Anda di halaman 1dari 45

HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA, STRUKTUR

PEMERINTAHAN, HAM MENURUT UUD 1945 SERTA


HUKUM DASAR NEGARA

Dosen Pembimbing

: Gelora Dee Sarah, S.H, M.kn

Disusun :
Nama
Kelas

: Muhammad Sadikin
: Tif A Siang

(15120000054)

JENJANG PENDIDIKAN STRATA - 1


PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA
MEDAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa taala atas karunia, hidayah dan
nikmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan pancasila ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing mata kuliah pancasila, Ibu Gelora Dee Sarah, S.H, M.kn.
Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran saya sendiri yang
bersumber dari internet dan buku sebagai referensi, tak lupa penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah pendidikan pancasila atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap, dengan penulisan makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dan semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai arti
pentingnya pancasila sebagai ideologi bangsa kita dan semoga dapat di
implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai calon pengganti
pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami makna serta kedudukan
peran pancasila, dan khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masi jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Demikianlah makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Aamiin.

Medan, 17 Oktober 2015


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................1
I. 1.

Latar belakang..................................................................................1

I. 2.

Rumusan Masalah............................................................................2

I. 3.

Tujuan ..............................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN TEORI.......................................................................3

II. 1.

Hubungan Antar Lembaga Negara menurut UUD 1945............3


II. 1. 1. Hubungan Antara MPR dan Presiden...................................3
II. 1. 2. Hubungan Antara MPR dan DPR.........................................3
II. 1. 3. Hubungan Antara DPR dan Presiden....................................4
II. 1. 4. Hubungan Antara DPR dengan Menteri-Menteri ................4
II. 1. 5. Hubungan Antara Presiden dengan Menteri-menteri...........4
II. 1. 6. Hubungan Antara MA dengan Lembaga Negara Lainnya....5
II. 1. 7.

Hubungan Antara BPK dengan DPR....................................5

II. 2. Struktur Pemerintahan Negara Berdasarkan UUD 1945...........6


II. 2. 1..........................Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
..............................................................................................8
II. 2. 2......................................Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
..............................................................................................9

II. 2. 3.....................................Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


.............................................................................................11
II. 2. 4.

Presiden dan Wakil Presiden...............................................13


II. 2. 5....................................................Mahkamah Agung (MA)
............................................................................................13
................................................................................................
II. 2. 6..............................................Mahkamah Konstitusi (MK)
............................................................................................14
II. 2. 7.........................................................Komisi Yudisial (KY)
............................................................................................15
II. 2. 8...................................Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
............................................................................................16

II. 3.

Hak-hak Asasi Manusia menurut UUD 1945.............................17

II. 3. 1.Hak Asasi Manusia Dalam Preambule.......................................24


II. 3. 2.

HAM dalam Batang Tubuh UUD 1945..............................25

II. 3. 3.HAM dalam Penjelasan UUD 1945...........................................28


II. 3. 4.Piagam Hak Asasi Manusia.......................................................29
II. 4.

Hukum dasar tertulis dan tidak tertulis.....................................30

II. 4. 1.

Hukum Dasar Tertulis (UUD).............................................31

II. 4. 2.

Hukum Dasar Tak Tertulis (convensi)................................33

II. 4. 3.

Perbedaan hukum dasar tertulis dan tidak tertulis..............34

BAB III PENUTUP............................................................................................35


III. 1.

Kesimpulan.....................................................................................35

III. 2.

Saran...............................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
UUD 1945 adalah konstitusi Negara Indonesia yang merupakan hasil
kesepakatan seluruh rakyat Indoneisa. Keberlakuan UUD 1945 berlandaskan
legitimasi kedaulatan rakyat sehingga UUD 1945 merupakan hukum tertinggi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
UUD 1945 memuat baik cita-cita, dasar-dasar, serta prinsip-prinsip
penyelenggaraan Negara. Cita-cita pembentukan Negara kita dikenal dengan
istilah tujuan nasional yang tertuang dalam alenia keempat pembukaan UUD
1945. Untuk mencapai cita-cita itu, UUD 1945 tidak hanya mengatur kehidupan
politik tetapi juga kehidupan ekonomi dan sosial.
Dengan demikian salah satu materi penting dan selalu ada dalam konstitusi
adalah penggunaan tentang lembaga Negara, struktur pemerintahan, hukumhukum , serta sampai ke HAM. Hal itu dapat dimengerti karena kekuasaan Negara
pada akhirnya diterjemahkan kedalam tugas dan wewenang lembaga Negara.
Tercapai tidaknya tujuan bernegara berujung pada bagaimana lembaga-lembaga
Negara tersebut melaksanakan tugas dan wewenang konstitusionalnya serta
hubungan antarlembaga Negara. Pengaturan lembaga Negara dan hubungan antar
lembaga Negara merefleksikan pilihan dasar-dasar kenegaraan yang dianut.

I. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat


dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Apa hubungan antar lembaga menurut UUD 1945 ?


Bagaimanakah struktur pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 ?
Bagaimanakah Hak-hak asasi manausia menurut UUD 1945 ?
Apa hukum dasar tertulis dan tidak tertulis itu ?

I. 3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antar lembaga menurut UUD 1945.
2. Untuk mengetahui struktur pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945.
3. Untuk mengetahui Hak-hak asasi manausia menurut UUD 1945.
4. Untuk mengetahui hukum dasar tertulis dan tidak tertulis.

BAB II
PEMBAHASAN TEORI
II. 1. Hubungan Antar Lembaga Negara menurut UUD 1945

Dalam kehidupan kenegaraan kita dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan


dalam UUD 1945, kita tidak menganut ajaran Trias politica dengan adanya
pemisahan

kekuasaan.

Berdasarkan

Undang-Undang

Dasar

1945

dan

penjelasannya, pemegang kekuasaan itu di Negara kita adalah sebagai berikut:

a. Kekuasaan eksekutif, dipegang oleh presiden.


b. Kekuasaan legislatif, dipegang oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
c.

Kekuasaan yudikatif, dipegang oleh Mahkamah agung dan badanbadan peradilan lainnya.

II. 1. 1.

Hubungan Antara MPR dan Presiden

Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah majelis yang memegang


kekuasaan Negara yang tertinggi, sedang presiden sebagai mandataris DPR yaitu
penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah majelis yang harus menjalankan
haluan Negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh MPR.

II. 1. 2.

Hubungan Antara MPR dan DPR

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat semuanya merangkap menjadi


anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat dapat
senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden, dan jika Dewan menganggap
bahwa Presiden sungguh-sungguh melanggar haluan Negara yang telah ditetapkan
oleh Undang-Undang Dasar atau Majelis Permusyawaran Rakyat, maka Majelis

itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar supaya bisa minta
pertanggungan jawab kepada Presiden.

II. 1. 3.

Hubungan Antara DPR dan Presiden

Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.


Presiden harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk
membentuk Undang-undang (pasal 5 ayat 1,20 dan 21) dan untuk menetapkan
Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Negara

(pasal

23

ayat

1)

Oleh karena itu, Presiden harus bekerja bersama-sama dengan Dewan,berarti juga
Presiden tidak tergantung kepada dewan.

II. 1. 4.

Hubungan Antara DPR dengan Menteri-Menteri

Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan


Rakyat. Menteri-menteri tidak dapat dijatuhkan dan atau diberhentikan oleh DPR,
akan tetapi dikarenakan kedududkan Presiden harus memperhatikan suara
DPR,maka menteri-menteri pun tidak terlepas dari keberatan-keberatan DPR,
yang berakibat di berhentikannya menteri oleh Presiden.

II. 1. 5.

Hubungan Antara Presiden dengan Menteri-menteri

Menteri-menteri adalah pembantu Presiden. Presiden mengangkat dan


memberhentikan Menteri-menteri,kedudukannya tergantung pada Presiden ( pasal
17 ayat 1 dan 2).

Menteri-menteri sebagai pemimpin Departemen (pasal 17 ayat 3).Para menteri


mempunyai pengaruh besar terhadap presiden dalam menuntun politik Negara
yang menyangkut departemennya.

II. 1. 6.

Hubungan Antara Mahkamah Agung dengan Lembaga Negara

Lainnya
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lainlain Badan kehakiman menurut susunan dan kekuasaan Badan-badan Kehakiman
tersebut diatur menetapkan hubungan antara Mahkamah Agung dengan Lembagalembaga lainnya (pasal 24 ayat 1 UUD 1945).Kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan pemerintah ataupun kekuasaan serta kekuatan lainnya.Mahkamah
Agung sebagai Lembaga Tinggi Negara dalam bidang kehakiman dari tingkat
yang lebih tinggi, berwenang menyatakan tidak sah peraturan perundangan dari
tingkat yang lebih tinggi.

II. 1. 7.

Hubungan Antara BPK dengan DPR

Badan Pemeriksa Keungan (BPK) bertugas memeriksa langsung tanggung


jawab tentang keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya itu diberitahukan
kepada DPR, DPD dan DPRD (pasal 23E ayat 2) untuk mengikuti dan menilai
kebijaksanaan ekonomis finansial pemerintah yang dijalankan oleh aparatur
administrasi Negara yang dipimpin oleh pemerintah.Jadi, BPK bertugas
memeriksa pertanggungjawaban pemerintah tentang keuangan Negara dan
memeriksa semua pelaksanaan APBN yang hasil pemeriksaannya diberitahukan
kepada DPR< Dewan Perwakilan Daerah dan DPRD.

II. 2. Struktur Pemerintahan Negara Berdasarkan UUD 1945


Susunan lembaga-lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia
telah dilakukan penyempurnaan sesuai dengan aspirasi rakyat, sehingga
mengalami beberapa perubahan. Perubahan yang sangat jelas terlihat pada
kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sebelum UUD 1945
diamandemen, kedudukan MPR berada lebih tingggi dari lembaga-lembaga tinggi
lainnnya. Namun, setelah UUD 1945 mengalami amandemen kedudukan MPR
disejajarkan dengan lembaga-lembaga tinggi lainnnya, seperti DPR, MA, DPA,
BPK, dan Presiden. Disamping itu juga dibentuk lembaga-lembaga tinggi negara
lain. Lihat bagan di bawah ini!

Lembaga-Lembaga Negara sesuai dengan


UUD 1945 Sebelum Amandemen

UUD 1945

PRESIDEN

BPK

DPR

MPR

KEMENTRIAN
NEGARA

KPU

DPD

PERWAKILAN BPK
PROVINSI

MK

BADAN-BADAN LAIN YANG


FUNGSINYA
BERKAITAN
DENAGN
KEKUASAAN
KEHAKIMAN

DEWAN
PERTIMBANGAN
BANK
SENTRAL

MA

LINGKUNGAN
PERADILAN UMUM

TNI / POLRI
LINGKUNGAN
PERADILAN AGAMA

PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI

GUBERNUR

LINGKUNGAN
PERADILAN MILITER

DPRD

PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN KOTA

BUPATI / WALIKOTA

DPRD

Lembaga-Lembaga Negara sesuai dengan


UUD 1945 Setelah Amandemen

Lembaga negara yang memegang kekuasaan menurut UUD 1945 hasil


amandemen adalah MPR, DPR, presiden, MA, MK, dan BPK.

KY

II. 2. 1.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih
melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan
presiden. Masa jabatan anggota MPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada
saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku
jabatannya, anggota MPR mengucapkan sumpah/janji bersama-sama yang
dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR.
Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga
tertinggi negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak
ada yang ada hanya lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan UUD 1945
yang telah diamandemen maka MPR termasuk lembaga negara. Sesuai dengan
Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan wewenang
sebagai berikut:
1. mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
2. melantik presiden dan wakil presiden;
3. memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya
menurut undang-undang dasar.

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak
berikut ini:

1. mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar.


2. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan.
3. memilih dan dipilih.
4. membela diri.
5. imunitas.
6. protokoler.
7. keuangan dan administratif.
Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:
1. mengamalkan Pancasila.
2. melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan.
3. menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan
nasional.
4. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan golongan.
5. melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.

II. 2. 2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu
yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat,
sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang
berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota. Berdasarkan UU Pemilu
N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:

1.

jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;

2.

jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan


sebanyak-banyak 100 orang;

3.

jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyakbanyaknya 50 orang.

Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR


berdomisili di ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan
berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum
memangku jabatannya, anggota DPR mengucapkan sumpah/ janji secara bersamasama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPR.
Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini:
1.

Fungsi Legislasi. Fungsi legislasi artinya DPR berfungsi sebagai lembaga


pembuat undang-undang.

2.

Fungsi Anggaran. Fungsi anggaran artinya DPR berfungsi sebagai


lembaga yang berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).

3.

Fungsi Pengawasan. Fungsi pengawasan artinya DPR sebagai lembaga


yang melakukan pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan
undang-undang.

10

DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.
1.

Hak Interpelasi. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta


keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting
dan strategis serta berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.

2.

Hak Angket. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan
terhadap suatu kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.

3.

Hak Menyatakan Pendapat. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR


untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah mengenai
kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri disertai dengan
rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak
interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka
dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra
kerja.

II. 2. 3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang
sebelumnya tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi
yang dipilih melalui pemilihan umum.
Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan
sebanyak-banyaknya empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari
1/3 jumlah anggota DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan

11

presiden. Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya, tetapi selama


bersidang bertempat tinggal di ibu kota Republik Indonesia. Masa jabatan anggota
DPD adalah lima tahun. Sesuai dengan Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan
DPD, antara lain sebagai berikut:
1.

Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan


dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan
pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.

2.

Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,


hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.

3.

Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan


rancangan undang-undang, RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.

4.

Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan


undang-undang

otonomi

daerah,

hubungan

pusat

dengan

daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan


sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan
pusat dengan daerah, pajak, pendidikan, dan agama.

12

II. 2. 4. Presiden dan Wakil Presiden


Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.
Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.
Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus
sebagai kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan
wakil presiden dipilih oleh MPR, tetapi setelah amandemen UUD1945 presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah
atau mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah
dilantik, presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan
program yang telah ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan pemerintahan,
presiden dan wakil presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
Presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan
negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

II. 2. 5. Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah
Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan

13

di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer,


dan peradilan tata usaha negara (PTUN). Kewajiban dan wewenang Mahkamah
Agung, antara lain sebagai berikut:
1.

berwenang

mengadili

pada

tingkat

kasasi,

menguji

peraturan

perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan


mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
2.

mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;

3.

memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan


rehabilitasi.

II. 2. 6. Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitusi adalah lembaga baru setelah adanya perubahan
UUD 1945. Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi berkedudukan di ibu
kota negara.
Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim
kontitusi yang ditetapkan dengan keputusan presiden. Susunan Mahkamah
Konstitusi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota dan tujuh orang anggota hakim konstitusi. Ketua dan wakil
ketua dipilih dari dan oleh hakim konstitusi untuk masa jabatan selama tiga tahun.
Hakim konstitusi adalah pejabat negara. Sesuai dengan Pasal 24 C UUD 1945

14

maka wewenang dan kewajiban Mahkamah Konstitusi, antara lain sebagai


berikut:
1.

Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat


final untuk menguji undang-undang terhadap UUD;

2.

Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya


diberikan oleh UUD;

3.

Memutuskan pembubaran partai politik;

4.

Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;

5.

Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan


pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia menurut
UUD.

II. 2. 7. Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang
berikut ini:
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung;
2. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman
di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan
persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap

15

anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa
jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.

II. 2. 8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu
Badan Pemeriksan Keuangan yang bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah
memeriksa pengelolaan keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai
dengan kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK
dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh
presiden. BPK berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi. Demikian, semoga bermanfaat.

16

II. 3. Hak Asasi Manusia ( HAM ) menurut UUD 1945.


Hak asasi manusia pada prinsipnya merupakan hak yang universal, akan
tetapi dalam pelaksanaannya di masing masing negara disesuaikan dengan
kondisi politik dan social budaya masing masing negara. Indonesia sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat memiliki Ideologi Pancasila dan Konstitusi
UUD 1945 yang menjadi batasan sekaligus berisi pengakuan terhadap hak asasi
manusia. Seberapa jauh nilai nilai hak asasi manusia terkandung dalam
Pancasila dan UUD 1945 dapat dijadikan barometer Negara Kesatuan Republik
Indonesia telah mengakuai dan menghargai hak asasi manusia. Hal ini mengingat
Piagam PBB yang memuat pengakuan dan perlindungan HAM baru lahir pada
tahun 1948 sesudah lahirnya NKRI pada tahun 1945. Hubungan HAM dan UUD
1945 Meskipun tidak diatur secara khusus ketentuan tentang HAM pada UUD
1945 sebelum amandemen ke dua, bukan berarti dalam UUD 1945 tidak
mengakomodir ketentuan tentang HAM. Jika dilihat dari lahirnya UUD 1945
lebih dulu lahir daripada Deklarasi HAM tahun 1948. Ketentuan yang berkaitan
dengan HAM dapat dilihat sebagai berikut :
1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Dengan demikian perlindungan diberikan kepada seluruh bangsa
dan tumpah darah Indonesia, tidak hanya terbatas atau berdasarkan
kepentingan kelompok atau warga Negara tertentu.

17

2. Memajukan kesejahteraan

umum,

hal

ini

mengandung

pengertian

pembangunan kesejahteraan secara merata dan setiap warga Negara punya


kesempatan untuk sejahtera.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, guna untuk meningkatkan sumberdaya
manusia Indonesia seluruhnya secara merata guna mengejar ketertinggalan
dari bangsa lain.
4. Melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social, membangun bangsa yang mandiri serta kewajiban
untuk menyumbangkan pada bangsa bangsa lain di dunia, tanpa
perbedaan.
5. Dalam penjelasan pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa Indonesia adalah
Negara berdasarkan hukum (rechtsstaat bukan berdasarkan atas kekuasaan
belaka/machtsstaat). Kaitannya dengan HAM adalah salah satu cirri Negara
hukum adalah mengakui adanya HAM. Selanjutnya dalam penjelasan umum
diterangkan bahwa UUD

menciptakan pokok-pokok pikiran yang

terkandung dalam pembukaan dan pasal pasalnya, dimana mengandung


arti bahwa Negara mengatasi segala paham golongan, dan paham
perorangan,

mewujudkan

keadilan

social

berdasarkan

kerakyatan

perwakilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan


yang adil dan beradab. Hal ini mencerminkan cita cita hukum bangsa
Indonesia yang menjunjung tinggi HAM serta lebih mengutamakan
kepentingan bersama manusia.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka hubungan HAM dengan UUD
1945 dapat diterjemahkan dalam moral bangsa sebagai berikut :

18

1. Kebijaksanaan harus diarahkan pada kebijaksanaan politik dan hukum,


dengan perlakuan serta hak dan kewajiban yang sama bagi siapapun,
perorangan atau kelompok yang berada di dalam batas wilayah NKRI.
2. Kebijaksanaan Ekonomi dan Kesejahteraan, dengan kesempatan serta beban
tanggung jawab yang sama, bagi siapapun yang ingin berusaha atas dasar
persaiangan yang sehat.
3. Kebijaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan, dengan kebebasan serta
batasan batasan yang perlu menjaga ketahanan dan pertahanan mental
terhadap anasir dan eksploitasi dari dalam dan luar negeri.
4. Kebijaksanaan luar negeri, meningkatkan kehormatan bangsa yang merdeka
yang bias mengatur diri sendiri, serta mampu menyumbang pada hubungan
baik antara bangsa bangsa di dunia. Selanjutnya dalam UUD 1945
terdapat pasal pasal yang berkaitan dengan masalah masalah HAM,
pasal pasal tersebut adalah :
a) Pasal 27, tentang kesamaan kedudukan hukum dan pemerintahan,
tanpa ada kecuali serta setiap warga Negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
b) Pasal 28, tentang kemerdekaan berserikat, berkumpul,mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan.
c) Pasal 29, tentang kemerdekaan untuk memeluk agama dan beribadat
d)
e)
f)
g)

menurut agamanya dan kepercayaannya.


Pasal 30, tentang hak untuk membela bangsa.
Pasal 31, tentang hak mendapat pengajaran.
Pasal 33, tentang hak perekonomian atas asas kekeluargaan.
Pasal 34, tentang fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara
oleh Negara.

Dalam perkembangannya sesuai dengan amandemen kedua UUD 1945


berdasarkan siding tahunan tahun 2000, masalah hak asasi manusia secara lugas

19

telah dicantumkan dalam BAB XA, Pasal 28A sampai dengan 28J. Dari uraian
tersebut diatas maka UUD 1945 mulai dari pembukaan, penjelasan umum, dan
batang tubuh cukup memuat tentang pengakuan hak asasi manusia, atau dengan
kata lain secara yuridis konstitusional, Indonesia mengakui HAM jauh sebelum
lahirnya Universal Declaration of Human Right.
Berdasarkan amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum dalam
Bab X A Pasal 28 A sampai dengan 28 J, sebagaimana tercantum berikut ini:
HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28 A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya. **)

Pasal 28 B

1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan


melalui perkawinan yang sah.**)
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. **)

Pasal 28 C

1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan


dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. **)
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)
20

Pasal 28 D

1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian


hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja )
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. **)

Pasal 28 E

1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,


memilih pendidikan dan pengajaran. memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggakannya, serta berhak kembali.**)
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **)
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.**)

Pasal 28 F

1) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi


untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.**)

21

Pasal 28 G

1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,


martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dan ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi. **)
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan yang
rnerendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suara
politik dari negara lain. **)

Pasal 28 H

1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa berhak
memperoleh pefayanan kesehatan **)
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.**)
3) Setiap

orang

berhak

atas

jaminan

sosial

yang

memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat. **)


4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.**)

Pasal 28 I

1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar

22

hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun. **)
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif **)
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.**)
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, Terutama pemerintah.**)
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundangundangan. **)

Pasal 28 J

1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.**)
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil

23

sesuai dengan partimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan


ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. **)

II. 3. 1.

Hak Asasi Manusia Dalam Preambule

Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 hak untuk menentukan nasip


sendiri bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskann karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan. Pengakuan bahwa kemerdekaan adalah hak
segala bangsa adalah pengakuan HAM kolektif dari satu bangsa untuk hidup
bebas dari segala penindasan oleh bangsa lain. Pegakuan ini menegaskan
kedudukan yang sejajar semua bangsa di dunia karena penjajahan pada dasarnya
adalah bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Alinea kedua pembukaan pembukaan menyebut Indonesia sebagai negara
yang adil dan makmur. Kekuasaan hendaklah dijalankan dengan adil, artinya
negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Prinsip
negara hukum mengakui adanya asas legalitas, yaitu tindakan aparatur negara
haruslah didasarkan pada hukum dan bukan didasarkan pada kekuasaan.
Alinea ketiga menyebutkan hasrat bangsa Indonesia untuk berkehidupan
kebangsaan yang bebas, yang menekankan HAM kolektif yang dimiliki sebuah
bangsa.
24

Alinea

keempat

pembuakaan

menegaskan

tujuan

pembentukan

pemerintahan negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan


seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia, dan ini
memuat pula intisari doktrin HAM. Pada alinea ini merupakan pengakuan dan
perlindungan hak-hak asasi dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan pendidikan.

II. 3. 2. Hak-hak Asasi Manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945


Batang tubuh UUD 1945 yang terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan
peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan juga memuat rumusan-rumusan yang cukup
luas mengenai materi HAM, baik secara ekspisit maupun implisit.
HAM dalam batang tubuh UUD 1945 dicantumkan dalam pasal-pasal
berikut:
1. Hak akan warga negara, pasal 26 UUD 1945 yang menjadi warga negara
ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang sebagai warga negara (ayat 1), dan syarat-syarat
yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang (ayat
2).
2. Pasal 27 tentang persamaan dalam hukum dan penghidupan yang layak
bagi kemnusiaan. Pasal 27 ayat (1) telah menetapkan bahwa segala warga
negara bersamaa kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjujung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

25

kecualinya. Pasal 27 ayat (2) telah menetapkan pula bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3. Pasal 28 UUD 1945 menyatakan dengan tegas tentang kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya dijamin oleh Pemerintah dan Peamerintah akan
mengundangkan Undang-undang yang akan mengaturnya.
4.

Pasal 29 UUD 1945 dalam ayat (2) dengan tegas menyatakan


bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

5. Pasal 30 UUD 1945 dalam pasal ini dinyatakan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara, yang
syarat-syaratnya diatur dengan Undang-undang.
6. Pasal 31 UUD 1945 menegaskan tentang hak-hak asasi di bidang
pendidikan, bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran,
yang untuk itu maka Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pengajara nasional yang diatur dengan Undang-undang.
Sejalan dengan pendidikan pasal 32 menyatakan bahwa pemerintah
memajukan kebudayaan nasional Indonesia, jadi dalam arti ini setiap
unsur-unsur kebudayaan, macam-macam kebudayaan yang ada yang telah
dimiliki penduduk mempunyai hak untuk dilindungi dan dikembangkan.

26

7. Tentang Hak Ekonomi di atur dalam pasal 33 UUD 1945 yang dengan
tegas menyatakan, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan, cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara
dan yang menguasai hayat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara,
Bumi dan air dan kekayaan alam dan yang terkandung di dalamnya
dikuasai

oleh

Negara

dan

dipergunakan

untuk

sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.
8. Pasal 34 UUD 1945 tentang kesejahteraan sosial, fakir miskin dan anak
terlantar dipelihara oleh negara.

II. 3. 3.

Hak-hak Asasi dalam Penjelasan UUD 1945

Ham dalam penjelasan UUD 1945 meliputi:


1. Hak akan kebebasan dan kemandirian peradilan, yang termuat dalam
penjelasan pasal 24 dan 25 UUD 1945 kekuasaan kehakiman ialah
kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah. Berhubungan dengan itu, harus diadakan jaminan dalam
undang-undang tentang kedudukan para hakim.

27

2. Hak mempertahankan tradisi budaya, yang termuat dalam penjelasan pasal


32 UUD 1945 kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai
buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan
asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah
diseluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, persatuan
dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta
memperingati derajat kemanusiaan bangsa indonesia.
3. Hak mempertahanka bahasa daerah, yang termuat dalam penjelasan pasal
36 UUD 1945, di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang
dipelihara oleh rakyat dengan baik-baik bahasa-bahasa itu akan dihormati
da dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa itu pun merupaka sebagian
dari kebudayaan Indonesia yang hidup

II. 3. 4.

Piagam Hak Asasi Manusia


Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia terdiri dari 10 bab, yaitu :

Bab I

: Hak untuk hidup (pasal 1)

Bab II

: Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 2)

Bab III

: Hak mengembangkan diri (pasal 3-6)

Bab IV

: Hakkeadilan(7-12)

Bab V

: Hak kemerdekaan (pasal 13 19)

28

Bab VI

: Hak atas kebebasan informasi (pasal 20 21)

Bab VII

: Hak keamanan (pasal22-26)

Bab VIII

: Hak kesejahteraan (pasal 27 33)

Bab IX

: Kewajiban (pasal 34 36)

Bab X

: Perlindungan dan kemajuan (pasal 37 44)

II. 4. Hukum Dasar Tertulis Dan Tidak Tertulis


Dalam proses hukum sekarang ini,berbagai kejadian ilmiah tentang UUD
1945.Banyak orang yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap
UUD 1945.Amandemen tersebut merupakan prosedur penyempurnaan terhadap
UUD 1945. Tanpa harus langsung mengubah UUD itu sendiri atau bias di bilang
merupakan pelengkapan dan rincian yang di jadikan lampiran otentik bagi UUD
tersebut.

29

Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 didasarkan pada suatu


kenyataan sejarah selama orde lama dan orde baru bahwa penerapan terhadap
pasal UUD memiliki sifat-sifat intrerretable atau berwayuh artinya sehingga
mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama kepada presiden karena
latar belakang politik ini lah maka pada orde baru UUD 1945 di lestarikan dan di
anggap bersifat keramat yang tak dapat di ganggu gugat.
Menurut bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 adalah
suatu keharusan karena akan mengantarkan bangsa Indonesia ketahapan yang baru
dalam melakukan penataan terhadap ketatanegaraan.Amandemen terhadap UUD
1945 di lakukan oleh bangsa Indonesia sejak 1999 di mana pemberian tambahan
dan perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945 kemudian amandemen ke2 tahun 2000
disahkan tanggal 10 Agustus 2002 UUD 1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan
dengan melibatkan sebanyak-banyak nya partisipasi rakyat dalam mengambil
keputusan politik,sehingga di harapkan struktur kelembagaan Negara yang lebih
demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

II. 4. 1. Hukum Dasar Tertulis (UUD)


UUD itu rumusannya tertulis dan tidak berubah.Adapun pendapat L.C.S
wade dalam bukunya contution law,UUD menurut sifat dan fungsinya adalah
suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badanbadan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut, jadi UUD itu mengatur mekanisme dan dasar dari setiap
sistem pemerintahan.

30

UUD juga dapat dipandang sebagai lembaga/sekumpulan asas yang


menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut bagi mereka memandang suatu Negara
dari

sudut

kekuasaan

kekuasaan.Adapun

hal

dan

menganggapnya

tersebut

di

bagi

sebagai

menjadi

suatu
tiga

organisasi

yaitu

badan

legislatif,eksekutif dan yudikatif.


UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini
bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain.UUD merekam hubunganhubungan kekuasaan dalam satu Negara.Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan
bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel(elastis),UUD 1945 hanya memilik 37
pasal,adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan
yang mengandung makna:
1. Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok,hanya
memuat grafis besar intruksi kepada pemerintahpusat dan semua
penyelenggara Negara untuk menyelenggarakan kehidupan Negara dan
kesejahteraan social.
2. Sifatnya harus supel (elastis)dimaksudkan bahwa kita harus senantiasa
ingat bahwa masyarakat ini harus terus berkembangdan dinamis seiring
perubahaan zaman.Oleh karena itu,makin supel sifatnya aturan itu semakin
baik. Jadi kita harus menjaga agar sistem dalam UUD itu jangan
ketinggalan zaman.Menurut dadmowahyono,seluruh kegiatan Negara
dapat dikelompokan menjadi dua macam penyelenggara kehidupan Negara
kesejahteraan social.

31

Sifat-sifat UUD
1. Oleh karena sifatnya maka rumusannya merupakan suatu hukum positif
yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara maupun
mengikat bagi warga Negara.
2. UUD 1945 itu bersifat supel dan singkat karena UUD 1945 memuat
aturan-aturan pokok yang setiap kali harus di kembangkan sesuai dengan
perkembangan zaman dan memuat HAM.
3. Memuat norma-norma/aturan-aturan/ketentuan-ketentuan yang dapat dan
harus dilaksanakan secara kontituional.
4. UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum
positif yang tertinggi,disamping itu sebagai alat kontrol terhadap normanorma hukum positif yang lebih rendah dalam hirarki tertib hukum
Indonesia.

II. 4. 2. Hukum dasar tak tertulis(Convensi)


Convensi adalah hukumdasar yang tak tertulis yaitu aturan-aturan dasar
yang timbul dan terperihara dalam raktek penyelenggaraan Negara meskipun
sifatnya tidak tertulis.
Sifat-sifat:

32

1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek


penyelenggaraan Negara.
2. Tak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.
3. Diterima oleh seluruh rakyat/masyarakat.
4. Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan bawa convensi bisa
menjadi aturan-aturan dasar yang tidak tercantum dalam UUD 1945.
Contoh :
1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.menurut pasal
37 ayat(1) dan (4) UUD 1945 segala keputusan MPR diambil berdasarkan
suara terbanyak tetapi sistem ini kurang jiwa kekeluargaan sebagai
kepribadian

bangsa.

Oleh

karena

itu,dalam

praktek-praktek

penyelenggaraan Negara selalu di usahakan untuk mengambil keputusan


berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan ternyata hampir selalu
berhasil. Pungutan suara baru ditempuh jika usaha musyawarah untuk
mufakat sudah tak dapat dilaksanakan.
Jika convensi ingin di jadikan rumusan yang bersifat tertulis maka yang
berwenang adalah MPR dan rumusannya bukan lah merupakan suatu hukum dasar
melainkan tertuang dalam ketetapan MPR dan tidak secara otomatis setingkat
dengan UUD melainkan sebagai suatu ketetapan MPR.

33

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (pilisophisce
gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib
hukum di Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan
kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila
merupakan sumber hukum negara baik yang tertulis maupun yang tak tertulis atau
convensi.

II. 4. 3.

Perbedaan Hukum tertulis dan Hukum Tak tertulis


Hukum Tertulis
Hukum Tak Tertulis
Kadang aturannya tidak pasti dan
Aturannya pasti
tidak tertulis
(tertulis)
Ada/ tidaknya alat penegak tidak
Mengikat semua orang
pasti (kadang ada, kadang tidak ada)
Memiliki alat penegak
Dibuat oleh masyarakat
aturan
Bersifat tidak terlalu memaksa
Dibuat oleh penguasa
Sangsinya ringan.
Bersifat memaksa
Sangsinya berat

BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan

34

1. Pemegang kekuasaan di Negara Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Kekuasaan eksekutif, dipegang oleh presiden.


b. Kekuasaan legislatif, dipegang oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
c.

Kekuasaan yudikatif, dipegang oleh Mahkamah agung dan badanbadan peradilan lainnya.

2.

Struktur pemerintahan Indonesia banyak terjadi perubahan.


Perubahan

yang

sangat

jelas

terlihat

pada

kedudukan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sebelum UUD 1945 diamandemen,


kedudukan MPR berada lebih tingggi dari lembaga-lembaga tinggi lainnnya.
Namun, setelah UUD 1945 mengalami amandemen kedudukan MPR
disejajarkan dengan lembaga-lembaga tinggi lainnnya, seperti DPR, MA,
DPA, BPK, dan Presiden. Disamping itu juga dibentuk lembaga-lembaga
tinggi negara lain.
3.

Ada 3 hak asasi manusia yang paling fundamental (pokok), yaitu :


a. Hak Hidup (life).
b. Hak Kebebasan (liberty).
c. Hak Memiliki (property).

4.

Hak asasi manusia dalam preambule:

35

Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 hak untuk menentukan nasip


sendiri bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskann karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan. Pengakuan bahwa kemerdekaan adalah hak
segala bangsa adalah pengakuan HAM kolektif dari satu bangsa untuk hidup
bebas dari segala penindasan oleh bangsa lain. Pegakuan ini menegaskan
kedudukan yang sejajar semua bangsa di dunia karena penjajahan pada dasarnya
adalah bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Alinea kedua pembukaan pembukaan menyebut Indonesia sebagai negara
yang adil dan makmur. Kekuasaan hendaklah dijalankan dengan adil, artinya
negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Prinsip
negara hukum mengakui adanya asas legalitas, yaitu tindakan aparatur negara
haruslah didasarkan pada hukum dan bukan didasarkan pada kekuasaan.
Alinea ketiga menyebutkan hasrat bangsa Indonesia untuk berkehidupan
kebangsaan yang bebas, yang menekankan HAM kolektif yang dimiliki sebuah
bangsa.

Alinea

keempat

pembuakaan

menegaskan

tujuan

pembentukan

pemerintahan negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

36

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,


mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia, dan ini
memuat pula intisari doktrin HAM. Pada alinea ini merupakan pengakuan dan
perlindungan hak-hak asasi dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan pendidikan.

5. HAM dalam batang tubuh UUD 1945.


Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai
34 dapat dikelompokkan menjadi :
Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28).
Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34).
Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32).
Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).

6.

Konstitusi,

istilah

konstitusi

berasal

dari

bahasa

Inggris

Constitution dan bahasa Belanda Constitute yang diterjemahkan dengan


Undang-Undang Dasar, sesuai dengan kebiadaan orang Belanda dan Jerman
dalam perbincangan sehari-hari menggunakan istilah Groundwet (Ground =
Dasar, Wet = Undang-undang) keduanya menunjukkan naskah tertulis.
7.

Hukum Dasar Tertulis (UUD), UUD itu rumusannya tertulis dan


tidak berubah. Menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang
memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan

37

suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut,


8.

jadi UUD itu mengatur mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan.
Hukum dasar tak tertulis(Convensi) adalah hukumdasar yang tak
tertulis dimana aturan-aturan dasar yang timbul dan terperihara dalam raktek
penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis.

9.

Perbedaan hukum dasar tertulis dan tidak tertulis:


a. Hukum dasar tertulis :
Aturannya pasti (tertulis)
Mengikat semua orang
Memiliki alat penegak aturan
Dibuat oleh penguasa
Bersifat memaksa
Sangsinya berat

b. Hukum dasar tidak tertulis :


Terkadang aturannya tidak pasti dan tidak tertulis.
Ada / tidaknya alat penegak tidak pasti ( kadang ada, kadang tidak ada).
Dibuat oleh masyarakat.
Bersifat tidak terlalu memaksa.
Sangsinya ringan.

III.

2. Saran
38

1. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan


memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM
kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita
dengan HAM orang lain.
2. Diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang Negara, struktur
pemerintahan dan hukum-hukum di negara kita.
3.

Pada hakikatnya baik hukum dasar tertulis ataupun hukum


dasar tidak tertulis adalah seperangkat akidah atau aturan yang mengikat
seluruh warga negara baik secara langsung dan tidak langsung. Dan
aturan-aturan ini seharusnya menjadi patokan sikap dan prilaku seluruh
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa
memandang bulu.

Namun realitasnya hal ini seringkali berbanding

terbalik dengan semua konsep-konsep dasar negara, bahkan seringkali


hukum dijadikan sebagai alat untuk meraih tujuan tertentu yang
menguntungkan diri sendiri ataupun golongan tertentu, tentu saja hal ini
sangat merugikan bangsa dan negara.
.

DAFTAR PUSTAKA

39

Elly M, Setiadi. 2005. Pendidikan Pancasila. PT Gramedia Pustaka


Utama: Jakarta.
Asshiddiqie, Jimly. Prof. Dr. S.H. 2004. Format Kelembagaan dan
Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945. Yogyakarta: FH UII Press
Soimin, SH. dan Sulari S.H. Msi. 2004. Hubungan antar lembaga dalam
Format Kelembagaan Negara Indonesia. Malang: UMM Press
Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia,
(Jakarta; Kencana, 2007), hal. 96
Idjehar, Muhammad Budairi, HAM versus Kapitalisme, Yogyakarta:
INSIST Press, 2003.
Soimin, SH. dan Sulari S.H. Msi. 2004. Hubungan Badan Legislatif dan
Yudikatif dalam Format Kelembagaan Negara Indonesia. Malang: UMM Press
Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia,
(Jakarta;Kencana, 2007), hal. 96
http://www.wikipedia.com

40

Anda mungkin juga menyukai