INSOMNIA
Disusun Oleh :
Riezky Yudha Dewanty
20110310097
Diajukan Kepada :
Dr. Y. Kristiyanta, Sp.Kj
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa
insomnia
tampaknya
termasuk
depresi,
menjadi
prediksi
kecemasan,
sejumlah
ketergantungan
pasien
dengan
predisposisi
yang
mendasari
untuk
insomnia.3
Meskipun kurang tidur, banyak pasien dengan insomnia
tidak mengeluh mengantuk di siang hari. Namun, mereka
mengeluhkan rasa lelah dan letih, dengan konsentrasi yang
buruk. Hal ini mungkin berkaitan dengan keadaan fisiologis
hyperarousal. Bahkan, meskipun tidak mendapatkan tidur cukup,
pasien dengan insomnia seringkali mengalami kesulitan tidur
bahkan untuk tidur siang.
Insomnia
kronis
juga
memiliki
banyak
konsekuensi
BAB II
ISI
I.
Fisiologi Tidur
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang
saraf
pusat
yang
menghilangkan
1) Tidur Stadium 1
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur.
Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot
berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri.
Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali
dibangunkan.
Gambaran
Elektro
Ensefalo
Gram
(EEG)
Kita
juga
mngalami
imobilitas
yaitu
tidak
dapat
sesuai
mimpi
kita
sehingga
membahayakan
kita.
cahaya
terang
akan
masuk
melalui
mata
dan
masuk,
NSC
segera
mengeluarkan
hormon
yang
Definisi Insomnia
Insomnia
sebagai
kesulitan
memulai
atau
minimal
satu
bulan.
Menurut
The
International
tidur
walaupun
ada
kesempatan
untuk
Patofisiologi Insomnia
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim
system
serotoninegrik,
histaminergik.
System Serotoninergik
noradrenergic,
kholonergik,
Serotonin,
yang
dikenal
juga
dengan
nama
5-
asam
amino
trypthopan.dengan
hasil
bertambahnya
menjadi
waspada,
dengan
keadaan
terendah
Norepineprin
memiliki
peranan
utama
dalam
peningkatan
aktifitas
noradrenergic
akan
menyebabkan
berperan
dalam
transmisi
neurohormonal
pada
dalam
SSP.
Stimulasi
jalur
kolinergik
ini,
kimia
ini
dalam
mungkin
otak
disebabkan
atau
karena
untuk
mengalami
insomnia
lebih
besar
penyakit
paru-paru,
gastroesophageal
reflux
muncul
berbulan-bulan
atau
bertahun-tahun
pada
berapa
jam
lama
yang
tidur
sama
pada
tanpa
malam
Relaksasi
sebelum
tidur,
seperti
mandi
air
hangat,
2) Farmakologi
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua
golongan yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep inducing antiinsomnia yaitu golongan benzodiazepine (Short Acting).
-
Anti-Insomnia,
yaitu
golongan
heterosiklik
gangguan depresi.
Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak
utuh
dan
terpecah-pecah
menjadi
beberapa
bagian
(multiple awakening).
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep Maintining
Anti-Insomnia,
yaitu
golongan
phenobarbital
atau
dipertahankan
secepatnya
-
off
1-2
(untuk
minggu,
kemudian
mencegah
timbulnya
tapering
sampai
lebih
perlahan-lahan,
untuk
menghindari
Lama Pemberian
-
Pemakaian
obat
antiinsomnia
sebaiknya
sekitar
1-2
obat
seringkali
oleh
karena
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Insomnia merupalan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan
yang
biasanya
digunakan
untuk
mengatasi
Phenobarbital).
Tatalaksana
insomnia
secara
non
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis
Psikiatri. Ed: Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara
Publisher
2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2 - International
Classification of Sleep Disorders. American Academy of Sleep
Medicine Diagnostic and Coding Manual . Diagnostik dan
Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, Ill: American Academy of
Sleep Medicine; 2005:1-32.
3. Zeidler, M.R. 2011. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis.
(http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com)
4. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC
5. Sudoyo. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan
Departemen
Ilmu
Penyakit
Dalam
Fakultas