Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH IKGM-P5

EDUKASI KESEHATAN MULUT

Oleh :

Kelompok 1 :
1. Bacharudin Hasan Ismail (04031181722002)
2. Khomisah Salimah (04031181722001)
3. Dwi Purnama Riszani (04031181722003)
4. Della (04031181722005)
5. Ayu Rahma Sari (04031181722006)

Dosen Pembimbing:
drg. Hema Awalia, MPH

Program Studi Kedokteran Gigi


Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2019/2020
ORAL HEALTH EDUCATION

PENGANTAR

Penyakit mulut terus mengganggu kehidupan manusia meskipun kemajuan besar telah dibuat
di bidang kesehatan mulut pada abad terakhir. Meskipun efektivitas penggunaan fluorida
dalam pencegahan karies telah terbukt, karies gigi masih ada karena ketersediaan dan
aksesibilitasnya dipertanyakan di banyak komunitas berkembang dan terbelakang.

Demikian pula penyakit periodontal, maloklusi, kanker mulut, edentulisme masih merupakan
masalah besar kesehatan pada masyarakat. Penyakit-penyakit ini dapat dicegah atau
dikendalikan dengan perilaku kesehatan gigi yang baik yaitu menekankan pada perawatan
kesehatan mulut individu. Dalam situasi ini, edukasi kesehatan mulut dapat secara efektif
diterapkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan gigi masyarakat.

PERTIMBANGAN DALAM EDUKASI KESEHATAN MULUT

Edukasi kesehatan mulut didefinisikan sebagai "suatu proses untuk memotivasi dan
membantu seseorang memilih dan memelihara praktik dan gaya hidup sehat; menganjurkan
perubahan lingkungan yang diperlukan untuk memfasilitasi tujuan ini; dan melakukan
pelatihan profesional dan penelitian untuk tujuan yang sama." Edukasi kesehatan harus
memberikan kesempatan belajar sehingga pelajar secara sukarela beradaptasi dengan perilaku
yang diinginkan. Program edukasi yang sukses ditemukan dalam kaitannya dengan program
preventif, promotif dan kuratif. Sementara promosi kesehatan mengacu pada kombinasi
dukungan pendidikan, organisasi, ekonomi, politik dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan mulut, kombinasi edukasi dan promosi dapat memunculkan kesehatan mulut yang
diinginkan. Perlu pendekatan lintas sektoral dan kerja sama jangka panjang dengan pasien,
orang tua, guru, pembuat kebijakan, dll.

Edukasi kesehatan mulut dapat direncanakan untuk masyarakat pada kelompok besar atau
berisiko tinggi berdasarkan sumber daya yang tersedia. Prioritas harus diberikan kepada ibu
hamil dan menyusui, anak-anak prasekolah dan anak-anak yang akan pergi sekolah, yang
cacat secara fisik dan mental dan orang tua.
Edukasi kesehatan mulut harus memberikan informasi tentang efek menguntungkan dari
pengaplikasian fluoridasi dan pada efektivitas fluorida topikal. Edukasi harus ditekankanpada
perilaku perawatan oral diri sendiri dan gaya hidup positif. Edukasi tentang dampak
tembakau pada kesehatan mulut dan kesehatan umum harus ada pada siswa sekolah
menengah sehingga dapat mengekang kecenderungan untuk menggunakan tembakau dalam
bentuk apa pun. Masyarakat bertanggung jawab dalam menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk memelihara perilaku kesehatan yang positif.

Karies anak usia dini dapat dicegah atau dikendalikan dengan menargetkan tidak hanya orang
tua tetapi juga dokter, dokter anak, perawat dan pemberi perawatan yang diberi tahu tentang
penyebab, efek dan berbagai tindakan pencegahan. Edukasi tentang dampak HIV / AIDS
pada kesehatan mulut harus diberikan pada individu maupun profesional gigi. Edukasi
kesehatan mulut untuk orang tua harus menekankan pada perilaku perawatan oral diri sendiri
untuk memelihara dan menjaga kesehatan mulut selama sisa hidup mereka. Penting untuk
mengenali efek penyakit yang berkaitan dengan usia dan obat-obatan pada kesehatan mulut
yang mengakibatkan hilangnya gigi, kekurangan nutrisi, masalah bicara dan kesulitan dalam
interaksi sosial.

Kesehatan mulut harus menangani orang-orang dengan kebutuhan khusus dan juga melatih
para profesional gigi untuk memahami kebutuhan kesehatan mulut mereka, terutama
kebutuhan psikologis. Langkah-langkah pencegahan yang sesuai dengan kebutuhan harus
dianjurkan agar menjaga kesehatan mulut yang optimal. Edukasi kesehatan mulut harus
mempertimbangkan berbagai faktor seperti nilai-nilai budaya, status sosial ekonomi suatu
kelompok etnis, perbedaan bahasa, kesalahan interpretasi isyarat verbal dan perilaku dalam
pertemuan perawatan kesehatan, dan pengalaman medis sebelumnya dalam suatu kelompok
ketika menangani masalah kesehatan tertentu yang berkaitan dengan Komunitas.

DASAR EDUKASI

Menurut Kamus Webster, belajar adalah "proses memperoleh pengetahuan atau keterampilan
melalui studi, instruksi atau pengalaman." Prosesnya meliputi pembelajaran, tugas, prosedur,
dan situasi belajar yang melalui fase penalaran, imajinasi, dan penyelesaian masalah.
Pembelajaran terjadi dalam langkah-langkah seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
Tiga bidang diidentifikasi untuk memahami dasar pembelajaran: (i) bidang kognitif, (ii)
bidang afektif dan (iii) bidang psikomotor (Gbr. 14.1).

Bidang kognitif: Ini berkaitan dengan memori, pengenalan, pemahaman dan aplikasi, dan
dibagi ke dalam klasifikasi perilaku secara hierarkis. Edukasi kesehatan harus diarahkan ke
tingkat yang benar agar efektif.

Bidang afektif: Ini menjelaskan perubahan sikap dan pengembangan nilai. Sikap dan nilai
yang ada dinilai sebelum mencoba mengubah sikap dan perilaku seseorang. Proses ini
membutuhkan dukungan dan dorongan dari teman sebaya dan keluarga untuk memperkuat
perilaku baru.

Bidang psikomotorik: Ini termasuk kinerja keterampilan yang memerlukan beberapa derajat
koordinasi neuromuskuler. Ini difasilitasi oleh kemampuan pelajar, citra sensorik dan
kesempatan latihan.

PROSES EDUKASI

Proses edukasi terdiri dari mengidentifikasi kebutuhan edukasi, menetapkan tujuan dan
sasaran pendidikan dan pemilihan metode edukasi yang tepat. Ini diikuti oleh implementasi
rencana edukasi dan evaluasi proses edukasi.

Pendidik kesehatan mulut dapat melakukan kesalahan jika dia menempatkan terlalu sedikit
atau terlalu banyak penekanan pada pengetahuan. Jika individu diperlakukan seolah-olah
tidak memiliki pengetahuan dan pendidikan apa pun yang diberikan, tujuan tersebut
dikalahkan karena individu tersebut memiliki pengetahuan dan mungkin menganggap proses
itu sendiri sebagai satu sisi, memaksakan dan tidak sesuai dengan sudut pandangnya.
Sementara jika pendidik mengandaikan bahwa dengan memberikan pengetahuan perilaku
yang diinginkan dapat dibawa keluar, dia salah. Jadi, pengetahuan ditambah dengan
pengalaman belajar yang bermakna adalah syarat untuk perilaku kesehatan yang positif.

Pendidik kesehatan mulut harus memperhatikan kemungkinan blok atau hambatan di


lingkungan atau di dalam individu, seperti sikap, nilai, kepercayaan, yang mengganggu
transformasi pengetahuan menjadi tindakan. Ini mengharuskan pendidik untuk lebih sabar,
tanpa memaksakan nilai-nilainya pada individu dan pada saat yang sama menyesuaikan
metode dengan persyaratan situasi.
Pembelajaran terjadi dengan menerapkan informasi yang diperoleh melalui instruksi untuk
kinerja kegiatan tertentu. Metode menyikat gigi lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.
Dengan demikian, keterampilan gigi dapat diperoleh jika pembelajaran melibatkan melihat,
mendengar dan melakukan di bawah pengawasan, dan kemudian dapat dilakukan secara
mandiri setelah ketangkasan manual dicapai. Penguatan perilaku kesehatan yang positif
adalah suatu keharusan untuk terus menggunakan keterampilan.

Belajar dilakukan secara bertahap, dan jumlah waktu bervariasi dari orang ke orang. Dalam
proses ini, fakta ditransformasikan menjadi konsep, dan konsep, pada gilirannya, menjadi
nilai. Sebagai permulaan, mari kita berasumsi bahwa pasien memiliki informasi yang tidak
lengkap / tidak akurat tentang kesehatan, sebagai akibatnya dia tidak menyadari pentingnya
hal itu baginya.

Gambar 14.1 Bidang pembelajaran.

Psikomotor

Keterampilan,
neuromuskuler,koordinasi

Kemampuan, imajinasi,
latihan, kesempatan

Afektif

Sikap, nilai, kepercayaan, minat

Dukungan dan dorongan untuk memperkuat perilaku baru

Kognitif

Memori, pengakuan, pengertian, dan aplikasi

Pendidikan harus sesuai dengan level


Dengan memberikan informasi yang benar, kesadaran dapat diciptakan. Jika informasi
tersebut, bermakna atau relevan bagi dirinya, orang tersebut akan mulai mementingkan diri
sendiri. Edukator kesehatan mulut harus menggunakan tahap ini untuk memberikan
klarifikasi atas pertanyaannya, konsep dan membuat individu berpikir tentang pentingnya
kesehatan mulut, dan bagaimana kesehatan dapat dipertahankan dalam gaya hidup saat ini.
Jika dia menemukan nilai-nilai ini tidak konsisten dengan perilakunya, kecenderungan untuk
bertindak atau keterlibatan terlihat. Keterlibatan mendorong individu untuk bertindak. Pada
tahap ini, pasien mengambil tindakan untuk menguji fakta, konsep atau praktik yang
diinstruksikan oleh edukator. Jika dia puas dengan hasilnya, dia membuat perubahan kognitif
dan perilaku permanen yang menjadi kebiasaan, dan nilai baru terbentuk.

Motivasi. Edukator kesehatan mulut harus mengetahui atau menilai faktor-faktor yang
memotivasi pasien. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan pendorong internal dan eksternal
yang mendorong seseorang untuk bertindak untuk memenuhi kebutuhannya. Motivasi
melibatkan kekuatan pendorong yang memengaruhi individu untuk mengambil tindakan.
Kekuatan ini didasarkan pada tujuan atau kebutuhan yang ingin dicapai. Nyeri gigi dapat
menjadi faktor pendorong atau kekuatan pendorong mendorong individu untuk mengunjungi
dokter gigi. Kebutuhan dasar / tujuan adalah menghilangkan rasa sakit dan mengunjungi
dokter gigi, untuk menerima perawatan yang tepat, dengan demikian menghilangkan rasa
sakit memberikan beberapa kepuasan.

Motivasi dapat bersifat intrinsik atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik dihasilkan sendiri seperti
kelaparan, haus, seks, dan sebagainya. Kepuasan yang berasal dari kekuatan-kekuatan ini
cenderung mendorong perubahan jangka panjang dalam sikap dan perilaku. Sementara
motivasi atau insentif ekstrinsik ditemukan di luar pasien, dalam lingkungannya; itu
mengambil bentuk ganjaran atau hukuman, materi atau abstrak. Berdasarkan motivasi atau
kekuatan pendorong, pendidik kesehatan gigi berencana untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Perilaku didasarkan pada kepuasan akan suatu kebutuhan atau tujuan. Strategi motivasi harus
direncanakan hanya setelah menilai tingkat kebutuhan pasien.

Menurut Maslow's hierarchy, ada lima kebutuhan dasar: fisiologis, keamanan, memiliki dan
cinta, penghargaan dan ego dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar
seperti makanan, air, oksigen, dan tidur yang dibutuhkan seumur hidup. Kebutuhan
keselamatan ditujukan untuk perlindungan terhadap ancaman / bahaya fisik, berkembang
selama masa kanak-kanak ketika anak mulai mengendalikan fungsi fisiologisnya. Ini diikuti
oleh keinginan untuk dicintai, pengakuan sosial dan sebagainya. Keinginan untuk menjadi
sukses dan hormat, mengarah pada ego / kebutuhan penghargaan. Di atas semua itu,
keinginan aktualisasi diri untuk memanfaatkan kapasitas seseorang sepenuhnya.

Edukator kesehatan mulut harus merumuskan tujuan berdasarkan tingkat kebutuhan individu
yang relevan dan realistis. Tujuan baru dirumuskan ketika kebutuhan berubah. Individu yang
memiliki kebutuhan fisiologis dapat disarankan untuk melakukan kunjungan berkala ke
kantor gigi. Ini adalah waktu yang tepat untuk menjelaskan tentang tindakan pencegahan
(perawatan di rumah dan profesional) bagi mereka yang memiliki kebutuhan keselamatan,
dan juga prosedur penyembuhan yang tepat dapat diperbarui untuk memulihkan kesehatan
dan fungsi mulut. Kedokteran gigi estetika menarik bagi semua yang memiliki kebutuhan
identitas. Ketika individu menginginkan kesuksesan, penghargaan, gigi fungsional yang
memberikan pidato, pengunyahan, dan estetika, hal yang paling penting. Mereka yang berada
dalam tahap aktualisasi diri untuk mencapai kesehatan mulut yang optimal akan menjadi
tujuan yang harus dicapai. Tujuan dicapai dengan merancang tujuan yang bermakna dan
menarik bagi pasien serta dapat diukur untuk pendidik kesehatan. Itu harus didasarkan pada
motif, nilai-nilai dan kebutuhan pasien, dan harus dijelaskan kepada pasien sedemikian rupa
sehingga dia memahami dan mengikuti instruksi.

KOMUNIKASI
Komunikasi adalah kunci keberhasilan program edukasi kesehatan. Komunikasi interpersonal
atau dua arah adalah suatu keharusan untuk memotivasi pasien untuk mengubah sikap dan
perilakunya. Edukator kesehatan mulut harus jelas tentang tujuan dan sasarannya, sumber
daya yang tersedia dan juga hambatan komunikasi. Komunikasi dapat berupa bahasa verbal
atau tertulis, dan nonverbal. Dikatakan bahwa pesan nonverbal lebih efektif daripada pesan
verbal. Sistem nonverbal adalah bentuk dasar penyampaian emosi, perasaan, sikap dan
preferensi. Pesan nonverbal memiliki efek mendalam dalam komunikasi (Gbr. 14.2).

Komunikasi interpersonal yang akurat sangat bermanfaat dalam edukasi kesehatan.


Dikatakan bahwa jika hubungan dokter gigi-pasien positif maka kemungkinan perubahan
perilaku lebih. Dokter gigi harus menunjukkan kepedulian terhadap masalah pasien dengan
bertanya, mendengarkan, mendukung jika diperlukan tanpa mengkritik atau menolak ide-ide
mereka sebagai tidak berdasar.Pendidik harus dapat berkomunikasi dengan tingkat individu,
mengantisipasi kemungkinan keberatan, memungkinkan pendengar untuk mempertanyakan
kembali jika informasi tidak jelas, dan itu diklarifikasi. Selain itu pendidik seharusnya tidak
hanya unggul dalam komunikasi tetapi juga menjadi pendengar yang baik dari pertanyaan
pasien

Pengirim

Pengirim menerima dan


menerjemahkan umpan balik
berdasarkan persepsi sendiri Persepsi dan
evaluasi penerima
Mengkodekan respons dan
mengembalikan umpan balik

Mengkodekan dan mengirim pesan


menggunakan media verbal dan
nonverbal
Mengevaluasi pengirim dan
niatnya dan memilih
respons Menerima pesan dan
menerjemahkan kode
berdasarkan persepsi
Gangguan (sikap, perasaan,
persepsi pengajar) dapat
mengganggu dan mengubah
pesan di setiap titik dalam
gangguan
proses
Penerima

Gambar 14.2 Komunikasi satu-ke-satu.

Mendengarkan sama pentingnya dengan komunikasi. Pendengar yang buruk kehilangan


informasi penting dan cenderung salah memahami prosesnya. Mendengarkan secara aktif
dapat dilakukan dengan parafrase, memverifikasi konsekuensi dan bersiap untuk
mendengarkan. Edukator kesehatan mulut sering diundang untuk berbicara dalam suasana
formal. Berdasarkan topik dan kelompok sasaran pidato disiapkan yang terorganisir, fokus ke
titik, akurat, relevan dan singkat. Audio visual yang tepat dapat digunakan sebagai
komunikasi pribadi efektif yang berdekatan.

Urutan dasar instruksi meliputi:


• Mendapatkan perhatian
• Menginformasikan pelajar tentang tujuan instruksi yang merangsang ingatan akan
pembelajaran sebelumnya
• Menghadirkan rangsangan
• Memberikan bimbingan belajar
• Menimbulkan kinerja
• Memberikan umpan balik
• Menilai kinerja
• Meningkatkan retensi dan transfer pengetahuan.

Tingkat di mana pembelajaran berlangsung tergantung pada jenis, besarnya, kejelasan dan
situasi, dan bervariasi dari orang ke orang. Pendidik kesehatan harus menyajikan informasi
dalam jumlah kecil secara bertahap dan dalam urutan yang logis. Review, penguatan dan
rekapitulasi diperlukan untuk memastikan bahwa pelajar telah memperoleh pengetahuan dan
keterampilan sebelum bergerak maju.

Edukasi yang efektif dapat diberikan dengan mengikuti prinsip-prinsip dasar seperti:
1. Mengirim pesan yang jelas
2. Memilih format pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan sasaran program dan
disesuaikan dengan kebutuhan belajar penerima.
3. Memilih lingkungan belajar
4. Menyusun pengalaman belajar dengan memasukkan prinsip kesinambungan,
pengurutan, dan integrasi
5. Mendorong pembelajaran partisipatif, memberikan evaluasi dan Feedback.

Belajar dapat ditingkatkan dengan menunjuk tempat dan waktu untuk interaksi timbal balik.
Perubahan yang diinginkan pada pasien disebabkan oleh lingkungan yang kondusif, perhatian
dan pengawasan yang berkelanjutan, hubungan yang baik dan pengakuan atas upaya dan
minat pendidik. Pelajar harus bertanggung jawab atas kesehatan mulutnya, dan peran
pendidik adalah membantu atau memfasilitasi dia untuk mencapai tujuan ini melalui tujuan
yang direncanakan. Partisipasi aktif adalah kunci keberhasilanedukasi kesehatan.

Feedbacksangat penting bagi pasien dan juga pendidik untuk memantau perkembangan
programedukasi kesehatan. Pendidik harus menunjukkan kekurangan dengan solusi realistis,
dan memuji dia setiap kali tugas dilakukan sesuai kebutuhan. Hasil proses pendidikan adalah
produk pendidikan yang diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Evaluasi jangka
pendek dan jangka panjang dari produk pendidikan dilakukan untuk menilai perubahan
kesehatan dan perilaku.
TEORI PENDIDIKAN UMUM
Teori pendidikan membantu dalam memahami bagaimana individu belajar dan bagaimana
merancang dan mengimplementasikan program pendidikan. Lebih sering kombinasi dari
teori-teori ini diperlukan dalam berbagai situasi.

Teori: Teori pendidikan dapat dikategorikan sebagai: (i) teori perilaku, (ii) teori pembelajaran
sosial, (iii) teori kognitif, (iv) teori humanis, (v) teori perkembangan mental dan (vi) teori
kritis.

Teori Perilaku

Tujuan utama dalam pendekatan ini adalah perubahan perilaku. Ini dicapai dengan
mengidentifikasi perilaku target diikuti oleh penguatan, apakah perilaku akan ditingkatkan
atau hukuman jika perilaku akan dikurangi. Pendekatan ini banyak digunakan ketika pendidik
memiliki kontrol penuh atas sistem umpan balik dan juga ketika pelajar memiliki
keterbatasan kognitif, misalnya perawat gigi sekolah memberikan insentif atau hukuman
kepada anak-anak dari sudut menjaga kesehatan mulut.

Teori pembelajaran sosisal


Teori pembelajaran sosial berfokus pada perubahan harapan tentang pentingnya atau nilai
hasil atau mendorong kepercayaan pada diri sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Hal ini dilakukan dengan memberikan informasi, membuat presentasi kasus yang relevan di
mana individu mengidentifikasi diri, dan termotivasi untuk mengubah perilaku targetnya,
misalnya edukasi mengenai penghentian kebiasaan pada perokok dengan memberikan
informasi melalui serangkaian presentasi.

Teori Kognitif
Dalam teori ini, penekanannya adalah pada mengubah pola pikir. Edukator kesehatan
memberikan informasi dalam berbagai cara dengan pengulangan dan penguatan yang
memengaruhi perubahan pola pikir dan pada akhirnya menghasilkan perubahan perilaku, mis.
meyakinkan tentang pemeriksaan diri secara lisan dengan mengubah pola pikir.

Teori humanis
Sesuai teori ini, perilaku dipengaruhi oleh perasaan, emosi dan hubungan pribadi. Teori ini
mendorong pengembangan ekspresi diri, menyediakan forum untuk menciptakan kesadaran
dan klasifikasi nilai-nilai, sehingga memfasilitasi individu untuk melakukan apa yang terbaik
untuk diri mereka sendiri, misalnya penentuan nasib sendiri tentang kesehatan mereka sendiri
setelah diskusi kelompok.

Teori Perkembangan Mental


Dalam teori ini, pembelajaran terjadi bersamaan dengan tahap perkembangan di mana setiap
tahap perkembangan merupakan transformasi besar dari tahap sebelumnya, dan pembelajaran
terjadi secara berbeda dalam tahap yang berbeda. Edukasi kesehatan harus memberikan
kesempatan yang sesuai dengan kesiapan untuk belajar untuk mencapai perilaku yang
diinginkan, misalnya mendidik anak-anak dan orang dewasa adalah sempurna dengan tingkat
perkembangan.

Teori Kritis

Teori kritis menganggap pembelajaran sebagai proses yang berkelanjutan.


Pembelajaran dilengkapi dengan peningkatan kedalaman pengetahuan melalui interaksi yang
berkelanjutan dan penyelidikan terbuka sampai terjadi perubahan dalam pemikiran dan
perilaku, misalnya penderita diabetes yang belajar tentang dampak diabetes pada kesehatan
mulut.

KONSEP DASAR EDUKASI KESEHATAN MULUT

Edukasi kesehatan mulut memiliki konsep, model, dan metode yang berasal dari ilmu
yang sejenis seperti kedokteran, kesehatan masyarakat, dan ilmu fisika, biologi, sosial dan
perilaku. Berbagai teori pendidikan kesehatan, terbukti efektif serta relevan ditinjau di sini.

Model Kognitif

Model kognitif didasarkan pada urutan berikut: Pengetahuan - sikap - perubahan


perilaku. Diasumsikan bahwa dengan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan mulut
pasien membantu mengubah sikap terhadap perawatan gigi. Namun dalam kenyataannya,
hubungan antara upaya edukator kesehatan dan perilaku yang dihasilkan tidak semudahyang
dibayangkan.Hal ini terutama karena pendidik gagal menilai tingkat pengetahuan peserta
didik sebelum proses pendidikan dan memperlakukan mereka as if they are empty pot tanpa
pengetahuan atau pengalaman masa lalu.Tetapi sudah ada perilaku sehat yang merupakan
hasil dari kekuatan-kekuatan internal dan eksternal seperti kepercayaan, sikap, minat, nilai,
kebutuhan, motif, kepribadian, harapan, persepsi dan faktor biologis, selain pengaruh
keluarga, teman sebaya dan faktor ekonomi seperti pekerjaan, pendidikan dan media.
Demikian pula faktor sosial-demografis seperti usia, ras atau budaya, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan dan pendapatan memiliki pengaruh kuat pada praktik kesehatan mulut.

Interaksi dari kekuatan itu ditunjukkan dalam model Young's dynamic (Gbr. 14.3).
Model yang dikembangkan oleh Kressin juga menggambarkan interaksi dari kekuatan itu.

Faktor-faktor yang memengaruhi proses / aspek edukasi gigi untuk dipelajari para
pelajar ketika merancang program edukasi gigi adalah:

 Faktor sosial-demografis (mis. Usia, jenis kelamin, ras / budaya,pendapatan)


 Nilai, sikap, kepercayaan
 Kesiapan untuk mengubah perilaku
 pendidikan

Untuk edukator Tujuan lain dari Untuk dirinya sendiri


pelajar

Perilaku dan
Edukator kesehatan pelajar kepercayaan terhadap
gigi (dokter gigi, ibu, kesehatan gigi yang
dll.) diinginkan

Pengaruh lainnya

Gambar 14.3 Model Young’s Dinamic.

Aspek lingkungan sosial yang perlu dipertimbangkan ketika merancang program


edukasi kesehatan gigi adalah:

 Norma budaya
 Nilai budaya / harapan
 Seberapa mendukung lingkungan untuk perubahan perilaku
 Cara yang memungkinkanedukasi / informasi dapat diberikan.

Edukator kesehatan harus mengembangkan program edukasi yang rasional yang akan
menghasilkan perubahan perilaku yang berkelanjutan,dengan mengingat pengaruh interaksi
dari kekuatan tersebut pada pelajar
Teori Kognitif Sosial

Sesuai dengan ini, perilaku individu dimotivasi oleh kepercayaan (faktor kognitif) dan
faktor dalam lingkungan sosial (keluarga, teman dan komunitas). Kepercayaan tersebut
terkait dengan persepsi individu tentang self-efficacy, dan aspek lingkungan sosial termasuk
mempelajari perilaku spesifik dengan mengawasi orang lain untuk melakukannya dan
menerima dukungan atau penguatan dari orang lain untuk melakukannya dan menerima
dukungan atau penguatan dari orang lain di lingkungan untuk mempraktikkan perilaku
tertentu.

Studi yang dilakukan oleh Tedesco dan rekannya mendukung teori ini dalam
pengembangan dan pemeliharaan perilaku pemeliharan mulut sendiri seperti menyikat gigi
dan flossing.

Teori Reasoned Action

Teori ini menyatakan bahwa perilaku individu terutama ditentukan oleh tujuan untuk
melakukan perilaku tersebut, dan tujuan ini ditentukan oleh sikap dan kepercayaan tentang
perilaku tersebut. Penting juga untuk memahami sikap adalah kepercayaan tentang
bagaimana orang lain akan merespons perilaku tersebut.

Berdasarkan teori ini upaya yang harus diarahkan untuk mempengaruhi tujuan
individu untuk pemeliharaan kesehatan mulut dengan:

1. Menekankan pentingnya nilai kesehatan mulut dan mempertahankan gigi asli


2. Meyakinkan mereka dapat secara efektif menjaga kesehatan mulut dan mencegah
penyakit mulut
3. Mengubah norma masyarakat di mana kesehatan mulut itu penting sehingga individu
termotivasi untuk menjaga kesehatan mulut mereka dan mendukung keluarga dan
teman-teman mereka untuk melakukannya.

Model Stages of Change

Model ini menggambarkan tahapan umum perubahan yang dilalui individu ketika
mencoba mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan seperti: (i) prekontemplasi,
(ii) kontemplasi, (iii) tindakan dan (iv) pemeliharaan (Gbr. 14.4).
Prekontemplasi adalah tahap di mana seorang individu tidak secara aktif berpikir
untuk mengubah perilaku tertentu. Pada tahap berikutnya, kontemplasi, individu mulai
berpikir tentang perubahan perilaku. Dia mungkin berpikir atau membaca atau berbicara atau
mungkin terbuka untuk edukator kesehatan, dalam persiapan untuk mengambil langkah-
langkah aktual untuk mengubah perilaku. Pada tahap tindakan, individu memang sudah
mengambil langkah-langkah untuk mengubah perilaku. Ini adalah tahap penting di mana
individu membutuhkan dukungan profesional (pendidikan atau pelatihan) dan dukungan
sosial (keluarga dan teman).Dengan asumsi bahwa tindakan yang berhasil diambil, individu
sudah bergerak ke tahap pemeliharaan, di mana upaya untuk melanjutkan perubahan perilaku
sudah terlihat. Relaps (kebiasaan buruk kembali) terjadi ketika individu tidak bisa terus
mempertahankan perilaku yang berubah. Faktor-faktor tersebut harus dicegah, dihindari atau
ditangani dengan tepat. Sesuai model ini, edukasi harus diberikan kepada mereka yang siap
untuk mendengarkannya.

prekontemplasi

pemeliharaan kontemplasi

aksi

Gambar 14.4model Stages of change

Health Belief Model (Rosenstock)

Health belief modelmempertimbangkan berbagai faktor yang diduga mempengaruhi


perilaku kesehatan individu seperti:

1. Kesiapan untuk bertindak


2. Pertimbangan biaya dan manfaat yang dirasakan dari melakukan perilaku tertentu
3. Semangat untuk bertindak.

Kesiapan individu untuk bertindak sangat penting untuk membawa perubahan dalam
perilaku tertentu. Ini tergantung pada persepsi individu tentang tingkat keparahan penyakit
dan kerentanannya. Kemudian muncul pertimbangan biaya dan manfaat yang dirasakan dari
melakukan perilaku tertentu. Kemungkinan perubahan perilaku tergantung pada bagaimana
individu mempersepsikan tentang biaya yang dikeluarkan, manfaat yang diperoleh pada
kesehatan fisik dan mulut sedangkan semangat mempromosikan individu untuk bertindak
dengan mengingatkan mereka tentang perlunya mengubah perilaku mereka yang bisa bersifat
internal (sakit atau tidak nyaman) atau eksternal (media atau edukasi kesehatan). Model ini
bermanfaat dalam menilai perlindungan kesehatan atau perilaku pencegahan penyakit.

Model Promosi Kesehatan

Model promosi kesehatan dikembangkan sebagai pelengkap model perlindungan


kesehatan sepertihealth belief models.Ini menjelaskan kemungkinan bahwa pola gaya hidup
sehat atau promosikan kesehatan akan berlangsung. Model ini terdiri dari tiga kategori faktor
penentu:

1. Faktor persepsi kognitif yang mencakup definisi dan pentingnya kesehatan, persepsi
status kesehatan, kontrol kesehatan, self-efficacy, manfaat dan hambatan untuk
perilaku mempromosikan kesehatan bagi individu.
2. Faktor-faktor pemodifikasi termasuk demografis (usia, jenis kelamin, ras, etnis,
pendidikan dan pendapatan), karakteristik biologis (berat badan, lemak dan tinggi
badan), pengaruh interpersonal, faktor situasional / lingkungan dan faktor perilaku.
3. Variabel yang memengaruhi kemungkinan memulai tindakan tergantung pada
semangat internal dan eksternal seperti keinginan untuk merasa sehat, pengajaran
kesehatan individual dan kampanye promosi kesehatan media massa.

Model Pembelajaran Perilaku

Model pembelajaran perilaku bergantung pada perubahan perilaku pelajar melalui


kegiatan yang menyajikan keterampilan, perilaku, dan pengetahuan yang sesuai dengan
harapan sehingga sikap yang diharapkan itu akan terwujud. Pelajar harus termotivasi untuk
mempraktikkan kegiatan ini setiap hari. Program fokus pada partisipasi siswa dalam belajar,
menyikat gigi dan flossing daripada menghadiri demonstrasi atau kuliah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rosenstock dan kemudian oleh Kegeles,
empat faktor mempengaruhi praktik pencegahan gigi seperti:

1. Individu harus merasa bahwa mereka rentan terhadap penyakit gigi


2. Mereka harus menganggap penyakit gigi sebagai hal yang serius
3. Mereka harus percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah
4. Mereka harus attach salience atau penting bagi kesehatan gigi.
Jika salah satu dari faktor-faktor ini tidak ada, kemungkinan individu yang termotivasi
untuk menyetujui dan mempraktikkan prosedur pencegahan berkurang secara signifikan.
Edukator kesehatan harus menilai dampak pesan informal yang dihasilkan dari sumber lain
(keluarga, teman dan media) pada pelajar untuk mengembangkan program edukasi yang
sesuai,yang harus meningkatkan kesadaran pelajar terhadap pesan-pesan informal ini dan
mengajarkan evaluasi yang kritis dari masalah tersebut.

Self-care Motivation Model (Horowitz and Associates)

Self-care motivation model adalah pendekatan terhadap individu seutuhnya untuk


memotivasi dalam perawatan diri sendiri berdasarkan nilai-nilai, kesadaran, pilihan dan
tindakan. Model ini membahas elemen-elemen dan fungsi-fungsi yang umum bagi semua
individu dan perilaku kesehatan yang mendasarinya.Model ini dikembangkan dengan maksud
khusus untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan dalam perilaku dan gaya hidup yang
menghasilkan akibat negatif terhadap kesehatan. Ini menegaskan konsep hubungan
perkembangan manusia yang sehat dan self-efficacyyang lebih baik untuk menetapkan tujuan
kesehatan individu berdasarkan pada kejelasan dan apresiasi yang lebih besar terhadap nilai-
nilai kesehatan (Gbr. 14.5).

Pembuatan pilihan didasarkan pada kesadaran individu terhadap fisik, mental dan
emosional, yang mengarah pada cognitive self-regulation.

Precede-proceed Model

Precede-proceed modelmenyediakan metode untuk perencanaan dan evaluasi


programedukasi kesehatan.PRECEDE-PROCEED adalah singkatan dari:

Predisposing Policy
Reinforcing and Regulatory and
Enabling Organizational
Causes in Constructs in
Educational Educational and
Diagnosis Environmental
Evaluation Development
Ada sembilan fase pada model ini:

1. Diagnosis sosial: Masalah sosial masyarakat di identifikasi.

2. Diagnosis epidemiologis: Data epidemiologis digunakan untuk menyarankan masalah


kesehatan.

3. Diagnosis perilakudan lingkungan : Antara faktor-faktor risiko perilaku dan lingkungan di


identifikasi.

4. Diagnosis pendidikan dan organisasi : Faktor-faktor predisposisi, penguat, dan pemungkin


di identifikasi.

5. Diagnosis administratif dan kebijakan: Terjadi perencanaan yang terkait dengan


pendidikan kesehatan dan regulasi kebijakan.

6. Implementasi : Program pendidikan kesehatan dilaksanakan.

7. Evaluasi proses: Proses pendidikan di evaluasi secara berkelanjutan.

8. Evaluasi dampak: Efek atau tujuan langsung dari program pendidikan dievaluasi.

9. Evaluasi hasil: Efek jangka pendek dan jangka panjang dari program pendidikan
dievaluasi.

Sorotan dari model ini adalah bahwa ia melibatkan penerima dalam pendekatan pemecahan
masalah untuk menyediakan pendidikan kesehatan untuk bidang kebutuhan yang di
identifikasi. Ini mempertimbangkan lingkungan di mana komunitas tinggal danfaktor sosial
yang mempengaruhi perilaku. Ini meneliti faktor-faktor internal dan lingkungan yang
mempengaruhi masalah kesehatan tertentu. Kemudianfaktor-faktor yang membantu
kelompok dalam mengadopsi tindakan sehat di identifikasi, prioritas ditetapkan.Program ini
dikembangkan, diterapkan, dan akhirnyadi evaluasi.

Model Kesehatan Masyarakat Kontemporer

Model kesehatan masyarakat kontemporer memperhitungkan faktor sosial, budaya, ekonomi,


politik dan lingkungan yang memengaruhi kesehatan dan menganjurkan perlunya perubahan
untuk memfasilitasi kesehatan. Penekanannya adalah pada peran keterlibatan publik dalam
mengidentifikasi masalahkesehatan individu dan masyarakat, menetapkan prioritas dan
mengembangkan solusi untukmasalah ini, dan memberdayakan kelompok populasi dengan
informasi yang akurattentangteknologiperawatankesehatandankesehatan.WHO menganjurkan
perlunya menggunakan organisasi masyarakat yang sehat dan prinsip- prinsip pengembangan
masyarakat untuk bekerja dengan populasi fokus, seperti berbagi dalam pengambilan
keputusan.

Tujuan utama dari organisasi komunitas adalah untuk menciptakan kesadaran, minat, dan
keinginan untuk menyelesaikan masalah saat bekerja dengan orang lain untuk menyelesaikan
masalah. Dengan melibatkan orang-orang dalam pengambilan keputusan tentang tindakan
atau program untuk peningkatan kesehatan mereka sendiri, komitmen dan motivasi
untukmelakukan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang terlihat.

PENDEKATAN DALAM EDUKASI KESEHATAN MULUT DAN PROMOSI


KESEHATAN

Pendidik kesehatan mulut dapat menggunakan kombinasi pendekatan dalam memberikan


pendidikan kesehatan dan mencapai promosi kesehatan seperti pemasaransosial, pengaruh
media dan orang tua serta program sekolah.

Pemasaran social

Ini menggabungkan penggunaan strategi periklanan dan pemasaran dan menerapkannya


untuk mengubah ide dan perilaku orang. Ini bertujuan untuk memahami kebutuhan.
Kemudian produk pendidikan kesehatan harus tersedia melalui media atau saluran
komunikasi lainnya dengan pertimbangan harga dan biaya peluang untuk mengadopsi
perilaku atau ide baru.

Pemasaran sosial telah digunakan dalam mencapai tujuan berbagai program yang berkaitan
dengan konsumsi tembakau, kesehatan dan keselamatan, gizi, HIV / AIDS. Demikian pula
dapat digunakan di bidang kesehatan mulut.

Pengaruh Media

Media memiliki peran dalam mempromosikan perubahan perilaku.Selain itu, iklan produk
dapat memengaruhi opini dan perilaku publik.Banyak produk yang di iklankan di media
seperti produk tembakau, alkohol, makanan tidak bergizi, dll.Memiliki efek merusak yang
besar pada anak-anak, remaja dan dewasa muda. Orang tua harus mengambil peran aktif
dalam mendidik anak-anak mereka untuk menjadi konsumen yang bertanggung jawab dan
terinformasi. Mereka harus melihat media sebagai paparan yang berpotensi toksik yang dapat
mempengaruhi perilaku sehat anak-anak mereka.Dalam konteks ini, literasi media menjadi
penting dan harus diajarkan kepada anak-anak di sekolah dan dalam berbagai pengaturan
lainnya.

Keberhasilan iklan produk didasarkan pada penghubungan kepuasan pribadi atau peningkatan
harga diri dengan penggunaan produk.Sejauh ini, promosi kesehatan mulut belum mencapai
keberhasilan dalam menghubungkan perilaku pencegahan gigi dengan motif selain
kesehatan.Dengan demikian, kampanye-kampanye yang dilakukan di tingkat menengah
untuk mempromosikan kesehatan mulut untuk jangka waktu yang lebih lama lebih menarik
bagi motif selain kesehatan dengan dukungan dan pelatihan sosial mungkin dapat membawa
perubahan sosial yang di inginkan dalam kesehatan mulut.

Program Orang Tua dan Sekolah

Banyak pengembang dan evaluator program tidak mempertimbangkan untuk meminta


dukungan dan kerjasama orang tua meskipun mereka secara langsung mempengaruhi
kebiasaan lisan. Proyek tim tuan rumah Minnesota menunjukkan efektivitas pendekatanga
bungan sekolah, orang tua dan masyarakat terhadap perilaku kesehatan anak. Ini
menunjukkan bagaimana menyelesaikan tanggung jawab berbagi dan dampak unggul
tanggung jawab bersama antara sekolah dan rumah pada pengetahuan, keterampilan dan
praktik anak-anak sehubungan dengan asupan makanan yang lebih sehat.

Evaluasi pendidikan kesehatan sekolah (SHEE) menunjukkan bahwa paparan kurikulum


pendidikan kesehatan di sekolah dapat mengakibatkan perubahan substansial dalam
pengetahuan siswa, sikapdanpraktik yang dilaporkan sendiri.Itu telah memberikan bukti
untuk perubahan semacam itu, dan perubahan ini telah meningkat dengan jumlah
instruksi.Dalam skenario ini, guru dengan pelatihan tambahan tentang masalah kesehatan
dapat dianggap sebagai tenaga kerja untuk penyebaran pendidikan kesehatan dengan bantuan
para profesional kesehatan di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai