Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN ASPEK MODERENISME DAN POSTMODERENISME

PADA KOMIK "GRAND LEGEND RAMAYANA"


Filsafat Ilmu
Dr. Embun Kenyowati

Ika Resmika Andelina

Magister Desain
Universitas Trisakti
Jakarta

Perkembangan karya seni mengalami pergolakan beberapa tahun terakhir.


Pergolakan tersebut tidak dapat dipisahkan dari konteks modernisasi, khususnya dalam
bidang filsafat, ilmu, seni dan kebudayaan. Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat
bertahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kapitalisme, serta
cara berpikir modern. Realitas tersebut menyebabkan pemikiran modernisme dianggap
sudah usang dan harus diganti dengan paradigma baru yang disebut postmodernisme.
Modernisme sendiri ialah konsep yang berhubungan dengan hubungan manusia
dengan lingkungan sekitarnya pada zaman modern. Konsep modernisme ini meliputi
banyak bidang ilmu (termasuk seni dan sastra) dan, 'modernisme' pada umumnya
dilihat sebagai reaksi individu dan kelompok terhadap dunia 'modern', dan dunia
modern ini dianggap sebagai dunia yang dipengaruhi oleh praktik dan teori kapitalismeindustrialisme dan negara-bangsa, Moderenisme juga mengutamakan orisinalitas,
eksperimen, dan juga pengetahuan serta logika. Beberapa gaya seni yang muncul pada
era moderenisme antara lain: Pop art, Minimalism (post-dadaism, post-minimalism,
dsb), pada era ini juga sering disebut sebagai era kebebasan bereksperimen,
moderenisme ini sendiri memiliki cukup banyak dampak negatif di masyarakat
(terutama setelah pasca perang dunia pertama)
Sedangkan

postmodernisme

yang

hadir

karena

kekecewaan

pada

moderenisme, menolak penekanan kepada penemuan ilmiah melalui metode sains,


yang merupakan fondasi intelektual dari modernisme untuk menciptakan dunia yang
lebih

baik.

Pada

dasarnya,

postmodernisme

adalah

anti-modern.

Beberapa

kecenderungan khas postmodernisme dalam bidang seni adalah hilangnya batas


antara seni dan kehidupan sehari-hari, tumbangnya batas antara budaya-tinggi dan
budaya pop, campur aduk gaya yang bersifat eklektik, parodi, pastiche, ironi,
kebermainan dan merayakan budaya permukaan tanpa peduli pada kedalaman,
hilangnya orisinalitas dan kejeniusan, dan akhirnya, asumsi bahwa kini seni cuma bisa
mengulang-ulang masa lalu.
Di Indonesia, pengaruh kedua paradigma diatas sekarang kini dapat kita lihat
pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari fenomena seni budaya, maupun karyakarya seni budaya yang ada, salah satunya adalah komik.

Pemilihan komik Grand Legend Ramayana dikarenakan komik ini merupakan salah
satu komik lokal yang sedang cukup populer di kalangan penikmat komik di Indonesia,
dan kajian ini lebih bermaksud untuk mengungkapkan aspek-aspek moderinsme dan
postmodernisme yang terkandung dalam komik Grand Legend Ramayana karya Is
Yuniarto.

Grand Legend Ramayana (selanjutnya akan disingkat sebagai GLR) merupakan


komik adaptasi bebas dari kisah pewangan Ramayana, yang memiliki setting
petualangan fiksi moderen, menggunakan gaya komik Jepang (atau yang biasa disebut
manga) sebagai gaya visualnya.
Secara konten, komik GLR ini memiliki aspek moderenisme dan juga post
moderenisme, ada beberapa moderenisme dan postmoderenisme yang dikemukakan
oleh para ahli, yaitu antara lain:
Moderenisme:
Aspek-aspek:

Eksperimen

Pembaruan (Innovation)

Kebaruan (Novelty)

Orisinalitas
Ciri-ciri:

Mengebelakangkan emosi, serta sejarah, mengutamakan logika.

Minimalis

Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi, tetapi jangkauan


penjabaran visualisasinya tidak terbatas .
Rasionalitas/Rationality

Dominan bentuk-bentuk geometris

Tidak ada unsur ornament

Fungsionalitas diprioritaskan

Penguatan dalam konsep

Kreativitas

Kapitalisme

Postmoderenisme:
Aspek-Aspek:

Ekletisisme
Kistch
Pastiche
Parodi, Ironi, black parodi
Mimicry/peniruan
Camp
Temporal distortion

Ciri-ciri:
Hilangnya originalitas dan kegeniusan. Pada masa posmodern dianggap tidak ada
karya yang original.

Hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari hari


Mencampur adukan berbagai macam gaya/aspek ke dalam satu karya (Pastiche,

parodi, elektisisme, dsb)


Tumbangnya batas antara budaya tinggi dan budaya populer.
Seni dianggap sebagai bahasa/system tanda
Sejarah dan tradisi dihidupkan kembali, serta dapat menerima budaya dan

agama lain
Ornamen dan dekorasi dianggap penting

Kontradiksi
Tidak mengedepankan fungsi

Dalam GLR ada cukup banyak konten moderenisme dan postmoderenisme yang
terkandung di dalamnya, baik secara kasat mata maupun tidak (konseptual), beberapa
unsur-unsur moderenisme dan postmoderenisme yang terlihat adalah antara lain:
Moderenisme:

Eksperimen
Unsur

eksperimen

(coba-coba)

dapat

dilihat

dari

konsep

GLR

yang

menggabungkan dua era yang sangat bertolak belakang, yaitu era pewayangan
Ramayana dengan cerita dan elemen tradisionalnya yang kental, dengan era
moderenisasi (future/masa depan) dengan konsep penggambaran tokoh dan dunia
yang lebih moderen.

Penguatan dalam konsep


Salah satu ciri moderenisme yang juga terasa pada GLR adalah pematangan

dan penguatan konsep, terutama pada kosep desain karakter, serta setting ruang
dengan konsep "hibrid" yang menggabungkan elemen klasik dari wayang (pada
ornamen, pakaian, aksesoris) serta elemen moderen (pada ruang, benda, pakaian,
senjata)
Postmoderenisme:

Mencampur adukan berbagai macam gaya/aspek ke dalam satu karya (Pastiche,


parodi, elektisisme, dsb)
Pengambilan unsur budaya sangat kental dalam GLR, mengambil tema
cerita Ramayana dengan semua tokoh-tokohnya (Rama, Shinta, pandawa lima,
Yaksha, dsb), begitu pula dengan ornamen - ornamen pewayangan baik secara
visual (aksesoris rambut/baju, ornamen pada arsitektur, dsb), hal ini masuk
kedalam ranah Pastiche (saduran) yang merupakan aspek postmoderenisme
walaupun mengalami modifikasi di sana sini, karena terjadinya temporal
distortion, atau pergeseran/ketidaksesuaian timeline yang biasa muncul dalam
karya-karya postmodern. Temporal dsitortion ini ada pada GLR, sebagai contoh:
terdapat adegan orang menggunakan telefon, mobil, pistol, dan sebagainya yang
pada masa (penciptaan cerita Ramayana) itu sendiri belum ada.

Ornamen dan dekorasi dianggap penting


Walaupun mengambil seting dunia perwayangan fiksi, penggunaan ornamen

budaya sangat ditonjolkan dalam GLR, tidak hanya mengambil cerita dan tokoh saja,
ikon ikon ornamen budaya dimunculkan disana sini pada GLR, hingga ke beberapa
detail terkecil seperti embos pada bagian kap mobil, senjata, ornamen bangunan, dsb.

Sejarah dan tradisi dihidupkan kembali, serta dapat menerima budaya dan
agama lain
Selain menggunakan cerita perwayangan yang berasal dari India dan

sudah disadur secara lokal, GLR juga mengambil banyak unsur budaya lain, terutama
dari segi visual, penggunaan gaya gambar manga merupakan salah satu ciri yang
paling terlihat (hal ini juga masuk ke aspek mimicry/peniruan yang kental dalam
postmoderenisme), atau juga menyelipkan beberapa unsur budaya asing kedalam

kostum karakter, beberapa yang terlihat di antaranya adalah Amerika (topi pilot),
Jepang (baju shogun/samurai), Eropa (tuksedo)

Pengangkatan konsep klasik moderen yang kontradiktif, saling bertolak belakang


mernjadikan daya tarik khas tersendiri bagi GLR, penyaduran cerita klasik dengan
penggambaran yang populer (modern) di masa kini

merupakan salah satu ciri

postmodern yang sering dapat dilihat, dan dengan bereksperimen menggunakan karya
klasik, menyadurnya lalu memperbaharuinya hingga menjadi suatu hasil karya baru,
orisinal (secara konsep desain karakter, desain dunia) namun tidak disaat yang
bersamaan (cerita, tokoh).
Kesimpulannya bahwa GLR memiliki pengaruh apek modern (konsep,
eksperimental) namun lebih banyak dipengaruhi oleh aspek dan ciri postmodernisme
(mimicry, saduran/pastiche, temporal distorsion, kuat di unsur ornamental, budaya dan
sejarah)

Sumber:
Bambang Sugiharto., Postmodernisme Tantangan bagi Filsafat, Yogyakarta: Kanisius,
1996
Childs, Peter. 2000. Modernism. London and New York: Routledge

Embun Kenyowati. 2014. Data Perkuliahan Filsafat Ilmu. Jakarta


Is Yuniarto. 2014. Grand Legend Ramayana. Jakarta, Re:On.
Lyotard, J. F. 1984. The Postmodern Condition: A Report on Knowledge. Manchester:
Manchester University Press
McCaffery, L. (1986) Postmodern Fiction: A Bio-Bibliographical Guide. Greenwood
Press
Crouch, Christopher. 2000. Modernism in Art Design and Architecture. New York: St.
Martins Press

Blog:
http://postmodernblog.tumblr.com/post/106532710/a-list-of-postmodern-characteristics

Anda mungkin juga menyukai