Kondisi Geologi Dan Implikasinya Pada Konstruksi Jembatan Surabaya
Kondisi Geologi Dan Implikasinya Pada Konstruksi Jembatan Surabaya
SURABAYA-MADURA
BAB 1
PENDAHULUAN
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang
dilakukan terus menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang
sejahtera. Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan dan dimulainya era
perbaikan di segala bidang, baik industri, perdagangan maupun pariwisata,
tentunya akan disertai dengan pembangunan infrastruktur untuk menunjangnya.
Suatu infrastruktur (konstruksi) yang baik harus dibangun berdasarkan
pertimbangan yang matang sehingga nantinya konstruksi tersebut dapat bertahan
dalam waktu yang lama dan tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ilmu
geologi yang mempelajari bumi, tempat konstruksi tersebut berdiri, memiliki
kontribusi dan peranan yang sangat vital untuk dapat menunjang terciptanya
maksud dan tujuan pembangunan konstruksi tersebut sehingga diharapkan
pembangunan konstruksi dapat berlangsung dengan cepat dan murah dengan hasil
yang memuaskan.
Dalam pembangunan suatu konstruksi, terdapat tiga tahapan utama, yaitu pra
konstruksi, syn konstruksi, dan pasca konstruksi. Pada tahapan pra konstruksi ini
peranan geologist mutlak diperlukan untuk menginvestigasi kondisi geologi daerah
konstruksi sehingga didapatkan data dan informasi geologi yang diperlukan. Data
dan informasi geologi tersebut nantinya akan menentukan tahapan konstruksi
selanjutnya (desain konstruksi). Data dan informasi geologi yang diperlukan
meliputi informasi geologi permukaan yang berupa data tanah, batuan, airtanah,
struktur geologi, dan stratigrafi daerah rencana konstruksi. Sedangkan untuk
informasi geologi bawah permukaan meliputi pemetaan, coring, dan pengukuran
geofisika lainnya.
Pada tahapan selanjutnya yaitu syn-konstruksi. Pada tahap ini, geologist
berperan dalam mengawasi perkembangan konstruksi suatu bangunan berdasarkan
keadaan geologi yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pada tahap selanjutnya yaitu
tahapan
pasca
konstruksi, geologist berperan
dalam maintenance terkait
perkembangan kondisi geologi pada daerah konstruksi tersebut.
Indonesia adalah negara dengan gugusan pulau terbesar di dunia. Saat ini,
akses penghubung antar pulau tersebut sebagian besar masih menggunakan akses
laut yang lebih lama dan memakan biaya yang besar. Sehingga untuk menunjang
kegiatan pembangunan dan perekonomian antar pulau, diperlukan adanya
akselerasi infrastruktur tertentu untuk menunjang pembangunan tersebut. Salah
satunya adalah pembangunan jembatan.
Jembatan merupakan akses penghubung pulau paling efisien hingga saat ini
karena jembatan dapat memindahkan suatu komoditi dengan waktu lebih cepat,
lebih aman, dan lebih murah. Dengan adanya jembatan maka diharapkan
pertumbuhan ekonomi daerah terdampak akan bertambah dengan lebih cepat. Oleh
karena itu, kami mengambil permasalahan mengenai konstruksi jembatan dan
implikasi geologi terhadap konstruksi tersebut. Jembatan yang kami pilih
sebagai case study adalah jembatan paling fenomenal di Indonesia, jembatan
terpanjang di Indonesia, yaitu jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau
Surabaya dan pulau Madura. Jembatan ini memiliki desain konstruksi yang cukup
menarik untuk dibahas akibat adanya kompleksitas keadaan geologi daerah
tersebut.
BAB II
DASAR TEORI
Geologi adalah ilmu yang mempelajari asal, struktur, komposisi, sejarah, dan
proses-proses yang terjadi di Bumi. Dalam ilmu geologi terdapat cabang ilmu lain
yaitu Geologi Teknik. Geologi Teknik adalah cabang ilmu geologi yang berperan
dalam rekayasa keteknikan suatu konstruksi bangunan berdasarkan kondisi dan
aspek-aspek geologinya.
Data-data geologi yang diperlukan untuk menunjang konstruksi berupa :
1.
Morfologi dan kemiringan
Meliputi kondisi bentang alam beserta unsur-unsur geomorfologi lainnya,
penafsiran genesa morfologi dan perkembangan geomorfologi yang mungkin akan
terjadi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan bentuk lembah, pola aliran
sungai, sudut lereng, pola gawir dan bentuk-bentuk bukit. Morfologi atau bentang
alam seperti tampak pada saat sekarang ini merupakan hasil kerja dari sistem alam,
yaitu proses-proses dalam bumi (tektonik/vulkanisme) dan proses-proses luar (air
permukaan, gelombang, longsoran, tanaman, binatang termasuk manusia).
Morfologi sangat penting dalam hubungannya dengan pelaksanaan
pembangunan, yaitu untuk mengetahui karakteristik bentang alamnya seperti
kemiringan lereng dalam kaitannya dengan jangkauan optimum sudut lereng untuk
keperluan kesampaian lokasi dan operasional kendaraan pengangkut bahan
bangunan dan tataguna lahan pada saat ini.
2.
Satuan tanah dan batuan
Satuan tanah dan batuan memberikan informasi mengenai susunan atau
urutan stratigrafi dari tanah dan batuan secara vertikal maupun horisontal. Untuk
itu perlu dilakukan pemerian sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan yang dapat
diamati langsung di lapangan secara megaskopis.
Penyusunan satuan geologi teknik dilakukan dengan cara pengelompokan
tanah dan batuan yang mempunyai sifat fisik dan keteknikan yang sama atau
mendekati sama. Informasi mengenai kondisi tanah dan batuan ini sangat mutlak
diperlukan untuk pembuatan pondasi suatu bangunan.
3.
Struktur Geologi
Struktur geologi meliputi pemerian jurus dan kemiringan lapisan batuan,
kekar, rekahan, sesar, lipatan dan ketidakselarasan. Data ini sangat penting dalam
pekerjaan
pembangunan
infrastruktur
guna
mengurangi
kemungkinan failure akibat struktur geologi atau memecahkan permasalahan yang
dapat terjadi akibat struktur geologi seperti longsor.
5.
1.
Pengamatan yang perlu dilakukan meliputi kedalaman muka air tanah bebas,
sifat korosifitas air tanah, dan munculnya mata air atau rembesan yang dapat
mempengaruhi perencanaan konstruksi pondasi bangunan. Investigasi airtanah
diperlukan untuk mengetahui tingkat korosivitas dan kemungkinan amblesan
akibat air tanah dari bangunan tersebut.
Bahaya Geologi
Meliputi pengamatan dan penilaian tentang ada tidaknya bahaya yang
mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari faktor geologi. Identifikasi bahaya
geologi sangat erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur, karena
dikhawatirkan akan menjadi kendala atau hambatan selama pembangunan maupun
pasca pembangunan, antara laian struktur sesar aktif, gerakan tanah/batuan, banjir
bandang, amblesan tanah/batuan, bahaya kegunungapian, erosi dan abrasi,
kegempaan, tsunami, dan lempung mengembang.
Selain data-data geologi, pengetahuan terhadap desain konstruksi sangat
penting diketahui. Dalam hal ini, konstruksi yang direncanakan berupa bangunan
jembatan.
Jembatan adalah suatu bangunan teknik/struktur konstruksi yang dibuat
untuk menyebrangi suatu rintangan seperti lembah/sungai/rel kereta api/jalan raya
dibangun untuk laluan pejalan kaki/kendaraan. Jembatan seiring dengan berjalan
waktu, mengalami perubahan macam, bentuk, dan bahan sesuai dengan kemajuan
zaman dan teknologi mulai dari yang sedehana sampai paling mutakhir.
Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari 4 bagian pokok, yaitu:
Konstruksi bangunan atas (superstructure)
Konstruksi bangunan atas (superstructure) yaitu bangunan yang berada pada
bagian atas suatu jembatan yang berfungsi menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh suatu lintasan orang/kendaraan, dll kemudian menyalurkan
bebannya pada bagian bawah. Bagian-bagian superstructures terdiri atas atas :
Trotoir : Sandaran dan peninggi trotior, konstruksi trotoir
Lantai kendaraan
Balok diafragma
Balok gelagar
Ikatan pengaku
Perletakan (rol dan sendi)
2.
Pondasi
Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah
dasar. Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat
dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
a) Pondasi telapak (spread footing)
b) Pondasi sumuran (caisson)
c) Pondasi tiang (pile foundation)
BAB III
STUDI KASUS
KONDISI GEOLOGI DAN IMPLIKASINYA PADA KONSTRUKSI
JEMBATAN SURABAYA-MADURA
Pembangunan jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) sangat dipengaruhi
oleh kondisi geologi daerah konstruksi. Suatu jembatan perlu bertumpu pada
batuan yang rigid dari berbagai aspek agar stabilitas dan keberlangsungan
jembatan dapat terpenuhi sesuai yang direncanakan. Aktivitas tektonik/struktur
geologi dan kondisi geologi lainnya dapat menyebabkan batuan yang sebelumnya
terbentuk cukup masif akan dapat menjadi retak atau pecah dan membentuk zona
zona lemah. Keberadaan zona lemah pada batuan pondasi menyebabkan penurunan
kualitas batuan. Karena itu keberadaan zona lemah ini perlu mendapat perhatian
lebih dalam perencanaan kontruksi jembatan.
(Firmansyah & Irsyam) yang menerus hingga kedalaman 600km, yang biasa
disebut Benioff Zone (Gambar IV-28).
Selain gempa-gempa yang terjadi akibat terjadinya pergerakan lempeng,
Surabaya-Madura juga dipengaruhi oleh gempa yang terjadi pada zona-zona
patahan yang berada disekitarnya, seperti patahan Lasem di perbatasan Jawa Timur
dan Jawa Tengah pada daerah pegunungan Kendeng. Gempa-gempa yang terjadi
akibat patahan pada dan diluar patahan tersebut diatas, tidak diperhitungkan karena
kontribusinya tidak turut mempengaruhi perhitungan kegempaan daerah Surabaya.
Jumlah dan besarnya Magnituda gempa di zona subduksi ini dipengaruhi oleh
umur, komposisi dan kecepatan pergeseran lempeng. Sepanjang Busur Sunda
faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi jumlah terjadinya dan ukuran
maksimum gempa dan dapat terlihat bahwa gempa dangkal terdistribusi ke zona
yang menyudut.
Identifikasi Distribusi Lokasi Pusat Gempa di Sekitar Suramadu
Analisa zona sumber gempa membutuhkan informasi dari katalog gempa
yang berupa catatan lokasi sumber gempa, mekanisme gempa serta besar
magnituda yang terjadi. Studi seismotektonik yang menggambarkan kondisi
struktur sumber gempa dapat melengkapi karakteristik sumber gempa yang akan
dikaji. Sumber gempa USGS dari tahun 1973-2006 yang di plotkan pada peta
Indonesia diperlihatkan pada Gambar IV-19.
Permodelan Zona Sumber Gempa di Suramadu
Permodelan zona sumber gempa merupakan penentuan area setiap sumber
gempa yang diambil dari area distribusi lokasi sumber gempa yang terletak pada
radius sekitar 500 km dari surabaya. Potongan melintang dari distribusi sumber
gempa di setiap area dipergunakan untuk menganalisa sudut penunjaman subduksi
sumber gempa yang terjadi dan juga untuk memisahkan sumber gempa yang
berbeda jenis mekanismenya yang terletak pada area yang sama. Gempa yang
termasuk strike slip didefinisikan terletak pada kedalaman kurang dari 50 km dan
diluar daerah subduksi.
Pada daerah ini, terlihat adanya kompleksitas keadaan geologi. Pada gambar
III-25, terlihat adanya fault zoneyang sangat kompleks pada daerah tersebut. Pulau
Madura mengalami uplift yang cukup cepat yang diimbangi dengan isostasi
cekungan selat madura yang semakin mendalam.
Berdasarkan pada sayatan diatas dapat kita lihat bahwa antara Pulau Jawa
dan Pulau Madura dipisahkan oleh struktur yang sangat kompleks. Pada gambar
Pulau Madura merupakan bagian yang memisahkan diri dari Pulau Jawa karena
proses pull apart basin.
dekat cekungan Bali dan patahan Lasem. Patahan Lasem ini cukup aktif dan
berbahaya jika tidak diperhitungkan dalam pembangunan jembatan Suramadu.
Pada bagian tengah jembatan, dibuat dengan cable stay bridge. Hal tersebut
dibuat karena jembatan tersebut memotong laut yang cukup dalam sehingga
pembangunan di dalam air susah untuk dilakukan. Konstruksi pondasi bagian
tengah yang demikian sangat efektif karena pembuatannya lebih mudah. Disisi lain
konstruksi yang demikian dibuat dikarenakan basement dari jembatan tersebut
memiliki kompleksitas struktur geologi yang dikhawatirkan dapat
menyebabkan failure pada jembatan sehingga harus dibuat simpel dan sederhana
dan bertumpu pada bagian yang relatif rigid pada daerah yang kompleks struktur
geologi tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
1.
DAFTAR PUSTAKA
Aldiamar, Fahmi, 2007, Analisis Resiko Gempa dan Pembuatan Respom Spektra Desain
untuk Jembatan Suramadu dengan Pemodelan Sumber Gempa 3D, Institut
Teknologi Bandung
Supandjono, dkk, 1992, Peta Geologi Lembar Surabaya-Sapulu, skala :100.000. Bandung
: Puslitbang Geologi
http://argajogja.blogspot.com/2011/06/desain-metode-konstruksi-jembatan.html
http://hamdimhd.blogspot.com/2012/07/construction-method-suramadu-project.html
http://oneadit.blogspot.co.id/2013/12/kondisi-geologi-dan-implikasinyapada_8208.html