Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM SATUAN PROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017

Praktikum Satuan Proses 2


MODUL : Sulfonasi Naftalen
PEMBIMBING : Endang Kusumawati, IR., MT

Praktikum : 7 Desember 2016


Penyerahan Laporan : 14 Desember 2016

Kelompok :6
1. Nabila Fatin K 151411021
2. Nabila Nisa M 151411022
3. Noorma Nurmalasari 151411023
4.Rahmawati Sri Mulyani 151411024
Kelas : 2A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sulfonasi merupakan salah satu proses kimia untuk memasukkan gugus sulfonic
acid (SO3H) atau sulfonil klorida (SO2Cl) pada senyawa organik (Groggins, 1958).
Sulfonasi adalah proses utama industri kimia yang digunakan untuk membuat berbagai
macam produk. Aplikasi proses sulfonasi antara lain adalah sebagai lignin sulfonat pada
proses sulfonasi di industri kertas, pada pembuatan deterjen (dodecylbenzene sulfonat)
sebagai zat aktif permukaan, metan/toluen sulfonat sebagai katalis untuk elektroplating,
dan aromatik sulfonil klorida sebagai bahan baku pembuatan sulfonat/sulfur amides
(sulfadrugs, sweeting agent, pewarna tekstil, dan taning agent).
Gugus SO2OH atau SO2Cl diperoleh dari sulfonating agent yang digunakan.
Sulfonating agent adalah senyawa yang digunakan dalam proses sulfonasi untuk
menyerang senyawa organik, sehingga menyebabkan reaksi substitusi dapat
berlangsung. Beberapa jenis sulfonating agent yang banyak digunakan diantaranya adalah
sulfur trioksida (sulfur trioksida, oleum, concentrated sulfuric acid, chlorosulfonic acid,
asam sulfamat), kelompok sulfur dioksida (asam yang mengandung sulfur, logam sulfit,
sulfur dioksida dengan klorin, sulfur dioksida dengan oksigen), dan sulfoalkilating agent
(sulfometilating agent).

Berdasarkan penjabaran di atas, maka untuk memperdalam pengetahuan tentang


sulfonasi dilakukanlah percobaan tentang sulfonasi naftalen dengan menggunakan pelarut
diklorometana.

1.2 Tujuan Percobaan


a. Memahami karakteristik reaksi sulfonasi naftalen, kondisi operasi, rangkaian
peralatan proses dan penanganannya dengan tepat.
b. Melakukan tahapan-tahapan proses sulfonasi.
c. Melakukan tahapan-tahapan proses purifikasi dan pemurnian produk sulfonasi yang
tepat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Reaksi Sulfonasi


Reaksi sulfonasi adalah reaksi kimia yang terjadi pada benzena dan asam sulfat dengan
adanya pemanasan. Produk yang dihasilkan dalam reaksi sulfonasi adalah asam benzene sulfonat
dan air. Reaksi sulfonasi merupakan reaksi reversible (dapat balik) Naftalena adalah salah satu
komponen yang termasuk benzena aromatik hidrokarbon, Tetapi tidak termasuk polisiklik.
Senyawa naftalen tidak sama seperti benzen. Senyawa polisiklik dapat dihidrogenasi (direduksi)
parsial pada tekanan dan suhu kamar. Pada temperatur tinggi (160C), naftalena dapat disulfonasi
pada posisi 3, sedangkan pada temperatur rendah (80c), naftalena tersulfonasi pada posisi 4.
Asam 1-naftalenasulfonat merupakan produk kendali kinetika. asam 2-naftalensulfonat
merupakan produk kendali termodinamika.
Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus sulfonat. Reaksi
ini terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat sebagai pereaksi. Dalam proses
reaksi sulfonasi , melibatkan penggabungan gugus asam sulfonat, -SO3H, ke dalam suatu
molekul ataupun ion, termasuk reaksi-reaksi yang melibatkan gugus sulfonil halida ataupun
garam-garam yang berasal dari gugus asam sulfonat, misalnya penggabungan SO2Cl ke dalam
senyawa organik.
Istilah sulfonasi terutama digunakan untuk menyatakan reaksi-reaksi yang menggunakan
pereaksi sulfonasi yang umum seperti asam sulfat pekat, oleum, dan pereaksi lainnya yang
mengandung sulfur trioksida.
Sulfonasi senyawa aromatik merupakan salah satu jenis sulfonasi yang paling penting.
Sulfonasi tersebut dapat dilakukan dengan mereaksikan senyawa aromatik dengan asam sulfat.
Asam sulfat yang digunakan umumnya mengandung sulfur trioksida (oleum). Sama halnya
dengan nitrasi dan halogenasi, sulfonasi senyawa aromatik adalah reaksi substitusi elektrofilik,
tetapi merupakan reaksi yang dapat balik (reversibel).
Untuk proses sulfonasi senyawa aromatik yang lebih kompleks, temperatur dapat
memberikan pengaruh, bukan hanya terhadap laju reaksi, tetapi juga terhadap sifat dari produk
yang dihasilkan. Sebagai contoh, perubahan temperatur dalam sulfonasi naftalena menyebabkan
perubahan komposisi produk asam monosulfonat dari sekitar 95% alpha isomer pada temperatur
kamar menjadi 100% beta isomer pada 2000C.

2.2 Zat Dalam Sulfonasi


Dalam reaksi sulfonasi terdapat zat-zat yang berperan sehingga reaksi terjadi. Zat-zat
tersebut dikelompokkan dalam dua bagian. Yaitu zat pensulfonasi dan zat yang disulfonasi.
a. Jenis zat pensulfonasi
Jenis zat pensulfonasi antara lain :
1. Persenyawaan SO3, termasuk didalamnya : SO3, H2SO4, oleum
2. Persenyawaan SO2.
3. Senyawa sulfoalkilasi. Contohnya senyawa anionic yang berperan sebagai surfaktan
dalam proses pembuatan deterjen.

Zat pensulfonasi yang paling efisien adalah SO3 karena hanya melibatkan satu reaksi adisi
secara langsung, contohnya:
RH + SO3 RSO3H
ROH + SO3 ROSO3H
SO3 yang banyak digunakan adalah SO3 dalam bentuk hidrat (oleum atau asam sulfat pekat)
karena dengan SO3 hidrat, air akan bertindak murni sebagai pelarut.
b. Jenis Zat yang disulfonasi
Sedangkan, zat-zat yang disulfonasi antara lain: zat alifatik misalnya hidrokarbon
jenuh, oleofin, alkohol, selulosa, senyawa aromatis, dan lain-lain.

2.3 Sulfonating Agent


Sulfonating agent adalah senyawa yang digunakan dalam proses sulfonasi untuk
menyerang senyawa organik, sehingga reaksi substitusi dapat berlangsung. Beberapa jenis
sulfonating agent yang banyak digunakan diantaranya :
1. Sulfur trioksida
Sulfur trioksida, oleum, concentrated sulfuric acid (SO3 dan air).
Chlorosulfonic acid (SO3 ditambah HCl).
Asam Sulfamik
2. Kelompok sulfur dioksida
Asam yang mengandung sulfur, logam sulfit
Sulfur dioksida dengan klorin
Sukfur dioksida dengan oksigen
3. Sulfoalkilating agent
Sulfometilating agent (hidroksi- dan aminometansulfonat)
Reaksi sulfonasi dengan menggunakan berbagai sulfonating agent dengan bahan baku
senyawa aromatis ditunjukkan oleh persamaan berikut :
Sulfur Trioksida (SO3)
ArH + SO3 ArSO3H
Consentrated H2SO4
ArH + H2SO4 ArSO3H + H2O
Oleum
ArH + SO3 H2SO4 ArSO3H
Asam Klorosulfonik
ArH + ClSO3H RSO3H + HCl
Oleum merupakan sulfonating agent pertama yang digunakan dalam proses pembentukan
sulfonat dengan bahan baku senyawa aromatis. Karena hubungan fisik dari oleum, sulfur
trioksida (SO3), dan concentrated H2SO4 yang hampir sama, ketiga senyawa tersebut menjadi
agent sulfonasi yang penting dan banyak digunakan pada proses sulfonasi di industri (Groggins,
1958).
Dalam penggunaannya, SO3 dan concentrated H2SO4 memiliki sifat yang berbeda
sebagai sulfonating agent. Penggunaan SO3 sebagai sulfonating agent sangatlah efisien karena
penambahan langsung gugus SO3 pada senyawa tidak menghasilkan air, dan memiliki kecepatan
reaksi yang tinggi. Dilain pihak, penggunaan H2SO4 memiliki beberapa kekurangan yaitu :
temperatur reaksi yang tinggi, waktu reaksi yang lama, serta pembentukan sisa asam akibat
terbentuknya air selama reaksi (Katrizky, 2014).

2.4 Mekanisme Reaksi Sulfonasi Naftalen


Mekanisme reaksi sulfonasi dengan sulfonating agent concentrated H2SO4 diawali
dengan pembentukan elektofilik (SO3). Pada tahap ini terjadi penguraian asam sulfat.
22 4 3 + 3 + + 4
Pada tahap selanjutnya, terjadi proses penyerangan senyawa naftalen oleh elektrofilik
yang terbentuk (Solomons, 1978).
H
SO3-

+ SO3

H
SO3- SO3-
+ HSO4- + H2SO4

SO3- SO3H
+ H3O+ + H2O

SO3H
Reaksi secara keseluruhan :

+ H2SO4 + H2O
Naftalen (C10H8) -naftalensulfonat

C10 H8 + H2 SO4 C10 H8 SO3 + H2 O

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Sulfonasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Sulfonasi :
1. Konsentrasi SO3 pada Sulfonating Agent dalam reaktor
Proses sulfonasi dapat berlangsung dengan baik tergantung pada konsentrasi SO3 dalam
sulfonating agent yang digunakan. Reaksi sulfonasi menggunakan sulfonating agent H2SO4 akan
menghasilkan air sebagai produk sampingnya. Terbentuknya air selama proses, akan
menurunkan konsentrasi asam yang akan menyebabkan kecepatan reaksi sulfonasi menurun, saat
kandungan SO3 habis, reaksi akan terhenti.
Konsentrasi SO3 minimum yang diperlukan agar reaksi sulfonasi tetap berlangsung
didefinisikan sebagai . Persamaan yang menyatakan kebutuhan asam untuk mensulfonasi 1 mol
senyawa organik diuraikan pada persamaan (1).
100
= 80 + ( 80) 100 atau X = 80 . . . . . . . . . . . . . (1)
100

Dengan X adalah berat asam dalam gram dan adalah banyaknya SO3 dalam H2SO4 dalam
persen. Setiap senyawa organik memiliki nilai yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan
Tabel II.4. Semakin mudah suatu bahan organik disulfonasi semakin rendah nilai nya
(Groggins, 1958).

Tabel 1.Nilai beberapa senyawa organik


Nilai Persen H2SO4
Naphtalenene (monosulfonation at 60oC) 56 68,5
Naphtalenene (monosulfonation at 160oC) 52 63,7
Naphtalenene (trisulfonation at 160oC) 79,8 97,3
Nitrobenzenae (monosulfonation) 82 100,1

2. Temperatur Operasi
Proses sulfonasi naftalen membentuk 2 jenis naftalen sulfonat, yaitu dan
-naftalen sulfonat. Kedua jenis naftalen sulfonat tersebut berbeda pada penempatan gugus
SO3H pada naftalennya. Struktur -naftalen sulfonat dan
-naftalen sulfonat ditunjukkan pada Gambar II.12.

a b
Gambar 1. (a) -naftelan sulfonat dan (b) -naftalen sulfonat

Pengaruh temperatur terhadap pembentukan naftalen sulfonat dan distribusi pembentukan


dan -naftalen sulfonat disajikan pada Gambar II.12 dan Tabel II.5.
Gambar 2. Pembentukan Naftalen Sulfonat pada Temperatur Berbeda
Pembahasan Oleh Noorma Nurmalasari (151411023)
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan mengenai sulfonasi naftalen dengan
menggunakan pelarut diklorometana. Sulfonasi merupakan salah satu proses kimia untuk
memasukkan gugus sulfonic acid (SO3H) atau sulfonil klorida (SO2Cl) pada senyawa organik
(Groggins, 1958). Dalam prosesnya, sumber senyawa (SO3H) dan (SO2Cl) didapatkan dari
sulfonating agent. Sulfonating agent merupakan senyawa yang digunakan dalam proses sulfonasi
untuk menyerang senyawa organik, sehingga menyebabkan reaksi substitusi dapat berlangsung.
Proses kerja diawali dengan melarutkan 5gr naftalena kedalam pelarut berupa 15mL
diklorometana bersamaan dengan melakukan pemanasan dan pengadukan pada suhu 70oC,
40rpm sekitar 1 jam. Pengadukan dilakukan agar kontak partikel bertambah sehingga dapat
mempercepat reaksi, sedangkan pemanasan diatur pada suhu 60-70oC karena titik lebur naftalena
sebesar 80OC dan titik didih diklorometana yang cukup rendah (40oC), sehingga bila suhu terlalu
tinggi/rendah, hal tersebut dapatmempengaruhi kelarutan naftalena dalam diklorometana.
Penambahan sulfonating agent (H2SO4) sebanyak 2,9mL dilakukan ketika kondisi operasi sudah
sesuai karena H2SO4 bersifat sangat eksotermis. Panas yang dihasilkan dapat dijaga kondisinya
dengan menggunakan kondensor untuk menurunkan tekanan dan suhu dalam reaktor. Proses
sulfonasi berlangsung selama 60 menit. Proses sulfonasi dapat berlangsung dengan baik
tergantung pada konsentrasi SO3 dalam sulfonating agent yang digunakan. Reaksi sulfonasi yang
terjadi adalah sebagai berikut,

C10 H8 + H2 SO4 C10 H8 SO3 + H2 O


Reaksi sulfonasi menggunakan sulfonating agent H2SO4 akan menghasilkan air sebagai produk
sampingnya. Terbentuknya air selama proses, akan menurunkan konsentrasi asam dan akan
menyebabkan kecepatan reaksi sulfonasi menurun, saat kandungan SO3 habis, reaksi pun akan
terhenti.

Larutan campuran yang telah dipanaskan sebelumnya akan membentuk senyawa naftalen
sulfonat yang masih mengandung zat pengotor dan bahan yang tidak bereaksi sebelumnya. Oleh
karena itu, dilakukan penambahan etanol yang dimaksudkan untuk memurnikan produk dari
pengotornya dan juga dari bahan yang tidak bereaksi. Kemudian, ditambahkan air panas
bersamaan dengan penyaringan dengan corong buchner. Penambahan air panas tersebut
bertujuan untuk memurnikan produk dari sisa asam dan mempermudah pemisahan pada
campuran produk naftalen sulfonat dengan air. Produk yang didapatkan perlu disaring dan
dicuci kembali dengan etanol sebanyak 30 ml dan aquadest sebanyak 100 ml untuk mengikat air
pencuci dan memastikan produk bebas pengotor. Produk yang didapat lalu dikeringkan dan
ditimbang.
Berat naftalen sulfonat kering yang didapat seberat 3,62gram sedangkan perhitungan
secara teoritis seberat 8,2784 gram, sehingga diperoleh yield sebesar 44,62%. Yield yang didapat
bernilai cukup rendah, hal tersebut dapat dikarenakan kurang stabilnya kondisi proses (suhu)
yang digunakan karena sulitnya praktikan untuk menggunakan thermometer raksa dalam
pengecekan suhu dimana terdapat kondensor yang terpasang pada bagian atas reaktor, sedangkan
pengamatan suhu dilakukan dengan thermometer infrared yang kurang stabil dan sangat sensitif
dalam melakukan pembacaan suhu ketika proses berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai