Anda di halaman 1dari 5

EFEK DARI LUKA BAKAR

Efek local

Kerusakan jaringan
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Luka bakar menyebabkan rupturnya sel atau
nekrosis sel. Sel yang di perifer masih dapat hidup tapi sebagian ada yang rusak. Akibat
rusaknya mikrosirkulasi perifer lapisan kolagen akan berubah bentuk dan rusak.
Pembuluh kapiler yang mengalami trombosis, padahal pembuluh ini membawa sistem
pertahanan tubuh atau antibiotik., permeabilitas kapiler akan meningkat mengakibatkan
kebocoran cairan intravaskuler sehingga terjadi oedem.Luka bakar derajat tiga yang
dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian,
fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

Inflamasi
Reakasi infalamasi yang paling awal terlihat adalah erythema, yang disebabkan karena
respon neurovaskular mengakbibatkan vasodilatasi pembuluh darah. Makin berat
kerusakan jaringan, respon inflamasi yang muncul akan makin lama bertahan. Makrofag
akan menghasilkan mediator inflamasi seperti cytokine dan sel fagosit nekrotik. Netrofil
dan limfosit akan menghalangi terjadinya infeksi.

Infeksi
Luka bakar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, biasanya
akan menyebabkan infeksi dalam 24-48 jam. Dalam kondisi yang lebih berat akan
muncul bakteriemi atau septikemi yang kemudian akan tejadi penyebaran infeksi ke
tempat yang lain. Bakteriemi merupakan penyebab kematian tersering pada luka bakar
mulai dari 24 jam pertama sampai pada luka bakar yang sudah sembuh. Streptococcus hemolitikus dan pseudomonas memproduksi enzym protease yang dapat mencegah
penempelan dari skin graft. Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang
mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasive ditandai dengan
keropeng yang mula-mula kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mulamula sehat menjadi nekrotik, akibatnya luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi

derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan
yang terbakar dan menimbulkan trombosis.

Efek regional

Sirkulasi
Jika terdapat oedem yang luas, maka akan terjadi pembengkakkan, aliran darah dari
extremitas dapat mengalami obstruksi. Sirkulasi untuk otot tangan intrinsic dapat
terganggu akibat oedem, dapat terjadi nekrosis yang lama kelamaan menjadi kontraktur.
Akumulasi cairan interstitial dalam tangan menyebabkan jaringan kolagen menggembung
maksimal sehinggga terbentuk posisi claw ( metacarpalphalangeal extensi, dan
proximal interphalangeal flexi ). Dapat juga terjadi muscle compartement syndrome yang
mengenai otot flexor dan extensor extremitas bagian atas maupun bawah.

Efek sistemik

Kehilangan cairan
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang banyak
elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urin berkurrang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah delapan jam.

Multiple organ failure dan Sepsis


Kegagalan progresif dari ginjal dan hepar di akibatkan karena kehilangan cairan, toxemia
karena infeksi, sepsis. Ganguan sirkulasi ke ginjal menyebabkan iskemia ginjal ( tubulus)

berlanjut dengan Akut Tubular Necrosis yang akhirnya terjadi gagal ginjal (ARF).
Gangguan sirkulasi perifer meneybabkan iskemia otot-otot dengan dampak pemecahan
glikoprotein yang meningkatkan produksi Nitric Oxide (NO). NO ini diketau berperan
sebagai modulator sepsis. Ganguan sirkulasi ke kulit dan system integum menyebabkan
gangauan system imun karena penurunan produksi limfosit dan penurunan fungsi barier
kulit.

Luka bakar inhalasi


Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas ayang terrisap. Udem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mngeikat oksigen. Tanda
keracuna ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang
berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Komplikasi sistemik
Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menimbulkan
tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan tukak peptic.
Kelainan ini disebut tukak Curling. Yang khawatirkan pada tukak curling ini adalah
penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif. Protein dalam tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi,
dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.
Tenaga yang diperlukan pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot
skelet. Oleh karena itu penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan
menurun.

PROGNOSIS
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang
terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan
medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka
bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka
bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan
diperlukan untuk membuang jaringan parut.

DAFTAR PUSTAKA
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2. EGC.
Jakarta. p 66-88
2.
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya
Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
3.
James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p 118129
4.
Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-Hill
Companies. New York. p 245-259
5.
Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal. November
2006
6.
Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus. Januari 2008
7.
Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. Agustus 2008
8.
James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartzs Principles of
Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
9.
St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter
19. http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007
1.

10.
11.

Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari 2006
Ernest B.Hawkins. Burns. http://www.umm.edu/ . Oktober 2006

Anda mungkin juga menyukai