Anda di halaman 1dari 29

Pencemaran Air Tanah di Sekitar TPA Putri Cempo

Kelurahan Mojosongo, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah

OLEH :
Yen Masyifa

H1E107211

Nor Aina Hayati

H1E108036

M. Rizki Saputra

H1E108012

PROGAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
1

2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarga beliau.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pencemaran Tanah dan air Tanah atas saran dan idenya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah kami ini tepat pada waktunya. Tak lupa juga kami
ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu, baik
secara langsung atau tidak.
Kami menyadari makalah kami ini jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pengajar serta teman-teman
sekalian untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Banjarbaru, November 2010

DAFTAR ISI

halaman
Kata pengantar .................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................... 2
1.3 Metode Penulisan........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 4
2.1 Pencemaran air.............................................................................4
2.2 Indikator Pencemaran Air...........................................................5
2.3 Pembahasan Studi Kasus............................................................9
2.3.1

Profil TPA Putri Cempo.................................................. 9

2.3.2

Pola penyebaran Pencemaran Air Tanah di TPA Putri


Cempo.............................................................................12

2.3.3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masuknya Air


Lindi ke Dalam Air Tanah..............................................13

2.3.4

Hasil Dan Pembahasan...................................................14

2.4 Instalasi pengolahan Lindi TPA...............................................22


BAB III PENUTUP...........................................................................25
3.1 Kesimpulan...............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 26

BAB I
PENDAHULULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan sampah pada tahun-tahun terakhir ini semakin kompleks
seiring dengan bertarnbahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan industri. Sampah
perkotaan merupakan salah satu persoalan yang rumit yang dihadapi olah pengelola
kota dalam menyediakan sarana dan prasarana perkotaannya. Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA) dengan sistem Lahan Urug Saniter (LUS) merupakan altematif
penanganan akhir sampah kota. Namun dengan menyingkirkan sampah kota ke TPA
bukan berarti masalahnya sudah selesai, sebab TPA itu sendiri bila tidak dikelola
dengan baik akan menirnbulkan masalah baru, antara lain: disebabkan oleh adanya
timbulan limbah cair lindi. Lindi yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari
diantaranya akifer dan sumber air minum, karena cairan ini memiliki kandungan zat
organik dan zat anorganik yang tinggi. Pencemaran air tanah oleh lindi merupakan
salah satu masalah yang paling serius dalam aplikasi Lahan urug Saniter dimana
sampah diurug ke dalam tanah khususnya pada daerah yang mempunyaicurah hujan
tinggi. Oleh karena itu perlu dibuat suatu pengolahan lindi pada TPA supaya tidak
terjadi pencemaran.
Sampai dengan saat ini pengelolaan persampahan oleh pemerintah masih
menitikberatkan pada pengelolaan ketika sampah telah dihasilkan. Kegiatan
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah menjadi hal yang menonjol dilakukan oleh pemerintah.
Meskipun dalam Perda No. 27 tahun 2001 disinggung pula bentuk pengelolaan
sampah berupa pengurangan sampah sejak dari sumbernya, pemanfaatan atau
penggunaan kembali, daur ulang dan pengomposan sampah secara maksimal.
Sesampainya di TPA pun permasalahan sampah ini bukan berarti selesai,
karena pada kenyataannya TPA hampir selalu bermasalah.Fasilitas TPA ini hanya
dianggap sebagai tempat membuang sampah. Padahal dalam menentukan sebuah
TPA perlu dicari lokasi yang cocok dan baik, perlu dirancang dan dibangun dengan
baik dan benar, dan perlu dioperasikan dan dimonitor secara sungguh4

sungguh.Sehingga dibutuhkan dana anggaran yang memadai, sarana dan prasarana


yang memadai, dan SDM yang terampil dan terlatih. Tanpa prasyarat itu semua,
dapat dipastikan TPA akan selalu bermasalah dan masyarakat sekitar TPA tetap
enggan untuk menerima sampah orang kota.
Sampah padat terdiri dari berbagai komponen, baik bersifat organik
maupun anorganik Sampah-sampah tersebut ditumpuk menjadi satu pada tempat
penampungan sampah sementara dan selanjutnya diangkut ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo di Kelurahan Mojosongo.Lindi (Leachate) adalah
cairan yang merembes melalui tumpukan sampah dengan membawa materi terlarut
atau tersuspensi terutama hasil proses dekomposisi materi sampah atau dapat pula
didefinisikan sebagai limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal kedalam
timbunan sampah melarutkan dan membilas materi terlarut, termasuk juga materi
organik hasil proses dekomposisi biologis.
Zat pencemar organik dan anorganik yang tinggi biasanya merupakan bagian
dari lindi. Konsentrasi puncak dari COD dan total solid diatas 50.000 mg/L adalah
biasa. Bagaimana pun juga lindi memiliki konsentrasi pencemar yang berbeda beda
di tiap lahan berdasarkan umurnya. Peneliti mengatakan bahwa landfill yang masih
muda memiliki lindi dengan kekuatan tinggi, penggunaan mikroba dapat
menurunkan kekuatan lindi pada landfill yag berumur tua.Lindi yang berasal dari
dekomposisi sampah mengandung bahan pencemar yang dapat menjadi sumber dari
polusi air bila terlepas hingga badan air atau air tanah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui tingkat pencemaran air tanah oleh lindi di sekitar lokasi TPA Putri
Cempo, kelurahan Mojosongo,Kota Surakarta.
b. Mengetahui pola penyebaran pencemaran air tanah di sekitar lokasi TPA tersebut.
c. Mengetahui cara pengolahan air lindi.

1.3 Metode Penulisan


5

Dalam penulisan makalah ini digunakan teori kajian pustakayang berasal


dari jurnal penelitian dan dari referensi-referensi di internet yang tentunya
memberikan

informasi-informasi

yang

menunjang

pembahasan

mengenai

pencemaran air tanah.

BAB II
6

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Air
Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air
didefinisikan sebagai : pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat
diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek
penyebab atau pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).
Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan air
tanah yang disebabkan olek aktivitas manusia.Air dikatakan tercemar jika tidak dapat
digunakan sesuai dengan fungsinya.Walaupun fenomena alam, seperti gunung meletus,
pertumbuhan ganggang, gulma yang sangat cepat, badai dan gempa bumi merupakan
penyebab utama perubahan kualitas air, namun fenomena tersebut tidak dapat disalahkan
sebagai penyebab pencemaran air.Pencemaran ini dapat disebabkan oleh limbah industri,
perumahan, pertanian, rumah tangga, industri, dan penangkapan ikan dengan
menggunakan racun. Polutan industri antara lain polutan organik (limbah cair), polutan
anorganik (padatan, logam berat), sisa bahan bakar, tumpahan minyak tanah dan oli
merupakan sumber utama pencemaran air, terutama air tanah. Disamping itu
penggundulan hutan, baik untuk pembukaan lahan pertanian, perumahan dan
konstruksi bangunan lainnya mengakibatkan pencemaran air tanah. Limbah rumah
tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan), sampah anorganik (plastik, gelas,
kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu batere) juga berperan besar dalam pencemaran
air, baik air di permukaan maupun air tanah.
Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah sebagai berikut :
1. Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar,
tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun
dalam tanah).
2. Pengungangan lahan hijau/hutan akibat perumahan, bangunan.
3.

Limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida).


7

4. Limbah pengolahan kayu.


5. Penggunakan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut.
6. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti
plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah
organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran).
2.2 Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
-

Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat


kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna,
bau dan rasa.

Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat


kimia yang terlarut, perubahan pH.

Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan


mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH

atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan
oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen
kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
a. pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar
6,5 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di
bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH
di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah
pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH
antara 7 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya
proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas
biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH

Pengaruh Umum
8

6,0 6,5

1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun


2. Kelimpahan

5,5 6,0

total,

biomassa,

dan

produktivitas

tidak

mengalami perubahan
1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin
tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan yang berarti

5,0 5,5

3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral


1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifilton dan bentos semakin besar
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton
dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak

4,5 5,0

4. Proses nitrifikasi terhambat


1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifilton dan bentos semakin besar
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan
bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak

4. Proses nitrifikasi terhambat


Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi
terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu
bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.
b. Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat
hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam
air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen
yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk
akan digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada
cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.

Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air
pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi
manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah
cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan logam
berta yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi organisme
akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat
dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita (Tebbut, 1992
dalam Effendi, 2003).
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh proses
fotosintesa yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen
yang dikonsumsi oleh proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi kadar
oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi. Sedangkan pada malam hari,
tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen
ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan eufotik perairan.
Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada pagi hari.
c. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organik terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organik
menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan
anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat
(nitrifikasi).Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama yang
berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat
pengganggu.
Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan
organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.Pada dasarnya, proses
oksidasi bahan organik berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty, 1978
(Effendi, 2003) proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh
mikroorganisme atau oleh bakteri aerobikadalah :
CnHaOb Nc + (n + a/4 b/2 3c/4) O2

n CO2 + (a/2 3c/2) H2O + c NH3


10

Bahan organic

oksigen

bakteri aerob

Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi
penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih

cukup lama. Penentuan BOD

ditetapkan selam 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD 5. Selain memperpendek
waktu yang diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh
oksidasi ammonia yang menggunakan oksigen juga.Selama 5 hari masa inkubasi,
diperkirakan 70% - 80% bahan organic telah mengalami oksidasi.(Effendi, 2003).
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat
kebersihan air.Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih sedikit
dibandingkan yang tercemar.Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat
antiseptic atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida, insektisida
dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relative sedikit. Sehingga makin besar
kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar,
sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD 5 yang diperkenankan untuk kepentingan
air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 6,0 mg/L
berdasarkan

UNESCO/WHO/UNEP,1992.Sedangkan

berdasarkanKep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah cair bagi


kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.
d. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis
maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh
kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi
gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :
HaHbOc+ Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok
dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic
dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam,
diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.

11

Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar
biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200
mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP,
1992).
2.3 Pembahasan Study Kasus : Pencemaran Air Tanah Oleh Air Lindi
2.3.1 Profil TPA Putri Cempo
Pertambahan penduduk dengan segala aktivitasnya telah mengakibatkan
peningkatan jumlah sampah. Peningkatan sampah yang sangat besar akan menyebabkan
proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses dekomposisi
akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan menimbulkan adanya hasil samping
yaitu air lindi yang dapat menyebabkan pencemaran air tanah jika dibuang ke
lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Pada TPA,total timbulan sampah di Kota
Surakarta adalah 265 ton/hari dengan komposisi berdasarkan sumbernya ditunjukkan
pada gambar 5 dan 6.

Pada
jumlah

tahun 2001
sampah

di

TPA yang berada di Kota Surakarta mencapai 82.081,2 ton.Angka tersebut jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan volume sampah pada tahun 2000 yang hanya sebesar 79.570
ton (BPS Kota Surakarta, 2002). Dalam kurun waktu setahun tersebut terjadi
peningkatan volume sampah sebesar 3,06%. Komposisi sampah di TPA Putri Cempo
dapat diperlihatkan pada diagram 7 dibawah ini.

12

TPA Putri Cempo berdiri sejak tahun 1985 dan mulai digunakan sebagai tempat
pembuangan sampah pada tahun 1986.TPA ini bertempat di kelurahan Mojosongo
tepatnya di solo bagian utara berbatasan dengan kabupaten karanganyar.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo di Mojosongo (Gambar 8) memiliki
data teknis sebagi berikut:
Luas : 17 ha
Tempat sarana/prasarana : 4 ha
Penimbunan sampah : 13 ha
Usia teknis : + 15 tahun(BAPPENAS,2008).

Gambar 8. Lokasi TPA Putri Cempo


13

Pembuangan di TPA Putri Cempo masih menggunakan metoda open dumping,


metode ini kurang menguntungkan bagi kualitas air tanah. Cara kerja sistem tersebut
cukup sederhana yaitu denganmenggali tanah dan melapisinya dengan tanah liat
yangdihubungkan ke sarana lain, yaitu saluran gas dan air lindi(leachate) pada instalasi
pengolahan. Sistem pengolahanini dapat mencemari air tanah karena pelindihan air
sampahatau air lindi. Air sampah akan mencemari air tanah ketikaair dari pembusukan
sampah organik merembes ke dalamtanah atau terbawa bersama air hujan yang
menginfiltrasike dalam tanah (Sudarmaji dan Subekti, 1997; Margonodalam Hariana,
2000).
2.3.2 Pola penyebaran Pencemaran Air Tanah di TPA Putri Cempo
Gerakan air lindi ke dalam tanah mengikuti gerakan air tanahyang merupakan
gerakan air dari tanah melalui evaporasi dan atau drainase ( dari tanah basah ke tanah
kering) dan dari tanah ke dalam akar-akar tanaman. Gerakan air lindi dalam tanah terjadi
seperti suatu cairan mengalir di dalam tanah-tanah jenuh air.Pada semua kasus gerakan
air dikendalikan oleh laju aliran air yang diketahui sebagai konduktivitas hidrolik tanah
dan juga oleh gaya-gaya yang mengendalikannya(Mardiana, Endah. 2007).Sampah yang
berada dalam tanah air tanah akan bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan
rendah. Pergerakan air tanah tersebut dipengaruhi oleh tekstur tanah,partikel tanah,dll,
Model aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan air tanah atau sering
juga disebut sebagai daerah imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah
wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air
permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang
pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.Proses penyusupan ini akan
berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau struktur
batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk
suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan
airtanah (discharge zone). Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air
dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan,
kontrol struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran
airtanah.Daerah aliran airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow
zone).Dalam perjalananya aliran air tanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer
14

yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini
mengakibatkan perubahan tekanan antara air tanah yang berada di bawah lapisan
penutup dan airtanah yang berada diatasnya.Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan
sebagai airtanah tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined
aquifer).Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan airtanah bebas sering kita lihat
dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk. Melalui pola aliran air tanah inilah
masuknya air lindi tersebut kedalam air tanah.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masuknya Air Lindi ke Dalam Air Tanah
Faktor yang mempengaruhi air lindi masuk ke air tanah adalah kondisi curah
hujan, tekstur tanah, permeabilitas tanah, ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari
sumur.Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya mengakibatkan pencemaran udara
akibat bau. Sampah yang menggunung akan menghasilkan lindi, yakni limbah cair, baik
yang berasal dari proses pembusukan sampah maupun karena pengaruh luar. Kedua hal
itu akan memengaruhi kuantitas dan kualitas lindi. TPA yang terletak di daerah yang
curah hujan tinggi akan menghasilkan kandungan lindi tinggi. Tetapi kualitas lindi itu
masih dipengaruhi komposisi atau karakteristik sampah yang dibuang, umur timbunan,
dan pola operasional TPA.Semakin banyaknya lindi, maka semakin berpotensi untuk
masuk ke dalam air tanah dan mencemari sumur.
Tekstur tanah menujukkan kasar atau halusnya suatu tanah.Teristimewanya
teksture merupakan perbandingan relatif pasir,debu,dan liat.Tanah dikatakan baik
apabila komposisi antara pasir debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini
disebut tanah lempung,semakin halus butir-butir tanah, maka semakin kuat tanah
tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan
sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini
akan sulit melewatkan air sehingga apabila tanahnya datar akan cenderung tergenang
dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Disamping itu tanah ini menghambat
lindi untuk meresap ke dalam tanah, sehingga sumur-sumur akan aman dari kontaminasi
lindi. Tanah dengan butir-butir kasar yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air
dan unsur hara.Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah
mengalami kekeringan dan kekurangan hara.Ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari
15

sumur juga berpengaruh. Semakin dalam atau tebal zona aerasinya, maka semakin kecil
terjadinya pencemaran terhadap sumur kita. Kalaupun terjadi pencemaran yang
diakibatkan oleh lindi tersebut, maka proses kontaminasinya memerlukan waktu yang
relatif lama.
Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan
cairan, terutama air, minyak, dan gas. Apabila nilai permeabilitasnya besar maka potensi
semakin tercemarnya dengan lindi akan semakin besar, begitu sebaliknya. Permeabilitas
ini tergantung dari jenis tanah.Faktor-faktor di atas memberikan kontribusi terhadap
tercemar atau tidaknya sumur kita.
2.3.4

Hasil Dan Pembahasan

a. Kualitas air tanah


Kualitas air tanah/sumur di sekitar TPA Putri Cempodalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan hasilpengukuran dan analisis terhadap parameter fisik,
kimia,dan biologi (bakteriologi). Hasil pengukuran dan analisisterhadap air tanah
dari ketujuh sumur yang dijadikansampel, disajikan Tabel 1, 2, dan 3.
Tabel 1.Kualitas parameter fisik pada air sumur dangkal di sekitar TPA Putri
Cempo.
No.

Jarak

sumur

(m)

1
2
3
4
5
6
7

22
55
95
98
135
180
220

Suhu

Warna

Bau

Kekeruhan

Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Kuning
Jernih
Jernih

Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Berbau
Tidak berbau
Tidak berbau

Tidak keruh
Tidak keruh
Tidak keruh
Tidak keruh
Keruh
Tidak keruh
Tidak keruh

(C
)
28
28
29
28
31
27
27

Berdasarkan data pada Tabel 1. diketahui bahwa dari 7 sumur yang dijadikan
sampel, suhu ketujuh sumur tersebut berkisar antara 27-31oC, warna air sumur ratarata jernih, satu-satunya yang berwarna kuning adalah sumur No. 5, semua sumur
tidak berbau kecuali sumur No. 5 dan semua sumur tidak keruh kecuali sumur No. 5.

16

Tabel 2.Kualitas parameter kimia pada air sumur dangkal di sekitar TPA Putri
Cempo.
No.

Jarak

BOD

COD

sumur

(m)

(mg/L)

(mg/L)

1
2
2
1
14
1
2

6
14
42
4
70
10
24

1
2
3
4
5
6
7

22
55
95
98
135
180
220

pH

7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,4

Berdasarkan data pada Tabel 2. diketahui bahwa dari 7 sumur yang dijadikan
sampel, kadar BOD ketujuh sumur tersebut hampir sama, berkisar antara 1-2 mg/L.
Satu satunya sampel yang memiliki kandungan BOD tinggi adalah sumur No. 5
mencapai 14 mg/L. Kandungan COD ketujuh sumur sampel sangat bervariasi antara
4-70 mg/L. Sampel dengan kandungan COD terendah adalah sumur No. 4 sedangkan
sampel dengan kandungan COD yang paling tinggi adalah sumur No. 5.
Tabel 3.Kualitas parameter biologi pada air sumur dangkal di sekitar TPA
Putri Cempo.
No.

Jarak

Bakteri Coli

sumur

(m)

(Jml/100)

22
55
95
98
135
180
220

>240
>2400
23
>2400
>2400
>2400
>2400

1
2
3
4
5
6
7

Berdasarkaan data pada Table 3. diketahui bahwa kandungan bakteri coli


pada 5 sumur (No. 2, 4, 5, 6, 7) mencapai > 2400, sedangkan yang terendah adalah
sumur No. 4 hanya berkisar 23. Dalam penelitian ini, kualitas parameter fisik
ditentukan berdasarkan Kep.Men.Kes. RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 sebagai
17

berikut: suhu udara 3oC dari keadaan normal lingkungan; suhu normal lingkungan
27oC, air harus jernih atau tidak berwarna, air harus tidak berbau, air harus tidak
keruh. Kualitas parameter kimia ditentukan berdasarkan PPRI No. 82/2001 untuk
air kelas I sebagai berikut: kadar BOD harus 2 mg/L, kadar COD harus 10 mg/L,
dan pH antara 6-9. Kualitas parameter biologi juga ditentukan berdasarkan PPRI
No. 82/2001 untuk air kelas I sebagai berikut: kandungan bakteri coli berkisar 100.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat diuraikan hal-hal berikut:.
Sumur No. 1, kualitas air masih memenuhi syarat baku mutu air dan air
sumur masih layak dipergunakan sebagai air minum, walaupun jarak lokasinya
sangat dekat dengan TPA. Hal ini disebabkan aliran air tanah dari lokasi TPA yang
menuju ke Kali Kebo tidak sampai pada lokasi sumur tersebut.Aliran kali
berdasarkan kedudukan muka sungai terhadap permukaan air tanah dangkal di
sekitarnya bersifat effluen, sehingga air lindi sulit menyebar ke lokasi sumber
terdekat.
Sumur No.2, dari jumlah keseluruhan parameter yang diteliti 25%
menunjukkan kandungannya telah melampui ambang batas. Tingginya konsentrasi
parameter dikarenakan sumur ini memiliki kedudukan topografi lebih rendah
dibandingkan TPA, sehingga air lindi berpengaruh terhadap kenaikan parameter di
lokasi tersebut.
Sumur No.3, parameter air sebagian besar masih memenuhi persyaratan,
kecuali COD 42 mg/L, sehingga air tidak dapat memenuhi standar sebagai air
minum. Pengaruh air lindi terhadap kualitas air pada sumur ini relatif kecil, karena
kedudukan topografinya lebih tinggi dibandingkan TPA, sehingga pengaruhnya
terhadap kualitas air sumur juga relatif kecil.
Sumur No.4, 12,5% parameter telah melebihi ambang batas, namun pengaruh
air lindi terhadap kualitas air sumur masih relatif kecil, karena kedudukan
topografinya lebih tinggi dibanding TPA. Di samping itu kedua lokasi ini terpisahkan
oleh Kali Kebo yang bersifat effluen, sehingga pengaruhnya terhadap kualitas air
relatif kecil.
Sumur No.5, air tidak memenuhi syarat baku mutu air kelas I, karena
keseluruhan parameter yang diteliti telah melebihi baku mutu yang dipersaratkan.
18

Kedudukan topografi sumur ini lebih rendah dibanding TPA, sehingga air sumur
tercemar karena aliran air tanah dari TPA menuju ke lokasi sumur tersebut.Aliran air
tanah ini membawa bahan pencemar berkadar tinggi dari air lindi TPA.
Sumur No.6, 12,5% air telah melebihi ambang batas, terutama parameter
bakteri coli. Tingginya parameter bakteri coli disebabkan lokasi sumur ini dekat
dengan IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu), sehingga berpengaruh
terhadap kualitas air sumur di sekitarnya. Di samping itu arah aliran air tanah yang
berasal dari TPA juga menambah pengaruh buruk terhadap kualitas air sumur.
Sumur No.7, kualitas air sumur semakin memburuk, meskipun jarak
lokasinya terhadap TPA lebih jauh dari sumur No. 6. Hal ini dikarenakan aliran Kali
Kebo mengarah ke lokasi sumur No. 7, sehingga aliran air tanah yang mengandung
bahan pencemar juga mengarah ke sumur ini, bahkan apabila debit aliran sungai
mengecil, maka kandungan bahan pencemar akan mengendap di dalam sumur
tersebut.
b.

Pola penyebaran
Pengukuran dilakukan pada empat kampung di sekitar TPA Putri Cempo

Mojosongo yang meliputi Jatirejo, Sulurejo, Randusari dan Jengglong.Adapun hasil


pengukuran kedalaman muka air tanah disajikan pada Tabel 4.selanjutnya dari data
pada Tabel 4. tersebut dapat ditentukan arah aliran air tanah sebagaimana disajikan
pada Tabel 5.
Berdasarkan data pada Tabel 4.diketahui bahwa muka air tanah di sebelah
barat daya TPA, tepatnya Jengglong lebih tinggi yaitu 84,2-119,1 m. dpl. Kawasan di
sebelah barat TPA, yaitu Jatirejo juga memiliki muka air tanah yang tinggi, berkisar
77,2-106,3 m. dpl. Kawasan di sebelah timur dan timur laut, yaitu Sulurejo, serta
bagian tenggara memiliki ketinggian air tanah yang lebih rendah atau dangkal,
berkisar 52-81,1 m. dpl. Selanjutnya dari Randusari ke arah selatan kedalaman air
tanah mulai menurun atau dangkal.
Tabel 4.Kedalaman muka air tanah pada sumur dangkal di sekitarTPA Putri
Cempo.
No.

Lokasi

Tinggi

Kedalaman

Bibir

Muka air
19

sumu

muka

permukaan

sumur

tanah (m.

tanah

air dari

(cm)

dpl.)

(m.dpl.)

bibir
sumur (m)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Jatirejo
Jatirejo
Jatirejo
Jatirejo
Jatirejo
Jengglong
Jengglong
Jengglong
Jengglong
Jengglong
Jengglong
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Sulurejo
Randusari
Randusari
Randusari

137
105
78
80
80
100
107
118
148
145
140
84
86
76
75
98
65
80
82
80
80
75
70
83
87
79
90
100
70
100
101
114
135
130
135
135

35
27
6,34
6
7,87
15
3,6
9,5
20
35
28
6,44
5,58
6,34
14,6
17,53
12,34
19,74
16,1
8,83
9,09
5,4
5,9
11,83
6,37
9,5
8,15
12,60
10,16
23,5
26
27
28
40
36
35

75
76
80
70
70
78
50
65
90
60
70
76
72
76
60
76
66
76
70
80
80
79
80
67
76
76
76
66
83
70
73
80
70
70
70
80

106,3
77,24
70,9
73,3
71,4
84,22
103,9
107,85
119,1
109,4
111,3
76,8
79,7
68,9
59,8
70,7
52
59,5
65,2
70,4
70,1
69,8
68,3
70,5
79,9
68,8
81,1
86,7
59
75,8
74,3
86,2
106,3
89,3
98,3
99,2

20

Tabel 5.Arah aliran air tanah tanah pada sumur dangkal di sekitar TPA Putri
Cempo.
No.

titik sumur

Arah aliran

Arah aliran

air tanahdangkal
1

1, 2, 36

N 55 W

Menjauhi TPA

1, 35, 36

S 45 W

Menjauhi TPA

2, 6, 7

S 5 E

3, 4, 5

N 45 E

Menjauhi TPA dan mendekati kali

4, 5, 12

S 45W

Menjauhi kali dan TPA

6, 8, 10

S 45E

Mendekati kali dan TPA

6, 10, 11

S 45 W

Mendekati kali dan TPA

7, 9, 11

S 15 W

Mendekati kali dan TPA

9, 10, 11

S 50E

Mendekati kali dan TPA

12, 13, 14

S 10 E

Menjauhi TPA dan kali

0
11

15, 17, 18

N 90 E

Menjauhi TPA dan kali

17, 19, 20

N 20 W

Menjauhi kali

2
1

19, 21, 22

S 5 W

Mendekati kali

3
1

27, 28, 29

N 25 W

Mendekati kali dan TPA

4
1

27, 30, 32

S 55 E

Menjauhi TPA

Mendekati kali dan TPA

21

5
1

28, 29, 31

N 25 W

Mendekati kali dan TPA

6
1

31, 33, 34

S 35E

Menjauhi TPA dan kali

7
Dari Tabel 5. diketahui bahwa :
a. di Jengglong air tanah mengalir dari arah utara dan timur laut menuju ke selatan,
yaitu ke Kali Kebo dengan arah S 50E sampai S 45W, dan memasok Kali Kebo.
b. di Jatirejo air tanah mengalir ke arah barat laut, yakni sebagian menuju TPA dan
sebagian lagi menuju ke Kali Kebo. Jatirejo yang memiliki topografi tinggi juga
mengalirkan air tanah ke arah barat daya menuju Randusari dan memasok Kali Kebo
c. di Sulurejo bagian barat dan barat daya air tanah mengalir menuju ke arah TPA dan
memasok Kali Kebo dengan arah N 25W, sedangkan di Sulurejo bagian timur,
aliran air tanah menuju ke tenggara menjauhi TPA dengan arah S 55oE (periksa
sumur No. 25, 27, 30, 32, dan 33)
d. di Sulurejo bagian utara dan timur laut, air tanah mengalir menjauhi TPA, sedangkan
di bagian utara yang masih termasuk wilayah Jatirejo air tanah mengalir menuju Kali
Kebo dan menjauhi TPA.
Pola penyebaran bahan pencemar air sumur dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan arah aliran air tanah.Arah aliran air tanah ditentukan berdasarkan peta
kontur air tanah.Peta kontur ini ditentukan berdasarkan hasil pengukuran kedalaman
muka air tanah.Hasil penelitian menunjukan bahwa permukaan air tanah di sekitar
Kali Kebo lebih rendah dibandingkan permukaan air tanah dangkal yang jaraknya
lebih jauh.Hal ini menunjukkan bahwa kedalaman muka air tanah dangkal di lokasi
penelitian mengikuti relief daerah setempat.Daerah yang berlereng dataran memiliki
muka air tanah yang dangkal.Daerah tersebut berdekatan dengan sungai, artinya
terdapat hubungan antara bentuk muka air tanah dengan perubahan bentuk relief
permukaan tanah.Gerakan air tanah memiliki kecenderungan menuju ke muka air
sungai, sehingga muka air tanah semakin dangkal pada daerah yang letaknya dekat
dengan sungai.Kedalaman air tanah dangkal yang paling dalam dijumpai di
Randusari.
22

Proyeksi penyebaran bahan pencemar air meluas ke arah selatan menuju


Randusari (Tabel 5.; Kelompok 5.; No. titik sumur 4, 5, 12). Hal ini diperlihatkan
dengan kualitas air yang buruk, yakni semua parameter telah melebihi standar baku
mutu air. Penyebaran pencemaran air lindi membentuk pola memanjang atau searah
dengan aliran air tanah.Hal ini sesuai dengan kemiringan lereng, dimana TPA
memiliki topografi lebih tinggi dibandingkan Randusari.Asdak (1995) menjelaskan
bahwa perbedaan kemiringan antara dua titik atau lokasi dalam tanah mengakibatkan
pergerakan air tanah.Air bergerak mengikuti lapisan formasi geologi sesuai arah
kemiringan lereng, yakni dari lokasi TPA menuju Randusari.
Bahan pencemar dalam air tanah bergerak secara horizontal.Hal ini
dipengaruhi oleh kemiringan permukaan tanah, mengingat muka air tanah mengikuti
kontur permukaan topografi. Oleh sebab itu air tanah akan bergerak ke tempattempat yang lebih rendah, sehingga daerah di bagian hilir (Randusari) menjadi
rentan terhadap pengaruh air lindi TPA. Keluasan pencemaran di dalam air tanah
akan bergerak dari puncak titik yang sangat pekat ke arah kepekatan yang sangat
rendah (Todd, 1989), sehingga kadar pencemaran air akan berkurang sesuai dengan
panjang jarak aliran yang ditempuh.
Berkurangnyakadar pencemaran air dapat dilihat pada perbandingan antara
jarak dengan setiap parameter air. Todd (1989) berpendapat bahwa apabila air tanah
bergerak agak deras karena topografi yang curam, maka pencemaran daripuncak titik
akan lebih panjang, tetapi apabila aliran agakperlahan pencemaran cenderung
menyebar ke sampingmembentuk pola yang lebih luas. Pola penyebaranpencemaran
air sumur di sekitar TPA Putri Cempo yangmengarah ke Randusari membentuk pola
yang meluas.Halini dikarenakan topografinya berbentuk landai.Sebaliknyadi daerah
sebelah timur TPA, yaitu Sulurejo yang memilikitopografi lebih curam, penyebaran
pencemaran air lebihsempit.
Resiko penyebaran pencemaran air sumur di sekitarTPA Putri Cempo tidak
terlalu luas.Hal ini dikarenakandaerah tersebut memiliki topografi yang berbukitbukit,sehingga pencemaran air hanya tersebar di sekitar lokasiTPA, meskipun pada
daerah sekitar TPA yang memilikitopografi lebih rendah, penyebaran pencemaran air
lebihluas. Selain itu kawasan TPA memiliki tanah berjenisgrumosol yang bertekstur
23

halus, struktur lempung, dankedap air, sehingga sulit meloloskan air dan
akibatnyaperembesan air lindi relatif lambat.

2.4 Pengolahan Air Lindi TPA dengan Biji Moringa Oleifera Lam dan
Membran Mikro-Filtrasi
Salah satu dampak lingkungan yang diakibatkan dari pembuangan sampah
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah ketika air hujan atau run off melewati
tumpukan sampah di TPA, lalu melarutkan bahan organik, bahan anorganik dan
hasil dekomposisi sampah. Air sampah tersebut kita kenal dengan sebutan leachate
atau lindi.
Biji Moringa oleifera

berasal dari tanaman Moringa Oleifera Lam

(M.oleifera); adalah suatu koagulan organik alami; bahan aktifnya adalah suatu
polipeptida yang bertindak sebagai kationik.Bahan aktifnya mengandung protein
dimeric dengan berat molekul sekitar 13.000 Dalton dan nilai iso-electrik antara 10
sampai

11

(Ndabigengesere

dkk,

1995).

Mekanisme

koagulasi

dengan

menggunakan biji M.oleifera terdapat pada kemampuan adsorpsi dan neutralisasi


muatan koloidal dan dikenal sebagai suatu polielektrolit kationik. Oleh karena itu
jika jumlah optimum dosis biji M.oleifera sebanding dengan ukuran dari partikel
tersuspensi maka partikel berukuran kecil akan selalu menghasilkan massa flok
yang lebih besar (Muyibi dan Evison, 1996). Karena biji M.oleifera adalah suatu
rantai pendek dengan berat molekul rendah dan densitas muatan yang tinggi, maka
aktivitas flokulasi dijelaskan dengan terjadinya mekanisme elektrostatik.

24

Gambar 9. Biji Moringa Oleifera Lam


Pembentukan ikatan protein bermuatan positif dari biji M.oleifera akan
terjadi pada bagian-bagian dari permukaan partikel yang bermuatan negatif. Ini
membantu pembentukan muatan negatif dan positif pada permukaan partikel.
Pembentukan ikatan partikel dapat ditingkatkan dengan pengadukan, terjadinya
kejenuhan antar partikel yang bermuatan berbeda sehingga pembentukan flok akan
berlangsung (Gassenschmidt dkk, 1995).
Air lindi yang dihasilkan oleh TPA dimasukkan ke dalam bak influen yang
terdiri dari bak pengaduk cepat, bak pengaduk lambat, dan bak sedimentasi. Di bak
tersebut, lindi akan diolah dengan menggunakan koagulan dari biji Moringa oleifera
Lam (M.oleifera). Akan terbentuk flok-flok pada proses flokulasi dan diendapkan
pada bak sedimentasi. Setelah proses koagulasi-flokulasi dan sedimentasi,
supernatan hasil sedimentasi dimasukkan ke dalam bak membran MF yang
kemudian akan difiltrasi dengan menggunakan membran mikro-filtrasi (MF). Flok
yang tidak dapat mengendap pada bak sedimentasi akan masuk ke bak membran,
yang berisi membran MF dan diffuser. Lindi difilter dengan membran MF dan
dialirkan menuju bak effluent. Lindi yang telah difilter disebut dengan permeate,
yang kemuadian akan dianalisa kualitasnya sebelum dibuang ke lingkungan.
Berdasarkan penelitian, teknik pengolahan limbah dengan cara ini dapat
menurunkan kekeruhan dan cenderung tidak merubah nilai pH, selain itu gabungan
pengolahan lindi dengan koagulan biji M.oleifera dan membran MF dapat
menurunkan TSS, TDS, BOD dan COD.

25

Gambar 10. Membran MF


Filtrasi dilakukan dengan menggunakan membran MF dengan tipe flat-sheet
dan frame dari bahan polyolefin (Kubota Co. Japan) dengan pori 0.1 m. Pompa
master flex digunakan sebagai pompa penghisap dari membran. Luas total area
membran 0.1 m yang tercelup pada tangki membran. Dimensi membran MF adalah
300 mm (lebar) x 200 mm

(panjang) x 6 mm (tebal), seperti terlihat pada

Gambar10. Membran MF dimasukkan dalam bak membran sampai tercelup.


Pemakaian membran MF pada pengolahan lindi, dapat meningkatkan kualitas
efluen yang diolah, sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
Keuntungan yang didapatkan jika menggunakan biji M.Oleifera adalah
koagulan yang biodegradable dan ramah lingkungan, selain itu tidak diperlukan
bahan kimia lain seperti kapur untuk mendapatkan keadaan optimum saat dilakukan
koagulasi dan menaikkan pH, seperti pada tawas.

26

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Kualitas air sumur di sekitar TPA Putri Cempo sudahtidak memenuhi syarat
untuk air minum, karena hampir sebagian besar parameter kualitas air sudah
melampauiambang batas toleransi yang disyaratkan untuk air minum.Penyebaran
pencemaran air sumur bergerak memanjangatau mengikuti sistem aliran air tanah
membentuk suatupola dari arah TPA menuju ke Randusari.
2. Penyebaran pencemaran air sumur di sekitar TPA Putri Cempo tidak terlalu luas
karena daerah tersebut memiliki topografi yang berbukit-bukit, sehingga
pencemaran air hanya tersebar di sekitar lokasi TPA, selain itu kawasan TPA
memiliki tanah berjenis grumosol yang bertekstur halus, struktur lempung, dan
kedap air, sehingga sulit meloloskan air dan akibatnya perembesan air lindi
relatif lambat.

27

3. Biji Moringa oleifera Lam dan Membran MF mampu dimanfaatkan sebagai


bahan koagulan alami yang dapat menyisihkan kekeruhan, TSS, TDS, COD,
BOD pada lindi TPA

DAFTAR PUSTAKA
Dica, Erly. 2009. Studi Efek Pengadukan Pada Peningkatan Efisiensi Pengolahan Lindi
Dengan Proses Elektrokoagulasi.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7537-3305100008STUDI
%20EFEK%20PENGADUKAN%20PADA%20PENINGKATAN
%20EFISIENSI%20PENGOLAHAN%20LINDI%20DENGAN%20PROSES
%20ELEKTROKOAGULASI.pdfV.
Diakses tanggal 11 November 2010
Dwi, Astuti.2007. Penurunan Toksisitas Leachate (Air Lindi)dari TPAS Putri Cempo
Mojosongo Surakarta Denganpac (poly aluminium chloride) dan efek patologis
padainsang ikan nila merah (oreochromis niloticus)
http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_%282804-H-2007%29.pdf
Diakses tanggal 11 November 2010
Ahmad. 2004. Pola Penyebaran Pencemaran Air Tanah di Sekitar TPA Putri Cempo
Kelurahan Mojosongo, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.
http://www.scribd.com/doc/12969934/e040202.
Diakses tanggal 11 November 2010
Dewi. 2007. Pengolahan Lindi TPA Benowo dengan Biji Moringa Oleifera Lam dan
Membran Mikro-Filtrasi
http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/jurnal20070205.pdf
Diakses tanggal 11 November 2010
Sri, Joko. 2008. Pengolahan Lindi (Leachate) Dengan model CagulationBiofilter
Unaerobic.
28

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9208191196.pdf
Diakses tanggal 11 November 2010

29

Anda mungkin juga menyukai