Anda di halaman 1dari 6

TEKS AYAT

Terjemahan :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekalikali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.
2. KOSA KATA
Menghalangi
Melampaui
Tolong menolong
Kebaikan
Takwa

Berbuat dosa

Permusuhan

Sangat keras
Siksa

Beriman
Kamu melanggar
Syiar-syiar
Bulan-bulan
Haram
Binatang hadiah /
Korban
Binatang yang
dikalungi
Karunia
Berburulah
Kebencian

3. ASBABUN NUZUL (SEBAB TURUNNYA AYAT)


Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis dari Ikrimah yang telah bercerita, "Bahwa
Hatham bin Hindun Al-Bakri datang ke Madinah beserta kafilahnya yang membawa bahan
makanan. Kemudian ia menjualnya lalu ia masuk ke Madinah menemui Nabi saw.; setelah itu
ia membaiatnya dan masuk Islam. Tatkala ia pamit untuk keluar pulang, Nabi memandangnya
dari belakang kemudian beliau bersabda kepada orang-orang yang berada di sekitarnya,

'Sesungguhnya ia telah menghadap kepadaku dengan muka yang bertampang durhaka, dan ia
berpamit dariku dengan langkah yang khianat.' Tatkala Al-Bakri sampai di Yamamah, ia
kembali murtad dari agama Islam. Kemudian pada bulan Zulkaidah ia keluar bersama
kafilahnya dengan tujuan Mekah. Tatkala para sahabat Nabi saw. mendengar beritanya, maka
segolongan sahabat Nabi dari kalangan kaum Muhajirin dan kaum Ansar bersiap-siap keluar
Madinah untuk mencegat yang berada dalam kafilahnya itu. Kemudian Allah swt.
menurunkan ayat, 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar
Allah...' (Q.S. Al-Maidah 2) kemudian para sahabat mengurungkan niatnya (demi
menghormati bulan haji itu). Hadis serupa ini telah dikemukakan pula oleh Asadiy." Ibnu Abu
Hatim mengetengahkan dari Zaid bin Aslam yang mengatakan, "Bahwa Rasulullah saw.
bersama para sahabat tatkala berada di Hudaibiah, yaitu sewaktu orang-orang musyrik
mencegah mereka untuk memasuki Baitulharam. Peristiwa ini sangat berat dirasakan oleh
mereka, kemudian ada orang-orang musyrik dari penduduk sebelah timur jazirah Arab lewat
untuk tujuan melakukan umrah. Para sahabat Nabi saw. berkata, 'Marilah kita halangi mereka
sebagaimana (teman-teman mereka) mereka pun menghalangi sahabat-sahabat kita.'
Kemudian Allah swt. menurunkan ayat, 'Janganlah sekali-kali mendorongmu berbuat aniaya
kepada mereka...'" (Q.S. Al-Maidah 2)

4. MUNASABAH
Pada akhir surah al-Maidah, Allah menyatakan diriNya sebagi pemillik kerajaan
langit, bumi dan isinya sekaligus menguasai dan mengaturnya sesuai kehendakNya. Maka
pada awal surah al-Anam Allah memuji diriNya karena Dialah yang telah menciptakan
langit, bumi dan isinya serta segala peristiwa yang terjadi didalamnya .
5. TAFSIR
Ayat ini merinci apa yang disinggung di atas. Rincian itu dimulai dengan hal-hal yang
berkaitan dengan haji dan umrah, yang pada ayat lalu telah disinggung, yakni tidak
menghalalkan berburu ketika sedang dalam keadaan berihram. Disini sekali lagi Allah
menyeru orang-orang beriman : Hai orang-orang beriman, janganlah kamu melangar syiarsyiar Allah dalam ibadah haji dan umrah bahkan semua ajaran agama, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, yakni Dzul Qaidah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab,
jangan mengganggu binatang al-hadya, yakni binatang yang akan disembelih di Mekah dan
sekitarnya, dan yang dijadikan sebagai

persembahan kepada Allah, demikian juga

jangan mengganggu al-qalaid, yaitu binatang-binatang yang dikalungi lehernya sebagai tanda

bahwa ia adalah persembahan yang sangat istimewa, dan jangan juga mengganngu para
pengunjung baitullah, yakni siapa pun yang ingin melaksanakan ibadah haji atau umrah
sedang mereka melakukan hal tersebut dalam keadaan mencari dengan sungguh-sungguh
karunia keuntungan duniawi dan keridhaan ganjaran ukhrawi dari Tuhan mereka.
Apabila kamu telah bertaballul menyelesaikan ibadah ritual haji atau umrah, atau
karena satu dan lain sebab sehingga kamu tidak menyelesaikan ibadah kamu, misalnya
karena sakit atau terkepung musuh, maka berburulah jika kamu mau
Dan janganlah sekali-kali kebencian yang telah mencapai puncaknya sekalipun
kepada suatu kaum karena menghalang-halangi kamu dari Masjid al-Haram, mendorong
kamu berbuat aniaya kepada mereka atau selain mereka. Dan tolong-menolonglah kamu
dalam mengerjakan kebajikan, yakni segala bentuk dan macam hal yang membawa kepada
kemaslahatan duniawi dan atau ukhrawi dan demikian juga tolong-menolonglah dalam
ketakwaan, yakni segala upaya yang dapat menghindarkan bencana duniawi dan atau
ukhrawi, walaupun dengan orang yang tidak seiman dengan kamu, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Kata syaair adalah kata jamak dari kata syairah yang berarti tanda, atau bisa juga
dinamai syiar. Ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah [2]: 158, penulis kemukakan bahwa
syiar seakar dengan kata syuur yang berarti rasa. Yakni tanda-tanda agama dan ibadah yang
ditetapkan Allah. Tanda-tanda itu dinamai syiar karena ia seharusnya menghasilkan rasa
hormat dan agung kepada Allah swt.
Ada bermacam-macam tanda-tanda itu. Ada yang merupakan tempat seperti Shafa
dan Marwah serta Masyar al-Haram, ada juga berupa waktu, seperti bulan-bulan Haram, dan
ada lagi dalam wujud sesuatu, seperti al-hadya dan al-qalaid, yakni binatang kurban yang
dipersembahkan kepada Allah.
Kata haram pada mulanya berarti terhormat. Sesuatu yang dihormati biasanya lahir
sebagai penghormatan terhadap aneka larangan yang berkenaan dengannya.
Yang dimaksud dengan orang-orang yang mengunjungi Baitullah adalah kaum
musyrikin yang ketika turunnya ayat ini, masih diperbolehkan mengunjungi Kabah untuk
melaksanakan haji atau umrah, bukan untuk tujuan lain, misalnya untuk mengganggu kaum
muslimin. Itu sebabnya ayat ini tidak menyatakan mengunjungi Mekah. Salah satu alasan
yang menguatkan penafsiran ini bahwa orang-orang Muslin terlarang mengganggu mereka
kapan dan dimanapun, sehingga dengan larangan khusus ini, pastilah ia bukan ditunjukkan
terhadap orang-orang beriman. Namun kiranya diingat bahwa jika orang-orang musyrik saja

ketika itu tidak boleh diganggu pada saat mereka akan melaksanakan haji, maka lebih-lebih
lagi umat islam. Selanjutnya perlu juga dicatat bahwa izin bagi kaum musyrikin untuk
melanjutkan haji sesuai tradisi nabi Ibrahim a.s, bahkan izin bagi mereka untuk memasuki
masjid Al-Haram telah dicabut Allah dengan firmannya dalam Surah At-Taubah ayat : 28,
yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati masjid Al-Haram sesudah tahun ini. (QS.At-Taubah : 28) yakni
sesudah tahun kesembilan Hijrah. Sementara surah Al-Maidah menurut sementara ulama
turun setelah nabi saw. Kembali dari peranjian Hudaibiyah pada bulan Dzulhijah tahun ke-6
Hijrah.
Satu riwayat menyatakan bahwa larangan ini turun berkenaan dengan rencana
beberapa kaum muslimin untuk merampas unta-unta oleh serombongan kaum musyrikin dari
suku penduduk Yamama, dibawah pimpinan Syuraih Ibn Dhubaiah yang digelar al-hutham,
dengan alasan bahwa unta-unta itu milik kaum muslimin yang pernah mereka rampas.
Bahwa ayat diatas melarang kaum muslimin menghalangi kaum musyrikin yang akan
melaksanakan Haji- sesuai keyakinan mereka- cukup menjadi bukti betapa tinggi toleransi
yang diajarkan oleh islam. Memang, hal itu kemudian dilarang khusus untuk memasuki
kota Mekah tetapi larangan tersebut karena pertimbangan keamanan dan kesucian kota itu.
Ada juga ulama yang memahami para pengunjung Baitullah yang dimaksud oleh ayat
diatas, adalah kaum muslimin, bukan kaum musyrikin. Imam Fakhruddin razi termasuk
salah seorang ulama yang berpendapat demikian, dengan alasan larangan melanggar syiarsyiar Allah pada awal ayat ini. Syiar-syiar itu, tulisnya, pastilah yang direstui oleh Allah
sehingga tentu ia merupakan syiar kaum muslimin, bukan orang-orang musyrik. Demikian
juga akhir penggalan ayat itu yang menyatakan : mereka mencari karunia dan keridahan dari
Tuhan mereka. Redaksi semacam ini, tulis Ar-razi, hanya wajar bagi orang muslimin, bukan
bagi orang kafir.
Kata syanaan adalah kebencian yang telah mecapai puncaknya. Dari pengertian
tersebut maka firman-Nya: Dan janganlah sekali-kali kebencian kepada suatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masid al-Haram mendorong, kamu berbuat aniaya,
merupakan bukti nyata betapa Al-Quran menekankan keadilan.
Firman-Nya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan jangan
tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran, merupakan prinsip dasar dalam menjalin
kerjasama dengan siapapun, selama tujuannya adalah kebaikan dan ketakwaan.

Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk
saling membantu dalam perbuatan baik dan itulah yang disebut dengan albirr dan
meninggalkan kemungkaran yang merupakan ketakwaan. Dan Dia Azza wa Jalla melarang
mereka saling mendukung kebatilan dan bekerjasama dalam perbuatan dosa dan perkara
haram.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menilai ayat di atas memiliki urgensi tersendiri.
Beliau menyatakan: Ayat yang mulia ini mencakup semua jenis bagi kemaslahatan para
hamba, di dunia maupun akhirat, baik antara mereka dengan sesama, ataupun dengan
Rabbnya. Sebab seseorang tidak luput dari dua kewajiban; kewajiban individualnya terhadap
Allah Azza wa Jalla dan kewajiban sosialnya terhadap sesamanya.
Selanjutnya, beliau memaparkan bahwa hubungan seseorang dengan sesama dapat
terlukis pada jalinan pergaulan, saling menolong dan persahabatan. Hubungan itu wajib
terjalin dalam rangka mengharap ridha Allah Azza wa Jalla dan menjalankan ketaatan
kepada-Nya. Itulah puncak kebahagiaan seorang hamba. Tidak ada kebahagiaan kecuali
dengan mewujudkan hal tersebut, dan itulah kebaikan serta ketakwaan yang merupakan inti
dari agama ini.
Al-Mwardi rahimahullah berkata: Allah Azza wa Jalla mengajak untuk tolongmenolong dalam kebaikan dengan beriringan dengan ketakwaan kepada-Nya. Sebab dalam
ketakwaan, terkandung ridha Allah Azza wa Jalla. Sementara saat berbuat baik, orang-orang
akan menyukai (meridhai). Barang siapa memadukan antara ridha Allah Azza wa Jalla dan
ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah
melimpah.
6 . KANDUNGAN HUKUM
Pada ayat kedua ini Allah menerangkan kepada orang-orang yang beriman lima
larangan penting yang tidak boleh dilanggar yaitu:
a.

Melanggar syiar-syiar Allah, yaitu segala amalan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan

Allah dalam ibadah haji dan lain-lainnya.


b. Melanggar kehormatan bulan haram, yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab,
yang dilarang pada bulan-bulan tersebut berperang kecuali membela diri karena diserang.
c. Mengganggu binatang-binatang had-ya, yaitu unta, lembu dan sejenisnya, kambing, biri-biri
dan sejenisnya yang dihadiahkan kepada Kakbah untuk mendekatkan diri kepada Allah,
disembelih di tanah haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin di sana.
d. Qalaid-qalaid yaitu binatang-binatang had-ya, sudah dikalungi dengan tali, yang
menunjukkan bahwa binatang itu dipersiapkan secara khusus untuk dihadiahkan kepada
Kakbah. Menurut pendapat yang lain, termasuk juga manusia-manusia yang memakai kalung

yang menunjukkan bahwa dia hendak mengunjungi Kakbah yang tidak boleh diganggu,
seperti yang dilakukan orang-orang Arab di zaman Jahiliah.
e. Mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah yang mencari karunia (rezeki) Allah
seperti berdagang dan mencari keridaan-Nya, yaitu mengerjakan haji dan umrah. Semuanya
tidak boleh dihalang-halangi. Akan tetapi menurut Jumhur yang tidak boleh dihalang-halangi
itu ialah orang-orang mukmin sedang orang-orang kafir tidak diperbolehkan lagi masuk tanah
haram

Anda mungkin juga menyukai