Kebijakan Penyehatan Lingkungan
Kebijakan Penyehatan Lingkungan
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
Nomor : 445 /
/ 437.76 / 2011
TENTANG
untuk
mencegah
terjadinya
infeksi
nosokomial
di
Penyehatan
Lingkungan
Rumah
Sakit
dalam
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
: Penyehatan
Lingkungan
Rumah
Sakit
dalam
diktum
ketiga
KEENAM
Ditetapkan di
Pada tanggal
: Gresik
:
Agustus 2011
DIREKTUR
RSUD IBNU SINA KAB. GRESIK
Lampiran
Keputusan Direktur RSUD Ibnu Sina Kab. Gresik
Nomor : 445/
/ 437.76/ 2011
Tanggal :
Agustus 2011
KEBIJAKAN PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
I. PENDAHULUAN
Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit harus didukung dengan fasilitas
yang baik dan lingkungan yang sehat dan bersih. Dalam upaya mewujudkan lingkungan
yang sehat dan bersih, maka harus dilakukan kegiatan penyehatan lingkungan rumah
sakit yang memenuhi standar sesuai dengan Keputusan MenKes RI No. 1204/ Menkes/
SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi:
1. Penyehatan Lingkungan Kerja
2. Monitoring Kualitas Makanan dan Minuman
3. Penyehatan Air
4. Penyehatan Tempat Pencucian/ Penanganan Linen
5. Pengelolaan Limbah Padat dan Cair
6. Pengendalian Serangga dan Tikus
7. Sterilisasi/ Desinfeksi
8. Perlindungan Radiasi
9. Upaya Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
Dalam rangka mewujudkan rumah sakit yang sehat dan bersih, maka dibuat
suatu pedoman internal yang sesuai dengan Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit agar dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penyehatan
lingkungan rumah sakit.
II. TUJUAN
Tujuan kebijakan pengelolaan kebersihan lingkungan adalah sebagai berikut:
1.1.
1.3.
2.
3.
Penyehatan Air
a. Titik pengambilan sampel untuk pemeriksaan air bersih secara kimia, masingmasing diambil pada tempat penampungan dan kran terjauh dari tempat
penampungan.
b. Pemeriksaan kualitas air bersih secara kimia dilakukan minimal 2 (dua) kali
setahun.
c. Titik pengambilan sampel untuk pemeriksaan air bersih secara bakteriologis
diutamakan pada air kran di Instalasi Gizi, IBS, Bersalin, Neonatus, tempat
penampungan (tandon), secara acak pada kran-kran sepanjang sistem
distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain yang rawan pencemaran.
d. Jumlah titik sampel untuk pemeriksaan bakteriologis air bersih perbulan
(jumlah TT antara 101 400) sebanyak 6 titik.
e. Dilakukan analisis pada setiap hasil pemeriksaan laboratorium.
Pencucian linen infeksius dan non infeksius terpisah, untuk linen infeksius
dilakukan prewash menggunakan air dengan suhu 90 oC.
g. Bak penampung linen kotor dan linen sesudah dicuci harus terpisah.
h. Penyimpanan linen bersih harus dipisah sesuai dengan jenisnya dan pintu
almari selalu tertutup.
i.
j.
5.
5.1.
No
1
Kategori
Radioaktif
Warna Plastik
Merah
Limbah Infeksius,
Lambang
Kuning
Sitotoksis
Ungu
Coklat
farmasi
f. Petugas pengangkut
sampah
medis dan
f. Pengangkutan sampah yang di luar ruangan dilakukan setiap hari mulai pukul
06.00 WIB dan diulang lagi pada siang hari jika ada yang penuh.
g. Pengangkutan sampah mengunakan kereta/ gerobak yang tidak bocor
dengan penutup.
h. Sampah ditampung dalam kontainer dalam TPS yang pengangkutannya ke
TPA maksimal 3 hari sekali.
i. Pengangkutan kontainer ke TPA dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup.
j. Petugas pengangkut sampah non medis harus menggunakan APD (pakaian
kerja lengan panjang, topi, masker, sarung tangan, sepatu.
5.2.
Sterilisasi/ Desinfeksi
a. Ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi dan sterilisasi
sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.
b. Semua peralatan medik yang akan masuk ke dalam jaringan tubuh, sistem
vaskuler, atau yang menyentuh selaput lendir (seperti endoskopi) harus
dalam keadaan steril sebelum digunakan.
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah atau
sekresi harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan.
d. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada almari
khusus dalam ruangan yang terpisah dengan ruangan untuk peralatan yang
telah dipakai.
e. Pemantauan hasil sterilisasi dilakukan setiap 6 bulan sekali.
8.
Perlindungan Radiasi
a. Ruangan harus dilengkapi dengan proteksi radiasi dengan ketebalan tertentu
yang mampu menurunkan laju dosis radiasi.
b. Pekerja harus menggunakan pakaian kerja dan film bedge untuk monitoring
tingkat pajanan radiasi.
c. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dilakukan sekurang-kurangnya 1
tahun sekali.
9.