskipun pedofilia dan inses memiliki banyak kesamaan, korban pedofilia cenderung anak-anak
yang masih belia dan korban inses cenderung gadis-gadis remaja yang mulai matang secara fisik.
(Rice dan Harris, 2002). Marshall, Barbaree, dan Christophee (1986) dan Marshall (1997)
mendemonstrasikan dengan menggunakan alat pengukur kekencangan penis bahwa laki-laki
yang melakukan inses pada umumnya merasa terangsang oleh perempuan dewasa dibanding
laki-laki pedofilik, yang cenderung memfokuskan diri secara eksklusif pada anak-anak.
Para penganiaya anak sering kali merasionalisasikan perilakunya sebagai cinta
terhadap anak-anak atau mengajarkan pelajaran berharga tentang seksualitas pada anak-anak.
Penganiaya anak hampir tidak pernah mempertimbangkan kerusakan psikologis yang diderita
korbannya, padahal interaksi tersebut sering merusak kepercayaan anak dan kemampuan mereka
untuk berbagi intimasi. Penganiayaan anak jarang menggunakan kekuatan terhadap anak-anak,
yang mungkin berpartisipasi dalam penganiayaan itu tanpa protes meskipun sangat ketakutan
dan sebenarnya tidak mau melakukannya. Anak-anak itu sering merasa bertanggung jawab atas
terjadinya penganiayaan itu karena pelakunya tidak menggunakan paksaan atau ancaman, dan
setelah anak yang pernah dianiaya itu tumbuh dewasa barulah mereka menyadari bahwa mereka
8

tidak berdaya untuk melindungi diri mereka sendiri dan sama sekali tidak bertanggung jawab
atas sesuatu yang dilakukan orang terhadap dirinya.
Ranguman kriteria gangguan pedofilia. Fitur-fitur pedofilia meliputi :
Selama paling tidak 6 bulan, dorongan dan perilaku yang merangsang secara seksual
yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak-anak (biasanya berumur 13 atau kurang)

Orang itu mewujudkan dorongan, fantasi, dan perilaku seksualnya itu hingga
mengakibatkan distress atau hendaya yang signifikan

Orang itu berumur paling sedikit 16 tahun dan paling tidak 5 tahun lebih tua dibanding
anak yang menjadi objek pedofilianya

Sumber: Berdasarkan DSM-IV-TR. Digunakan dengan izin Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fourth edition, Text Revision, Copyright 2000. American Psychiatric
Association.
Voyeurisme
Ciri utama dari voyeurisme adalah bertindak berdasarkan atau mengalami distress akibat
munculnya dorongan seksual yang kuat dan terus menerus sehubungan dengan fantasi yang
melibatkan melihat, memperhatikan orang, biasanya orang tak dikenal, yang sedang tidak
berpakaian atau membuka pakaian atau sedang melakukan aktivitas seksual di mana mereka
tidak menduganya. Tujuan melihat, atau mengintip adalah untuk mencapai kepuasan seksual.
Orang yang melakukan voyeurisme biasanya tidak menginginkan aktivitas seksual dengan orang
yang diobservasi.
Tindakan memperhatikan pasangan yang sedang membuka pakaian atau melihat filmfilm porno bukan merupakan bentuk dari voyeurisme. Orang yang diobservasi mengetahui
bahwa mereka sedang diobservasi oleh pasangan mereka atau akan diobservasi oleh penonton
film. Tindakan voyeuristik melibatkan kondisi memperhatikan orang lain yang tidak menduga
(bahwa dia sedang diamati) yang sedang membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual.
Perlu diperhatikan bahwa keterangsangan seksual yang muncul saat memperhatikan
keterangsangan seksual yang muncul saat memperhatikan pasangan kita membuka pakaian atau
menonton adegan seks di film porno masih berada pada spektrum normal dalam seksualitas
manusia.
9

Selama melakukan tindakan voyeuristik, orang tersebut biasanya bermasturbasi sambil


melihat atau membayangkan sedang melihat atau menonton. Mengintip dapat menjadi
penyaluran seksual yang eksklusif. Sejumlah orang yang melakukan tindakan voyeuristik
menempatkan diri mereka pada situasi yang berisiko. Adanya kemungkinan tertangkap atau
dilukai tampaknya semakin meningkatkan gairah mereka.
Froterisme
Kata Perancis frottage mengacu pada teknik artistik dari membuat gambar dengan cara
menggosok pada objek yang timbul. Ciri utama dari parafilia froterisme (frotteurism) adalah
adanya dorongan seksual yang kuat secara persisten dan fantasi terkait yang melibatkan
menggosok atau menyentuh tubuh orang tanpa izin. Froterisme atau meremas biasanya terjadi
pada tempat-tempat rantai, seperti kereta api bawah tanah, lift, atau bus. Tindakan menggosokgosokkan atau menyentuh, bukan aspek kekerasannya, yang membangkitkan hasrat seksual pria.
Ia mungkin membayangkan dirinya sendiri menikmati hubungan seksual yang eksklusif dan
penuh kasih sayang dengan korban. Karena kontak fisik terjadi hanya sesaat dan dilakukan
secara sembunyi-sembunyi, orang yang melakukan tindakan froteristik hanya memiliki
kemungkinan kecil untuk tertangkap oleh pihak yang berwajib. Bahkan korban mungkin tidak
menyadari apa yang terjadi pada saat itu atau tidak mengeluarkan banyak protes (Spitzer dkk,
1989).
Exsibisionisme
Exsibisionisme

(exibitionism)

melibatkan

dorongan

kuat

dan

berulang

untuk

menunjukkan alat genital pada orang tak dikenal yang tidak menduganya, dengan tujuan agar
korban terkejut, shock, atau terangsang secara seksual. Orang tersebut dapat bermasturbasi
sambil membayangkan atau banar-benar menunjukkan alat genitalnya (hampir semua kasus
terjadi pada pria). Sasaran atau korbannya hampir selalu wanita. Orang yang didiagnosis
mengidap eksibisionisme biasanya tidak tertarik pada kontak seksual aktual dengan korban dan
karena itu biasanya tidak berbahaya. Namun begitu, korban dapat merasa bahwa dirinya berada
dalam bahaya besar dan dapat mengalami trauma karena peristiwa itu. Saran yang paling baik
untuk korban adalah untuk tidak menunjukkan reaksi apapun orang yang mengekspos dirinya
dan tetap bersikap biasa saja, jika memungkinkan. Tidak bijaksana untuk menghina orang yang
10

mempertontonkan dirinya, bahkan hal itu dapat membangkitkan reaksi kekerasan. Juga tidak
dianjurkan untuk menunjukkan reaksi terkejut atau takut yang berlebihan; hal ini cenderung
mendorong orang tersebut untuk semakin mempertontonkan dirinya.
Sejumlah peneliti melihat eksibisionisme sebagai cara tidak langsung untuk menunjukkan
kekerasan pada wanita, mungkin karena memiliki persepsi yang salah tentang wanita pada masa
lalu atau karena tidak diperhatikan atau tidak dianggap serius oleh wanita (Geer, Heiman, &
Leitenberg, 1984). Pria dengan gangguan ini cenderung pemalu, tergantung, serta kurang
memiliki keterampilan sosial dan seksual, bahkan terhambat secara sosial (Dwyer, 1988).
Sejumlah orang meragukan maskulinitas mereka dan memiliki perasaan inferior. Ras jijik atau
ketakutan korban membangkitkan rasa menguasai situasi dan meningkatkan keterangsangan
seksual mereka.
Mengenakan jubah mandi yang terbuka bukanlah suatu bentuk eksibisionisme dalam
istilah klinis. Hampir semua orang yang didiagnosis menderita gangguan ini adalah pria, dan
merka termotivasi oleh harapan untuk mengejutkan dan membuat panik orang yang tidak
menduga akan melihatnya, bukan untuk menunjukkan betapa menariknya tubuh mereka, secara
umum mereka tidak termotivasi oleh hasrat untuk mengekspos diri sendiri pada orang yang tidak
dikenal dengan tujuan untuk merangsang atau mengejutkan mereka. Motif utama dari penari
bugil, tentu saja hanya untuk mencari uang.
Masokhisme Seksual
Masokhisme adalah gangguan seksual dimana individu mendapat kepuasan seksual lewat
kesakitan pada diri sendiri yang dianggap sebagai pelengkap atau pendahuluan bagi relasi
seksual untuk mendapatkan orgasme. Mendapatkan kepuasan seks dengan cara melakukan atau
mendapatkan siksaan mental dan fisik. Lebih banyak dijumpai pada kalangan wanita dan
distimulir oleh kepasifan wanita.
Pada gejala masokhisme extrim terdapat dorongan untuk memusnahkan diri sendiri
disertai kompulsi-kompulsi atau paksaan yang banyak tidak disadari penderitanya. Pada
masokhisme moril banyak dimuati unsur-unsur rasa bersalah terutama kepada kekasih atau
subjek relasinya.
Kesediaan tunduk dan takluk secara erotis dan mutlak yang sifatnya sangat masokhistis
yang disebut masokhistik erotik yang bersedia menderita kesakitan hebat demi cinta. Adakalanya
11

timbul karena ketika kecil pernah dipukul pada bagian erogen sehingga mendapat kepuasan
seksual yang sangat mendalam dan ingin megulangi keadaan masokhis tersebut kembali.
Sadisme Seksual
Sadisme seksual ialah kelainan seksual yang diasosiasikan dengan penderitaan, kesakitan,
dan hukuman. Bila seseorang tidak dapat merasakan kepuasan seksual dengan cara biasa dan
mendapatkan kepuasan dengan penyiksaan fisik dan psikologis partnernya dengan tindak
kekejaman. Sebab-sebab sadisme antara lain :

Pendidikan yang salah bahwa seks itu kotor sehingga perlu ditidak dengan kekejaman.

Dorongan nafsu berkuasa yang extrim sehingga merasa perlu untuk menyiksa partnernya.

Pengalaman traumatis dengan ibu atau seorang wanita (atau pria pada wanita) sehingga
meninggalkan rasa dendam yang menyebabkan berkembangnya pola sadistis dalam
bersenggama.

12

DISFUNGSI SEKSUAL
(Sexual Dysfunctions)
Gangguan disfungsi seksual meliputi masalah dalam minat, rangsangan atau respon
seksual. Gangguan ini seringkali merupakan sumber distress bagi orang yang menmgalaminya
dan bagi pasangan mereka. Ada beberapa tipe disfungsi seksual tetapi semuanya cenderung
memiliki ciri yang sama, seperti:
Ciri
Takut akan gagal

Ketakutan

yang

Deskripsi
terkait dengan

kegagalan

untuk

mencapai atau mempertahankan eraksi atau kegagalan


untuk mencapai orgasme.
Asumsi dan peran sebagai penonton danMemonitor dan mengevaluasi

reaksi

tubuh

saat

bukan sebagai pelaku


Kurangnya self-esteem

melakukan hubungan seks.


Kurangi memikirkan kegagalan yang dihadapi untuk

Efek emosional

memenuhi standar normal.


Rasa bersalah, rasa malu, frustasi, depresi, dan

Perilaku menghindar

kecemasan.
Menghindari kontak seksual karena takut gagal untuk
menampilkan performa yang adekuat, membuat berbagai
macam alasan pada pasangan.

Jenis-jenis disfungsi seksual. DSM-IV mengelompokkan disfungsi seksual ke dalam


kategori berikut:
1. Gangguan hasrat seksual (Sexual desire disorder)
2. Gangguan rangsangan seksual (Sexual arousal disorder)
3. Gangguan orgasme (Orgasm disorder)
4. Gangguan sakit atau nyeri (Sexual pain disorder)

13

GANGGUAN NAFSU SEKSUAL


DSM-IV-TR membedakan 2 jenis gangguan nafsu seksual. Gangguan nafsu seksual
hipoaktif yang merujuk pada kurangnya atau tidak ada fantasi atau dorongan seksual, dan
gangguan keengganan seksual yang lebih extrim dimana seseorang menghindari hampir semua
kontak genital dengan orang lain.
1. Kriteria gangguan nafsu seksual hipoaktif dalam DSM-IV-TR:

Kurangnya atau tidak ada fantasi dan nafsu seksual yang berlangsung terus-menerus.

Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal.

Tidak disebabkan oleh aksis I lain (kecali disfungsi seksual lain) atau efek fisiologis
langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.

2. Kriteria Gangguan Keengganan Seksual

Penolakan secara terus-menerus terhadap (hampir) semua kontak seksual.

Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal.

Tidak disebabkan oleh aksis I lain (kecali disfungsi seksual lain).

Tidak banyak yang diketahui mengenai penyebab gangguan nafsu seksual hipoakif atau
gangguan keengganan seksual. Karena perempuan yang mengalami gangguan tersebut
menunjukkan respon seksual normal terhadap stimuli seksual dalam berbagai studi laboratorium,
dan tidak tampak mereka tidak mampu untuk merasakan gairah sepenuhnya (Kaplan, 1997).
Diantara berbagai penyebab dorongan seks rendah adalah ortodoksitas agama, mencoba
melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak berjenis kelamin sesuai keinginan, takut
hilangan kendali, takut hamil, depresi, kurangnya rasa tertarik karena faktor-faktor seperti
kurangnya kebersihan pasangan (LoPiccolo & Friedman, 1988).

GANGGUAN GAIRAH SEKSUAL PADA PEREMPUAN


Gangguan gairah seksual pada wanita adalah ketidakmampuan sebagian perempuan
untuk mencapai atau mempertahankan lubrikasi vagina dan respons keterangsangan seksual
yang membuat vagina membesar sampai aktivitas seksual dan keadaan ini terjadi berulang kali.
Kelainan ini mirip dengan impotensi pada pria. Kelainan ini bisa terjadi seumur hidup atau bisa
14

terjadi setelah suatu masa dimana fungsinya normal. Gangguan seperti ini seringkali disebut
sebagai frigiditas. Adapun fitur-fitur gangguan gairah seksual pada perempuan meliputi:

Ketidakmampuan yang presisten atau berulang kali terjadi untuk mencapai atau
mempertahankan respons lubrikasi-pembesaran vaginal sebagai respons keterangsangan
seksual selama melakukan aktivitas seksual.

Distres yang signifikan atau kesulitan interpersonal karena ketidakmampuan ini.

Ketidakmampuan ini bukan lebih menjadi bagian penentu bagi gangguan lain (misalnya:
gangguan suasana perasaan, kecemasan, kognitif) dan bukan disebabkan karena efek-efek
fisiologis obat atau penyalahgunaan obat.
Gangguan gairah seksual pada wanita memiliki penyebab fisik maupun psikis. Penyebab

yang utama adalah faktor psikis, yang bisa berupa perselisihan pernikahan, depresi, dan keadaan
yang menimbulkan stress. Seorang wanita bisa menghubungkan seksual dengan perbuatan dosa
dan kesenangan seksual dengan perasaan bersalah. Rasa takut akan keintiman juga dapat
memegang peranan.
Sedangkan faktor fisik yang bisa menyebabkan gangguan gairah seksual pada wanita
diantaranya:
a. Rasa nyeri karena endometriosis atau infeksi kandung kemih (sistitis), infeksi vagina

(vaginitis).
b. Kekurangan hormon estrogen yang menyertai masa menopause atau pengangkatan

indung telur biasanya menyebabkan kekeringan dan penipisan dinding vagina.


c. Histerektomi (pengangkatan rahim) atau mastektomi (pengangkatan payudara).
d. Kelenjar tiroid yang kurang aktif.
e. Anatomi vagina yang abnormal, yang disebabkan oleh kanker, pembedahan atau terapi

penyinaran.
f.

Hilang

rasa

karena

alkolik, diabetes atau

kelainan

sistem

saraf

tertentu

(misalnya sklerosis multiple).


g. Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi kecemasan, depresi atau tekanan darah tinggi.

Berbagai keadaan fisik bisa diobati. Misalnya diberikan antibiotik untuk mengatasi
infeksi kandung kemih atau infeksi vagina dan diberikan hormon untuk menggantikan
kekurangan hormon. Bisa dilakukan penyuluhan untuk mengajarkan teknik pemusatan perasaan
15

(terapi seksual). Latihan Kegel dapat memperkuat otot-otot panggul dan bisa membantu wanita
untuk mencapai kepuasan. Pada latihan ini wantia mengerutkan otot-otot vaginanya kuat-kuat
(seperti menahan berkemih) selama 10-15 menit, minimal sebanyak 3 kali sehari selama 2-3
bulan.
GANGGUAN EREKSI PADA LAKI-LAKI
Gangguan ereksi pada laki-laki merupakan salah satu jenis gangguan seksual pada pria.
Secara definisi gangguan ereksi adalah kurangnya kemampuan atau ketidakmampuan sebagian
laki-laki untuk mencapai atau mempertahankan proses ereksi penis sampai aktivitas seksual
selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali. Gangguan ini seringkali disebut impotensi.
Fitur-fitur gangguan ereksi pada laki-laki meliputi:
a. Ketidakmampuan yang presisten atau berulang kali terjadi untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi selama melakukan aktivitas seksual.
b. Distress yang signifikan atau kesulitan interpersonal karena ketidakmampuan ini.
c. Ketidakmampuan ini bukan lebih menjadi bagian penentu bagi gangguan lain dan bukan
disebabkan karena efek-efek fisiologis obat atau penyalahgunaan obat.
Pada dasarnya disfungsi ereksi terbagi dalam dua faktor penyebab, yaitu psikis dan
organis. Penyebab faktor psikis biasanya dilatarbelakangi oleh faktor kejenuhan, kejengkelan,
kekecewaan, hilangnya daya tarik terhadap pasangan, trauma seksual hingga rasa takut gagal
yang terpicu dari kurangnya rasa kepercayaan diri. Mayoritas penderita gangguan ereksi yag
disebabkan oleh faktor psikis yaitu laki-laki pada usia produktif.
Untuk faktor penyebab organis, gangguan ereksi biasanya terkait penyakit seperti
diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, pasca-operasi prostat dan penyempitan pembuluh darah.
Faktor usia juga dapat mempengaruhi dimana semakin tua usia semakin besar risiko gangguan
ereksi. Kecenderungan penderita gangguan ereksi yang disebabkan oleh faktor organis yaitu lakilaki yang berusia di atas lima puluh tahun.
Adapun penyebab-penyebab gangguan ereksi pada laki-laki, antara lain:
a. Kelainan pembuluh darah

16

Agar dapat menegang, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu
penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) dapat menyebabkan impotensi.
Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan
pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis.
b. Kelainan persarafan
Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan
impotensi. Kerusakan saraf ini dapat terjadi akibat:
-

Cedera Diabetes melitus


Sklerosis multiple
Stroke
Obat-obatan
Alkohol
Penyakit tulang belakang bagian bawah
Pembedahan rektum atau prostat

c. Obat-obatan
Risiko gangguan ereksi meningkat seiring dengan kebiasaan mengonsumsi narkotika,
obat zat psikotropika, antidepresi (litium), obat penenang, dan hormon. Serta dapat juga
dipicu dari konsumsi obat-obatan anti-hipertensi dan antigastritis (simetidin).
d. Kelainan pada penis
e. Masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual

Pada gangguan ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara berulang
(sedikitnya selama 3 bulan )

Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten

Ereksi hanya sesaat

Impotensi dapat diobati tanpa pembedahan. Jenis pengobatan yang ada tergantung kepada
penyebab primernya. Selain itu ditujukan pula untuk memperbaiki fungsi ereksi. Tidak sedikit
17

kasus gangguan ereksi tidak memerlukan obat, terutama pada kasus gangguan ereksi karena
faktor psikologis. Disamping itu, peran pasangan sangat penting untuk membantu pemulihan
gangguan ereksi.

Beberapa cara pengobatan gangguan ereksi, yaitu:

Vacuum constriction.

Pembedahan, dilakukan untuk memperbaiki pembuluh darah penis (revaskularisasi).

Terapi akupuntur

Penis tiruan (protesis penis), merupakan pilihan terakhir jika semua upaya tidak memberikan
hasil yang memadai.
Namun yang terbaik adalah mengadakan konsultasi dengan dokter spesialis pada

bidangnya secepatnya. Lebih baik lagi untuk pengobatan gangguan ereksi atau mencegah
timbulnya gangguan dengan:

Batasi atau menghindari penggunaan alkohol atau obat-obatan serupa

Berhenti merokok

Olahraga yang cukup

Hindari atau kurangi stress, rasa cemas, dan depresi

Istirahat yang cukup

Periksa kesehatan secara teratur di dokter

Adapun tips mengatasi gangguan ereksi, antara lain:


1. Lakukan medical checkup, ketahui apakah ada indikasi penyakit faktor risiko disfungsi
ereksi yaitu diabetes, ateroskleroosis, jantung, dan lainnya.
2. Obati penyakit pencetus disfungsi ereksi, jika obatnya memiliki efek samping yang
memperparah disfungsi ereksi, konsultasikan dengan dokter.
3. Jalani gaya hidup sehat bebas stres yang mendukung terapi pengobatan.
4. Jangan minum sembarang obat kuat tanpa pengawasan dokter guna menghindari efek
samping yang dapat merugikan kesehatan tubuh.
18

5. Cobalah variasi seksual misalnya dengan mencoba beberapa macam teknik foreplay atau
pemanasan sebelum berhubungan.
6. Bila perlu konsumsi suplemen vitalitas yang dapat menjaga stamina sekaligus membantu
terjadinya ereksi, tentunya setelah mengadakan konsultasi dengan tenaga medis terpercaya.

GANGGUAN ORGASME PADA PEREMPUAN


Gangguan orgasme adalah lambatnya atau tidak tercapainya klimaks seks (orgasme),
yang terjadi berulang kali pada sebagian perempuan walaupun rangsangan seksual cukup lama
dan kuat. Penyimpangan ini didefinisikan sebagai hambatan orgasme wanita berulang dan
menetap, yang dimanifestasikan dengan tidak adanya atau kelambatan orgasme setelah suatu
periode rangsangan seksual yang diduga sudah adekuat dalam intensitas dan lamanya untuk
menghasilkan respon tersebut.
Jumlah dan jenis rangsangan yang dibutuhkan untuk orgasme sangat bervariasi dari
perempuan ke perempuan. Kebanyakan para wanita bisa mencapai orgasme pada saat klitoris
terangsang, namun hanya sekitar separuh dari wanita secara teratur mencapai orgasme selama
hubungan seksual. Sekitar 1 dari 10 wanita tidak pernah mencapai orgasme. Gangguan orgasme
terjadi ketika masalah dengan orgasme sering dan terus menerus, mengganggu fungsi seksual
dan menyebabkan stress.
Umumnya, para wanita yang sudah belajar bagaimana mencapai orgasme tidak
kehilangan kemampuan kecuali komunikasi seksual yang kurang, masalah dalam hubungan,
pengalaman yang membuat trauma, atau gangguan fisik atau psikologi yang menghalangi. Fisik
dan psikologi menyebabkan gangguan hasrat seksual yang sama. Depresi adalah penyebab
umum.
Gangguan orgasme bisa terjadi karena permainan cinta yang secara konsisten berakhir
sebelum si wanita mencapai orgasme. Wanita bisa tidak mencapai orgasme karena pemanasan
yang tidak cukup, karena baik si wanita maupun pasangannya tidak memahami bagaimana
fungsi alat kelamin, atau karena ejakulasi dini. Beberapa permainan cinta menimbulkan frustasi
dan bisa menghasilkan kemarahan dan kadangkala rasa sebal untuk untuk melakukan seks
apapun. Beberapa wanita yang tidak bisa mencapai orgasme karena mereka takut dibiarkan
19

pergi khususnya selama hubungan seks. Ketakutan ini bisa berhubungan dengan perasaan
bersalah setelah menikmati kesenangan, takut ditinggal sendirian untuk menikmati yang
tergantung pada pasangan, atau takut kehilangan kendali. Obat-obatan tertentu, terutama sekali
serotonin selektip penghambat reuptake seperti fluoxetine, bisa menghambat orgasme.
Gangguan orgasme kemungkinan bersifat sementara, bisa terjadi setelah tahun-tahun
pada fungsi seksual normal, atau kemungkinan tahan lama. Hal itu bisa terjadi sepanjang waktu
atau hanya pada keadaan tertentu. Kebanyakan wanita yang memiliki masalah mencapai orgasme
juga memiliki masalah pada membangkitkan hasrat.
GANGGUAN ORGASME PADA LAKI-LAKI
Gangguan orgasme pada pria merupakan pola kesulitan untuk mencapai orgasme setelah
melalui pola hasrat dan gairah seksual yang normal. Pria dengan masalah ini biasanya dapat
mencapai orgasme melalui masturbasi tetapi tidak melalui hubungan genital.
EJAKULASI DINI
Ejakulasi dini (Premature Ejaculation) ialah pelepasan air mani (semen, sprema) pada
saat orgasme. Definisi lebih jelas yaitu pembuangan sperma yang terlalu dini atau cepat,
berlangsung zakar melalukan penetrasi dalam vagina atau berlangsung ejakulasi beberapa detik
sesudah penetrasi. Jadi, ejakulasi premature adalah peristiwa terlampau cepat mengeluarkan
sperma pada saat intromissi, dan pihak pria tidak mampu menahan dorongan ejakulasi di dalam
vagina selama beberapa detik.
Hal ini dapat terjadi sebelum, pada saat, atau segera setelah penetrasi, tetapi sebelum pria
tersebut menginginkannya. Pada umumnya ejakulasi dini tersebut disebabkan oleh rasa tidak
aman dan rasa kurang percaya diri. Peristiwa sedemikian biasanya antara lain disebabkan oleh
kegagalan-kegagalan tertentu dalam kariernya. Mungkin juga disebabkan oleh isteri yang terlalu
dominan dan banyak menuntut, keras, dan suka menghina suami. Bisa pula disebabkan oleh rasarasa berdosa atau bersalah pada pihak pria yang bersangkutan. Ejakulasi dini ini merupakan
bentuk impotensi lain yang tidak terlalu parah. Pengalaman ejakulasi dini yang sesekali terjadi,
misalnya ketika pria tersebut bersama pasangan yang baru, memiliki kontak seksual yang jarang,
berada pada spectrum normal.

20

GANGGUAN NYERI SEKSUAL


Dispareunia
Dispareunia adalah rasa sakit saat atau setelah berhubungan seksual yang tidak dapat
dijelaskan secara medis. Dapat didefinisikan juga sebagai:

Persenggamaan yang sangat menyakitkan.

Tidak adanya kapasitas untuk menikmati relasi seksual.


Kesakitan pada dispareunia ini meurut tempatnya bisa dibagi dalam beberapa

penggolongan, sebagai berikut:


1. Sewaktu pria mengadakan emissio (pengeluaran air mani), pihak wanita merasakan

kesakitan pada vulva atau lubang kemaluan.


2. Karena transudasi yang berkurang (transude adalah keluarnya lendir pelicin yang

kurang). Hal ini disebabkan:

Kurang lama melakukan permainan pendahuluan

Dimuati rasa-rasa ketakutan misalnya takut hamil, takut karena penyakit kotor, atau
takut karena berzinah dengan laki-laki bukan suami sendiri

Ada alergi terhadap kondom

Ada infeksi pada vulva atau vagina

Kurang hormon pada wanita lanjut usia

3. Ada rasa sakit pada pinggul bagian dalam

Vaginismus
Vaginismus adalah kontraksi tak disengaja atau involunter dari otot vagina, sehingga
penetrasi penis menjadi menyakitkan atau tidak mungkin dilakukan. Vaginismus adalah kejang
urat yang sangat menyakitkan pada vagina (liang peranakan, farji, puki).
Ada kalanya fungsi vagina itu menjadi sangat abnormal yaitu mengadakan kontraksikontraksi (penegangan, pengejangan, pengerasan) yang menyakitkan sekali, yang menyamai
sebuah kompresor (alat penekan, pemadat, pemampat). Kontraksi yang sangat kuat pada distal
vagina (mis: constrictor cunni, vagina yang bentuknya tidak rata) itu menyebabkan vaginismus
dan paresthesia penuh kesakitan; di pihak pria karena penis laki-laki terjepit kuat-kuat, dan
merasakan kesakitan yang luar biasa bagaikan hampir lumpuh rasanya.

21

Pada peristiwa lainnya yang sangat luar biasa, kontraksi vagina itu berlangsung begitu
hebatnya, sehingga penis terjepi dan terperangkap sehingga tidak bisa keluar dari vagina.
Terjadilah apa yang disebut penis captivus.
Peristiwa vaginismus bisa timbul spontan tanpa disadari, bisa reflektif sewaktu zakar
melakukan penetrasi, atau sewaktu berlangsung emossio penis (zakar mengeluarkan mani) atau
berlangsung pada waktu diadakan pemeriksaan ginekologis.
Orang mengenal 4 macam bentuk vaginismus:
1. Vaginismus reflektif primer, yang terjadi pada saat melakukan coitus pertama kali.
2. Vaginismus reflektif sekunder, disebabkan kelainan somatic atau gangguan organis. Pada

mulanya wanita yang bersangkutan mampu melakukan coitus biasa.


3. Vaginismus psikogen primer. Pada peristiwa coitus pertama, yang bersumber pada sebab-

sebab psikis (ketakutan dan kecemasan yang hebat, rasa berdosa)


4. Vaginismus psikogen sekunder. Pada awalnya wanita yang yang bersangkutan mampu

melakukan coitus. Akan tetapi sesudah beberapa waktu lamanya timbul gejala
vaginismus, disebabkan oleh rasa penolakan secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan coitus, dan ada rasa antipasti atau rasa-rasa tidak mapan terhadap partner
seksnya.

22

BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN SEKSUAL


Gaby, 18th, Jakarta
Masokisme+Lesbian+Nymfomania+Ekshibisionisme,

mengalami

kelainan

seksual

tersebut sejak kelas 2 SMP, penyebabnya-perkosaan berkali-kali, kurang perhatian orang tua, dan
trauma dengan laki-laki sehingga menjadi lesbian. Menjadi ketergantungan untuk disakiti dan
siksaan, seperti mempermalukan dan merendahkan diri sendiri, diikat, bertingkah laku seperti
anjing, dan telanjang di tempat umum dan sangat menyukai untuk melakukan hubungan tubuh
secara berlebihan setelah mengalami siksaan karena merasa terangsang jika dirinya disakiti atau
dipermalukan. Ketika tidak ada yang bisa menyiksanya, maka ia memuaskan diri dengan cara
chat sex atau self bondage serta berfantasi dan masturbasi.
Joe, 24th, Jakarta
Sister complex(incest)+sadisme, penyebabnya adalah dendam terhadap wanita karena
pada saat SMP, pernah di bully oleh teman-teman wanitanya dan kurang perhatian orang tua,
suka menyakiti dan menyiksa adiknya dan memaksa menuruti semua keinginannya dengan
ancaman, tetapi juga menyukai adiknya sebagai kekasih dan sangat suka memeluk atau
membelai adiknya pada saat tidak melakukan aktifitas sadisme.
Dona, 26th, Surabaya
Masokisme+bestially+sodomi+ekshibisionisme+misofilia+urofilia, penyebabnya adalah
paksaan dan perkosaan pacar ketika sma tetapi menjadi menyukai untuk disakiti,sudah lebih 10
tahun menjadi masokhisme dan menikmatinya, dan sangat suka dicambuki, memasukkan bendabenda asing lain ke dubur dan kemaluan seperti alat-alat bantu sex, tongkat, batangan besi, dan
23

benda-benda asing lain untuk mendapat kepuasan sex, dan siksaan-siksaan lain hingga terluka,
paksaan untuk berhubungan badan dengan hewan, bahkan sangat suka memakan dan bermain
dengan sampah sisa dan kotoran.

*Sumber yang bersangkutan (bukan nama sebenarnya) via yahoo messenger, sms, dan telepon

KESIMPULAN
Materi diatas telah menerangkan mengenai gangguan identitas gender, Paraphilia, dan
disfungsi seksual, dengan beberapa jenis paraphilia dan disfungsi seksual yang terjadi.
Pada gangguan identitas gender seseorang mengalami konflik antara kondisi anatomi
gender dan kondisi identitas gender dalam dirinya. Ada beberapa faktor penyebab, salah satunya
adalah sosio-psikologis dimana munculnya hipotesis bahwa perilaku feminim pada anak laki-laki
di dorong oleh si ibu yang ingin memiliki anak perempuan sebelum lahir. Gangguan ini dapat di
terpi salah satu caranya adalah dengan perubahan tubuh.
Paraphilia menunjukkan keterangsangan seksual sebagai respon terhadap stimulus tidak
biasa, melibatkan dorongan dan fantasi seksual yang berulang dan kuat salah satunya berpusat
pada objek bukan manusia seperti pakaian dalam wanita. Ada bermcam-macam jenis paraphilia,
yang dibahas dalam makalah ini yaitu fetishisme (dorongan seksual yang kuat dan berulang serta
membangkitkan fantasi yang melibatkan objek tak hidup), transvestik fetishisme (memakai
pakaian lawan jenis), pedofilia (ketertarikan seksual pada anak), eksibisionisme (melihat orang
yang tidak berpakaian untuk mendapatkan kepuasan seksual), voyeurisme (dorongan untuk
menyentuh tubuh orang tanpa izin), froteurisme (menunjukkan alat genital kepada orang lain
agar korban terkejut), masokisme seksual (mendapat kepuasan seksual lewat kesakitan diri), dan
sadisme seksual (merasa kepuasan seksual dengan menyiksa fisik atau psikologis partner). Pada
dasarnya gangguan-gangguan paraphilia bertujuan untuk mendapat rangsangan seksual dengan
cara yang tidak lazim.
Disfungsi seksual merupakan masalah yang meliputi minat, rangsangan, atau respon
seksual. Disfungsi seksual ini bisa terjadi pada pria ataupun wanita saat mereka melakukan relasi

24

seksual. Jenis dari disfungsi seksual ini diantaranya (berdasarkan DSM-IV) gangguan nafsu
seksual, gangguan gairah seksual, ganguan orgasme, dan gangguan nyeri seksual.

DAFTAR PUSTAKA
Davison, Gerald C. Neale, John M. Kring, Ann M. 2006. Psikologi Abnormal, Edisi ke-9.
Jakarta: Rajawali Pers.
Durand, V., Mak & Barlow, David. H. 2007. Intiasari Psikologi Abnormal, Edisi Keempat Buku
Kedua. (Terjemahan). Alih Bahasa: Soetjipto, Helly Prajitno & Sri Mulyantini Soetjipto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartono, Kartini. 2009. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju.
Klik

Dokter.

Disfungsi

Ereksi

pada

Pria.

[Online].

Tersedia:

http://seks.klikdokter.com/subpage.php?id=1&sub=26. html. [21 Maret 2010].


Nevid, Jeffrey . S. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi Kelima Jilid 2. (Terjemahan). Alih Bahasa:
Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: PT Glora Aksara Pratama.
Susu Kolostrum. 2009. Kelainan Gairah Seksual pada Perempuan. [Online]. Tersedia:
http://www.susukolostrum.com/masalah-kesehatan-wanita/kelainan-gairah-seksual-padawanita. html. [21 Maret 2010].
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

25

26

Anda mungkin juga menyukai