Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memasuki era globalisasi Indonesia sebagai negara berkembang melaksanakan
pembangunan di segala bidang termasuk bidang industri yang memegang peranan penting dalam
lajunya pembangunan, diantaranya adalah pembangunan industri kimia. Banyak pabrik-pabrik
kimia yang memproduksi bahan-bahan kimia, salah satunya Sodium Dodecylbenzene Sulfonate
yang merupakan bahan baku pembuatan deterjen sebagai zat hidrotrof yang digunakan untuk
melarutkan bahan-bahan cair dalam pembuatan deterjen. Kegunaan deterjen semakin meluas
dalam masyarakat, hal ini mengakibatkan kebutuhan akan deterjen akan semakin meningkat.
Beberapa tahun terakhir ini, keluhan masyarakat akan sejumlah deterjen yang
menimbulkan pencemaran air di sungai dan saluran pembuangan rumah tangga semakin marak.
Hal ini memacu pihak industri untuk memproduksi deterjen yang rendah tingkat pencemarannya.
Salah satunya adalah penggunaan Sodium Dodecylbenzene Sulfonate sebagai bahan baku
deterjen yang memenuhi syarat keamanan lingkungan dari bahaya pencemaran. Hal ini
disebabkan karena Sodium Dodecylbenzene Sulfonate merupakan Linier Alkyl Sulfonate (LAS)
yang dapat diuraikan secara biologis oleh mikroorganisme.
Dengan pendirian pabrik Sodium Dodecylbenzene Sulfonate, diharapkan dapat
mendorong berdirinya pabrik-pabrik baru yang mengolah Sodium Dodecylbenzene Sulfonate
lebih lanjut menjadi deterjen yang siap dipasarkan. Sehingga kebutuhan masyarakat akan
deterjen yang tingkat pencemarannya rendah dapat terpenuhi. Sasaran pemasaran ditujukan
untuk masyarakat pada umumnya dan pabrik-pabrik yang berhubungan dengan industri deterjen.
B. Prospek Pasar
1. Data Ekspor-Impor
Berdasarkan data kebutuhan sodium dodecylbenzene sulfonate seperti tercantum pada
tabel 1 maka terlihat terjadi peningkatan kebutuhan Asetanilida setiap tahunnya. Hal ini dapat
ditunjukkan pada data impor sodium dodecylbenzene sulfonate dari tahun 2011 sampai tahun
2015 yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1. Data impor Asetanilida tahun 2011-2015


Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Jumlah dalam ton/tahun


164.642,00
176.356,00
180.737,00
181.152,00
185.142,00

Dari data pada Tabel 1 dapat digambarkan grafik sebagai berikut :

Chart Title
190000
185000
180000
175000
170000
165000
160000
155000
150000
2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Grafik 1.1. Grafik Kapasitas Impor sodium dodecylbenzene sulfonate setiap Tahun

C. TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan Proses Secara Umum
Proses produksi Sodium Dodecylbenzene Sulfonate melalui tahapan sulfonasi,
pengenceran dan netralisasi.
Sulfonasi dapat didefinisikan sebagai proses kimia yang memasukan gugus asam sulfonat
(-SO2OH) dan garamnya, atau gugus sulfonilhalida (misalnya SO 2Cl) kedalam senyawa
organik. Kegunaan senyawa sulfonat antara lain untuk :
1.

Katalisator dalam bentuk asam, misal : metana asam sulfonat dan toluen asam sulfonat.

2. Additif elektroplating, misal : phenol asam sulfonat.


3. Zat warna pakaian, bahan penyamakan kulit.
4.

Bahan deterjen dan emulsifying yang dipasarkan dan digunakan dalam bentuk
garamnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi sulfonasi :


1.

Konsentrasi SO3
Konsentrasi SO3 tinggi mempunyai keuntungan waktu reaksi singkat.
Kerugiannya antara lain :

Panas yang timbul besar sehingga harus dihilangkan sebaik-baiknya.


-

Tidak baik untuk zat cair karena pemindahan panas sulit yang disebabkan kekentalan
makin lama makin besar dan menyulitkan pengadukan.

Untuk dapat berlangsung fase cair, maka konsentrasi SO3 harus dikecilkan atau digunakan
Oleum (H2SO4 + SO3) sehingga panas yang timbul sebagian dapat diserap oleh H2SO4.

2.

Zat yang disulfonasi


Setiap zat mempunyai tingkat kereaktifan yang berbeda. Pada inti Benzene adanya gugus
alkil mempermudah sulfonasi, sedangkan adanya gugus nitro mempersulit sulfonasi.

3.

Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk meratakan panas reaksi. Pada fase gas pengadukan dilakukan
dengan dialirkan secara turbulen. Pada fase cair pengadukan dilakukan dengan pengadukan.

4.

Suhu

Tidak dilakukan pada suhu tinggi karena reaksi sulfonasi adalah reaksi eksotermis sehingga
lebih dipilih dilakukan pada suhu rendah dengan waktu yang sedikit lama.
(Groggins, 1958)

Proses sulfonasi dapat menggunakan cara sebagai berikut :


1.

Sulfonasi dengan asam sulfat pekat (H2SO4 98%)


Asam sulfat yang digunakan sebagai pensulfonasi adalah H2SO4 98% yang menghasilkan
Asam Dodecylbenzene Sulfonate dan air. Keberadaan air akan mengganggu reaksi
selanjutnya sebab dapat menggeser reaksi ke kiri. Kecepatan reaksi lambat karena adanya
H2O, dengan demikian akan menghasilkan konversi yang rendah juga. Hal tersebut dapat
dilihat

pada

reaksi

antara

Dodecylbenzene

dengan

H2SO4

menghasilkan

Asam

Dodecylbenzene Sulfonate dan air.


H25C12

+ H2SO4

(dodecylbenzene) (asam sulfat)

H25C12

SO3H

H2O

(asam dodecylbenzene sulfonate) (air)


(Fessenden & Fessenden, 1991)

2.

Sulfonasi dengan sulfur trioxide (SO3 cair)


Proses SO3 berbeda dengan proses yang lain, proses ini tidak membentuk asam. Panas yang
timbul tinggi (umumnya reaksi sulfonasi eksotermis) maka mudah terjadi reaksi samping
yaitu terjadi sulfon dan jika SO3 nya berlebih maka akan terjadi polisulfonat. Untuk reaksi
dengan SO3 cair kondisi tekanan dalam reaktor harus besar. Reaksi ini terjadi pada 1000C.

Contoh reaksi pada dodecylbenzene dengan SO 3 cair membentuk asam dodecylbenzene


sulfonate.
H25C12

+ SO3

H25C12

(dodecylbenzene)

SO3H

(asam dodecylbenzene sulfonate)

Reaksi samping yang terjadi adalah sebagai berikut :


RSO3H +

RH

RSO2R +

H2O

(sulfon)
3. Sulfonasi dengan Oleum 20%
Dodecylbenzene sulfonate dapat dihasilkan dari reaksi sulfonasi antara dodecylbenzene
(sebagai bahan baku) dengan oleum 20% (sebagai zat penyulfonasi). Suhu sulfonasi pada
umumnya berkisar antara 80 140oF. Keuntungan dari pemakaian oleum 20% sebagai zat
penyulfonasi adalah tidak terbentuknya air, pengadukan mudah dibandingkan dengan
penggunaan SO3 cair, 99% hidrokarbon tersulfonasi.
Reaksi antara dodecylbenzene dengan oleum 20% membentuk asam dodecylbenzene
sulfonat adalah sebagai berikut :
C12H25.C6H5

(dodecylbenzene)

SO3

C12H25.C6H4.SO3H
(dodecylbenzene sulfonate)

Pemisahan asam sulfat yang terbentuk sebagain hasil samping dari asam dodecylbenzene
dilakukan dengan alat pemisah yang sebelumnya dilakukan penambahan air untuk
pengenceran sehingga konsentrasi asam sulfat turun berkisar 78%.
(Petters and Timmerhaus, 1981)
Kemudian asam dodecylbenzene sulfonat bersama-sama dengan sisa asam sulfat
ditambah basa membentuk slurry garam. Natrium Dodecylbenzene Sulfonate yang mengandung

inert yaitu Natrium Sulfat (Na2SO4). Basa yang digunakan adalah bahan larutan soda api yang
berkadar 20% sampai 50% pada maksimum suhu 125 oF dan reaksi mencapai sempurna pada saat
pH larutan 8.
Reaksi Netralisasi :
1. H25C12

SO3H + NaOH

dodecylbenzene

soda api

sulfonate

2. H2SO4
asam sulfat

H25C12

SO3Na + H2O
Sodium

air

Dodecylbenzene Sulfonate

NaOH

Na2SO4

natrium hidroksid

natrium sulfat

2H2O
air

Untuk menghilangkan kandungan air yang ada di dalam sodium dodecylbenzene


sulfonate dan natrium sulfat, maka produk dari netraliser dimasukan dalam evaporator kemudian
dilakukan pengeringan sehingga diperoleh sodium dodecylbenzene sulfonate serbuk dengan
kandungan air yang jumlahnya tertentu.
Dari ketiga uraian proses sulfonasi di atas, maka dipilih proses yang ketiga, yaitu proses
sulfonasi yang menggunakan oleum 20%. Alasan pemilihan proses tersebut antara lain :
1. Reaksi tidak terbentuk H2O.
2. Hidrokarbon yang dapat disulfonasi sebesar 99%.
3. Kondisi operasi yaitu pada temperatur 300C dan tekanan 1 atmosfer.

Anda mungkin juga menyukai