Anda di halaman 1dari 13

Kasus 1

Topik: Batu Buli


Tanggal (kasus): 27 Juli 2015

Persenter:

dr. Evi Nabila

Pembimbing: dr. Marwazi Sofian Sp.B


Tanggal (presentasi):

Pendamping: dr. Irnalita, MARS


dr. Cut Dewi Kartika

Tempat Presentasi : Ruang komite medik RSUD Yuliddin Away Tapaktuan


Obyektif Presentasi:

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi : Laki-laki, 37 tahun, nyeri saat BAK sejak 2 minggu SMRS, nyeri pinggang sejak 1 bulan SMRS.

Tujuan : Mendiagnosa dan melakukan penatalaksanaan yang tepat.


Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka

Cara membahas:

Diskusi

Data pasien:
RSUD Yuliddin Away
Tapaktuan

Riset

Presentasi dan diskusi

Kasus

Audit

Email

Pos

Nama: Tn S

Nomor Registrasi: 08-85-09

Telp: -

Terdaftar sejak: 27 Juli 2015

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Batu buli (vesicolithiasis) / keadaan umum baik.
2. Riwayat Pengobatan: Pasien berobat kampung tapi lupa diberikan obat apa
3. Riwayat kesehatan/penyakit:
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri saat BAK yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS, pasien juga mengeluh sakit pada
pinggang sejak 1 bulan SMRS. Pasien merupakan pasien rujukan dari Puskesmas. Demam (-), riwayat BAK berpasir (+) sekitar 1
tahun yang lalu. BAK lebih sering dari biasanya. Awalnya BAK pasien menetes tapi kemudian lancar kembali. Riwayat BAK terputus-

putus (+). Pasien mengeluh tidak puas setelah BAK (merasakan seperti masih masih ingin BAK). Pasien juga mengeluhkan sulit tidur.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami keadaan yang sama dengan pasien.
5. Riwayat pekerjaan: Supir
6. Lain - lain : Pasien sering minum air yang dimasak yang dihabiskan sekitar 1,5 liter dalam sehari
7. Pemeriksaan Fisik :
Status Present
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur

: Sedang
: Compos Mentis
: 130/80 mmHg
: 86 x/menit
: 18 x/menit
: 36,7 0C

Status General
Mata

: Edema periorbital (-/-); Konjunctiva palpebra inferior pucat (-/-); Sklera ikterik (-/-)

T/H/M

: Normal

Leher

: Pembesaran KGB (-)

Thorax

: Paru I : simetris, retraksi interkostal (-/-)


P : pergerakan dinding dada simetris; SF ka = SF ki

P : sonor (+/+)
A: Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-);
Jantung: BJ I > BJ II, bising jantung (-)
Abdomen :

I : Simetris;
P : Soepel (+), distensi (-), nyeri tekan (+), hepar, lien, renal tidak teraba
P : Timpani (+); shifting dullnes (-)
A : Peristaltik (N)

Extremitas

: Edema tungkai (-/-); pucat (-)

Genitalia

: Edema (-/-).

Hasil Lab (27 Juli 2015)


Hb : 11,7
Eritrosit : 4,706
Leukosit : 8100
Ht : 38
Tro : 329000

SGOT : 21
SGPT : 25
Ur : 38
Cr : 1,2
KGD : 130
Pemeriksaan Radiologi (Foto Polos)

Tampak gambaran radioopak ukuran pada vesika urinaria

Penatalaksanaan :
-

IVFD Ringer Laktar 20 gtt/menit

Iv. Meropenem 1 gr / 12 jam (skin test)

iv. Ketorolac 3% 1 amp/ 8jam

iv. Ranitidin 1 amp/ 12 jam

iv. Kalnex 1 amp/ 8 jam

Pasang Foley Kateter

Pasien dilakukan Operasi Vesikolitotomi terbuka (27/7/2015)

Follow up
28/7/2015 (Hari ke-2)
s/ Nyeri di tempat operasi
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur

: 140/90 mmHg
: 84 x/menit
: 18 x/menit
: 36,8 0C

Terapi:
-

IVFD Ringer Laktar 20 gtt/menit

Iv. Meropenem 1 gr / 12 jam (skin test)

iv. Ketorolac 3% 1 amp/ 8jam

29/7/2015 (Hari ke-3)

s/ Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur

: 130/90 mmHg
: 80 x/menit
: 18 x/menit
: 36,6 0C

Terapi:
-

IVFD Ringer Laktar 20 gtt/menit

Iv. Meropenem 1 gr / 12 jam (skin test)

iv. Ketorolac 3% 1 amp/ 8jam

30/7/2015 (Hari ke-4)


s/ Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur

: 130/80 mmHg
: 80 x/menit
: 18 x/menit
: 36,6 0C

Terapi PBJ:
-

Cefixim 100mg tab 3 x1

As. Mefenamat 500mg tab 3 x1

Ranitidin tab 3 x1

Daftar Pustaka:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Wein AJ, et al. 2012. Campbell-Walsh Urology, 10th Edition. Philadelphia: WB Saunders Company
Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
Purnomo BB. 2009. Dasar-dasar urologi. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto.
Charles, F, et al. 2006. Schwartz Manual of Surgery. Eight Edition. USA. Medical Publishing Division. Mc Graw-Hill.
McLatchie, Greg; Borley, Neil; Chikwe, Joanna. 2007. Oxford Handbook of Clinical Surgery, 3rd edition. Oxford University Press.
Rasad S. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

Hasil Pembelajaran:
1. Definisi dan batasan vesikolitiasis
2. Etiologi vesikolitiasis
3. Diagnosis vesikolitiasis
4. Penatalaksanaan vesikolitiasis
Rangkuman
1. Subjektif:
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri saat BAK yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS, pasien juga mengeluh sakit pada

pinggang sejak 1 bulan SMRS. Pasien merupakan pasien rujukan dari Puskesmas. Demam (-), riwayat BAK berpasir (+) sekitar 1 tahun yang
lalu. BAK lebih sering dari biasanya. Awalnya BAK pasien menetes tapi kemudian lancar kembali. Riwayat BAK terputus-putus (+). Pasien
mengeluh tidak puas setelah BAK (merasakan seperti masih masih ingin BAK). Pasien juga mengeluhkan sulit tidur.

2. Objektif:
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung diagnosis vesikolitiasis. Pada kasus ini
diagnosis ditegakkan berdasarkan:

Gejala klinis (kencing menetes dan kemudian lancar, lebih sering BAK, BAK tidak puas, nyeri menjalar)

Pemeriksaan foto polos abdomen didapatkan adanya radioopaq pada vesika urinaria

3. Assessment (penalaran klinis) :


Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu. Batu yang terjebak
di vesika urinaria menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia.
Batu saluran kemih merupakan penyakit ketiga terbanyak di bidang urologi setelah infeksi saluran kemih dan BPH. Batu bisa
terdapat di ginjal, ureter, buli-buli maupun uretra.
Kasus batu buli-buli pada orang dewasa di Negara barat sekitar 5%. dengan angka kejadian laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan, terutama usia di atas 50 tahun. Hal ini berhubungan dengan bladder outlet obstruction yang mengakibatkan retensi urin pada

10

keadaan-keadaan seperti striktur uretra, BPH, divertikel buli dan buli-buli neurogenik.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran
kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Batu buli-buli sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi
terjadi pada pasien-pasien hiperplasia prostat, striktura uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter yang terpasang pada
buli-buli dalam waktu yang lama, adanya benda asing lain yang secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam buli-buli seringkali menjadi
inti untuk terbentuknya batu buli-buli. Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli.
Gejala khas batu buli adalah kencing lancar tiba-tiba terhenti terasa sakit yang menjalar ke penis bila pasien merubah posisi dapat
kencing lagi. Pada anak-anak mereka akan berguling-guling dan menarik-narik penisnya. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda cyistitis,
kadang-kadang terjadi hematuria. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya
urin yang banyak (bulging), hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual.

4. Plan:
Diagnosis:
Berdasarkan anamnesa, gejala klinis yang khas, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dapat ditegakkan diagnosis vesikolitiasis.
Upaya diagnosis sudah optimal.
Pada pasien diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya hasil pemeriksaan radiologi abdomen yang menunjukkan gambaran radioopaq pada

11

vesika urinaria.
Pengobatan:
Pasien dengan manifestasi klinis vesikolitiasis pertama kali, sebaiknya dirawat dirumah sakit, dengan tujuan untuk dilakukan operasi
pengangkatan batu baik dengan medikamentosa, litotripsi maupun dengan pembedahan terbuka (sesuai dengan ukuran batu dan alat yang
tersedia).
Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang berukuran < 5mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
dari saluran kemih.
Vesikolitotripsi
a. Elektrohidrolik (EHL); Merupakan salah satu sumber energi yang cukup kuat untuk menghancurkan batu kandung kemih. Dapat
digunakan bersamaan dengan TUR-P. Masalah timbul bila batu keras maka akan memerlukan waktu yang lebih lama dan
fragmentasinya inkomplit. EHL tidak dianjurkan pada kasus batu besar dan keras. Angka bebas batu : 63-92%. Penyulit : sekitar 8%,
kasus ruptur kandung kemih 1,8%. Waktu yang dibutuhkan : 26 menit.
b. Ultrasound ; Litotripsi ultrasound cukup aman digunakan pada kasus batu kandung kemih, dapat digunakan pada batu besar, dapat
menghindarkan dari tindakan ulangan dan biaya tidak tinggi. Angka bebas batu : 88% (ukuran batu 12-50 mm). Penyulit : minimal
(2 kasus di konversi). Waktu yang dibutuhkan : 56 menit.
c. Laser ; Yang digunakan adalah Holmium YAG. Hasilnya sangat baik pada kasus batu besar, tidak tergantung jenis batu. Kelebihan
yang lain adalah masa rawat singkat dan tidak ada penyulit. Angka bebas batu : 100%. Penyulit : tidak ada. Waktu yang dibutuhkan :
57 menit.
d. Pneumatik; Litotripsi pneumatik hasilnya cukup baik digunakan sebagai terapi batu kandung kemih. Lebih efisien dibandingkan
litotripsi ultrasound dan EHL pada kasus batu besar dan keras. Angka bebas batu : 85%. Penyulit : tidak ada. Waktu yang dibutuhkan

12

: 57 menit.
Vesikolitotomi perkutan
Merupakan alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak atau pada penderita dengan kesulitan akses melalui uretra, batu besar
atau batu mltipel. Tindakan ini indikasi kontra pada adanya riwayat keganasan kandung kemih, riwayat operasi daerah pelvis,
radioterapi, infeksi aktif pada saluran kemih atau dinding abdomen. Angka bebas batu : 85-100%. Penyulit : tidak ada. Waktu yang
dibutuhkan : 40-100 menit.
Vesikolitotomi terbuka
Diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu keras, kesulitan akses melalui uretra, tindakan bersamaan dengan
prostatektomi atau divertikelektomi. Angka bebas batu : 100%.
ESWL
Merupakan salah satu pilihan pada penderita yang tidak memungkinkan untuk operasi. Masalah yang dihadapi adalah migrasi batu
saat tindakan. Adanya obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi akan menurunkan angka keberhasilan dan membutuhkan
tindakan tambahan per endoskopi sekitar 10% kasus untuk mengeluarkan pecahan batu. Dari kepustakaan, tindakan ESWL
umumnya dikerjakan lebih dari satu kali untuk terapi batu kandung kemih. Angka bebas batu : elektromagnetik; 66% pada kasus
dengan obstruksi dan 96% pada kasus non obstruksi. Bila menggunakan piezoelektrik didapatkan hanya 50% yang berhasil.

13

Anda mungkin juga menyukai