Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PEMBAHASAN
SURAH AL-MAIDAH AYAT 2

A. Terjemahan
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka).
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

B. Kosa Kata
Menghalangi ْ‫صدُّو ُكم‬
َ Beriman ْ‫َءا َمنُوا‬
Kamu
Melampaui ْ‫ت َعتَد ُوا‬ ْ‫ت ُ ِحلُّوا‬
melanggar
Tolong
ْ‫َوتَعَ َاونُوا‬ Syiar-syiar ْ‫ش َٰٓعئِ َر‬
menolong
Kebaikan ْ‫البِ ِر‬ Bulan-bulan َّ ‫ال‬
ْ‫شه َر‬
Takwa ْ‫َوالتَّق َوى‬ Haram ْ‫ام‬
َ ‫ال َح َر‬
Binatang hadiah
Berbuat dosa ْ‫اْلث ِم‬
ِ ْ‫ى‬
َ ‫ال َهد‬
/ Korban
Binatang yang
Permusuhan ْ‫َوالعُدو ِن‬ َ‫القَ ٰٓلئِ ْد‬
dikalungi
Sangat keras ُ ‫شدِي ْد‬
َ Karunia ْ‫فَض ًل‬

1
Siksa ِ ‫ال ِعقَا‬
ْ‫ب‬ Berburulah َ ‫فَاص‬
ْ‫طاد ُوا‬
Kebencian ُْ‫شنَـَٔان‬
َ

C. ASBABUN NUZUL (SEBAB TURUNNYA AYAT)


Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis dari Ikrimah yang telah bercerita,
"Bahwa Hatham bin Hindun Al-Bakri datang ke Madinah beserta
kafilahnya yang membawa bahan makanan. Kemudian ia menjualnya lalu
ia masuk ke Madinah menemui Nabi saw.; setelah itu ia membaiatnya dan
masuk Islam. Tatkala ia pamit untuk keluar pulang, Nabi memandangnya
dari belakang kemudian beliau bersabda kepada orang-orang yang berada
di sekitarnya, 'Sesungguhnya ia telah menghadap kepadaku dengan muka
yang bertampang durhaka, dan ia berpamit dariku dengan langkah yang
khianat.' Tatkala Al-Bakri sampai di Yamamah, ia kembali murtad dari
agama Islam. Kemudian pada bulan Zulkaidah ia keluar bersama
kafilahnya dengan tujuan Mekah. Tatkala para sahabat Nabi saw.
mendengar beritanya, maka segolongan sahabat Nabi dari kalangan kaum
Muhajirin dan kaum Ansar bersiap-siap keluar Madinah untuk mencegat
yang berada dalam kafilahnya itu. Kemudian Allah swt. menurunkan ayat,
'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar
Allah...' (Q.S. Al-Maidah 2) kemudian para sahabat mengurungkan niatnya
(demi menghormati bulan haji itu). Hadis serupa ini telah dikemukakan
pula oleh Asadiy." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Zaid bin Aslam
yang mengatakan, "Bahwa Rasulullah saw. bersama para sahabat tatkala
berada di Hudaibiah, yaitu sewaktu orang-orang musyrik mencegah
mereka untuk memasuki Baitulharam. Peristiwa ini sangat berat dirasakan
oleh mereka, kemudian ada orang-orang musyrik dari penduduk sebelah
timur jazirah Arab lewat untuk tujuan melakukan umrah. Para sahabat
Nabi saw. berkata, 'Marilah kita halangi mereka sebagaimana (teman-
teman mereka) mereka pun menghalangi sahabat-sahabat kita.' Kemudian

2
Allah swt. menurunkan ayat, 'Janganlah sekali-kali mendorongmu berbuat
aniaya kepada mereka...'" (Q.S. Al-Maidah 2)

D. MUNASABAH
Pada akhir surah al-Maidah, Allah menyatakan diriNya sebagi pemillik
kerajaan langit, bumi dan isinya sekaligus menguasai dan mengaturnya
sesuai kehendakNya. Maka pada awal surah al-An’am Allah memuji
diriNya karena Dialah yang telah menciptakan langit, bumi dan isinya
serta segala peristiwa yang terjadi didalamnya .

E. TAFSIR
Ayat ini merinci apa yang disinggung di atas. Rincian itu dimulai dengan
hal-hal yang berkaitan dengan haji dan umrah, yang pada ayat lalu telah
disinggung, yakni tidak menghalalkan berburu ketika sedang dalam
keadaan berihram. Disini sekali lagi Allah menyeru orang-orang beriman :
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu melangar syi’ar-syi’ar Allah
dalam ibadah haji dan umrah bahkan semua ajaran agama, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, yakni Dzul Qa’idah, Dzul
Hijjah, Muharram dan Rajab, jangan mengganggu binatang al-hadya,
yakni binatang yang akan disembelih di Mekah dan sekitarnya, dan yang
dijadikan sebagai persembahan kepada Allah, demikian juga jangan
mengganggu al-qalaid, yaitu binatang-binatang yang dikalungi lehernya
sebagai tanda bahwa ia adalah persembahan yang sangat istimewa, dan
jangan juga mengganngu para pengunjung baitullah, yakni siapa pun
yang ingin melaksanakan ibadah haji atau umrah sedang mereka
melakukan hal tersebut dalam keadaan mencari dengan sungguh-sungguh
karunia keuntungan duniawi dan keridhaan ganjaran ukhrawi dari Tuhan
mereka. Apabila kamu telah bertaballul menyelesaikan ibadah ritual haji
atau umrah, atau karena satu dan lain sebab sehingga kamu tidak
menyelesaikan ibadah kamu, misalnya karena sakit atau terkepung musuh,
maka berburulah jika kamu mau.

3
sDan janganlah sekali-kali kebencian yang telah mencapai puncaknya
sekalipun kepada suatu kaum karena menghalang-halangi kamu dari
Masjid al-Haram, mendorong kamu berbuat aniaya kepada mereka atau
selain mereka. Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebajikan, yakni segala bentuk dan macam hal yang membawa kepada
kemaslahatan duniawi dan atau ukhrawi dan demikian juga tolong-
menolonglah dalam ketakwaan, yakni segala upaya yang dapat
menghindarkan bencana duniawi dan atau ukhrawi, walaupun dengan
orang yang tidak seiman dengan kamu, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Kata sya’a’ir adalah kata jamak dari kata sya’irah yang berarti tanda, atau
bisa juga dinamai syi’ar. Ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah [2]: 158,
penulis kemukakan bahwa syi’ar seakar dengan kata syu’ur yang berarti
rasa. Yakni tanda-tanda agama dan ibadah yang ditetapkan Allah. Tanda-
tanda itu dinamai syi’ar karena ia seharusnya menghasilkan rasa hormat
dan agung kepada Allah swt.

Ada bermacam-macam tanda-tanda itu. Ada yang merupakan tempat


seperti Shafa dan Marwah serta Masy’ar al-Haram, ada juga berupa waktu,
seperti bulan-bulan Haram, dan ada lagi dalam wujud sesuatu, seperti al-
hadya dan al-qala’id, yakni binatang kurban yang dipersembahkan kepada
Allah. Kata haram pada mulanya berarti terhormat. Sesuatu yang
dihormati biasanya lahir sebagai penghormatan terhadap aneka larangan
yang berkenaan dengannya. Yang dimaksud dengan orang-orang yang
mengunjungi Baitullah adalah kaum musyrikin yang ketika turunnya ayat
ini, masih diperbolehkan mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan haji
atau umrah, bukan untuk tujuan lain, misalnya untuk mengganggu kaum
muslimin. Itu sebabnya ayat ini tidak menyatakan mengunjungi Mekah.
Salah satu alasan yang menguatkan penafsiran ini bahwa orang-orang
Muslin terlarang mengganggu mereka kapan dan dimanapun, sehingga

4
dengan larangan khusus ini, pastilah ia bukan ditunjukkan terhadap orang-
orang beriman. Namun kiranya diingat bahwa jika orang-orang musyrik
saja ketika itu tidak boleh diganggu pada saat mereka akan melaksanakan
haji, maka lebih-lebih lagi umat islam. Selanjutnya perlu juga dicatat
bahwa izin bagi kaum musyrikin untuk melanjutkan haji sesuai tradisi nabi
Ibrahim a.s, bahkan izin bagi mereka untuk memasuki masjid Al-Haram
telah dicabut Allah dengan firmannya dalam Surah At-Taubah ayat : 28,
yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang
musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati masjid Al-Haram
sesudah tahun ini”. (QS.At-Taubah : 28) yakni sesudah tahun kesembilan
Hijrah. Sementara surah Al-Maidah – menurut sementara ulama turun
setelah nabi saw. Kembali dari peranjian Hudaibiyah pada bulan Dzulhijah
tahun ke-6 Hijrah.

Satu riwayat menyatakan bahwa larangan ini turun berkenaan dengan


rencana beberapa kaum muslimin untuk merampas unta-unta oleh
serombongan kaum musyrikin dari suku penduduk Yamama, dibawah
pimpinan Syuraih Ibn Dhubai’ah yang digelar al-hutham, dengan alasan
bahwa unta-unta itu milik kaum muslimin yang pernah mereka rampas.

Bahwa ayat diatas melarang kaum muslimin menghalangi kaum musyrikin


yang akan melaksanakan Haji- sesuai keyakinan mereka- cukup menjadi
bukti betapa tinggi toleransi yang diajarkan oleh islam. Memang, hal itu
kemudian dilarang – khusus untuk memasuki kota Mekah – tetapi larangan
tersebut karena pertimbangan keamanan dan kesucian kota itu.

Ada juga ulama yang memahami para pengunjung Baitullah yang


dimaksud oleh ayat diatas, adalah kaum muslimin, bukan kaum musyrikin.
Imam Fakhruddin – razi termasuk salah seorang ulama yang berpendapat
demikian, dengan alasan larangan melanggar syiar-syiar Allah pada awal
ayat ini. Syiar-syiar itu, tulisnya, pastilah yang direstui oleh Allah sehingga
tentu ia merupakan syiar kaum muslimin, bukan orang-orang musyrik.

5
Demikian juga akhir penggalan ayat itu yang menyatakan : “mereka
mencari karunia dan keridahan dari Tuhan mereka.” Redaksi semacam ini,
tulis Ar-razi, hanya wajar bagi orang muslimin, bukan bagi orang kafir.
Kata syana’an adalah kebencian yang telah mecapai puncaknya. Dari
pengertian tersebut maka firman-Nya: Dan janganlah sekali-kali
kebencian kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masid al-Haram mendorong, kamu berbuat aniaya, merupakan bukti
nyata betapa Al-Qur’an menekankan keadilan.

Firman-Nya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan


ketakwaan jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran,
merupakan prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan siapapun,
selama tujuannya adalah kebaikan dan ketakwaan.

Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-Nya yang


beriman untuk saling membantu dalam perbuatan baik dan itulah yang
disebut dengan albirr dan meninggalkan kemungkaran yang merupakan
ketakwaan. Dan Dia Azza wa Jalla melarang mereka saling mendukung
kebatilan dan bekerjasama dalam perbuatan dosa dan perkara haram. Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah menilai ayat di atas memiliki urgensi
tersendiri. Beliau menyatakan: Ayat yang mulia ini mencakup semua jenis
bagi kemaslahatan para hamba, di dunia maupun akhirat, baik antara
mereka dengan sesama, ataupun dengan Rabbnya. Sebab seseorang tidak
luput dari dua kewajiban; kewajiban individualnya terhadap Allah Azza
wa Jalla dan kewajiban sosialnya terhadap sesamanya.

Selanjutnya, beliau memaparkan bahwa hubungan seseorang dengan


sesama dapat terlukis pada jalinan pergaulan, saling menolong dan
persahabatan. Hubungan itu wajib terjalin dalam rangka mengharap ridha
Allah Azza wa Jalla dan menjalankan ketaatan kepada-Nya. Itulah puncak
kebahagiaan seorang hamba. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan
mewujudkan hal tersebut, dan itulah kebaikan serta ketakwaan yang
merupakan inti dari agama ini. Al-Mâwardi rahimahullah berkata: Allah

6
Azza wa Jalla mengajak untuk tolong-menolong dalam kebaikan dengan
beriringan dengan ketakwaan kepada-Nya. Sebab dalam ketakwaan,
terkandung ridha Allah Azza wa Jalla. Sementara saat berbuat baik, orang-
orang akan menyukai (meridhai). Barang siapa memadukan antara ridha
Allah Azza wa Jalla dan ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah
sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.

F. KANDUNGAN HUKUM
Pada ayat kedua ini Allah menerangkan kepada orang-orang yang beriman
lima larangan penting yang tidak boleh dilanggar yaitu:
1. Melanggar syiar-syiar Allah, yaitu segala amalan dan ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan Allah dalam ibadah haji dan lain-lainnya.
2. Melanggar kehormatan bulan haram, yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijah,
Muharam dan Rajab, yang dilarang pada bulan-bulan tersebut
berperang kecuali membela diri karena diserang.
3. Mengganggu binatang-binatang had-ya, yaitu unta, lembu dan
sejenisnya, kambing, biri-biri dan sejenisnya yang dihadiahkan kepada
Kakbah untuk mendekatkan diri kepada Allah, disembelih di tanah
haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin di sana.
4. Qalaid-qalaid yaitu binatang-binatang had-ya, sudah dikalungi dengan
tali, yang menunjukkan bahwa binatang itu dipersiapkan secara khusus
untuk dihadiahkan kepada Kakbah. Menurut pendapat yang lain,
termasuk juga manusia-manusia yang memakai kalung yang
menunjukkan bahwa dia hendak mengunjungi Kakbah yang tidak
boleh diganggu, seperti yang dilakukan orang-orang Arab di zaman
Jahiliah.
5. Mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah yang mencari
karunia (rezeki) Allah seperti berdagang dan mencari keridaan-Nya,
yaitu mengerjakan haji dan umrah. Semuanya tidak boleh dihalang-
halangi. Akan tetapi menurut Jumhur yang tidak boleh dihalang-

7
halangi itu ialah orang-orang mukmin sedang orang-orang kafir tidak
diperbolehkan lagi masuk tanah haram

8
BAB II
PENUTUP

Dengan jelas, ayat di atas memuat kewajiban saling membantu di antara


kaum Mukminin untuk menegakkan agama dan larangan bagi mereka
untuk bekerjasama dalam menodainya. Bukan sebaliknya yaitu malahan
melemahkan semangat beramal orang, mengejek orang yang berusaha
konsisten dengan syariat maupun menjadi dalang tersebarnya perbuatan
maksiat di tengah masyarakat. Wallahu a’lam.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://ikanteri89.blogspot.co.id/2014/06/makalah-tafsir-muamalah-surah-al-
maidah.html

10

Anda mungkin juga menyukai