Kajian Aspek Moderenisme Dan Postmoderenisme Pada Komik "Grand Legend Ramayana"
Kajian Aspek Moderenisme Dan Postmoderenisme Pada Komik "Grand Legend Ramayana"
Magister Desain
Universitas Trisakti
Jakarta
postmodernisme
yang
hadir
karena
kekecewaan
pada
baik.
Pada
dasarnya,
postmodernisme
adalah
anti-modern.
Beberapa
Pemilihan komik Grand Legend Ramayana dikarenakan komik ini merupakan salah
satu komik lokal yang sedang cukup populer di kalangan penikmat komik di Indonesia,
dan kajian ini lebih bermaksud untuk mengungkapkan aspek-aspek moderinsme dan
postmodernisme yang terkandung dalam komik Grand Legend Ramayana karya Is
Yuniarto.
Eksperimen
Pembaruan (Innovation)
Kebaruan (Novelty)
Orisinalitas
Ciri-ciri:
Minimalis
Fungsionalitas diprioritaskan
Kreativitas
Kapitalisme
Postmoderenisme:
Aspek-Aspek:
Ekletisisme
Kistch
Pastiche
Parodi, Ironi, black parodi
Mimicry/peniruan
Camp
Temporal distortion
Ciri-ciri:
Hilangnya originalitas dan kegeniusan. Pada masa posmodern dianggap tidak ada
karya yang original.
agama lain
Ornamen dan dekorasi dianggap penting
Kontradiksi
Tidak mengedepankan fungsi
Dalam GLR ada cukup banyak konten moderenisme dan postmoderenisme yang
terkandung di dalamnya, baik secara kasat mata maupun tidak (konseptual), beberapa
unsur-unsur moderenisme dan postmoderenisme yang terlihat adalah antara lain:
Moderenisme:
Eksperimen
Unsur
eksperimen
(coba-coba)
dapat
dilihat
dari
konsep
GLR
yang
menggabungkan dua era yang sangat bertolak belakang, yaitu era pewayangan
Ramayana dengan cerita dan elemen tradisionalnya yang kental, dengan era
moderenisasi (future/masa depan) dengan konsep penggambaran tokoh dan dunia
yang lebih moderen.
dan penguatan konsep, terutama pada kosep desain karakter, serta setting ruang
dengan konsep "hibrid" yang menggabungkan elemen klasik dari wayang (pada
ornamen, pakaian, aksesoris) serta elemen moderen (pada ruang, benda, pakaian,
senjata)
Postmoderenisme:
budaya sangat ditonjolkan dalam GLR, tidak hanya mengambil cerita dan tokoh saja,
ikon ikon ornamen budaya dimunculkan disana sini pada GLR, hingga ke beberapa
detail terkecil seperti embos pada bagian kap mobil, senjata, ornamen bangunan, dsb.
Sejarah dan tradisi dihidupkan kembali, serta dapat menerima budaya dan
agama lain
Selain menggunakan cerita perwayangan yang berasal dari India dan
sudah disadur secara lokal, GLR juga mengambil banyak unsur budaya lain, terutama
dari segi visual, penggunaan gaya gambar manga merupakan salah satu ciri yang
paling terlihat (hal ini juga masuk ke aspek mimicry/peniruan yang kental dalam
postmoderenisme), atau juga menyelipkan beberapa unsur budaya asing kedalam
kostum karakter, beberapa yang terlihat di antaranya adalah Amerika (topi pilot),
Jepang (baju shogun/samurai), Eropa (tuksedo)
postmodern yang sering dapat dilihat, dan dengan bereksperimen menggunakan karya
klasik, menyadurnya lalu memperbaharuinya hingga menjadi suatu hasil karya baru,
orisinal (secara konsep desain karakter, desain dunia) namun tidak disaat yang
bersamaan (cerita, tokoh).
Kesimpulannya bahwa GLR memiliki pengaruh apek modern (konsep,
eksperimental) namun lebih banyak dipengaruhi oleh aspek dan ciri postmodernisme
(mimicry, saduran/pastiche, temporal distorsion, kuat di unsur ornamental, budaya dan
sejarah)
Sumber:
Bambang Sugiharto., Postmodernisme Tantangan bagi Filsafat, Yogyakarta: Kanisius,
1996
Childs, Peter. 2000. Modernism. London and New York: Routledge
Blog:
http://postmodernblog.tumblr.com/post/106532710/a-list-of-postmodern-characteristics