Anda di halaman 1dari 35

HEPATITIS B PADA KEHAMILAN

Oleh:
Nancy Edison 030.11.208

Pembimbing:
dr. Pardjito Sp.OG

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kandungan dan Kebidanan


Rumah Sakit Umum Kardinah

Tegal, Periode 7 Maret 2016 14 Mei 2016

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA

Nancy Edison

FAKULTAS

Kedokteran

JUDUL

Hepatitis B pada kehamilan

BAGIAN

Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

PEMBIMBING

dr. Pardjito, SpOG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian
Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Di RSUD Kardinah tegal


Tegal, April 2016

Pembimbing

( dr. Pardjito, SpOG )

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Hepatitis B
pada kehamilan tepat pada waktunya. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Kardinah Tegal.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dr. Pardjito, SpOG
yang telah membimbing penulis dalam menyusun referat ini, serta kepada seluruh dokter
yang telah membimbing penulis selama di kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di RSUD Kardinah Tegal. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua
pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan referat ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam referat ini. Akhir kata,
penulis mengharapkan semoga referat ini dapat memberikan manfaat.

Tegal, April 2016

Nancy Edison

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................2
2.1 Hepatitis B.....................................................................................................2
2.1.1 Etiologi................................................................................................2
2.1.2 Siklus Replikasi VHB.........................................................................4
2.1.3 Epidemiologi.......................................................................................6
2.1.4 Cara Penularan....................................................................................8
2.1.5 Patogenesis..........................................................................................8
2.1.6 Manifestasi klinis................................................................................10
2.1.7 Diagnosis.............................................................................................12
2.1.8 Pencegahan..........................................................................................14
2.1.9 Penanganan.........................................................................................15
2.2 Hepatitis B pada kehamilan..........................................................................16
2.2.1 Pengaruh Infeksi VHB pada kehamilan..............................................16
2.2.2 Pengaruh Kehamilan pada Infeksi VHB.............................................17
2.2.3 Transmisi VHB Perinatal....................................................................18
2.2.4 Penanganan Infeksi VHB saat Kehamilan..........................................20
2.2.5 Imunoprofilaksis.................................................................................22
2.2.6 Penanganan Anak dan Ibu dengan HBsAg (+)...................................24
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26
1

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di
dunia, termasuk di Indonesia. Virus hepatitis B (VHB) telah menginfeksi sejumlah 2 milyar
orang di dunia dan sekitar 240 juta merupakan pengidap virus hepatitis B kronis. Indonesia
merupakan negara dengan pengidap Hepatitis B nomor 2 terbesar sesudah Myanmar diantara
negara-negara anggota WHO SEAR (South East Asian Region). Sekitar 23 juta penduduk
Indonesia telah terinfeksi Hepatitis B. Menurut hasil Riskesdas 2007, hasil pemeriksaan
Biomedis 10.391 sampel serum yang diperiksa, prevalensi HBsAg positif 9.4% yang berarti
diantara 10 penduduk di Indonesia terdapat seorang penderita Hepatitis B virus.1,2
Angka penularan secara vertikal dari ibu pengidap Hepatitis B kepada bayinya cukup
tinggi. Berdasarkan penelitian beberapa rumah sakit di Indonesia, prevalensi HBsAg pada ibu
hamil berkisar 2,1 35,1%. Resiko tinggi terhadap Hepatitis B terdapat pada anak yang
dilahirkan dari ibu penderita Heptitis B, pasangan penderita Hepatitis B, orang yang sering
berganti pasangan sex, injection drug user, kontak serumah dengan penderita, penderita
hemodialisis, pekerja kesehatan, petugas laboratorium dan berkunjung ke wilayah dengan
endemisitas tinggi.1
PenangananHepatitisBdiIndonesiaadalahmasalahyangrumitdanmembutuhkan
koordinasi dari banyak pihak. Sulitnya penanganan ini antara lain disebabkan karena
tingginyaprevalensiHepatitisBdiIndonesia,sifatvirusHepatitisByangsangatinfeksius,
dan kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang Hepatitis B. Penanganan
HepatitisBdiIndonesiasecaraumumdapatdibagimenjadiupayamemutusrantaipenularan
virus Hepatitis B dan penanganan secara tepat penderita Hepatitis B. Pemutusan rantai
penularanvirusHepatitisBbisadilakukansecaravertikalmaupunhorizontal.Penanganan
penderitaHepatitisBsecaratepat,selainbergunauntukmenekanangkakejadiansirosisdan
kanker hati, juga berguna untuk mencegah penularan dengan cara mengurangi tingkat
infeksiusitaspenderita.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hepatitis B
2.1.1 Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Hepatitis B (VHB) yang termasuk family
Hepadnavirus dan berukuran sangat kecil (42nm). VHB merupakan virus DNA dan sampai
saat ini terdapat 8 genotip VHB yang telah teridentifikasi, yaitu genotip A-H. VHB memiliki
3 morfologi dan mampu mengkode 4 jenis antigen, yaitu HBsAg, HBeAg, HBcAg, dan
HBxAg.1,2

Gambar 1. Virus Hepatitis B


Bagian luar Virus ini terdiri dari HBsAg sedangkan bagian dalam adalah nukleokapsid
yang terdiri dari HBcAg. Dalam nukleokapsid didapatkan kode genetik VHB yang terdiri dari

DNA untai ganda (double stranded) dengan panjang 3200 nukleotida. Ketiga morfologi dari
VHB yaitu:1,2
1. Partikel sferis (bulat) kecil yang pleomorfik berdiameter 22 nm.
2. Partikel berbentuk tubuler atau filament berdiameter 22 nm dengan berbagai macam
panjang antara 50-250 nm
3. Partikel virus hepatitis B sendiri berdiameter 42 nm, berbentuk sferis, berkulit rangkap
yang disebut partikel Dane. Partikel ini dianggap sebagai bagian virus hepatitis yang
infeksius.

Gambar 2. Tiga Morfologi VHB


Struktur dan organisasi genetik VHB tersusun dengan kompak. Genom VHB
merupakan genom kecil yang berupa sepasang rantai DNA yang berbentuk lingkaran dengan
panjang rantai yang tidak sama (partially double stranded). Genom tersebut mempunyai 4
Open Reading Frame (ORF), yaitu gen S dan pre-S yang mengkode HBsAg (LHBs, MHBs,
dan SHBs), gen pre-C dan gen C yang mengkode HBeAg dan HBcAg dan gen P yang
mengkode DNA polymerase serta gen X yang mengkode HBxAg.2

Gambar 3. Struktur Genome VHB


Gen X tersebut berfungsi memacu ekspresi seluruh genom virus dengan cara
berinteraksi pada daerah gen tertentu pada genom inang. Dengan demikian, HBxAg
mempunyai sifat transaktifator yang mungkin penting untuk efisiensi replikasi VHB.2
Infeksi VHB terjadi bila partikel utuh VHB berhasil masuk ke dalam hepatosit,
kemudian kode genetik VHB akan masuk ke dalam inti sel hati dank ode genetik itu akan
memerintahkan sel hati untuk membuat protein-protein yang merupakan komponen VHB.
Jadi, sebenarnya virus yang ada di dalam tubuh penderita itu dibuat sendiri oleh hepatosit
penderita yang bersangkutan dengan genom VHB yang pertama masuk sebagai cetak biru.2
2.1.2 Siklus Replikasi VHB
Replikasi adalah suatu bentuk aktivitas perkembangan virus di dalam sel hati yang
terinfeksi yang dapat berupa bahan-bahan genom dan protein virus, yang menyusun progeny
virus dan mengeluarkannya dari sel. Replikasi VHB terjadi di dalam sel hati dan berlangsung
melalui suatu perantara RNA. Siklus replikasi VHB dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:2
a. Penempelan (attachment) VHB pada sel hepatosit. Penempelan tersebut dapat
terjadi dengan perantaraan protein pre-S1, protein pre-S2, dan poly HAS
(Polymerized Human Serum Albumin) serta dengan perantara SHBs.

Gambar 4. Virus Hepatitis B menempel pada sel hati dengan perantaraan


poly HSA
b. VHB masuk (penetrasi) ke dalam hepatosit dengan mekanisme endositosis.
c. Pelepasan partikel core yang terdiri dari HBcAg, enzim polymerase dan DNA VHB
ke dalam sitoplasma. Partikel core tersebut selanjutnya ditransportasikan menuju
nucleus hepatosit.
d. Karena ukuran lubang pada dinding nucleus lebih kecil dari partikel core, sebelum
masuk nucleus akan terjadi genome uncoating (lepasnya HBcAg), dan selanjutnya
genom VHB yang masih terbentuk partially double stranded masuk ke dalam
nucleus (penetrasi genom ke dalam nucleus).
e. Selanjutnya partially double stranded DNA tersebut akan mengalami proses DNA
repair menjadi double stranded covalently close circle DNA (ccc DNA)
f. Transkripsi cccDNA menjadi pregenom RNA dan beberapa messenger RNA
(mRNA LHBs, mRNA MHBs dan mRNA SHBs).
g. Pregenom RNA dan messenger RNA akan keluar dari nucleus melalui nucleus
pore. Translasi pregenom RNA dan messenger RNA akan menghasilkan protein
core (HBcAg), HBeAg dan enzim polymerase, sedangkan translasi mRNA LHBs,
mRNA MHBs dan mRNA SHBs akan menghasilkan komponen protein HBsAg,
yaitu large protein (LHBs), middle protein (MHBs) dan small protein (SHBs).
h. Enkapsidasi pregenom RNA, HBcAg dan enzim polymerase menjadi partikel core.
Proses ini disebut juga proses assembly dan terjadi di dalam sitoplasma.
i. Proses maturasi genom di dalam partikel core dengan bantuan enzim polymerase
berupa transkripsi balik pregenom RNA. Proses ini dimulai dengan proses priming
sintesis untai DNA (-) yang terjadi bersamaan dengan degradasi pregenom RNA,
dan akhirnya sintesa untai DNA (+).
j. Karena masa paruh hidup cccDNA di dalam nucleus hanya 2-3 hari, untuk
mempertahankan persistensi perlu suplai genom terus menerus. Suplai DNA
5

tersebut bisa berasal dari infeksi baru hepatosit oleh VHB atau proses re-entry
partikel core yang dihasilkan di dalam sitoplasma.
k. Selanjutnya terjadi proses coating partikel core yang telah mengalami proses
maturasi genom oleh protein HBsAg. Proses coating tersebut terjadi di dalam
reticulum endoplasmic. Disamping itu di dalam reticulum endoplasmic juga terjadi
sintesa partikel VHB lainnya partikel tubuler dan partikel sferik yang hanya
mengandung LHBs, MHBs, SHBs (tidak mengandung partikel core).
l. Selanjutnya melalui apparatus Golgi disekresi partikel-partikel VHB yaitu partikel
Dana, partikel tubuler, dan partikel sferik. Hepatosit juga akan menyekresikan
HBeAg langsung ke dalam sirkulasi darah karena HBeAg bukan merupakan bagian
struktural partikel VHB.

Gambar 5. Siklus Replikasi VHB


2.1.3 Epidemiologi
HepatitisBtersebardiseluruhdunia,WHOmemperkirakanlebihdari2milyarorang
terinfeksiHBV(termasuk240jutadenganinfeksikronis).Setiaptahundiperkirakansekitar
6

1.000.000orangmeninggalakibatinfeksiHBV. PadanegaradenganVHBendemistinggi
(prevalensiHBsAgberkisardiatas8%),infeksidapatterjadipadasemuagolonganusia.
Prevalensi terjadinya infeksi Hepatitis B kronik pada anakanak jauh lebih tinggi
dibandingkan pada orang dewasa. Penularan Hepatitis B terutama terjadi selama masa
kehamilandariibudenganHepatitisBkeanak(penyebaranperinatal).1,2,3
MenuruttingginyaprevalensiinfeksiVHB,WHOmembagiduniamenjadi3macam
daerahyaitudaerahdenganendemisitastinggi,sedang,danrendah.2
a. Daerah Endemisitas Tinggi
Di daerah dengan endemisitas tinggi, penularan utama terjadi pada masa perinatal
dan kanak-kanak. Batas terendah frekuensi HBsAg dalam populasi berkisar 10-15%.
Daerah yang termasuk kelompok ini adalah Afrika, negara Asia sebelah timur India
termasuk Cina, pulau-pulau di Lautan Pasifik, Lembah Amazon, daerah pesisir Artic,
sebagian negara Timur Tengah dan Asia kecil serta kepulauan Karibia.
b. Daerah Endemisitas Sedang
Di daerah dengan endemisitas sedang penularan terjadi pada masa perinatal dan
kanak-kanak jarang terjadi. Frekuensi HBsAg dalam populasi berkisar 2-10%.
Daerah dengan endemisitas sedang adalah Eropa Selatan, Eropa Timur, sebagian
Rusia, sebagian negara Timur Tenga, Asia Barat, India, Jepang, Amerika Tengah,
Amerika Selatan.
c. Daerah Endemisitas Rendah
Di daerah dengan endemisitas rendah penularan utama terjadi masa dewasa.
Penularan pada masa perinatal masa perinatal dan kanak-kanak sangat jarang.
Frekuensi HBsAg dalam populasi berkisar kurang 2%. Daerah ini meliputi Amerika
Utara, dan Eropa Barat, sebagian Rusia, dan sebagian Afrika Selatan, Australia dan
Selandia Baru.
TABEL 1. Pola geografik prevalensi infeksi hepatitis B di dunia

PadanegaradenganendemisitasHepatitisBrendah(prevalensiHBsAgkurangdari
2%),sebagianbesarinfeksiterjadipadadewasamuda,khususnyapadakelompokberisiko.
TingkatprevalensiHepatitisBdiIndonesiasangatbervariasiyaituberkisardari2,5%di
daerah Banjarmasin hingga 25,61% di Kupang, sehingga Indonesia termasuk dalam
kelompoknegaradenganendemisitassedanghinggatinggi.1
Sebelumkebijakanskriningterhadapdarahdonorditetapkan,penderitayangmenerima
darahdaridonorcarrierHepatitisBmempunyairisikotinggitertularpenyakitini.Namun
saatinisebagianbesarnegaradiduniamenyediakanfasilitasskrininguntukHBsAgterhadap
darahdonorsebelumdiberikankepadapenderitayangmemerlukan.1
2.1.4 Cara penularan
Ada 2 golongan cara penularan infeksi VHB, yaitu penularan horizontal dan penularan
vertikal. Cara penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap infeksi VHB kepada
individu yang masih rentan di sekelilingnya. Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit
atau melalui selaput lender, sedangkan penularan vertikal terjadi dari seorang pengidap yang
hamil kepada bayi yang dilahirkannya.2
Ada 2 macam penularan melalui kulit, yaitu penularan melalui kulit yang disebabkan
tusukan yang jelas (penularan parenteral), misalnya melalui suntikan, transfusi darah atau
pemberian produk berasal dari darah, dan tato. Kelompok kedua adalah penularan melalui
8

kulit tanpa tusukan yang jelas, misalnya masuknya bahan infektif melalui goresan atau abrasi
kulit dan radang kulit.2
Selaput lender yang dapat menjadi tempat masuk infeksi VHB adalah selaput lender
mulut, mata, hidung, saluran makanan bagian bawah dan selaput lender genitalia.2
Penularan infeksi dari ibu hamil kepada bayi yang dilahirkannya. Dapat terjadi pada
masa sebelum kelahiran atau prenatal (inutero), selama persalinan atau perinatal dan setelah
persalinan atau postnatal. Dulu diperkirakan bahwa penularan inutero hanya terjadi pada 515% bayi yang dilahirkan oleh ibu HBsAg dan HBeAg positif. Namun, teradapat bukti
bahwa sebenarnya penularan inutero terjadi lebih tinggi dari angka-angka tersebut. Penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapat
penularan pada masa perinatal yaitu pada saat terjadi proses persalinan. Karena itu bayi yang
mendapat penularan vertikal sebagian besar mulai terdeteksi HBsAg positif pada usia 3-6
bulan yang sesuai dengan masa tunas infeksi VHB yang paling sering didapatkan. Penularan
yang terjadi pada masa perinatal dapat melalui cara maternofetal micro infusion yang terjadi
pada waktu terjadi kontraksi uterus, tertelannya cairan amnion yang banyak mengandung
VHB serta masuknya VHB melalui lesi yang terjadi pada kulit bayi waktu melalui jalan lahir.
Penularan infeksi VHB vertikal juga dapat terjadi setelah persalinan.1,2
2.1.5 Patogenesis
Penelitian menunjukkan bahwa VHB bukanlah suatu virus yang sitopatik. Kelainan sel
hati yang diakibatkan oleh infeksi VHB disebabkan oleh reaksi imun tubuh terhadap
hepatosit yang terinfeksi VHB dengan tujuan akhir untuk mengeliminasi VHB tersebut. Pada
kasus-kasus Hepatitis B akut respons imun tersebut berhasil mengeliminasi sel-sel hepar yang
terkena infeksi VHB sehingga terjadi nekrosis sel-sel yang mengandung VHB dan terjadi
gejala klinik yang diikuti dengan kesembuhan. Pada sebagian penderita respons imun tersebut
tidak berhasil menghancurkan sel-sel hati yang terinfeksi sehingga VHB tersebut tetap
mengalami replikasi. Pada kasus-kasus dengan Hepatitis B kronik, respons imun tersebut ada,
tetapi tidak sempurna sehingga hanya terjadi nekrosis pada sebagian sel hati yang
mengandung VHB dan masih tetap ada sel hati yang terinfeksi yang tidak mangalami nekrosi.
Dengan demikian infeksi VHB dapat menjalar ke sel lainnya. Pada pengidap HBsAg

asimptomatik respons imun tersebut sama sekali tidak efektif sehingga tidak ada nekrosis sel
hati yang terinfeksi dan virus tetap mengadakan replikasi tanpa adanya gejala klinik.2
Setelah VHB masuk dalam tubuh dan akhirnya masuk ke dalam sel hati VHB akan
mengalami replikasi. Pertama kali VHB akan berhubungan dengan respons imun nonspesifik
yang mampu bekerja dalam waktu beberapa menit atau jam yang kemudian diikuti oleh
naiknya kadar IFN. Proses eliminasi nonspesifik ini tidak disertai restriksi HLA dan
melibatkan NK dan LKT yang dirangsang oleh IFN. Selanjutnya akan terjadi respons imun
spesifik, baik yang bersifat seluler maupun humoral. Respons imun seluler berupa proses
sitolitik yang akan menyebabkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi. Proses sitolitik
tersebut disebabkan oleh aktivitas sel T sitolitik yang telah diaktifkan. Di samping itu, juga
terjadi eliminasi virus intraseluler tanpa menimbulkan pecahnya sel-sel yang terinfeksi.
Proses itu disebut proses eliminasi nonsitolitik yang terjadi karena aktivitas sitokin. Respons
imun humoral terjadi melalui proses terbentuknya anti-HBs yang ikut membantu eliminasi
VHB.2
Bila proses yang terjadi pada Hepatitis B akut tidak efektif sehingga sel yang terinfeksi
tidak berhasil dihilangkan seluruhnya, akan terjadi infeksi Hepatitis B kronik. Pada Hepatitis
B kronik antigen viral yang diekspresikan pada membran hepatosit adalah HBcAg dan
HBeAg. Perlu diketahui bahwa antara HBcAg dan HbeAg terjadi reaksi imunologik silang
pada tingkat sel T.2
Proses eliminasi VHB oleh respons imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh
faktor viral ataupun faktor inang. Faktor viral antara lain:2

Terjadinya toleransi imun terhadap produk VHB


Hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel-sel terinfeksi
Terjadinya mutan VHB yang tidak memproduksi HBeAg
Integrasi genom VHB dalam genom sel hati.

Faktor inang antara lain:2

Faktor genetik
Kurangnya produksi IFN
Adanya antibody terhadap antigen nukleokapsid
Kelainan fungsi limfosit
10

Respons antiidiotipe
Faktor kelamin atau hormonal

Perbedaan respons sitolitik sel T terhadap protein VHB sangat menentukan manifestasi
klinik yang timbul. Bila respons sel T cukup kuat, akan timbul hepatitis akut dan tubuh dapat
menyingkirkan virus. Bila respons sel T ini sangat hebat dapat timbul Hepatitis B akut
fulminant. Namun, hubungan antara respons sel T dan manifestasi klinik rupanya tidak
mutlak. Sebagai contoh, pada penderita yang mengidap infeksi VHB dengan mutan precore
karena tidak terjad penampilan antigen nukleokapsid pada membran sel yang terinfeksi,
respons sel T berkurang. Namun, justru pada kasus-kasus tersebut sering terjadi Hepatitis
berat dan bahkan Hepatitis fulminant. Diduga dalam keadaan ini faktor yang berpengaruh
adalah patogenesitas VHB. Pentingnya faktor patogenesitas virus juga tampak pada infeksi
VHB bersamaan dengan VHD (Virus Hepatitis Delta). Gejala klinik pada infeksi VHB dan
VHD lebih hebat dibandingkan dengan infeksi VHB saja walaupun respons sel T pada infeksi
VHB dan VHD tidak banyak berbeda dengan infeksi VHB saja.2
2.1.6 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis infeksi VHB pada wanita hamil tidak berbeda dengan infeksi VHB
pada umumnya. Teradapat 4 macam gambaran klinik infeksi VHB, yaitu : asimtomatik, akut,
kronis dan karsinoma hepatoseluler.2
a. Asimtomatik
Gambaran klini pada pengidap asimtomatik tidak menunjukkan gejala klinik yang khas.
Penderita tampak sehat hanya saja dalam darahnya didapati HBsAg positif. Bila dalam
tubuhnya terdapat HBeAg makan pengidap ini tergolong infeksius sebab HBeAg positif
menggambarkan proses replikasi yang masih aktif bekerja.
b. Hepatitis B akut
Perjalanan klinis penyakit hepatitis akut dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi adalah masa antara penularan infeksi dengan terjadinya gejala.
Masa inkubasi VHB berkisar 30-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Lama masa
inkubasi tergantung banyaknya virus yang ada dalam tubuh penderita, cara
penularan dan faktor pejamu. Jumlah virus dan usia merupakan faktor penting
yang berhubungan dengan keparahan akut atau kronik Hepatitis B.
2. Fase pra-ikterik

11

Fase pra-ikterik adalah waktu antara timbulnya gejala pertama dengan timbulnya
ikterus. Keluhan paling awal adalah lemas, malas, anoreksia, mual, muntah, panas
dan rasa tidak enak daerah perut kanan atas. Muntah pada kehamilan muda dapat
dibedakan dengan muntah pada hepatitis dari awal terjadinya. Pada hepatitis,
semakin sore hari muntah semakin berat sedangkan pada kehamilan muda muntah
paling sering dirasakan pada pagi hari. Pada akhir masa inkubasi, beberapa
individu berkembang gejala seperti hipersensitivitas yang berupa atralgia, ruam
kulit dan vaskulitis. Keadaan ini terjadi karena kompleks antigen-antibodi yang
ikut dalam sirkulasi darah.
3. Fase ikterik
Icterus akan timbul dan terjadinya berkisar antara 1-3 minggu tetapi dapat pula
terjadi beberapa hari atau bahkan sampai 6 bulan. Fase ikterik berakhir antara 2-6
minggu. Ketika gejala ikterus tampak makan demam dan malaise akan
menghilang. Pada fase ini pada pemeriksaan fisik terapa hepar dan lien membesar
dan akan menetap beberapa waktu setelah icterus hilang. Bila ikterus ini
berlangsung dengan hebat makan akan terjadi hepatitis fulminant yang dapat
menyebabkan kematian. Pada hepatitis fulminant yang terjadi kegagalan fungsi
hati progresif yang ditandai dengan ensefalopati, koagulopati dan koma. Hepatitis
fulminant mempunyai resiko kematian 70-95%. Selain itu 50% penderita hepatitis
fulminant mengalami perdarahan gastrointestinal, 30% dengan sindroma gagal
nafas, 40% dengan aritmia kordis dan 10-20% mengalami sepsis. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, hiponatremia, hypokalemia,
kurang dari 10% mengalami hioglikemia serta peningkatan bilirubin dan
transaminase serum.
4. Fase penyembuhan
Fase penyembuhan adalah fase antara hilangnya ikterus sampai kesembuhan dari
hepatitis. Pada pemeriksaan laboratorium terlihat HBsAg, HBeAg dan DNA VHB
menghilang. Anti-HBc mulai timbul disertai IgM anti-HBc meningkat sedangkan
IgG anti-Hbc timbul kemudian dan menetap. Pada fase ini pula sebelum HBsAg
menghilang akan timbul anti-HBe yang berarti terjadi pengurangan replikasi virus
dan mulai terjadi resolusi. Dalam waktu 6 bulan akan timbul anti-HBs setelah
HBsAg menghilang pada 30-50% penderita.
c. Hepatitis B kronis

12

Gambaran klinis pada Hepatitis B kronis dapat bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala
sampai gejala yang khas. Gejala tersebut secara klinis sering kali sulit dibedakan apakah
seseorang menderita hepatitis kronis persisten (HKP) atau hepatitis kronis aktif (HKA).
Keluhan yang sering terjadi pada HKA adalah mudah lelah, nafsu makan menurun dan
berat badan turun, kadang-kadang terdapat panas subfebril.
d. Karsinoma Hepatoseluler primer (KHP)
Gejala klinis KHP akan timbul dan perlu dicurigai bila penderita sirosis memburuk.
Keluhan umum berupa malaise, rasa penuh daerah perut, anoreksia, berat badan menurun
dan panas subfebril. Pada pemeriksaan terlihat perut yang membengkak karena asites dan
pembesaran hepar. Gambaran yang mencurigakan ke arah kanker hati adalah bila
pembesaran hepar ke atas dank e bawah disertai benjolan keras tak teratur di daerah
kuadran kanan atas. Kadang-kadang teraba tidak nyeri atau bahkan nyeri tekan dengan
keadaan umum parah.
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis penyakit hepatitis B ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
laboratorium klinik, pemeriksaan serologis hepatitis B, dan pemeriksaan penunjang berupa
USG. Hepatitis kronis umumnya tidak menimbulkan gejala atau tidak menunjukka gejala
yang khas berupa tidak ada nafsu makan, kelelahan, mual, muntah-muntah, nyeri daerah
perut sebelah kanan atas dan ikterus. Bagaimanapun juga anamnesis yang teliti seperti lahir
dan hidup didaerah endemis, keluarganya ada yang sakit hepatitis B dan sebagainya akan
membantu tegaknya diagnosis hepatitis B.2
Pemeriksaan enzim transaminase seperti SGPT dan SGOT akan meningkat yang
menunjukka terjadi kerusakan dan nekrosis sel hati. Pada kerusakan hepatosis juga
didapatkan gama GT meningkat disamping peningkatan bilirubin.2
Petanda serum merupakan kunci dalam menegakkan diagnosis hepatitis B. Tiga petanda
yang penting untuk diagnosis, yaitu:2
1. Petanda infeksi : HBsAg adalah sebagai tanda ada infeksi hepatitis B dan bila
dalam 6 bulan tidak hilang berarti menjadi kronis. IgM anti-HBc adalah salah satu
antibody yang terlihat selama masa akut sedangkan IgG anti-HBc tetap positif
seumur hidup.

13

2. Petanda replikasi : petanda untuk mengetahui adanya replikasi virus adalah HBeAg
dan DNA VHB
3. Petanda untuk mengetahui penyakit akut atau kronis, yaitu IgM anti-HBc yang
menunjukkan adanya kerusakan hati pada hepatitis akut.

Gambar 6. Petanda serologis Hepatitis B


Sampai saat ini terdapat beberapa indikator laboratoris yang bisa digunakan untuk
menilai infeksi Hepatitis B. pada infeksi akut, antibody terhadap HBcAg adalah yang paling
pertama muncul, diikuti dengan munculnya HBsAg dan HBeAg serum. Bila penderita
mengalami kesembuhan spontan setelah Hepatitis B akut, maka akan terjadi serokonversi
HBsAg dan HBeAg, yang ditandai kadar kedua penanda tersebut tidak akan dapat terdeteksi
lagi di serum sementara anti-HBs dan anti-HBe justru mulai terdeteksi. Sebaliknya, pada
Hepatitis B kronik, HBsAg dan HBeAg akan terus terdeteksi di serum penderita. Pada
penderita dengan Hepatitis B kronik, DNA VHB sebaiknya diperiksa untuk memantau
perjalanan penyakit. Pada beberapa jenis virus mutan, HBeAg bisa tidak terdeteksi di serum
walaupun proses peradangan hati masih terjadi dan kadar DNA VHB serum masih tinggi.1
Pada pemeriksaan USG akan tampak pembesaran hati serta bertambah densitas gema
dari parenkim hati pada hepatitis akut-kronis.2

14

2.1.8 Pencegahan
Seperti pada penyakit infeksi lainnya, pencegahan infeksi Hepatitis B bisa berupa
pencegahan non-spesifik maupun pencegahan spesifik.1
Pencegahan non-spesifik infeksi Hepatitis B dapat dilakukan dengan menerapkan
pencegahan universal yang baik dan melakukan penapisan pada kelompok resiko tinggi.
Prinsip-prinsip kewaspadaan universal, seperti menggunakan sarung tangan ketika bekerja
dengan cairan tubuh penderita, penanganan limbah jarum suntik yang benar, sterilisasi alat
dengan cara yang benar sebelum melakukan prosedur invasif, dan mencuci tangan sebelum
menangani penderita dapat mengurangi risiko penularan, terutama pada tenaga medis, salah
satu kelompok yang paling berisiko tertular Hepatitis B. Selain itu, penapisan pada kelompok
risiko tinggi (orang yang lahir di daerah dengan endemisitas VHB tinggi, orang dengan
pasangan seksual multipel, homoseksual, semua wanita hamil, penderita HIV dan Hepatitis
C, pengguna jarum suntik, penderita hemodialisis, penderita dengan terapi imunosupresan,
serta orang dengan kadar ALT/AST yang tinggi dan menetap) sebaiknya dilakukan. Penderita
yang terbukti menderita Hepatitis B sebaiknya diberi edukasi perubahan perilaku untuk
memutus rantai infeksi Hepatitis B.1
Bagi orang yang tidak diimunisasi dan terpajan dengan Hepatitis B, pencegahan
postexposure berupakombinasiHBIG(untukmencapaikadarantiHBsyangtinggidalam
waktusingkat)danvaksinHepatitisB(untukkekebalanjangkapanjangdanmengurangi
gejala klinis) harus diberikan. Untuk pajanan perinatal (bayi yang lahir dari ibu dengan
Hepatitis B), pemberian HBIG single dose, 0,5 mL secara intra muskular di paha harus
diberikansegerasetelahpersalinandandiikuti3dosisvaksinHepatitisB(imunisasi),dimulai
padausiakurangdari12jamsetelahpersalinan.PemberianHBIGdanVaksinHepatitisB
dilakukanpadapahayangberbeda.Untukmerekayangmengalamiinokulasilangsungatau
kontakmukosalangsungdengancairantubuhpenderitaHepatitisB,makaprofilaksisyang
digunakan adalah HBIG single dose 0,06 mL/kg BB, yang diberikan sesegera mungkin.
PenderitalaluharusmenerimaimunisasiHepatitisB,dimulaidariminggupertamasetelah
pajanan.Bilapajananyangterjadiadalahkontakseksual,makapemberiandosisHBIG0,06
mL/kg BB harus diberikan sebelum 14 hari setelah pajanan, dan tentu diikuti dengan
imunisasi.PemberianvaksinHepatitisBdanHBIGbisadilakukanpadawaktubersamaan,
15

namundilokasiinjeksiyangberbeda.1
Pencegahan spesifik preexposure dapat dilakukan dengan memberikan vaksin
HepatitisBpadakelompokrisikotinggi.VaksinHepatitisByangtersediasaatinimerupakan
vaksinrekombinanHBsAgyangdiproduksidenganbantuanragi.Vaksindiberikansebanyak
4kalidengancarainjeksiintramuskular(dideltoid,bukangluteus)pada0,2,3dan4bulan.
(program imunisasi nasional). Indonesia telah memasukkan imunisasi Hepatitis B dalam
programimunisasirutinNasionalpadabayibarulahirpadatahun1997.1
ImunisasiHepatitisBmampumemberikanperlindunganterhadapinfeksiHepatitisB
selamalebihdari20tahun.KeberhasilanimunisasidinilaidariterdeteksinyaantiHBs di
serum penderita setelah pemberian imunisasi Hepatitis B lengkap (34 kali). Tingkat
keberhasilanimunisasiditentukanolehfaktorusiapenderita,denganlebihdari95%penderita
mengalamikesuksesanimunisasipadabayi,anakdanremaja,kurangdari90%padausia40
tahun,danhanya6570%padausia60tahun.Penderitadengansistemimunyangterganggu
jugaakanmemberikanresponskekebalanyanglebihrendah.BayidariibudenganHBsAg()
tidakakanterpajanvirusHepatitisBselamaprosespersalinan,namunrisikobayitersebut
untuk terpajan virus Hepatitis B tetap tinggi, mengingat endemisitas penyakit ini di
Indonesia. Seperti telah disebutkan diatas, infeksivirus Hepatitis Bpada anakmemiliki
risikoperkembangankearahHepatitisBkronisyanglebihbesar.Makasetiapbayiyanglahir
di Indonesia diwajibkan imunisasi Hepatitis B. Vaksin yang digunakan adalah vaksin
rekombinanyangmengandungHBsAgyangdiproduksiragi.1
Vaksininidiberikansecaraintramuskularpadasaatbayilahirdandilanjutkanminimal
padabulanke1danke6.NamunpanduanimunisasiyangberlakudiIndonesiamenyarankan
pemberian imunisasi pada saat bayi lahir, pada bulan ke2, bulan ke3, dan bulan ke4.
Pemberianimunisasidilakukanolehtenagamedisterlatihdimasingmasingdaerah.1
2.1.9Penanganan
OrangyangtidakmemilikikekebalanterhadapHepatitisBatautidakdiketahuistatus
imunitasnyadanterpajancairantubuhpenderitaHepatitisB,baiksecaraperkutanmaupun
secaraseksualharusmendapatkanprofilaksispascapajanansecepatnya.Padakasuspajanan
pada cairan tubuh penderita yang tidak diketahui status HBsAgnya, sebaiknya sumber
16

pajanan diperiksa dahulu status HBsAgnya. Apabila sumber pajanan tidak mengidap
HepatitisB(HBsAgnegatif),makaprofilaksispascapajanantidakdiperlukan,namunapabila
status HBsAg sumber pajanan (+) atau tidak dapat diketahui, maka profilaksis wajib
diberikan. Profilaksis yang digunakan adalah HBIG single dose 0,06 mL/kg BB, yang
diberikan sesegera mungkin (maksimal 48 jam setelah pajanan). Penderita lalu harus
menerimaimunisasiHepatitisB,palinglambatpadaminggupertamasetelahpajanan.Bila
pajananyangterjadiadalahkontakseksual,makapemberiandosisHBIG0,06mL/kgBB
harus diberikan sebelum 14 hari setelah pajanan, dan tentu diikuti dengan imunisasi.
PemberianvaksinHepatitisBdanHBIGbisadilakukanpadawaktubersamaan,namundi
lokasiinjeksiyangberbeda.StatusHBsAgdanantiHBspenderitalaludiperiksakembali1
bulansetelahpajanan.ApabilaorangyangterpajanterbuktimemilikikadarantiHBs>10
IU/L,makaprofilaksispascapajanantidakperludiberikan.1
Penderita dengan HBsAg (+) harus segera dikonsultasikan dengan dokter untuk
evaluasilebihlanjut.PenderitajugaharusdiperiksakanstatusHBeAg,antiHBe,DNAVHB,
SGOT,danSGPTnyauntukmenentukantingkatkeparahanpenyakitdansaatterapiyang
tepat. Pilihan terapi yang bisa digunakan mencakup Interferon, Lamivudin, Adefovir,
Telbivudin,Entecavir,atauTenofovir.1
2.2HepatitisBpadaKehamilan
2.2.1PengaruhinfeksiVHBpadakehamilan
InfeksiVHBkronisatauakutpadakehamilansamadenganpopulasipadaumumnya.
Infeksi VHB tidak menyebabkan peningkatan mortalitas maupun menyebabkan efek
teratogenik.Namun,padainfeksiVHBakutinsidensiuntukterjadinyaberatbayilahirrendah
dan prematur lebih tinggi. Dimana diabetes gestasional, perdarahan antepartum dan
persalinanprematurlebihseringterjadipadainfeksiVHBkronik.3
Kelahiranprematurmeningkatsebesar1535%,yangkemungkinandisebabkankarena
keadaan penyakitnya yang berat, pengaruh virus pada janin atau plasenta. Diperkirakan
bahwa kenaikan kadar asam empedu dan asam lemak bebas bersama dengan timbulnya
ikterusdapatmeningkatkantonusototuterusdanmemulaipersalinan.3
17

Tidakdidapatkanadanyaefekteratogenikmaupunkondisiakutpadajanin,sehingga
dianggapoutcomebayiyangdilahirkandariibuyangterinfeksiVHBsamadenganbayiyang
dilahirkandariibuyangtidakterinfeksi.Padaumumnyayangmenjadipermasalahandisini
adalahpenularanvertikalnyasaja.BilaibuhamilterinfeksiVHBpadakehamilantrimesterI
danIImakapenularanvertikalhanyakurangdari10%.TetapibilainfeksiVHBterjadipada
kehamilantrimesterIII,penularanvertikalmenjadilebihtinggiyaitu76%.3
Infeksi akut VHB pada kehamilan trimester III sering berkembang
menjadi/menyebabkan hepatitis fulminant dan persalinan prematur sedangkan pada
persalinandapatmenyebabkanperdarahanpostpartumterutamabilaterjadigangguanfungsi
hati. Dikarenakan adanya gangguan pada fungsi hati maka terjadi perpanjangan waktu
protrombin dan waktu aktivasi parsial tromboplastin yang dapat menyebabkan
kecenderunganperdarahan,terutamaperdarahanpostpartum.3
2.2.2.PengaruhkehamilanpadainfeksiVHB
Pada ibu hamil normal sering terlihat tandatanda seperti yang kita dapatkan pada
penderita sirosis hati misalnya spider angioma dan eritema palmaris. Hal ini wajar pada
kehamilan sebagai akibat meningkatnya kadar estrogen. Selama kehamilan masih dalam
batas normal, fungsi hati tidak akan terganggu. Pada tes laboratorium faal hati sering
didapatkannilainyayangberubahpadakehamilantrimesterIII.Halinimungkindisebabkan
karenameningkatnyavolumeplasmadarahsehinggaterjadihemodilusiyangdigambarkan
dengan menurunnya protein total, albumin, gama globulin dan asam urat. Plasenta yang
sedangberkembangmenghasilkanalkalifosfatasesehinggakadaralkalifosfatasemeningkat
dalamdarah.Demikianjugakolesterol,globulindanfibrinogenakanmeningkat.Bilirubin,
transaminase, asam empedu tidak berubah atau bila berubah meningkat sedikit dan akan
menurunlagipadasaataterm.3
ResikoinfeksiVHBpadakehamilanadalahsamadenganpadawanitayangtidakhamil.
Bahaya infeksi tersebut adalah sama pada semua trimester kehamilan. Pada masyarakat
dengangiziyangbaik,angkakematiandariinfeksiVHBpadawanitahamilmaupunwanita
tidak hamil adalah sama. Tetapi pada masyarakat dengan masalah malnutrisi, angka
kematiannyaadalahlebihtinggitetapitetapsamapadawanitahamilmaupuntidak.Bila
18

infeksiVHBterjadipadakehamilantrimesterIataupermulaantrimesterII,makagejala
gejalanyaakansamadengangejalainfeksiVHBpadawanitatidakhamil.Sedangkaninfeksi
VHByangterjadipadaibuhamiltrimesterIII,akanmenimbulkangejalagejalayanglebih
beratbahkandapatmenunjukkangejalagejalahepatitisfulminant.Halinidisebabkankarena
padakehamilantrimesterIIIterdapatdefisiensifaktorlipotrofikdisertaikebutuhanjaninakan
nutrisi yang meningkat. Hal ini menyebabkan ibu mudah jatuh ke dalam akut hepatic
nekrosis.Angkakejadianhepatitisfulminantpadawanitahamilberkisar1020%,terutama
terjadipadakehamilantrimesterIII.
Selamakehamilanterjadibeberapaperubahanpadasistemimunibu,sepertipergeseran
padakeseimbanganTh1Th2keresponTh2,peningkatanjumlahdariregulatorselT,dll,
yangberkontribusiterhadappenurunanresponimunterhadapHBV.Tujuandariperubahan
ini adalah untuk mencegah terjadinya penolakan terhadap fetus yang sebagian bersifat
alogenikterhadapsistemimunibu.PerubahaninimenyebabkanpeningkatanDNAHBVdan
penurunanlevelaminotransferase.Setelahpersalinanterjadiperbaikankembalisistemimun
yangmenyebabkanhalyangsebaliknya.Terjadipeningkatanalanineaminotransferase(ALT)
yangsignifikandanpenurunanDNAHBVpadasaatitu.3
2.2.3TransmisiVHBperinatal
TransmisiperinatalmerupakancarayangpalingumumterjadipadatransmisiHBV.
Sekitar sepertiga infeksi HBV didapatkan melalui transmisi perinatal. Infeksi HBV pada
neonatusdidefinisikansebagaididapatkanHBsAgpositif6bulansetelahlahir.Antibodi
untuk antiHBe dan antihepatitis B core antigen dapat melewati sawar plasenta dan
menghilangsebelumusia12dan24bulan.Jadi,itumerupakanantibodiibutransplasentadan
bukanmerupakanindikatorinfeksiHBV.3,4
Infeksi perinatal dimediasi melalui tiga cara utama: 1) transmisi intrauterine; 2)
transmisiintrapartumataulabor;3)transmisipostnatal.Mekanismetransmisiintrauterine
masih belum banyak diketahui tapi terdapatnya infeksi intrauterine diperlihatkan dalam
beberapastudi,diindikasikandenganditemukannyaHBsAgdanHBVDNApadabayibaru
lahirdandariplasentadanstudiPCR.Faktorresikountukterjadinyainfeksiintrauterine
adalahibudenganHBeAgpositif,DNAHBVyangterdeteksi,mutasispesifikallelpada
19

HBVibu,riwayatpartusprematurusiminens,daninfeksihepatitisBakutdidapatsaathamil,
terutamasaattrimesterakhir.HBeAgnegatifpadaibudenganviralloadyangtinggi(DNA
HBV load >108 IU/mL) merupakan resiko yang tinggi untuk terjadinya transmisi virus
kepadajanindiintrauterine.3,4
Sejak lama para ahli berpendapat bahwa partikel VHB utuh (partikel Dane) dalam
keadaanbiasatidakdapatmenembusplasenta.DahuludidugalewatnyapartikelDanemelalui
plasentahanyaterjadibilaterdapatkebocoranplasenta,misalnyabilaterjadirobekandan
lainlain.Namun,banyakbuktimenunjukkabahwadalamkeadaantertentutanpakebocoran
plasentajugadapatterjadiperpindahanvirus.Buktibuktitersebutantaralain43,8%dari
jaringanhatidanserumbayiyangdilahirkanolehibuHBsAgpositifyangmengalamiabortus
ternyatamenunjukkanDNAVHByangpositifdanbahkan33,3%bayibayitersebuttelah
mengalamiintegrasiDNAVHBdalamgenomselhati.Disampingitu,banyakneonatusyang
menunjukkaHBsAgpositifdengantiteryangsangattinggipadadarahtalipusatataupun
darahbayiyangdiambilpadahariharipertamasetelahlahir.Halinimenunjukkanbahwa
VHBtelahmengalamireplikasisebelumbayidilahirkan.
SampaisaatiniseorangbayidikatakantelahmendapatinfeksiVHBinuterobiladalam
jangka waktu kurang dari 6 minggu (yang merupakan masa tunas terpendek VHB) bayi
tersebuttelahmenunjukkanHBsAgyangpositif.Untukmudahnyabilaseorangbayisudah
HBsAgpositifpadausia1bulan,bayitersebuttelahmendapatinfeksiVHBinutero.Sampai
sekarang belum diketahui bagaimana VHB dapat melewati plasenta. Salah satu teori
mengatakan bahwa pada keadaan tertentu yang menyebabkan kontraksi uterus terjadi
maternofetalmicroperfusion.Halinidapatterjadipadatrimester2dan3.
Transmisiintrapartumataulabordapatterjadijikaterdapattransfusidarahibukefetus
saat kontraksi; akibat dari ketuban pecah; dari darah ibu yang terkontaminasi HBV atau
cairan ketuban atau cairan vagina yang tertelan bayi atau masuk ke sirkulasi darah bayi
melaluirupturplasenta;ataumelaluikontaklangsungfetusdengandarahataucairanyang
terinfeksimelaluijalanlahiribu.JumlahHBVsebanyak108 IU/mLdaridarahibuyang
masukkejanindapatmenyebabkaninfeksiHBVpadajanin.3,4
Transmisi postpartum terjadi dalam jumlah yang sedikit dan mekanismenya masih
20

belum diketahui dengan jelas. Mekanisme yang mungkin terjadi adalah terdapat kontak
langsungdaribayiterhadapsekretibuyangterkontaminasiinfeksiHBV.Dapatjugaterjadi
melalui:kontaklangsungdariibukebayisepertumenciumbayidenganmulutkemulut,
selain itu juga dapat terjadi akibat infeksi nosocomial yaitu kurangnya higenitas tenaga
kesehatanyangberhubungandenganbayidanibu.3,4
Tanpaprofilaksisresikotransmisiibukebayisangattinggi.Bervariasitergantungdari
statusHBeAg/antiHBeibu.70%90%padaibudenganHBeAgpositif,25%padaibudengan
HBeAgnegatif/HBeAbnegatif,dan12%padaibudenganHBsAgnegatif/antiHBepositif.
ProgramskriningpadaibuhamilbertujuanuntukmengidentifikasiHBsAgpositifpadaibu
merupakanpemeriksaanyangumumnyadilakukanpadakehamilandikebanyakannegara.
SaatHBsAgpositifteridentifikasimakabayiakanmendapatkanimunoprofilaksisaktifdan
pasif untuk mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke bayi. Imunoprofilaksis pasif
adalahdenganmemberikanimunoglobulanHepatitisB(HBIG)danimunoprofilaksisaktif
adalahdenganmemberikanvaksinhepatitisB.3,4
MeskipundenganpemberianprofilaksisiniefektifdalammencegahpenularanHBV
melaluiibu,namunbeberapaanak (3%13%)yanglahir dariibu denganHBsAgpositif,
terutama dengan HBeAg akan menjadi karier HBsAg meskipun telah diberikan
imunoprofilaksisbaiksecaraaktifmaupunpasif.3,4
HBeAgibudapatmelewatiplasentadariibukefetusdanmerangsangtoleransiselT
dalam uterus. Mekanisme infeksi HBV intrauterine masih belum diketahui dengan jelas
namunpenyebabutamanyaadalahgagalnyablockadeimun.SerumDNAHBVyangtinggi
padawanitahamilmerupakanfaktorresikoutamauntukterjadinyainfeksiHBVintrauterine,
berhubungandengankadarDNAHBVdalamdarahumbilicaldantiterHBsAg.HBVdapat
menginfeksi semua sel pada plasenta (desidua, trofoblastik, mesenkimal villi, sel endotel
kapilervili)danDNAHBVterdapatpadasemuagenerasiselspermatogenikdansperma
padalakilakidenganinfeksiHBV,cairanfolikulardanpadaovarium.Adanyaviruspadasel
spermadapatmenjadisalahsatupenyebabtransmisiinfeksiHBVpadaneonatus.3,4
2.2.4PenangananinfeksiVHBsaatkehamilan
PenangananinfeksiVHBpadakehamilanharusmempertimbangansemuaresikodan
21

keuntungan pada ibu dan fetus. Masalah utama pada fetus adalah mengenai bahaya
teratogenikdariobatsaatembryogenesis.Tujuhobatyangtelahdisetujuioleh Foodand
DrugAdministration(FDA) untukpengobatanhepatitisBadalahPEGinterferonalpha2a,
Interferonalpha2b,lamivudine,adefovir,entecavir,telbivudinedantenofovir.5,6
Interferonkontraindikasidiberikansaathamil,dapatdigunakanpadawanitausiasubur
karena biasanya diberikan pada periode tertentu (4896 minggu). Pemberian interferon
direkomendasikandiberikanbersamapenggunaankontrasepsiselamapengobatan.5,6
Agen antivirus oral seperti nukleosida atau anolog nukleosida bekerja dengan
menginhibisipolymerasevirus,biasanyadigunakandalamjangkawaktuyanglama.Obatini
dapatmempengaruhireplikasiDNAmitokondriasehinggaberpotensiuntukmenyebabkan
toksisitaspadamitokondriayangberpengaruhterhadapperkembanganfetus.5,6
Tabel2.KategoriobatantiviraluntukhepatitisBpadakehamilan
Obat
Lamivudin

Kategorikehamilan
C

Entecavir

Telbivudin

Adefovir

Tenofovir

Interferonalpha2a

PegylatedInterferonalpha2a

FDA mengklasifikasi obat menjadi 5 kategori (A,B,C,D dan X) tergantung dari


kemungkinanefekteratogenikpadamanusiamaupunhewan.5obatoralanalognukleotida
untukterapiHBVdiklasifikasikansebagaikategoriBataukategoriC.Obatyangtergolong
dalam kategori C adalah lamivudine, adefovir, dan entecavir merupakan obat yang
memperlihatkanefekteratogenikatauembriosidalpadabinatangpercobaandantidakada
studiterkontrolpadawanitahamil.5,6
22

ObatyangtergolongdalamkategoriBadalahtelbivudinedantenofovirdimanaobatini
tidakmemperlihatkanadanyaresikopadajaninpadastuditerhadapbinatangpercobaandan
tidakadastuditerkontrolpadawanitahamilataupadabinatangpercobaanmemperlihatkan
adanya efek samping yang tidak terjadi pada studi terkontrol terhadap wanita hamil
trisemester1dantidakadabuktimengenairesikopadatrisemesterselanjutnya.5,6
Pemilihan terapi antiHBV pada wanita hamil sangat sulit. Terdapat beberapa
parameteryangbiasanyadigunakanuntukmenentukanterapipadahepatitisB(usia,stadium
penyakit, komobiditas, jumlah virus, genotype, kekuatan dari agen, barrier genetik, dll),
pemilihan obat pada wanita usia subur dipertimbangkan juga keamanan obat selama
kehamilan,menyusuidanlamanyaterapi.5,6
PadakasusdimanaperempuanyangtidakmendapatpengobatanHBVdanberencana
untuk hamil, maka terapi dapat ditunda setelah persalinan. Contohnya, jika perempuan
tersebutberadapadafaseimuntoleransisaatinfeksi(tingginyakadarDNAHBVdenganALT
normaldanbiopsiheparinaktif)terapidapatditundasetelahpersalinan.Namun,perempuan
dengan HBeAg positif dan viral load yang tinggi maka profilaksis harus diberikan pada
trisemesterketigauntukmengurangitransmisi.5,6
Pada perempuan yang dalam pengobatan dan hamil, jika terdapat fibrosis yang
signifikan makan terapi harus tetap dilanjutkan untuk mengurangi resiko terjadinya
dekompensasiodaripenyakithepar.Inimemilikiefekyangnegatifterhadapkesehatanfetus.
Jikamemungkinkandapatdigantidenganagenantiviralyanglebihamanuntukkehamilan.
Kesimpulannya, pemilihan terapi antiHBV pada perempuan hamil tergantung dari
tujuanpengobatanapakahuntukmenanganipenyakithepatakutdimanaterapitidakdapat
ditundaatauuntukmencegahtransmisiinfeksipadafetusdaritingginyaviremiapadaibu
tanpakelainanheparyangsignifikan.Padaperempuanyangsedangdalampengobatandan
hamilmakanobatdapatdilanjutkanataudihentikanataudigantidenganobatkategoriB.5,6
Semuaperempuanhamilpadatrisemesterpertamaharusmelakukanskriningterhadap
infeksi HBV. Jika hasilnya negatif, tidak diperlukan vaksinasi yang rutin selama hamil,
meskipun aman dan harus diberikan pada mereka dengan resiko tinggi: bergantiganti
pasangan(lebihdariduadalamwaktu6bulanterakhir),riwayatpenyakitmenularseksual
23

atauterinfeksipenyakitmenularseksual,Intravenousdrugusers,tinggaldidaerahendemik
HBV,danmerekadenganpasanganHBsAgpositif.Padabayidiberikanvaksinasiterhadap
hepatitisBdanvaksinasilainnya.Jikapadaperempuanhamildidapatkanhasilyangpositif
padaawalkehamilan,perludiketahuistatusdaripenyakittersebut.Jikaperempuantersebut
didapatkaninfeksiHBVyangsangataktif(peningkatanALTyangsignifikandenganviral
load yang tinggi), atau dengan suspek sirosis, terapi harus diberikan tanpa melihat usia
gestasi.Jikaperempuantersebutterinfeksidalamkeadaanyanginaktif(ALTrendahdan
Viralloadrendah)terapitidakdiperlukandanpengawasanberlanjuttetapdilakukanuntuk
mencegah resiko terjadi peningkatan VHB nantinya pada kehamilan dan beberapa bulan
setelahpostpartum.5,6
KuantitasdariDNAHBVdirekomendasikanpadasemuaperempuanyangterinfeksi
padaakhirtrisemesterkedua(usiakehamilan2628minggu):jikaviralload>10 6 kopi/mL,
profilaksis antiviral untuk transmisi HBV pada neonatus dapat diberikan pada awal
trisemesterketiga(2830minggu).5,6

Gambar7.AlgoritmapenanganganinfeksiVHBsaatkehamilan
2.2.5Imunoprofilaksis
Pada juli 2004, WHO merekomendasikan vaksin HBV dimasukkan dalam program
imunisasinasionaldanneonatuspadadaerahendemikHBVuntukdiberikanvaksinHBVsaat
24

lahir dan diikuti 23 dosis selanjutnya. Pemberian vaksin dalam 3 dosis memperlihatkan
konsentrasiantibodyproteksipda95%bayidananakdan90%padamasadewasa.5,6
Di Australia di rekomendasikan untuk memberikan dosis awal vaksin HBV dalam
waktu24jamsetelahlahir,diikutidengan3dosisberturutturutpadabulanke2,4,dan6
atau 12 bulan. Pada bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HBV kronik diberikan
imunoprofilaksis secaraaktifdanpasifyaitusatudosisawalvaksinHBVdansatudosis
HBIGsegerasetelahlahir,dandiikutidengan3dosisvaksinHBVpadadalamtahunpertama
kehidupan.Tujuandaristrategiiniadalahuntukmengurangitransmisidariibukebayisaat
masanifas,infeksiakutpadausiainidapatmenyebabkanresikotinggiuntukmenjadiinfeksi
kronikkarenatoleransiimunpadasistemimunbayiyangimatur.Setelahserangkaianvaksin
lengkapdiberikanmakapemeriksaanterhadapHBsAGdanantibodyterhadapHBsAg(anti
HBs)harusdilakukanpadausia9sampai18bulan.HBsAgnegatifdengankadarantiHBs
lebih dari 10 mIU/mL dianggap sebagai imun dan tidak diperlukan managemen terapi
lanjutan.JikaantiHBskurangdari10mIU/mlLmakaperludilakukanvaksinulang(3dosis)
diikutidenganpemeriksaanulangdalamwaktu1sampai2bulansetelahdosisakhir.5,6
AdanyaantiHBsibupadabayiyanglahirdariibudenganimunitasterhadaphepatitis
B(melaluiplasentadanASI)walaupundalamkonsentrasiyangbesar,tidakmenunjukkan
efekyangpanjangterhadapHBV.PemberianvaksinHBVtetapharusdiberikan.5,6

25

Gambar8.AlgoritmapencegahantransmisiinfeksiHBVprenatal
2.2.6PenanganananakdanibudenganHBsAg(+)
Dinegaraberkembang,termasukIndonesia,penularanvirusHepatitisBsecaravertikal
masihmemegangperananpentingdalampenyebaranvirusHepatitisB.Selainitu,90%anak
yang tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) akan berkembang mengalami
HepatitisBkronis.Makapencegahanpenularansecaravertikalmerupakansalahsatuaspek
yangpalingpentingdalammemutusrantaipenularanHepatitisB.1
26

Langkahawalpencegahanpenularansecaravertikaladalahdenganmengetahuistatus
HBsAgibuhamil.LangkahinibisadilakukandenganmelakukanpenapisanHBsAgpada
setiap ibu hamil. Metode penapisan HBsAg bisa menggunakan pemeriksaan cepat (rapid
test). Penapisan ini sebaiknya diikuti oleh semua wanita hamil pada trimester pertama
kehamilannya. Hal ini dimaksudkan agar ibu, keluarga, dan tenaga medis memiliki
kesempatan untuk mempersiapkan tindakan yang diperlukan apabila ibu memiliki status
HBsAg (+). Pelayanan pemeriksaan penapisan Hepatitis B ini dapat dilaksanakan dan
disediakanpadasaranapelayanankesehatanolehtenagakesehatanyangtelahdilatih.1
ApabilaibuyangakanmelahirkanmemilikistatusHBsAg(+)danHBeAg(+),maka
persalinanibutersebutwajibdilakukan/didampingiolehtenagamedis yangterlatih.Bayi
yanglahirdariibudenganHBsAg(+)danHBeAg(+)disarankansegeramendapatsuntikan
HBIG 0,5 mL dan vaksin Hepatitis B. Kedua suntikan ini diberikan segera setelah bayi
dilahirkan (kurang dari usia 12 jam). Pemberian imunisasi selanjutnya sesuai Program
ImunisasiHepatitisBNasional(padabulanke2,3dan4).Selanjutnyaperludiketahuistatus
HBsAgdanantiHBsnyapadasaatbayiberusia912bulan.1
IbudenganHBsAg(+)danHBeAg(+)harusdirujukkedokterahliuntukberkonsultasi
mengenai kemungkinan terapi penyakitnya. Penderita juga sebaiknya diperiksakan status,
antiHBe,DNA VHB,dan ALTnya.Ibuyang positifHepatitis Bdisarankanuntuktetap
menyusuibayinya.1
ApabilaibuyangakanmelahirkanmemilikistatusHBsAg(+)danHBeAg(),maka
persalinanibutersebutwajibdilakukan/didampingiolehtenagamedisyangterlatih.Sesuai
anjuran program imunisasi, bayi segera mendapatkan imunisasi HB0, sedangkan ibunya
sebaiknyamendapatkonselingdaridokterahliPenyakitDalamataudokteryangtelahdilatih
tentangHepatitisBvirus.1

BAB III
27

KESIMPULAN
InfeksiVHBtidakmenyebabkanpeningkatanmortalitasmaupunmenyebabkanefek
teratogenik.Namun,padainfeksiVHBakutinsidensiuntukterjadinyaberatbayilahirrendah
danprematurlebihtinggi.Transmisiperinatalmerupakancarayangpalingumumterjadi
padatransmisiHBV.SekitarsepertigainfeksiHBVdidapatkanmelaluitransmisiperinatal.
InfeksiHBVpadaneonatusdidefinisikansebagaididapatkanHBsAgpositif6bulansetelah
lahir.
Pemeriksaan HBsAg dianjurkan pada semua perempuan hamil, baik yang sudah pernah
melakukan

pemeriksaan

sebelumnya

maupun

yang

telah

melakukan

vaksinasi.

Mengidentifikasi VHB positif pada perempuan hamil merupakan cara yang paling efektif
untuk mencegah transmisi pada bayi baru lahir dengan pemberian profilaksis secara aktif
maupun pasif segera setelah lahir. Pada perempuan dengan kadar viremia yang sangat tinggi
tetap dapat menyebabkan bayi baru lahir tertular infeksi secara in utero meskipun telah
diberikan profilaksis secara aktif maupun pasif. Untuk itu, dianjurkan pemberian terapi
antiviral pada trimester ketiga.

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Muljono DH, Kandun N, Sulaiman A, Gani RA, Oswari H, Hasan I, et al. Pedoman
Pengendalian Hepatitis Virus. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI;2012.p.1-55.
2. Soemoharjo S. Hepatitis Virus B. 2nd ed. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2008.p.1-22.
3. Borgia G, Carleo MA, Gaeta GB, Gentile I. Hepatitis B in Pregnancy. World Journal of
Gastroenterology 2012;18.
4. Navabakhsh B, Mehrabi N, Estakhri A, Mohamadnejad M, Poustchi H. Hepatitis B Virus
Infection during Pregnancy: Transmission and Prevention. Middle East Journal of
Digestive Diseases 2011;3.
5. Ho V, Ho W. Hepatitis B in Pregnancy: Spesific Issues and Considerations. J Antivir
Antiretrovir 2012;4.
6. Godbole G, Irish D, Basarab M, Mahungu T, Lewis AF, Thorne C, et al. Management of
hepatitis B in pregnant women and infants: a multicenter audit from four London
hospitals. BMC Pregnancy and Childbirth 2013;13.

29

Anda mungkin juga menyukai