Speech From Malcolm Fraser at Asia Pacific Week 2011
Kali ini saya akan membahas isi pidato yang disampaikan oleh Malcolm Fraser di acara Asia Pacific Week 2011 yang diselenggarakan di Canberra. Dalam pidatonya Malcolm menyampaikan mengenai apa yang perlu menjadi prioritas masyarakat Asia Pasifik dalam menyikapi kondisi dunia saat ini dan apa yang perlu dilakukan di masa yang akan datang. Isi dari pidato yang disampaikan oleh Malcolm berkaitan dengan isu-isu keamanan serta kajian strategis yang mana dia menjelaskan bagaimana sikap dan langkah strategis yang diambil oleh Australia dalam menyikapi situasi global pada masa lalu, saat ini, dan yang akan datang. Kondisi dan situasi Australia yang memiliki keterkaitan sejarah yang kuat dengan kerajaan Inggris pada masa lalu memberikan dampak yang sangat besar bagi kelangsungan hidup Australia di masa selanjutnya. Kehidupan Australia dikontrol oleh Inggris, sehingga rakyat Australia seperti tidak memiliki kedaulatannya sendiri dalam negerinya. Akan tetapi, Malcolm menegaskan bahwa kondisi dunia yang semakin global pada saat ini memberikan ruang yang sangat luas bagi Australia untuk menentukan sendiri bagaimana menentukan sikap terhadap situasi internasional tanpa terikat dengan kekuatan-kekuatan masa lalu. Menurut Malcolm untuk menentukan dan memutuskan kebijakan yang efektif dan efisien, setiap pengambil kebijakan perlu untuk memahami dampak apa saja yang akan muncul dari kebijakan tersebut terhadap negara lainnya. Insiden Tampa yang dianggap sangat keterlaluan oleh negara-negara di dunia di mata Malcolm bukanlah murni kesalahan pemerintah Australia. Menurutnya Australia pantas untuk melakukan hal tersebut terhadap imigran ilegal. Hal ini dilakukan adalah semata-mata untuk melindungi kepentingan Australia juga dan belajar dari pengalaman masa lalu mengenai para imigran yang banyak menimbulkan permasalahan tersendiri bagi Australia. Dia menambahkan juga bahwa tindakan yang dilakukan Australia bukanlah semata hanya untuk Australia, akan tetapi juga untuk kemaslahatan bersama di sekitar wilayah kawasan tersebut. Malcolm menegaskan melalui contoh di atas bahwa hampir seluruh kebijakan domestik yang diambil oleh Australia yang semata dilakukan untuk kemaslahatan Australia memunculkan pandangan negatif di mata dunia internasional. Padahal apa yang dilakukan oleh Australia pasti akan dilakukan juga oleh negara lain apabila mengalami situasi dan kondisi yang sama. Peningkatan militer yagn dilakukan oleh Cina dicitrakan negatif oleh sebagian besar media di Australia. Malcolm sangat menyayangkan hal
tersebut, dikarenakan media Australia tidak memperhatikan bagaimana
situasi dan kondisi yang terjadi di Cina sendiri. Harusnya media belajar dari apa yang telah dialami oleh Australia mengenai kebijakan yang pernah diputuskan. Baginya media harus memberitakan sesuai dengan apa yang sedang terjadi di negara tersebut, tidak hanya mengekspos situasi di luar negara yang diberitakan. Situasi dan kondisi di wilayah Timur Tengah yang penuh dengan peperangan serta perang urat syaraf yang dilakukan Barat dengan negara-negara setan seperti Korea Utara dan Iran menjadi keprihatinan tersendiri bagi Malcolm. Malcolm miris melihat pihak Barat memaksakan budaya pada negara-negara yang notabene memiliki tradisi dan budaya yang sangat jauh berbeda dengan apa yang dimiliki oleh Barat. Apa yang dilakukan AS di Vietnam, Irak, dan Afghanistan harusnya menjadi pelajaran tersendiri bagi mereka bahwa kemenangan yang mereka umumkan ke dunia internasional bukanlah kemenangan, akan tetapi kekalahan yang tidak mereka sadari. Menurut Malcolm banyak sekali kepentingan AS yang ada di wilayah Asia Pasifik. Malcolm merasa bahwa Australia hanya dijadikan AS sebagai alat dalam memenuhi kepentingan AS di wilayah tersebut. Intervensi politik AS ke dalam pemerintahan Pakistan menimbulkan berbagai spekulasi negatif, apakah benar hanya semata untuk mencegah terorisme atau ada kepentingan lain yang bersembunyi dibalik kedok tersebut. Meningkatnya intensitas hubungan India dan Pakistan, dimana kedua negara tersebut memiliki senjata nuklir dan berpotensi besar menimbulkan perang nuklir. Hal tersebut direspon Cina dengan meningkatkan kapabilitas militernya untuk mengantisipasi perang tersebut meluas ke negaranya. Ini adalah hal yang wajar dan pasti akan dilakukan oleh setiap negara di dunia apabila mengalami situasi yang sama. Akan tetapi, media internasional mengekspos hal tersebut sebagai ambisi Cina untuk menjadi salah satu kekuatan militer dunia. Padahal apabila dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh AS sangatlah kecil, yang dimana AS menjadi konsumen tertinggi dalam perbelanjaan militer sebesar 60% dari total belanja militer negara-negara di seluruh dunia. Perlu diperhatikan bahwa Malcolm sangat kritis sekali terhadap sikap AS yang ingin sekali mengkontrol pemerintahan Australia. Malcolm menyatakan bahwa apabila AS hanya memanfaatkan Australia sebagai pelayan dalam melancarkan kepentingan AS itu akan membuat aliansi mereka melemah. Perlu diketahui bahwa tidak sepenuhnya kepentingan Australia selalu berjalan beriringan dengan kepentingan AS. Australia
berhak menentukan jalannya sendiri dan menentukan sikapnya terhadap
situasi global saat ini tanpa terpaku pada kepentingan AS. Dalam pandangannya Malcolm mengungkapkan bahwa Australia sangatlah lemah pada saat AS berada di bawah kekuasaan Bush. Hal ini terlihat saat Australia mengirimkan pasukannya ke Irak hanya untuk melayani kepentingan AS, dimana Australia sendiri tidak memiliki kepentingan apapun dalam perang tersebut. Hal inilah yang menjadi kritikan keras Malcolm terhadap dominasi AS yang semena-mena terhadap aliansinya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, sejak AS berada di bawah kepemimpinan Obama, Malcolm sangat antusias terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Obama. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Obama dapat mengembalikan situasi dunia pada level yang lebih aman, daripada saat AS berada di bawah Bush, di mana situasi dan kondisi internasional penuh dengan curiga dan rentan terhadap peperangan.