Anda di halaman 1dari 4

Mitosis Sel Akar Bawang dan Efek Sitogenetik Ion Logam

Cu terhadap Indeks Mitosis


Adani Nurfathurahmi,Mandala Ajie,Kania Kusumadewi, Cintya Levina, Christophorus Louis
Program Studi Mikrobiologi,Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati,Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK
Sel merupakan unit kehidupan yang memiliki siklus. Siklus sel terdiri atas dua fase, yaitu
fase mitotik atau fase pembelahan dan interfase. Fase mitotik dibagi menjadi 5 tahapan,
yaitu profase, metafase, anafase, telofase, dan diakhiri dengan sitokinesis. Proses mitosis
dari suatu sel dapat diganggu keberlangsungannya dengan menggunakan logam-logam
berat yang dapat mengubah morfologi sel. Dalam praktikum ini, dilakukan perbandingan
morfologi kromosom akar Allium cepa secara mikroskopis menggunakan pewarnaan
Feulgen dan perbandingan indeks mitosis dari akar bawang yang direndam dalam CuCl2
dan akuades. Akar bawang yang direndam dalam CuCl2 tidak menunjukkan aktivitas
mitotik (indeks mitosis = 0) sedangkan akar yang direndam dalam akuades memiliki
indeks mitosis 0.136

Kata Kunci: akar Allium cepa, kromosom, Feulgen staining, siklus sel, indeks mitosis,
CuCl2, akuades
_______________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Setiap sel berasal dari sel hidup lainnya. Siklus sel, tahapan dimana terjadinya proses
pembelahan dan penduplikasian berbagai materi di dalam sel, merupakan konsep penting
yang mendasari proses reproduksi pada berbagai organisme. Pada organisme multiseluler,
dibutuhkan tahapan pembelahan sel yang panjang dan rumit untuk memproduksi organisme
fungsional yang baru; berbeda halnya dengan organisme uniseluler, setiap pembelahan sel
[1]

dapat menghasilkan organisme fungsional yang baru. Melalui praktikum ini, dilakukan
pengamatan secara mikroskopis proses pembelahan sel pada ujung akar bawang serta
penentuan pengaruh keberadaan logam terhadap proses pembelahan sel.
Siklus sel terbagi menjadi dua bagian besar berdasarkan aktivitas seluler yang
dilakukannya, yaitu fase M dan Interfase. Intefase merupakan tahapan persiapan sel untuk
mengalami pembelahan. Terdapat tiga fase dari tahapan interfase tersebut, yaitu fase G1 (Gap
1), S (sintesis), dan G2 (Gap 2). Fase G1 terdapat diantara fase M dan fase S, pada fase ini sel
menduplikasikan organel yang dimilikinya serta melakukan proses metabolisme secara
normal, selanjutnya pada fase S terjadi proses replikasi DNA serta duplikasi kromosom,
kemudian sel memasuki fase G2, dimana sel tumbuh danmempersiapkan kondisi untuk
memasuki proses mitosis. Fase M melingkupi proses mitosis, yaitu proses pemisahan
kromosom yang telah terduplikasi menjadi dua nuclei; serta proses sitokinesis, yaitu proses
pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anakan yang baru. Proses mitosis terdiri dari 4
[1]
tahap, yaitu profase, metaphase, anaphase, dan telofase.
Pada profase, setiap kromosom memendek dan memadat melalui mekanisme
supercoiling. Kromosom tersebut terdiri atas 2 kromatid yang terikat pada sentromer. Pada
metaphase, kromosom tersusun berjajar di pusat sel. Pada Anafase, kromosom berpindah
1

menuju benang spindle yang berlawanan dan kromatid memisah. Pada telofase, kromosom
berkumpul pada ujung kutub pembelahan, nuclear envelope mulai terbentuk, dan kromosom
[1]

pun mulai terurai dari bentuk yang memadat.


Dalam praktikum ini, dilakukan pengamatan mikroskopis terhadap preparat akar
bawang yang direndam dalam akuades dan larutan CuCl2. Bawang dipilih karena akar
bawang memiliki tingkat regenerasi yang tinggi. Ujung akar bawang merupakan daerah
meristematik yang memiliki tingkat mitosis yang tinggi sehingga pengamatan mitosis pada
akar bawang relatif mudah untuk dilakukan[5] Kromosom bawang ini dapat dengan mudah
diamati di bawah mikroskop sehingga cocok untuk digunakan dalam penentuan efek ion
logam Cu dalam siklus sel[5]

METODE DAN BAHAN


Persiapan Bawang Bawang dibersihkan di air mengalir, dipastikan bersih dari partikel
tanah. Kemudian ujung akar yang sudah mati dipotong dan bawang diletakkan diatas botol
vial yang berisi aquades,semua bagian dasar bawang harus dalam posisi terendam.
Perendaman Bawang Bawang dipindahkan ke botol vial lain berisi larutan CuCl2 dengan
konsentrasi 100 ppm.
Fiksasi Ujung akar dari sampel bawang yang direndam dengan CuCl2 100 ppm dipotong
sepanjang 6 mm sebanyak 3 kali. Ujung akar dari sampel bawang yang direndam dengan
aquades dipotong sepanjang 3 mm sebanyak 3 kali. Potongan-potongan tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf dan diberi label sesuai tempat perendaman. Pada
setiap tabung Eppendorf ditambahkan juga larutan Carnoy, setelah itu tabung Eppendorf
diinkubasi selama 24 jam.
Staining dan Pengamatan Potongan akar bawang dipindahkan ke dalam tabung
Eppendorf baru yang berisi larutan HCl 1N, kemudian diinkubasi pada suhu 60oC selama 12
menit. HCl kemudian dibuang dengan pipet Pasteur. Setelah itu ditambahkan 0,5 mL larutan
Feulgen Stain secara hati-hati, kemudian diinkubasi lagi selama 10 menit sampai warna ujung
akar berwarna gelap. Kaca objek diteteskan 1 tetes asam asetat glasial 45% di dalam ruang
asam, potongan akar diambil dan diletakkan diatas kaca objek. Potongan dipotong-potong
lagi menjadi bagian yang lebih kecil dan tipis, setelah itu ditutup dengan kaca objek lalu
sedikit diputar untuk mendapatkan akar bawang yang monolayer. Setelah preparat siap,
preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran maksimal 400 kali. Hasil
pengamatan dibawah mikroskop kemudian dicatat untuk melihat adanya siklus sel yang
terjadi di dalam sel bawang tersebut.
HASIL DAN DISKUSI
Pada percobaan untuk melihat efek sitogenetik agen pada pembelahan sel,
ditambahkan CuCl2 pada sel akar bawang dengan konsentrasi 100ppm. Kemudian setelah
diamati efek penambahannya, terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah pembelahan sel
dimulai dari profase, dari 1 pembelahan menjadi 0. Hal ini disebabkan, peristiwa
penghambatan yang paling umum terjadi adalah hancurnya kromatin, kromosom
2

terkondensasi, serta kromosom dan jembatan kromatin berhamburan, sehingga tahap profase
sudah mulai terganggu oleh penambahan CuCl2. Kemudian block juga mulai terjadi tahap
metafase, dan terlihat dari hasil pengamatan terjadi penurunan tahap metafase dari 1 menjadi
0. Penghambatan tahap metafase tersebut akan mengakibatkan fase selanjutnya yaitu anafase
akan sangat menurun jumlah nya. Efek ini dapat terlihat pada hasil pengamatan, terjadi
penurunan pembelahan tahap anafase secara signifikan dan lebih terlihat dibanding kedua
tahap sebelumnya. Dimana teramati terjadi penurunan pembelahan pada tahap anafase dari 3
[2]

menjadi 0.
Efek sitogenetik dari perlakuan CuCl2 pada pembelahan mitosis di dalam sel akar
Allium cepa dapat dilihat pada Tabel 1.
Sampel +
Sampel +
CuCl2
Aquades
Tahapan Siklus
(100ppm)
Sel
1
1
Atas Bawah Atas Bawah
Interfase
50
44
50
50
Profase
0
1
0
0
Metafase
0
1
0
0
Mphase Anafase
0
3
0
0
Telofase
0
1
0
0
Sitokinesis
0
0
0
0
Indeks Mitosis
0
0.136
0
0
Tabel 1. Pengaruh CuCl2 pada pembelahan sel mitosis Allium cepa

Gambar 1. Preparat Sel Akar Bawah Alium cepa yang direndam di CuCl2 (gambar kiri) dan
akuades (gambar kanan). Terlihat akar yang direndam di dalam CuCl 2 tidak mengalami
proses pembelahan sel sama sekali, yang direndam di akuades melakukan tahapan
mitosis (inset bagian gambar kanan)

Indeks mitosis menurun seiring dengan penambahan CuCl2 dengan konsentrasi 100ppm.
Menurunnya indeks mitosis diduga karena CuCl2 menghambat pembelahan sel mitosis.
Penurunan aktivitas mitosis dapat terjadi dengan adanya inhibisi sintesis DNA. Pada

umumnya, jumlah persentase fase mitosis akan menurun seiring dengan meningkatnya
[3]
konsentrasi CuCl2 yang digunakan.
Menurut Dimitrova [4], konsentrasi besi, tembaga, yang tinggi dapat menekan
pertumbuhan organ vegetatif. Penghambatan pembelahan oleh CuCl2 paling teramati pada
anafase, hal ini disebabkan terdapat lebih dari satu fenomena abnormal yang terjadi dan
menghambat anafase, yaitu : pembentukan jembatan anafase akibat kromosom saling
melekat, distribusi kromosom yang tidak merata dan anafase multipolar. Kesimpulannya
CuCl2 memberikan dampak yang berbahaya pada sel akar Allium cepa. Peningkatan jumlah
logam berat pada tanah dan air terpolusi dapat mengakibatkan efek sitogenetik irreversible
[4]
pada tumbuhan atau bahkan organisme tingkat tinggi.
KESIMPULAN
Kontaminasi logam berat (tembaga) pada air dapat menyebabkan penurunan
reproduksi sel dan meningkatkan frekuensi mutasi kromosom, serta meningkatkan kegagalan
pada tahap anafase dan telofase pada fragmen dan jembatan kromosom. Konsentrasi tembaga
akan meningkatkan frekuensi kegagalan saat pembelahan sel karena bersifat mutagenik dan
beracun bagi sel tumbuhan. Metode sitogenetik yang digunakan berfungsi untuk
membuktikan dampak pemaparan logam berat pada sel tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Albert, Bruce., Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, dan Peter

Walter. 2008. Molecular Biology of The Cell. USA: Garland Science, p.1054-1059,
1072-1073
[2]Ivanova, E., Staikova, T. A. dan Velcheva, I. 2005. Cytogenetic testing of heavy metal and
cyanide contaminated river waters in a mining region of Southwest Bulgaria. Journal
of Cell and Molecular Biology 4: 99-106
[3]Unceer, H. S., Ayaz, S., Beyazoulu, dan O. ent.RK, E. 2003. Cytogenetic Effects of
Copper Chloride on the Root Tip Cells of Helianthus annuus L. Turk. Journal of
Biology 27:43-46
[4]Dimitrova I. 1993. Studies of grass plants under conditions of industrial pollution with
heavy metals and sulfur dioxide. Journal of Balkan Ecology. 6: 212-218, 2003
[5]Marietta, J.. 2013. Mitosis on Onion Root Tip Cell. [online]
http://www.marietta.edu/~biol/introlab/Onion%20root%20mitosis.pdf. Waktu akses :
Senin, 3 Maret 2014, pk. 05.43

Anda mungkin juga menyukai