Modul 4 Jenis Dan Metode Instalasi Pada Tiang
Modul 4 Jenis Dan Metode Instalasi Pada Tiang
Modul 4
DAFTAR ISI
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Pengantar..................................................................................................1
1.1.
Umum..............................................................................................1
1.2.
1.3.
2.2.
Tiang baja...................................................................................3
2.2.2.
Tiang beton................................................................................6
2.2.3.
Tiang kayu................................................................................10
2.2.4.
Tiang komposit.........................................................................12
2.2.5.
3.2.
3.1.2.
Friction piles.............................................................................15
3.1.3.
Tiang kompaksi........................................................................15
Modul 4
Bab 1
Pengantar
1.1. Umum
Modul ini akan menguraikan jenis, fungsi, dan metode instalasi pondasi tiang. Pondasi
tiang merupakan pondasi yang sangat banyak digunakan terutama untuk bangunan
gedung. Pondasi tiang tergolong ke dalam pondasi dalam, yang berarti bahwa biaya
konstruksinya menjadi jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan pondasi dangkal.
Namun ada kalanya pilihan pada penggunaan pondasi tiang merupakan keharusan.
Modul ini dititik beratkan pada pengenalan pondasi tiang, baik secara fisik maupun
sejumlah peralatan yang dibutuhkan dalam instalasinya (pemasukannya) ke dalam tanah.
Terdapat banyak metode instalasi hingga ke akhir-akhir ini. Metode instalasi kuno
berkaitan dengan penggunaan palu, yang sangat dikenal dengan istilah tiang pancang.
Namun perlu difahami bahwa akhir-akhir ini metode pemancangan bukanlah metode yang
terlalu populer, terutama di daerah perkotaan. Penggunaan tiang bor malah boleh
dikatakan terus meningkat terutama di daerah yang padat penduduknya.
1.2.
1.3.
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi hal-hal berikut.
1.
2.
Bab 2
Modul 4
Apabila lapisan tanah bagian atas adalah sangat mudah termampatkan (highly
compressible) dan terlalu lunak untuk memikul beban dari struktur bagian atas,
sehingga tiang diperlukan untuk menyalurkan beban itu ke tanah keras atau batuan.
Hal ini diperlihatkan pada Gambar 1(a). Apabila batuan atau tanah keras tidak
berada pada kedalaman yang memadai, tiang dimanfaatkan untuk menyalurkan
beban secara berangsur ke tanah. Tahanan yang diberikan tanah secara pokok
akan berasal dari tahanan gesek yang dikerahkan oleh kulit tiang yang merupakan
muka-antara tanah-tiang (soil-pile interface), seperti ditunjukkan pada Gambar 1(b).
(2)
Ketika menerima gaya-gaya horizontal [lihat Gambar 1(c)], pondasi tiang dapat
melawan tekuk sementara menerima gaya-gaya vertikal yang datang dari struktur di
atasnya. Situasi dalam jenis ini umumnya ditemukan dalam perencanaan dan
pembangunan struktur-struktur penahan tanah dan pondasi dari gedung-gedung
tinggi yang mungkin menderita beban angin kencang dan/atau gaya-gaya gempa.
(3)
Di dalam banyak kasus, tanah-tanah ekspansive dan mudah runtuh bisa jadi
ditemukan pada tempat-tempat dimana struktur akan didirikan. Tanah seperti ini
mungkin saja mencapai kedalaman yang jauh di bawah permukaan tanah. Tanah
ekspansive akan mengembang dan menyusut bergantung pada naik atau turunnya
kadar air. Tekanan pengembangan dari tanah semacam ini biasanya adalah tinggi.
Jika pondasi dangkal digunakan dalam kondisi tanah seperti ini, struktur bisa
mengalami kerusakan yang serius. Tetapi kalau digunakan pondasi tiang, maka
tiang dapat diperpanjang sedemikian hingga melampaui zona yang aktif
mengembang maupun menyusut [Gambar 1(d)].
(4)
(5)
Modul 4
Abutmen dan pier jembatan sering dibangun di atas pondasi tiang untuk
menghindari kemungkinan kehilangan daya dukung dari sebuah pondasi dangkal
yang bisa jadi disebabkan oleh erosi pada permukaan tanah [Gambar 1(f)].
Modul 4
pemipaan. Dalam banyak kasus, tiang pipa diisi dengan beton setelah dimasukkan ke
dalam tanah.
Tabel 1 Tiang berpenampang-H yang biasa digunakan di USA
Modul 4
Beban rencana yang diijinkan untuk tiang baja dapat dihitung dengan rumus,
Berdasar pada pertimbangan geoteknik, beban rencana untuk sebuah tiang dapat
ditentukan. Beban rencana (Qrencana) ini kemudian dikontrol oleh beban ijin tiang seperti
dalam Pers. (1). Tentunya beban rencana seharusnya lebih kecil dari beban ijin tiang.
Tiang baja, apabila diperlukan dapat disambung dengan las atau paku keling. Gambar
2(a) memperlihatkan kondisi tipikal penyambungan dengan las sebuah tiang-H. Kasus
tipikal penyambungan dengan las tiang pipa terlihat pada Gambar 2(b). Gambar 2(c)
menunjukkan diagram penyambungan tiang-H dengan paku keling dan baut.
Modul 4
Kadang-kadang kondisi pemancangan agak sulit karena harus dipancang melalui kerikil
padat, lapisan keras, dan batuan lunak. Untuk ini ujung tiang dapat dilengkapi dengan titik
pancang atau sepatu. Gambar 2(d) dan (e) menunjukkan dua jenis sepatu yang sering
dipakai pada tiang pipa.
Tiang baja bisa juga mengalami korosi. Sebagai contoh, tanah-tanah rawa, gambut dan
tanah organik lainnya bisa menyebabkan korosi. Tanah-tanah yang mempunyai pH lebih
besar dari 7 tidak terlalu korosif. Untuk mempertimbangkan akibat korosi, suatu tambahan
ketebalan baja (lebih dari luas penampang rencana) umumnya direkomendasikan. Dalam
keadaan tertentu penggunaan lapisan epoxy yang biasanya dipakai di pabrik bisa juga
mencegah korosi. Lapisan ini tidak begitu mudah rusak akibat pemancangan tiang.
Pelapisan dengan beton pada tiang baja juga dapat mencegah korosi.
Gambar 2 Tiang baja: (a) sambungan tiang-H dengan las; (b) sambungan tiang pipa dengan
las; (c) sambungan tiang-H dengan paku keling dan baut; (d) sarung datar pemancangan
tiang pipa; (e) sarung konikal pemancangan tiang pipa
Modul 4
Cor di tempat dibuat dengan terlebih dahulu menggali lubang di tanah dan kemudian
mengisinya dengan beton. Berbagai jenis tiang beton cor di tempat digunakan dalam
konstruksi pada waktu akhir-akhir ini, dan kebanyakan diantaranya telah dipatenkan oleh
pabrik pembuatnya. Tiang-tiang semacam ini dapat dibagi ke dalam dua kategori besar:
(a) dengan casing dan (b) tanpa casing. Kedua jenis ini bisa memiliki pedestal pada ujung
bawahnya.
Modul 4
Tiang dengan casing terbuat dari sebuah casing baja yang disorongkan ke dalam tanah
dengan bantuan sebuah mandrel yang ditempatkan di dalam casing. Apabila tiang telah
mencapai kedalaman yang diinginkan, mandrel ditarik dan casing kemudian diisi dengan
beton. Gambar 4(a), (b), (c), dan (d) menunjukkan beberapa contoh tiang dengan casing
tanpa pedestal. Tabel 4 memberi informasi tentang tiang-tiang dengan casing ini. Gambar
4(e) menunjukkan tiang dengan casing dan pedestal di ujung bawahnya. Pedestal adalah
beton yang dilebihkan pada ujung bawah tiang yang menggelembung, ini bisa dibuat
dengan menjatuhkan palu pada beton yang masih segar.
Modul 4
Gambar 4 Tiang beton cor di tempat (lihat Tabel 4 untuk deskripsi lebih lanjut)
Tabel 4 Deskripsi tiang beton cor di tempat
Gambar 4(f) dan (g) adalah dua jenis tiang tanpa casing dengan salah satu diantaranya
menggunakan pedestal. Tiang tanpa casing dibuat dengan pertama-tama mendorongkan
casing ke dalam tanah hingga suatu kedalaman yang diinginkan dan kemudian
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Modul 4
10
Tiang klas A: Tiang-tiang dalam kelas ini mampu menerima beban-beban yang
berat. Diameter minimum batang sekurang-kurangnya 356 mm.
(2)
Tiang klas B: Tiang-tiang dalam kelas ini mampu menerima beban-beban sedang.
Diameter minimum batang adalah 305-330 mm.
(3)
Tiang klas C: Tiang ini digunakan untuk kontruksi sementara. Tiang ini dapat
digunakan untuk konstruksi permanen apabila keseluruhan tiang tenggelam di
bawah muka air tanah. Diameter minimum batang sekurang-kurangnya 305 mm.
Dalam setiap keadaan, kepala tiang tidak boleh memiliki diameter yang kurang dari 150
mm.
Modul 4
11
Tiang kayu biasanya tidak dapat menahan tegangan pada pemancangan yang keras; oleh
karena itu kapasitas tiang umumnya dibatasi hingga sekitar 220-270 kN (25-30 ton).
Sepatu baja bisa digunakan untuk mencegah kerusakan ujung bawah tiang. Kepala tiang
mungkin bisa juga rusak selama proses pemancangan. Kerusakan pada serat-serat kayu
yang disebabkan oleh tumbukan palu dinamakan dengan brooming. Untuk mencegah
kerusakan kepala tiang, topi dari logam biasanya ditambahkan pada kepala tiang.
Penyambungan tiang kayu haruslah dihindari, terutama apabila tiang akan memikul
beban tarik atau beban lateral. Namun apabila penyambungan diperlukan, maka ini bisa
dilakukan dengan menggunakan selubung pipa (pipe sleeves) seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5(a) atau lempeng logam dengan baut (metal straps and bolt) pada Gambar 5(b).
Panjang selubung pipa sekurang-kurangnya 5 kali diameter tiang. Ujung batang kayu
harus
dipotong
bujur
sangkar
sehingga
kontak
penuh
dapat
dijaga.
Bagian
Gambar 5 Penyambungan tiang kayu: (a) selubung pipa; (b) lempeng logam dengan baut
Tiang kayu dapat tetap tidak mengalami kerusakan dalam waktu tak terbatas apabila
sekeliling kayu adalah tanah yang jenuh air. Namun di lingkungan pantai, tiang kayu dapat
diserang oleh berbagai organisma yang akan menimbulkan kerusakan yang berat setelah
beberapa bulan. Bagian tiang yang berada di atas muka air bisa juga diserang oleh
serangga. Umur tiang bisa ditingkatkan dengan melumuri tiang dengan minyak ter
sebelum dipakai.
Modul 4
12
Daya dukung ijin tiang kayu dapat dihitung dengan rumus berikut:
Modul 4
13
Bab 3
Modul 4
14
Gambar 6 Dukung tiang titik [(a) dan (b)]; tiang gesek [(c)]
Disamping batuan, ada kalanya lapisan tanah yang sangat keras berada pada kedalaman
yang masuk akal, untuk ini tiang dapat diteruskan beberapa meter agar mencapai tanah
keras itu [lihat Gambar 6(b)]. Tiang dengan pedestal dapat dibuat pada tanah seperti ini.
Untuk jenis tiang seperti ini, beban batas tiang dapat dinyatakan sebagai,
14
Modul 4
15
Dalam hal ini, panjang tiang yang dibutuhkan dapat juga diperkirakan dengan tepat
apabila catatan penyelidikan tanah tersedia.
Tiang-tiang seperti ini disebut tiang gesek (friction piles)} sebab dominan dukungan tiang
berasal dari gesekan kulit tiang. Namun istilah tiang gesek, meskipun sudah sering
digunakan, bukanlah istilah yang tepat, sebab pada tanah lempung tahanan juga
ditimbulkan oleh adanya adhesion.
Panjang tiang gesek bergantung pada kuat geser tanah, beban, dan ukuran tiang. Untuk
menentukan panjang tiang yang dibutuhkan, yang dibutuhkan adalah pengetahuan
tentang interaksi tiang-tanah, judgment yang baik, dan pengalaman.
15
Modul 4
16
16
Modul 4
17
Gambar 7 Peralatan pemancangan tiang: (a) palu jatuh; (b) tenaga uap atau udara singleacting; (c) tenaga uap dan air double-acting dan differential; (d) diesel; (e) vibrator
Gambar 7(c) menunjukkan operasi pemancangan dengan tenaga uap atau udara untuk
double-acting. Untuk jenis pemancangan ini, udara dan uap digunakan bersama-sama
untuk menaikkan ram dan untuk menekan ke bawah. Hal ini akan menaikkan kecepatan
17
Modul 4
18
impak ram. Palu diesel [Gambar 7(d)] secara pokok terdiri dari sebuah ram, sebuah blok
landasan, dan sebuah sistem injeksi-bahan bakar. Selama pengoperasian, ram pertama
sekali dinaikkan dan kemudian bahan bakar diinjeksikan ke dekat landasan. Kemudian
ram dilepas. Ketika ram jatuh, dia akan menekan campuran udara-bahan bakar. Tekanan
ini membakar campuran udara-bahan bakar. Sebagai akibatnya, tiang akan tertekan ke
bawah sedang ram kembali naik. Palu diesel bekerja dengan baik meskipun dalam
kondisi pemancangan yang berat. Pada tanah lunak, pergerakan tiang ke bawah akan
lebih besar dibandingkan dengan pergerakan ram ke atas. Hal ini bisa tidak cukup untuk
membakar sistem udara-bahan bakar, sehingga ram harus diangkat secara manual. Tabel
6 dan 7 memberikan beberapa daftar diesel yang tersedia di pasaran, palu dengan singleacting, double-acting, dan differential.
18
Modul 4
19
yang saling berlawanan satu dengan lainnya. Ini akan menghasilkan gaya vertikal
sinusoidal dinamik pada tiang sehingga membantu tiang terdorong ke dalam tanah.
Pancaran (Jetting) adalah teknik yang kadang-kadang digunakan dalam pemancangan,
apabila tiang perlu dipancangkan pada suatu lapisan tanah keras tetapi tipis (seperti pasir
dan kerikil) yang menutupi sebuah lapisan tanah yang lunak. Pada teknik ini, air
disemprotkan ke ujung tiang dengan menggunakan pipa dengan diameter 50-75 mm
untuk membersihkan dan menghilangkan pasir dan kerikil.
Tiang kadang-kadang perlu dibuat membentuk sudut dengan horizontal atau disebut juga
dengan tiang miring (batter piles). Tiang miring digunakan pada grup tiang agar
mendapatkan daya dukung lateral yang lebih besar. Tiang-tiang semacam ini dapat dibuat
dengan sebagiannya adalah tiang bor. Dalam hal ini bor dapat dimanfaatkan untuk
membuat lubang bor terlebih dahulu. Sehingga tiang dapat dimasukkan ke dalam lubang
hingga kedalaman yang diharapkan.
19
Modul 4
20
Berdasarkan metode instalasinya, tiang dapat dibagi ke dalam dua kategori: tiang
perpindahan (displacement piles) dan tiang tunaperpindahan (nondisplacement piles).
Tiang pancang adalah tiang perpindahan, karena tiang ini menyebabkan tanah berpindah
ke arah lateral, dan oleh karena itu cenderung memadatkan tanah disekitarnya.
Kecenderungan untuk memadatkan tanah ini juga akan menghasilkan efek getaran ke
sekeliling lokasi pemancangan. Oleh karena itu pemakaian tiang pancang pada daerah
perumahan penduduk tidak terlalu disarankan. Untuk tiang-H agak kurang mengganggu
tanah secara lateral selama pemancangan, oleh karena itu tiang ini adalah tiang
perpindahan rendah. Sebaliknya, tiang bor adalah tiang tunaperpindahan. Penempatan
tiang ini hanya sedikit merubah keadaan tegangan di dalam tanah. Oleh karena itu
dewasa ini pemakaian tiang bor semakin meningkat, terutama di daerah perkotaan
dimana terdapat banyak gedung-gedung yang mungkin berada di dekat instalasi tiang.
Referensi
Bowles, J.E.: Foundation Analysis and Design, 4th ed., Mc-Graw-Hill, New York, 1988.
Das, B.M.: Principles of Foundation Engineering, PWS Publishers, Boston, 1984.
Prakash, S., and Sharma, H.D.: Pile Foundations in Engineering Practice, John Wiley &
Sons, New York, 1990.
Teng, W.C.: Foundation Design, Prentice-Hall, New Jersey, 1962.
Tomlinson, M.J.: Pile Design and Construction Practice, A Viewpoint Publication, Cement
and Concrete Association, 1977.
Tschebotarioff, G.P.: Foundation, Retaining and Earth Structures, 2nd ed., Mc-Graw-Hill,
New York, 1973.
20