Anda di halaman 1dari 4

Defisiensi Vitamin A

Vitamin A berfungsi dalam menyintesis pigmen sel-sel retina yang fotosensitif, dan
diferensiasi normal struktur epitel penghasil lendir. Selain itu, vitamin A sangat penting dalam
fungsi penglihatan, integritas sel, kompetensi sitem kekebalan, serta pertumbuhan.
Kekurangan vitamin A dapat mempengaruhi dan mengganggu sel dan jaringan di
seluruh tubuh. Pengaruh terbesar dan paling khas terjadi pada mata. Kekurangan yang parah
menyebabkan rabun senja, serosis dan keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada
akhirnya menimbulkan ulkus serta nekrosis kornea. Kebutaan yang disebabkan malnutrisi
merupakan akibat defisiensi vitamin A yang berkepanjangan. Dari hasil penelitian,
didapatkan bahwa anak yang kekurangan vitamin A lebih sering terkena infeksi.
Kekurangan vitamin A kerap berlangsung di daerah yang serba kekurangan, baik yang
bersifat sosial, ekonomi, maupun ekologis. Kasus defisiensi ini cenderung terjadi secara
berkelompok, bersifat musiman dan mencapai puncaknya pada masa kesulitan pangan,
sesudah epidemi penyakit campak dan diare, atau setelah terjadi penyakit infeksi. Diare,
infeksi cacing dan gangguan lain pada saluran pencernaan mengganggu penyerapan vitamin
A, sementara campak dan iinfeksi saluran nafas, dan demam meningkatkan metabolisme
tubuh, serta tidak jarnag merusak nafsu makan.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi status vitamin A seseorang adalah
kecukupan asupan vitamin A dan pro vitamin A. Asupan yang dianjurkan minimal 180-450
g retinol dan kesetaraan retinol (RE) dalam sehari bergantung pada usia, jenis kelamin serta
keadaan fisiologis. Sumber vitamin A bagi masyarakat berasal dari buah dan sayuran
berwarna kuning dan hijau yang mengandung karotenoid. Karena bahan pangan tersebut
bersifat musiman, maka seseornag harus mengkonsumsi buah dan sayuran sebanyak beberapa
kali dari jumlah yang dianjurkan.

Diagnosis
Defisiensi vitamin A merusak sel dan organ tubuh dan menyebabkan mtaplasi
keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemih dan saluran pencernaan. Perubahan
pada ketiga salurna ini relatif lebih awal terjadi dibandingkan yang terdeteksi pada mata.
Namun, diagnosis klinis yang spesfik didasarkan pada pemeriksaan mata.
Klasifikasi Xerolftalmia
Rabun senja merupakan perwujudan dini dari defisiensi vitamin A. Dalam keseharian
jika seseorang agak lama berada di bawah terik matahari, kemudian secepatnya masuk ke
ruangan yang agak temaram, ia akan seolah-olah melihat layang-layang beterbangan di siang
hari, layangan berwarna gelap berlatar belakang langit tengah hari.

Klasifikasi Xerolftalmia
Klasifikasi
XN

Keterangan
Rabun senja

X1A
X1B

Serosis konjungtiva
Bintik bitot: konjungtiva
kering & tampak kasar,
sering pula didapati butiran
seperti busa pada sudut luar
dekat iris mata.
Serosis
kornea,
dengan
gambaran khas seperti kornea
kering seperti kabut (atau
susu)
Keratomalasea/ulserasi
Stadium ini tidak reversibel
kornea:
perlunakan
dan hingga menimbulkan gejala
ulserasi kornea merupakan sisa.
stadium xerolftalmia terparah
yang tidak jarang berlanjut
sebagai perforasi kornea.
Akibatnya isi bola mata
tumpah,
dan
lahirlah
kebutaan.
Ulserasi
dan
perforasi
bahkan
dapat
timbul dengan cepat (dalam
hitungan jam), terutama anak
kecil yang tengah menderita
campak, serta penyakit akut
lain.
Parut kornea
Xerolftalmia fundus

X2

X3A, X3B

XS
XF

Prognosis
Kondisi ini bersifat reversibel
dan
biasanya
merespon
berbagai pengobatan dengan
vitamin A

Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah


kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun).
Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir
rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI
sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik
mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang

menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari
keluarga miskin, anak yang tinggal di daerah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak
yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun
Puskesmas, serta anak yang kurang makan makanan sumber vitamin A.
Pengobatan
Untuk mengobati anak dengan gejala buta senja (XN) hingga xerosis kornea (X2),
dimana penglihatan masih dapat disembuhkan, diberikan kapsul vitamin A pada hari pertama
pengobatan sebanyak (50.000 SI) kapsul biru untuk bayi berusia kurang atau sama dengan
5 bulan, 1 kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi berusia 6 sampai 11 bulan atau 1 kapsul
merah (200.000 SI) untuk anak 12-59 bulan. Pada hari kedua diberikan 1 kapsul vitamin A
sesuai umur dan dua minggu kemudian diberi lagi 1 kapsul vitamin A juga sesuai umur.
Pada kasus kerusakan kornea akibat xerolftalmia, vitamin A harus segera diberikan
sesuai dosis. Untuk mengobati atau mengurangi risiko infeksi mata sekunder (akibat bakteri
atau virus) yang dapat memperburuk kerusakan kornea, sebaiknya diberikan antibiotik salep
mata yang mengandung tetrasiklin atau kloramfenikol (jangan menggunakan mata yang
menggunakan steroid). Untuk mencegah trauma (kornea rusak akibat xerosis dan ulserasi),
mata sebaiknya ditutup dengan bahan yang tidak bersifat iritatif, dan pergerakan lengan anak
dibatasi, misalnya dengan mengikat tangan anak ke tempat tidur.
Tabel Jadwal Pengobatan Xerolftalmia
Waktu Pemberian
Segera setelah diagnosis

Dosis Oral

< 6 bulan

50.000 IU peroral (27,5 mg retinil palmitat)

6-12 bulan

100.000 IU peroral (55 mg retinil palmitat)

200.000 IU peroral (110 mg retinil palmitat)


> 6 bulan
Hari berikutnya
Dosis menurut usia
Dalam 1-4 minggu (setiap 2-4 Dosis menurut usia
minggu)
Jadwal pada tabel di atas tidak ditujukan untuk wanita usia reproduksi. Jika muntah
dan diare berta terus berlangsung, obat diganti dengan suntikan vitamin A yang larut dalam
air 100.000 IU. Jika digunakan preparat oral, sebaiknya digunakan preparat yang dicampur
minyak (oil based preparation). Jadwal pada tabel ini berlaku untuk segala usia, kecuali ibu

hamil. Anak yang berusia kurang dari 1 tahun dan berat badanya kurang dari 8 kg diobati
dengan setengah dosis. Wanita usia reproduksi yang menderita rabun senja atau bintik bitot
harus diberi dosis harian 10.000 IU atau sekitar 25.000 IU perminggu.
Cara lain, suntikan intramuskular, dapat dilakukan jika anak tidak dapat menelan,
misalnya akibat mederita stomatitis, muntah berkepanjangan, ataupun gangguan penyerapan.
Pada keadaan ini disuntikkan 55 mg (100.000 IU) retinil palmitat yang terlarut dalam air
(jangan menggunakan yang larut dalam lemak karena sulit diserap dari lokasi yang disuntik)
sebagai pengganti dosis oral pertama. Untuk bayi yang berumur 6-12 bulan, dosis dikurangi
separuh. Sementara bayi yang berusia kurang dari 6 bulan disuntikkan seperempat dosis.
Wanita usia subur, baik hamil amupun ridak jika menderit arabun senja atau bintik
bitot, dapat mengkonsumsi tablet vitamin A sebanyak 5.000-10.000 IU (satu tablet bersalut
gula) sehari selama paling sedikit 4 minggu. Dosis maksimal tidak boleh melebihi 10.000 IU.
Namun, jika jumlah yang dimakan dalam 1 minggu kurang dari 25.000 IU, perlu dilakukan
koreksi.
Jika terjadi lesi kornea akut (tanda xerolftalmia akut yang parah) pada wanita baik
hamil maupun tidak, harus dipikirkan kemungkinan efek teratogenik dan risiko lain
pengobatan pada janin. Pada kasus ini, diberikan pengobatan sesuai dengan tabel jadwal
pengobatan xeroltalmia bukan untuk wanita usia reproduksi.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin A di Posyandu atau Puskesmas pada
setiap bulan Februari dan Agustus seluruh bayi usia 6-11 bulan, harus mendapat 1 kapsul
vitamin A biru dan seluruh anak balita usia 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A warna
merah. Sedangkan untuk ibu nifas sampai 30 hari setelah melahirkan mendapat 1 kapsul
vitamin A warna merah.

Anda mungkin juga menyukai