Anda di halaman 1dari 37

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi

1. 1. PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS


BIDANG INFRASTRUKTUR SUB BIDANG SANITASI
2. 2. KATA PENGANTARMemperhatikan kondisi yang ada saat ini serta tantangan yang
dihadapi di masa depan, disadari bahwapengembangan sanitasi lingkungan yang meliputi
pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan danpenanganan drainase tidak dapat
dilakukan hanya oleh satu institusi. Diperlukan suatu kerjasama multi pihakyang bersifat
sinergis dari segenap stakeholder baik yang ada di pusat maupun di daerah meliputi
pemerintah,perguruan tinggi/akademisi, lembaga profesi, LSM, masyarakat dan
swasta.Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah baik pusat maupun
daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan yang bersifat merubah paradigma dalam
pengembangan sanitasi lingkungan. Beberapa upayabisa dilakukan misalnya pengelolaan
air limbah skala komunitas berbasis masyarakat melalui kegiatanpemberdayaan
masyarakat yang bertujuan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan; pengurangan
sampah disumbernya melalui gerakan mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur
ulang atau reduce, reuse danrecycle (3R) yang bertujuan untuk mengurangi volume
sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir(TPA); serta upaya membuat
keseimbangan

tata

air

melalui

pembangunan

kolam

retensi

yang

bertujuan

untukmemperlama laju aliran permukaan supaya tidak langsung terbuang ke badan air
penerima.Sejalan dengan amanat UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Pemerintah lebih berperansebagai regulator dan fasilitator terkait dengan tugas-tugasnya
dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasanpengembangan sanitasi lingkungan.
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan, Pemerintah melalui DanaAlokasi
Khusus

(DAK)

menyediakan

program

sanitasi

lingkungan

bagi

masyarakat

berpenghasilan rendah dilingkungan padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi, yang
disebut dengan kegiatan DAK Sanitasi LingkunganBerbasis Masyarakat. Kegiatan Dana
Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat ini mencakup:prioritas
pertama yaitu pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal. Apabila prioritas
pertamasudah dipenuhi (tidak ada Buang Air Besar sembarangan) maka dapat

melaksanakan prioritas kedua yaitupengembangan fasilitas pengurangan sampah dengan


pola 3R (reduce, reuse dan recycle) dan pengembanganprasarana dan sarana drainase
mandiri yang berwawasan lingkungan.Dalam rangka menjamin keberlanjutan program,
disusun Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus SanitasiLingkungan Berbasis
Masyarakat

yang

dimaksudkan

untuk

menjadi

acuan

bagi

Pemerintah

Kabupaten/Kotadalam melaksanakan penyediaan prasarana dan sarana air limbah


permukiman, persampahan dan drainasemandiri berwawasan lingkungan berbasis
masyarakat. Jakarta, April 2010 Direktur Jenderal Cipta Karya Budi Yuwono
3. 3. ii
4. 4.

DAFTAR

ISIKATA

PENGANTARBAB

PENDAHULUAN

1.1

Latar

Belakang..

1.2

Maksud

..
...

1.3

Tujuan

1.4

Acuan

Normatif

..

1.5

Sasaran

.
... 2 1.6 Ruang Lingkup Petunjuk
Pelaksanaan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat . 2BAB II
PENDEKATAN, PRINSIP DAN POLA PENYELENGGARAAN DAK SANITASI
LINGKUNGAN

BERBASIS

MASYARAKAT

2.1

Pendekatan

..

2.2

Prinsip-Prinsip

....

Penyelenggaraan
3

2.3

Pola

Penyelenggaraan
.. 3 2.4
Prasarana

Sanitasi

Lingkungan

Berbasis

Masyarakat

. 4BAB III PENGELOLAAN SANITASI


LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT 3.1 Air Limbah Komunal Berbasis

Masyarakat . 5 3.2 Sampah


Pola 3R Berbasis Masyarakat ..
... 7 3.3 Drainase Mandiri Berwawasan Lingkungan Berbasis Masyarakat
. 9BAB IV TAHAPAN PELAKSANAAN 4.1 Umum

12

4.2

Tahap

Persiapan

.
12

4.2.1

Sosialisasi

... 12
4.2.2

Rapat

Konsultasi

Teknis

Regional

.. 12 4.2.3 Rencana Kegiatan


Definitif ... 12 4.3
Tahap

Seleksi

Lokasi

4.3.1

Persiapan

Tenaga

Fasilitator

Lapangan

4.3.2

Syarat

12

Lokasi..
.

16

4.3.3

Daftar

Panjang

...
Daftar

Pendek

Lokasi

16

4.3.4

...

17

4.3.5

Sosialisasi

Kampung

.....
Seleksi

Lokasi

Kampung

..

18

4.3.6

.
18

4.3.7

Monitoring

dan

Evaluasi

... 28 4.4 Tahap


Penyusunan

RKM

4.4.1

Rencana

Kegiatan

Masyarakat

... 28 4.4.2 Pembentukan


KSM
4.4.3

...
Pilihan

Teknologi

36

Sanitasi

37 4.4.4 Dokumen
Rencana Pembangunan . 49
4.4.5

Monitoring

dan

Evaluasi

... 49 4.5 Tahap

Konstruksi

4.5.1

Persiapan

Pelaksanaan

... 49 4.5.2 Proses


Pelaksanaan

.......

50

4.5.3

Etika

Pelaksanaan

........ 51 4.5.4
Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan .

52

4.5.5

Pelaksanaan

Konstruksi

..... 53 iii
5. 5.

4.5.6

Monitoring

dan

Evaluasi

..

55BAB

OPERASI

Pemeliharaan

DAN

PEMELIHARAAN

5.1

Aspek

Operasi

dan

... 60 5.2 Dukungan


Pemerintah Kabupaten/Kota ..
...

62

5.3

Air

Limbah

Komunal

Berbasis

Masyarakat

. 62 5.4 Sampah Pola 3R


Berbasis Masyarakat . 69
5.5

Drainase

Mandiri

Berwawasan

70

Lingkungan
5.6

Berbasis

Monitoring

Masyarakat

dan

Evaluasi

71BAB
VI

PEMBIAYAAN

6.1

Sumber

Pembiayaan

. 73 6.2
Rencana

Pembiayaan

73 6.3
Pembiayaan

Komponen

Kegiatan

... 73 6.4 Penyaluran


Dana
... 75
6.5

Pengelolaan

Dana

dan

Pengawasan
75

6.6

Pelaporan

75BAB

VII

PENUTUPLAMPIRAN

79iv
6. 6. DAFTAR GAMBARGambar 3.1. Contoh Alat Pengumpul SampahGambar 3.2.
Contoh Alat Pembuat KomposGambar 4.1. Bagan Alir Pelaksanaan DAK Sanitasi
Lingkungan Masyarakat Berbasis MasyarakatGambar 4.2. Skema dan Prosedur
ImplementasiGambar 4.3. Contoh Venn DiagramGambar 4.4. Overview Pelaksanaan
RPA dalam Tahap Implementasi Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM)Gambar 4.5 Tahapan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM)Gambar 4.6 Kegiatan
dalam Tahap Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM)Gambar 4.7. Contoh Peta
Sanitasi MasyarakatGambar 4.8. Contoh Bagan Organisasi Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM)Gambar 4.9 Contoh MCK UmumGambar 4.10. Contoh Saluran
Pembuangan Limbah Bersama/KomunalGambar 4.11. Tangki Septik BersamaGambar
4.12. Bio-DigesterGambar 4.13. Baffled Reaktor/Tangki Septik BersusunGambar 4.14.
Contoh PewadahanGambar 4.15. Contoh KomposterGambar 4.16. Contoh Tempat
Pengolahan Sampah TerpaduGambar 4.17. Sistem Drainase Mandiri dengan Kolam
Tampungan di Samping Saluran yang Bermuara di Badan Air/SungaiGambar 4.18.
Sistem Drainase Mandiri dengan Kolam Tampungan Segaris dengan Saluran atau Berada
dalam

Saluran,

Air/SungaiGambar

Outlet

Kolam

5.1.

Bagan

Tampungan
Struktur

Langsung

Organisasi

Bermuara

Badan

ke

Badan

Pengelola

Pasca

KonstruksiGambar 6.1 Bagan Sumber Pendanaan v


7. 7. DAFTAR TABELTabel 4.1. Jenis Informasi dan Alat RPA yang digunakanTabel 4.2.
Contoh TimelineTabel 4.3. CS1.1 Pengalaman Membangun Prasarana* secara GotongRoyongTabel 4.4. Contoh Ladder 1*Tabel 4.5. CS2.1 Kesediaan Masyarakat Untuk
Mengeluarkan

BiayaTabel

4.6.

CS3.1

Kondisi

DrainaseTabel

4.7.

CS3.2

Toilet/JambanTabel 4.8. CS3.3 Ketersediaan AirTabel 4.9. CS3.4 Ketersediaan


LahanTabel 4.10. Contoh Venn DiagramTabel 4.11. CS4.1 Ketersediaan LembagaLembaga Setempat*Tabel 4.12 CS5.1 Rencana Perbaikan Sanitasi*Tabel 4.13 Topik dan
Metode yang digunakan dalam Penyusunan RKMTabel 4.14. Contoh Alokasi Waktu
RKMTabel 5.1. Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem MCK untuk 250

JiwaTabel 5.2. Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem Komunal untuk 750
JiwaTabel 6.1 Pembiayaan per Komponen Kegiatanvi
8. 8. BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Pembangunan prasarana dan sarana air
limbah permukiman, persampahan dan drainase di Indonesia saat ini belum mencapai
kondisi yang diinginkan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah di lingkungan
permukiman padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi di perkotaan. Akses penduduk
kepada prasarana dan sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase pada
dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial
budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan penelitian telah membuktikan
bahwa semakin besar akses penduduk kepada fasilitas prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan dan drainase (serta pemahaman tentang hygiene) semakin
kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media
air (waterborne diseases). Pemerintah menyediakan program sanitasi lingkungan melalui
Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan dan drainase bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
lingkungan padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi, yang diimplementasikan melalui
kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); yaitu sebuah inisiatif
untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman,
persampahan dan drainase yang berbasis masyarakat dengan pendekatan tanggap
kebutuhan. Kegiatan Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat ini
mencakup: (1) pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal, (2)
pengembangan fasilitas pengurangan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse dan recycle)
dan (3) pengembangan prasarana dan sarana drainase mandiri yang berwawasan
lingkungan. Melalui pelaksanaan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan dan drainase yang sesuai, ikut aktif menyusun rencana aksi,
membentuk kelompok dan melakukan pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan
operasi dan pemeliharaannya, bahkan bila perlu mengembangkannya, dalam rangka
meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan permukiman kumuh perkotaan.1.2 Maksud
Petunjuk pelaksanaan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)

ini dimaksudkan sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) khususnya
di kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat, yang bersifat melengkapi berbagai pedoman dan petunjuk lain yang
berlaku.1.3 Tujuan Petunjuk pelaksanaan penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur Sub Bidang Sanitasi ini bertujuan agar para pemangku kepentingan dapat
mengerti dan memahami penyelenggaraan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat (SLBM) sehingga dapat: 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
melaksanakan pola hidup sehat. 2. Meningkatkan peran serta dan pelibatan masyarakat.
3. Membina organisasi/kelompok masyarakat. 4. Memfasilitasi masyarakat dalam
penyediaan prasarana dan sarana air limbah, persampahan dan drainase 5. Membina
masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana air limbah, persampahan dan
drainase 6. Menumbuhkan inisiatif masyarakat/pokmas dalam pengembangan kegiatan
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) 1
9. 9. 1.4 Acuan Normatif 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 3. UndangUndang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 4. Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 5.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan 6. Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 7.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) 8.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNPSPALP) 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 42/PRT/M/2007 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur 10. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 175/PMK.07/2009 tentang Alokasi dan Pedoman Umum Dana Alokasi
Khusus Tahun Anggaran 2010 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun
2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah 12. SEB
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri; Nomor


0239/M.PPN/11/2008, SE 1722/MK/07/2008 dan 900/3556/SJ Tanggal 21 November
2008 perihal Petunjuk Pelaksanaan, Pemantauan, Teknis Pelaksanaan dan Evaluasi
Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus 13. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor
KU.01.01-Mn/678, tanggal 15 Desember 2009, tentang Ruang Lingkup Penggunaan
DAK Bidang Infrastruktur Tahun 20101.5 Sasaran Sasaran dari tersedianya Petunjuk
pelaksanaan kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat, yaitu: 1. Kelompok
Masyarakat; 2. Swasta; 3. Pemerintah Kabupaten/Kota; 4. Pemerintah Provinsi; dan 5.
Pemerintah Pusat.1.6 Ruang Lingkup Petunjuk Pelaksanaan DAK Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat Ruang lingkup Petunjuk pelaksanaan DAK Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat (SLBM) ini meliputi tahap- tahap: 1. Persiapan, berupa kegiatan
sosialisasi kepada seluruh stakeholder tentang penyelenggaraan DAK Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). 2. Penyiapan Tenaga Fasilitator, berupa
seleksi dan pelatihan 2 (dua) orang Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL), yaitu TFL Teknis
dan TFL Pemberdayaan di setiap lokasi yang akan bertugas mendampingi masyarakat
dalam tahap seleksi kampung, penyusunan RKM, konstruksi, pengoperasian dan
pemeliharaan. 3. Seleksi Lokasi, berupa tata cara pemilihan lokasi sesuai kriteria, mulai
dari daftar panjang (longlist), daftar pendek (shortlist) sampai dengan penetapan lokasi
terpilih. 4. Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM), berupa dokumen yang
memuat sarana terpilih, daftar calon penerima manfaat, pembentukan forum pengguna,
pembentukan KSM, DED & RAB, jadwal konstruksi, rencana pembiayaan, rencana
pelatihan serta rencana pengoperasian dan pemeliharaan sarana yang dibangun. 5.
Penguatan Kelembagaan, berupa pelatihan-pelatihan Tenaga Fasilitator Lapangan,
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Mandor, Tukang, Calon Operator dan Calon
Pengguna. 6. Pengoperasian dan Perawatan, berupa tata cara pengoperasian dan
pemeliharaan. 7. Pembiayaan.2
10. 10. BAB II PENDEKATAN, PRINSIP DAN POLA PENYELENGGARAAN DAK
SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT2.1 Pendekatan DAK Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) merupakan salah satu kegiatan pembangunan
prasarana air limbah, persampahan dan drainase yang menggunakan pendekatan

pemberdayaan masyarakat melalui : 1. Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan


rendah, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil ditujukan
kepada penduduk miskin yang bermukim di permukiman padat perkotaan berdasarkan
kebutuhan; 2. Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan
dan kesempatan yang luas dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pemanfaatan dan pengelolaan hasilnya; 3. Mendorong prakarsa lokal dengan iklim
keterbukaan, dimana masyarakat menyampaikan permasalahan dan merumuskan
kebutuhannya secara demokratis dan transparan; 4. Partisipatif, dimana masyarakat
terlibat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan
dan pengelolaan; 5. Keswadayaan, dimana kemampuan masyarakat menjadi faktor
pendorong utama dalam keberhasilan kegiatan, baik proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, maupun pemanfaatan hasil kegiatan.2.2 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan
Prinsip Dasar DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) adalah : 1.
Program ini bersifat tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti DAK Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) akan bersaing mendapatkan kegiatan ini
dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk melaksanakan sistem sesuai
pilihan mereka. 2. Pengambilan keputusan berada sepenuhnya di tangan masyarakat,
sedangkan peran pemerintah atau Swasta, hanya sebatas sebagai fasilitator. 3. Masyarakat
menentukan, merencanakan, membangun dan mengelola sistem yang mereka pilih
sendiri, dengan difasilitasi oleh TFL atau konsultan pendamping yang bergerak secara
profesional dalam bidang teknologi pengolahan limbah, persampahan, drainase maupun
bidang sosial. 4. Pemerintah daerah tidak sebagai pengelola sarana, hanya memfasilitasi
inisiatif kelompok masyarakat. Prinsip Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat (SLBM) adalah : 1. Dapat diterima, pilihan kegiatan berdasarkan
musyawarah sehingga memperoleh dukungan dan diterima masyarakat. 2. Transparan,
pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh lapisan
masyarakat dan aparatur sehingga dapat diawasi dan dievaluasi oleh semua pihak. 3.
Dapat dipertanggungjawabkan, pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggung
jawabkan kepada seluruh lapisan masyarakat. 4. Berkelanjutan, pengelolaan kegiatan
dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan, yaitu ditandai
dengan adanya manfaat bagi pengguna serta pemeliharaan dan pengelolaan sarana

dilakukan secara mandiri oleh masyarakat pengguna.2.3 Pola Penyelenggaraan Pola


penyelenggaraan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)
dilakukan oleh masyarakat dengan difasilitasi Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) atau
Konsultan Pendamping yang memiliki kemampuan teknis dan sosial kemasyarakatan,
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Namun
jika dalam tahap pelaksanaan konstruksi terdapat kegiatan yang secara teknis tidak
mampu dilaksanakan oleh masyarakat sendiri, maka dapat ditunjuk pihak ketiga dengan
melalui Kerja Sama Operasional (KSO) sehingga terjadi kerja sama kelompok
masyarakat setempat. 3
11. 11. 2.4 Prasarana Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat (SLBM), adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyediakan
prasarana penyehatan lingkungan permukiman berbasis masyarakat, terdiri dari: 1.
pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal, 2. pengembangan fasilitas
pengurangan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse dan recycle) dan 3. pengembangan
prasarana dan sarana drainase mandiri yang berwawasan lingkungan Prasarana sanitasi
yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Prioritas pertama: Pengembangan prasarana
dan sarana air limbah komunal berbasis masyarakat, adalah penyelenggaraan prasaran air
limbah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat berdasarkan kebutuhan dan kesesuaian masyarakat itu sendiri. Salah satu
modul pengelolaan air limbah komunal berbasis masyarakat membutuhkan dana
pembangunan fisik sekitar Rp.300 juta dan mempunyai 3 alternatif utama: Modul A
berupa unit tangki septik komunal yang masing.-masing unit tangki septik dimanfaatkan
oleh 4 atau 5 rumah. Modul ini dibangun untuk rumah yang berkelompok dan hanya
tersedia lahan yang terbatas. Modul B berupa 1 unit MCK Plus++ yang dapat
dimanfaatkan oleh 100-200 KK terdiri dari kamar mandi, sarana cuci, dan unit
pengolahan air limbahnya. Modul C berupa sistem jaringan perpipaan air limbah skala
lingkungan (100-200 KK). Modul ini merupakan modul yang disarankan, sepanjang
kondisi lapangan memenuhi persyaratan. 2. Prioritas ke-2 Apabila prioritas pertama
sudah dipenuhi (tidak ada BAB sembarangan) maka dapat dikembangkan: a.
Pengembangan fasilitas pengurangan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse dan recycle)

berbasis masyarakat adalah penyelengaraan prasarana persampahan yang meliputi


kegiatan mengurangi (reduce), mengguna ulang (reuse) dan mendaur ulang (recycle)
sampah. 1 modul pengelolaan sampah pada 3R (reduce, reuse dan recycle) berbasis
masyarakat membutuhkan dana pembangunan dan pelatihan sekitar Rp.300 juta b.
Pengembangan prasarana dan sarana drainase mandiri yang berwawasan lingkungan
berbasis masyarakat adalah penyelengaraan prasarana drainase yang menunjang kegiatan
konservasi dan keseimbangan lingkungan. Untuk prasarana drainase ini membutuhkan
dana pembangunan fisik sekitar Rp.300 juta/Ha.4
12. 12.

BAB

III

PENGELOLAAN

SANITASI

LINGKUNGAN

BERBASIS

MASYARAKAT3.1 Air Limbah Komunal Berbasis Masyarakat Air limbah domestik


merupakan air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah
makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Air limbah ini
berasal dari air bekas memasak, mandi, cuci, dan kakus. Air limbah domestik
mengandung bahan organik tinggi dan bakteri yang berbahaya bagi kehidupan. Apabila
meresap ke dalam tanah atau masuk ke dalam sungai, maka unsur tersebut akan
mencemari air tanah dan lingkungan. Oleh karena itu, sebelum air limbah dialirkan ke
sungai atau meresap ke dalam tanah perlu diolah terlebih dahulu. Masuknya air limbah
domestik ke lingkungan tanpa diolah akan mengakibatkan menurunnya kualitas air di
badan air penerima seperti sungai, yang pada akhirnya menyebabkan beberapa masalah,
yaitu: kerusakan keseimbangan ekologi di aliran sungai, masalah kesehatan penduduk
yang memanfaatkan air sungai secara langsung, yang dapat menurunkan derajat
kesehatan masyarakat dan meningkatkan angka kematian akibat penyakit infeksi air,
bertambahnya biaya pengolahan air minum (PAM), serta kerusakan perikanan di muara.
Air limbah domestik adalah pencemar badan air di daerah perkotaan, yang berdasarkan
penelitian Kantor Kementerian Lingkungan Hidup mencapai 60%. Dalam rangka
meningkatkan taraf kesehatan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal, maka
diperlukan adanya sistem pengelolaan lingkungan secara baik dan terpadu. Salah satu
upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan pengelolaan air limbah domestik
yang dilakukan secara baik dan teratur. Pada dasarnya semua penduduk harus mempunyai
akses kepada fasilitas pembuangan air limbah yang benar dan secara teknis dapat

dipertanggungjawabkan, prasarana dan sarana pembuangan air limbah secara individu


maupun komunal perlu diupayakan keberadaannya sehingga setiap penduduk dapat
memanfaatkannya.

Kondisi

dan

permasalahan

dalam

pengelolaan

air

limbah

domestik/sanitasi saat ini adalah: Pesatnya pembangunan di perkotaan yang tidak


diimbangi oleh penyediaan sarana dan prasarana air limbah sehingga mengakibatkan
menurunnya kualitas lingkungan. Pembangunan sarana dan prasarana air limbah masih
banyak yang belum sesuai dengan kondisi setempat, kebutuhan, dan daya beli
masyarakat, serta rencana pengembangan kota. Sistem pengolahan air limbah domestik
secara garis besar dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu Sistem Pengolahan Air
Limbah Terpusat (Off Site System) dan Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (On
Site System). Sistem pengolahan air limbah terpusat merupakan sistem pengolahan
dimana fasilitas instalasi pengolahan air limbah berada di luar persil atau dipisahkan
dengan batas tanah atau jarak, sedangkan sistem pengolahan air limbah setempat
merupakan sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada di dalam persil atau
batas tanah yang dimiliki. 1. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off Site System).
Sistem pengolahan air limbah terpusat adalah suatu system pengelolaan air limbah
dengan menggunakan suatu sistem jaringan perpipaan untuk menampung dan
mengalirkan air limbah ke suatu tempat untuk selanjutnya diolah. Kelebihan system
pengolahan air limbah terpusat : Menyediakan pelayanan yang terbaik; Sesuai untuk
daerah dengan kepadatan tinggi; 5
13. 13. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari; Memiliki masa guna
lebih lama; Dapat menampung semua air limbah. Kekurangan sistem pengolahan air
limbah terpusat : Memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang tinggi;
Menggunakan teknologi tinggi; Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan; Manfaat
secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang; Waktu yang lama dalam
perencanaan dan pelaksanaan; Memerlukan pengelolaan, operasi, dan pemeliharaan
yang baik 2. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (On Site System) Sistem
pengolahan air limbah setempat sebagai sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah
berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki. Kelebihan sistem pengolahan air
limbah setempat : Menggunakan teknologi sederhana; Memerlukan biaya yang

rendah; Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakan sendiri; Pengoperasian


dan pemeliharaan oleh masyarakat; Manfaat dapat dirasakan secara langsung.
Kekurangan sistem pengolahan air limbah setempat : Tidak dapat diterapkan pada setiap
daerah, misalkan tergantung pada sifat permeabilitas tanah, tingkat kepadatan, dan lainlain; Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah
kamar mandi dan air bekas mencuci; Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan.
Untuk menjembatani atau meminimalisir kekurangan dan memaksimalkan kelebihan dari
kedua sistem pengolahan air limbah diatas adalah dengan mengembangkan prasarana dan
sarana air limbah komunal berbasis masyarakat, yaitu penyelenggaraan prasarana air
limbah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat berdasarkan kebutuhan dan kesesuaian masyarakat itu sendiri, seperti modul
yang selama ini dikembangkan di Indonesia, yaitu Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS). Satu modul pengelolaan air limbah komunal berbasis masyarakat
membutuhkan dana pembangunan fisik sekitar Rp. 300 Juta dan mempunyai 3 alternatif
utama yaitu : - Modul A : berupa beberapa unit tangki septik komunal yang masingmasing unit tangki septik dimanfaatkan oleh 4 atau 5 rumah. Modul ini dibangun untuk
rumah yang berkelompok dan hanya tersedia lahan yang sedikit karena dibangun di
bawah tanah. - Modul B : berupa satu unit MCK Plus++ yang dapat dimanfaatkan oleh
100-200 KK, terdiri dari kamar mandi, sarana cuci, dan unit pengolahan air limbahnya. Modul C : berupa sistem jaringan perpipaan air limbah skala lingkungan (100-200 KK).
Modul ini merupakan modul yang disarankan, sepanjang kondisi lapangan memenuhi
persyaratan teknis. Pemilihan modul diserahkan kepada kelompok masyarakat yang
bersangkutan. Modul ini sesuai diterapkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
kawasan permukiman padat, kumuh, dan rawan sanitasi di perkotaan, karena memiliki
gabungan kelebihan dari sistem pengolahan air limbah terpusat (off site system) dan
sistem pengolahan air limbah setempat (on site system), yaitu :6
14. 14. Menyediakan pelayanan yang terbaik; Sesuai untuk daerah dengan kepadatan
tinggi; Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari; Memiliki masa
guna lebih lama; Dapat menampung semua air limbah. Menggunakan teknologi
sederhana; Memerlukan biaya yang rendah; Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat

menyediakan sendiri, misalnya untuk jamban sendiri bila pilihan teknologinya adalah
tangki septik bersama atau perpipaan komunal; Pengoperasian dan pemeliharaan oleh
masyarakat; Manfaat dapat dirasakan secara langsung; Melibatkan semua pihak untuk
bekerja sama (Masyarakat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan LSM).3.2 Sampah
Pola 3R Berbasis Masyarakat3.2.1 Pemilahan Sampah Pemilahan sampah dilakukan
untuk memilah sampah menurut jenisnya sehingga mendukung kegiatan / proses
penanganan selanjutnya. Sebagai contoh bila akan dilakukan proses pengomposan maka
sampah organik hendaknya dipilah terlebih dahulu.3.2.1.1 Metode 1. Pemilahan
hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan masyarakat dan proses
selanjutnya. 2. Awal pemilahan dianjurkan untuk memisahkan sampah menjadi 2 bagian
yaitu sampah organik bahan kompos dan sampah non organik. - Sampah bahan organik
kompos meliputi : sisa makanan, sisa buah, sisa sayur dan daun. - Sampah non organik
meliputi : plastik, kaca, logam, karet, dan bahan lain yang tidak membusuk. Sampah
kertas dan kayu sebenarnya merupakan jenis sampah organik, tetapi mengingat
kandungannya (pada kertas mengandung tinta dll) yang berpotensi mengganggu kualitas
kompos, dan sifatnya yang memerlukan waktu lama untuk proses pengomposan (misal
kayu), maka keduanya tidak disertakan dalam kategori sampah organik bahan kompos. Bila kondisi memungkinkan, sampah non organik dapat dipilah atas komponen lainnya
sesuai kebutuhan; misal plastik, kertas, logam, kaca, dan lain-lain. 3. Sampah organik
dikumpulkan dalam wadah yang yang terpisah dengan sampah non organik. Untuk
sampah berupa sisa sayur sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu dengan menggunakan
saringan plastik, karena sampah yang terlalu basah akan menyebabkan kadar air bahan
kompos menjadi tinggi sehingga proses pengomposan akan terganggu.3.2.1.2 Fasilitas
Untuk pemilahan sampah akan diperlukan beberapa fasilitas/peralatan yang dapat
meliputi : 1. Wadah sampah organik 2. Wadah sampah non organik 3. Saringan plastik
untuk meniriskan air dari sisa sayur3.2.2 Pengumpulan Sampah 1. Metode pengumpulan
sampah dapat dilakukan oleh petugas dari rumah ke rumah atau masyarakat membawa
sendiri sampahnya ke Wadah/Bin Komunal/Kontainer yang sudah ditentukan. 2.
Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat angkut, seperti gerobak sampah, becak sampah, motor sampah atau
alat angkut lain yang sesuai dengan kondisi setempat 7

15. 15. 3. Jadual pengumpulan sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik,
logam/kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih
tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali. 4. Motor/Gerobak sampah yang
mengumpulkan sampah terpilah dapat dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karungkarung besar (3 unit atau sesuai dengan jenis sampah). Gambar 3.1. Contoh Alat
Pengumpul Sampah3.2.3 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan a.
Lokasi 1. Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan. Untuk
kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPST dengan luas
1000 m. Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST
dengan luas 200 500 m 2. TPST dengan luas 1000 m dapat menampung sampah
dengan atau tanpa proses pemilahan sampah di sumber. 3. TPST dengan luas < 500 m
hanya dapat menampung sampah dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur
50%. 4. TPST dengan luas < 200 m sebaiknya hanya menampung sampah tercampur
20%, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80%. b. Fasilitas TPST 1. Fasilitas TPST
meliputi wadah komunal, areal pemilahan dan areal composting dan juga dilengkapi
dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, air bersih, listrik, barrier (pagar
tanaman hidup) dan gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos serta
biodigester (opsional) c. Daur Ulang 1. Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas,
plastik dan logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas
bahan daur ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber. 2.
Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lapak
atau langsung dengan industri pemakai. 3. Daur ulang sampah B3 Rumah tangga
(terutama batu baterei dan lampu neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku (PP 18 tahun 1999 tentang pengelolaan
sampah B3). 4. Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie
instan dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan baku lain.8
16. 16. d. Pembuatan Kompos 1. Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos
adalah sampah dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman. 2. Metode
pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan open
windrow. 3. Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan

parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam berat. 4. Pemasaran
produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak Koperasi dan Dinas (Kebersihan,
Pertamanan, Pertanian dll) Gambar 3.2. Contoh Alat Pembuat Kompos3.3 Drainase
Mandiri Berwawasan Lingkungan Berbasis Masyarakat Pelestarian prasarana dan sarana
drainase mandiri berbasis masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara prasarana dan sarana
yang ada. Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam pelestarian adalah
pengelolaan prasarana dan sarana, penyuluhan dan pedoman pemeliharaan.3.3.1
Pengelolaan

Pengelolaan

pada

dasarnya

merupakan

aspek

dan

sendi

utama

keberlangsungan hasil fisik konstruksi. Pengelola prasarana dan sarana perlu


memperhatikan beberapa hal: Kinerja prasarana yang dikelola (kolam tampungan,
saluran, pintu-pintu air atau pompa (kalau ada)) Jumlah prasarana dan sarana yang
tersedia Jumlah prasarana dan sarana yang digunakan Target/sasaran perencanaan Standar
prosedur operasional dan pemeliharaan Standar kriteria teknis prasarana dan sarana
Rencana pengembangan sarana di masa datang Untuk mencapai keberhasilan
pengelolaan, Badan/Kelompok/Organisasi Pengelola harus melakukan langkah- langkah
berikut: Melakukan pemantauan rutin untuk mengetahui kondisi prasarana dan sarana
Mengetahui kerusakan sedini mungkin agar dapat disusun rencana perawatan dan
pemeliharaan yang baik 9
17. 17. Melakukan rehabilitasi tepat waktu Melakukan evaluasi kinerja pelayanan secara
berkala Melakukan pengelolaan sesuai standar operasional prosedur Untuk mencapai
keberhasilan pengelolaan, Badan/Kelompok/Organisasi Pengelola harus melakukan
langkah- langkah berikut: 1. Melakukan pemantauan rutin untuk mengetahui kondisi
prasarana dan sarana Dalam keadaan tidak hujan, kolam tampungan harus dalam
keadaan kosong (tidak ada air) Pintu-pintu air dalam keadaan siap digunakan Pompa
dan daya listrik siap digunakan Saringan sampah dalam keadaan bersih 2. Mengetahui
kerusakan sedini mungkin agar dapat disusun rencana perawatan dan pemeliharaan yang
baik terhadap pompa dan pintu-pintu air 3. Melakukan rehabilitasi tepat waktu terhadap
saluran-saluran air dan sistem drainase 4. Melakukan evaluasi kinerja sistem drainase
mandiri berwawasan lingkungan dan pelayanannya secara berkala 5. Melakukan

pengelolaan sesuai dengan petunjuk operasi pemeliharaan ataupun standar operasi


prosedur yang ada10
18. 18. BAB IV TAHAPAN PELAKSANAAN4.1 Umum Tahapan pelaksanaan DAK
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) meliputi: Persiapan, Seleksi lokasi,
Penguatan Kelembagaan, Penyusunan RKM, Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan
sarana terbangun. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Sosialisasi Kepada Sanitasi
Lingkungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota Berbasis Masyarakat Persiapan
PENYIAPAN TFL (Seleksi, Pelatihan) SELEKSI LOKASI Lokasi terpilih Longlist,
Shortlist Penyiapan Masyarakat oleh TFL PEMBENTUKAN KSM PENYUSUNAN
RKM PELATIHAN KSM Organisasi, Pilihan Teknologi dan Dokumen RKM
PELATIHAN MANDOR Sarana, DED, RAB dan Jadwal PELATIHAN TUKANG
Kegiatan Pelelangan Material PELATIHAN OPERATOR KONSTRUKSI Pelaksanaan
dan pengawasan/ Sarana Siap Digunakan Pelaksanaan SOSIALISASI PENGGUNA
pengendalian oleh masyarakat Fisik Air Limbah Komunal Berbasis Masyarakat
Pendampingan Sampah Pola 3R O&M O&M Berbasis Masyarakat Operasi,
Pemeliharaan Drainase Mandiri Berwawasan Lingkungan Berbasis Masyarakat Gambar
4.1. Bagan Alir Pelaksanaan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat 11
19. 19. 4.2 Tahap Persiapan4.2.1 Sosialisasi Sosialisasi kegiatan Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat (SLBM) kepada seluruh pemerintah Kabupaten/Kota pada akhir
tahun anggaran sebelumnya yang diselenggarakan bersamaan dengan Sosialisasi DAK
oleh Kementerian Pekerjaan Umum.4.2.2 Rapat Konsultasi Teknis Regional Rapat
Konsultasi Teknis regional yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.4.2.3
Rencana Kegiatan Definitif Penandatanganan Rencana Kegiatan definitif antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.4.3 Tahap
Seleksi Lokasi Tahap kegiatan setelah penandatanganan nota kesepahaman oleh
stakeholder, program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) diikuti dengan
persiapan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) baik yang berasal dari pemerintah
kabupaten/kota maupun masyarakat, Penyusunaan Daftar Panjang (Longlist), Penetapan
Daftar

Pendek

(Shortlist),

Presentasi/Sosialisasi

Kampung,

dan

Seleksi

Kampung/Masyarakat. Kegiatan penyusunan daftar panjang dapat dilakukan bersamaan

dengan kegiatan persiapan fasilitator lapangan.4.3.1 Penyiapan Tenaga Fasilitator


Lapangan4.3.1.1 Seleksi TFL Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) terdiri dari TFL Pemda
yang ditugaskan oleh Dinas penanggung jawab dan TFL masyarakat. TFL tersebut
diseleksi sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1. Pendidikan minimal D3/sederajat 2.
Penduduk asli/setempat atau mampu berkomunikasi dan menguasai bahasa serta adat
setempat 3. Sehat jasmani dan rohani 4. Mengenal kondisi lingkungan calon lokasi. 5.
Memiliki

cukup

waktu

untuk

melaksanakan

tugas

TFL

6.

Memiliki

pengetahuan/pengalaman dasar tentang air limbah, persampahan dan drainase 7. Bersedia


tinggal

dan

bekerjasama

dengan

masyarakat

di

lokasi

terpilih

8. ............................................ (syarat tambahan oleh Masyarakat)4.3.1.2 Pelatihan


Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Tujuan diselenggarakan pelatihan adalah memberi
bekal pengetahuan tentang program dan tahapan sanitasi berbasis masyarakat kepada
fasilitator, serta meningkatkan kemampuan (capacity) fasilitator, sehingga fasilitator
dapat

membantu

masyarakat

dalam

mengidentifikasi

masalah,

merencanakan,

melaksanakan, memutuskan dan mengelola Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis


Masyarakat (SLBM). Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)
mencakup 70% kegiatan pemberdayaan dan 30% kegiatan teknis. Untuk itu pelaksanaan
pelatihan TFL perlu memasukkan pengetahuan dasar teknologi dan teknis disamping segi
pemberdayaan masyarakat. Program pelatihan dirancang berdasarkan kebutuhan yang
diidentifikasi dan dianalisis dengan metode yang sistematis dan partisipatif, yaitu dengan
RPA dan dikombinasikan dengan metode/teknik lain yang dianggap efektif, misalnya
observasi, wawancara, review dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tugas pekerjaan
dari kelompok sasaran dan tujuan kegiatan pada tahap seleksi masyarakat dan
penyusunan rencana kerja masyarakat (tahap perencanaan), tahap konstruksi dan capacity
building (tahap pelaksanaan konstruksi) serta tahap evaluasi dan support OM (fase
pascakonstruksi).12
20. 20. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Penyampaian surat oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum ke masing-masing
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengusulkan nama calon fasilitator dalam rangka
pemilihan tenaga fasilitator lapangan sesuai kriteria, yang terdiri dari 1 (satu) orang

fasilitator teknis dan 1 (satu) orang fasilitator pemberdayaan masyarakat untuk masingmasing rencana lokasi kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). 2.
Penyampaian nama calon fasilitator oleh Bupati/Walikota ke Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum untuk mengikuti pelatihan. 3. Pelatihan tenaga
fasilitator lapangan diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum. Materi pelatihan TFL disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab
yang ada, antara lain: 1. Prinsip-prinsip dasar Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat (SLBM); 2. Tahap-tahap pelaksanaan Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat (SLBM) secara umum; 3. Prinsip dan metode seleksi masyarakat Longlist
dan shortlist kampung Rapid Participatory Assessment (RPA) Community self
selection stakeholders meeting 4. Penyusunan rencana kerja masyarakat (RKM)
Penentuan calon penerima manfaat/pengguna sarana Pemetaan rumah dan infrastruktur
sanitasi kampung Pemilihan sarana teknologi sanitasi Kontribusi masyarakat
Lembaga Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) di tingkat masyarakat
Penyusunan buku RKM dan Legalisasi RKM 5. Penyusunan Rencana Teknis Rinci
(Detail Engineering Design/DED) sarana teknologi Kegiatan Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat (SLBM) dan penyusunan Rencana Anggaran Biaya untuk persiapan
fase pelaksanaan konstruksi berdasarkan sarana dan teknologi yang dipilih oleh
masyarakat. 6. Capacity Building (pelatihan-pelatihan dalam Kegiatan Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)) Pelatihan KSM Pelatihan Mandor/Tukang
Pelatihan Operator dan Pengguna 7. Evaluasi dan Support untuk operasi dan
pemeliharaan Support OP pascakonstruksi Kampanye kesehatan bagi para pengguna
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) Pengukuran dampak program
(pengukuran dampak kesehatan dan pengukuran kualitas air di sekitar sarana Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)).4.3.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab TFL
Setiap TFL (Dinas & Masyarakat) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Tahap Seleksi Masyarakat a. TFL Pemda Mengadakan rapat koordinasi dengan
instansi terkait untuk mendapatkan daftar kampung dari dinas- dinas bersangkutan;
Menyiapkan daftar longlist kampung padat/kumuh/miskin sesuai form dan membuat
laporan kepada Kepala Dinas; Melakukan pengecekan lapangan sesuai persyaratan
teknis minimal bersama TFL-masyarakat dan pendamping/Satker Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi; Mengisi form shortlist kampung


berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan minta pengesahan dari Kepala Dinas; 13
21. 21. Mengundang stakeholder masyarakat (dalam shortlist) untuk menyelenggarakan
pertemuan/ sosialisasi Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM);
Melakukan RPA (Rapid Participatory Appraisal atau penilaian cepat secara partisipatif) di
kampung yang mengirim undangan dan memfasilitasi community self-selection
stakeholders meeting atau pertemuan masyarakat untuk seleksi sendiri bersama dengan
tim TFL pendamping; Membuat Berita Acara seleksi kampung serta menyusun laporan
berkala ke dinas penanggung jawab kabupaten/kota serta Satker Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi. b. TFL Masyarakat Membantu TFL
Pemda menyiapkan daftar longlist kampung; Mengkomunikasikan kepada Pendamping
dan Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi; Melakukan
pengecekan lapangan sesuai persyaratan teknis minimal bersama TFL Pemda; Mengisi
form shortlist kampung berdasarkan hasil pengecekan lapangan bersama TFL Pemda;
Membantu TFL Pemda untuk mengundang stakeholder masyarakat (dalam shortlist)
untuk sosialisasi Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM);
Menindaklanjuti penjelasan kepada masyarakat (jika ada permintaan) bersama TFL
Pemda; Melakukan RPA di kampung yang mengirim undangan dan memfasilitasi
community self-selection stakeholders meeting bersama dengan tim pendamping;
Membuat Berita Acara seleksi kampung. 2. Tahap Penyusunan Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) a. TFL Pemda Melakukan pertemuan awal dengan masyarakat
(bersama TFL-masyarakat); Mengkomunikasikan kepada Pimpinan Kegiatan/Kepala
Dinas tentang jadwal dan agenda pertemuan untuk penyusunan RKM; Memfasilitasi
pertemuan masyarakat (bersama dengan TFL-masyarakat)untuk penentuan calon
penerima manfaat program, pemilihan sarana teknologi sanitasi, pembentukan dan
pengesahan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), penyusunan rencana kontribusi, dan
kegiatan lain sampai tersusunnya RKM; Membantu masyarakat melakukan survey
harga-harga material yang dibutuhkan; Membuat dokumen RKM dan meminta
pengesahan/legalisasi RKM kepada semua stakeholder (bersama TFL-masyarakat);
Mengadakan pertemuan koordinasi dengan dinas-dinas terkait untuk melaporkan

perkembangan kegiatan Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM);


Membuat Berita Acara kegiatan sesuai kebutuhan dan menyusun laporan secara berkala
ke dinas penanggung jawab di Kabupaten/Kota dan Satker Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman Provinsi. b. TFL Masyarakat Melakukan pertemuan awal
dengan

masyarakat

(bersama

TFL

Pemda);

Mengkomunikasikan

kepada

pendamping/Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan PLP Provinsi tentang jadwal dan


agenda pertemuan untuk penyusunan RKM; Memfasilitasi pertemuan masyarakat
(bersama dengan TFL Pemda) untuk penentuan calon penerima manfaat program,
pemilihan sarana teknologi sanitasi, pembentukan dan pengesahan KSM/Kelompok
Swadaya Masyarakat, penyusunan rencana kontribusi, dan kegiatan lain sampai
tersusunnya RKM; Membantu masyarakat melakukan survey harga-harga material yang
dibutuhkan; Membuat dokumen RKM dan meminta pengesahan/legalisasi RKM kepada
semua stakeholder (bersama TFL Pemda); Membantu TFL Pemda untuk mengadakan
pertemuan koordinasi dengan dinas-dinas terkait untuk melaporkan perkembangan
Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); Membuat Berita Acara
kegiatan sesuai kebutuhan.14
22. 22. 3. Tahap Konstruksi dan Capacity Building a. TFL Pemda Melakukan persiapan
(survey dan pengukuran) dengan masyakarat untuk pembangunan sarana (bersama
dengan TFL-Masyarakat); Menyelenggarakan pelatihan KSM, Mandor/pengawas dan
Tukang sesuai perencanaan (bersama dengan TFL- Masyarakat); Meyakinkan bahwa
semua rencana berjalan sesuai RKM, termasuk kontribusi dari berbagai pihak, tenaga
kerja, tukang, material dan gudang, alat-alat pengawasan material, dsb; Memfasilitasi
pertemuan rutin masyarakat (bersama dengan TFL- Masyarakat); Memberikan
persetujuan terhadap semua pengeluaran dana KSM dan administrasi keuangannya untuk
pelaporan; Ikut memberikan persetujuan keluar-masuknya material sesuai kualitas yang
dipersyaratkan; Menyusun laporan keuangan dan ajuan pencairan dana sesuai
perkembangan fisik; Melakukan pengawasan pekerjaan fisik dan tenaga kerja (bersama
TFL- Masyarakat); Membuat Berita Acara pengecekan final teknis, kelembagaan, dan
keuangan Melaporkan seluruh perkembangan kegiatan dan kemajuan pekerjaan kepada
Pimpinan Kegiatan/Kepala Dinas. b. TFL-Masyarakat Melakukan persiapan (survey

dan pengukuran) dengan masyakarat untuk pembangunan sarana (bersama dengan TFL
Pemda); Menyelenggarakan pelatihan KSM, Mandor/pengawas dan Tukang sesuai
perencanaan (bersama dengan TFL Pemda); Meyakinkan bahwa semua rencana berjalan
sesuai RKM, termasuk kontribusi dari berbagai pihak, tenaga kerja, tukang, material dan
gudang, alat-alat pengawasan material, dsb; Memfasilitasi pertemuan rutin masyarakat
(bersama dengan TFL Pemda); Memberikan persetujuan terhadap semua pengeluaran
dana KSM dan administrasi keuangannya untuk pelaporan; Ikut memberikan
persetujuan keluar-masuknya material sesuai kualitas yang dipersyaratkan; Membantu
TFL Pemda dalam menyusun laporan keuangan dan ajuan pencairan dana sesuai
perkembangan fisik; Melakukan pengawasan pekerjaan fisik dan tenaga kerja (bersama
TFL Pemda); Membuat Berita Acara pengecekan final teknis, kelembagaan, dan
keuangan Melaporkan seluruh perkembangan kegiatan dan kemajuan pekerjaan kepada
Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi .4. Tahap Evaluasi
dan Support Operasional dan Pemeliharaan a. TFL Pemda Menyelenggarakan pelatihan
bagi operator dan pengguna (bersama dengan TFL- Masyarakat); Menyelenggarakan
evaluasi kegiatan bersama dengan dinas-dinas terkait; Memberikan pedoman
monitoring kualitas air dan hasil survei Indeks Status Perilaku Kesehatan kepada dinas
terkait; Menyelenggarakan kegiatan evaluasi partisipatif bersama masyarakat (TFLMasyarakat); Membantu persiapan peresmian sarana; Menyusun laporan keuangan
dan ajuan pencairan dana sesuai perkembangan fisik; Melakukan pengawasan pekerjaan
fisik dan tenaga kerja; Membuat Berita Acara kegiatan sesuai kebutuhan. b. TFLMasyarakat Menyelenggarakan pelatihan bagi operator dan pengguna (bersama dengan
TFL Pemda); Membantu masyarakat melakukan persiapan peresmian sarana;
Meyakinkan bahwa semua rencana berjalan sesuai RKM, termasuk kontribusi dari
berbagai pihak, tenaga kerja, tukang, material dan gudang, alat-alat pengawasan material,
dsb; 15
23. 23. Memfasilitasi pertemuan rutin masyarakat (bersama TFL Pemda); Memberikan
persetujuan terhadap semua pengeluaran dana KSM dan administrasi keuangannya untuk
pelaporan; Menyelenggarakan kegiatan evaluasi partisipatif bersama masyarakat (TFL
Pemda); Menyusun laporan keuangan dan ajuan pencairan dana sesuai perkembangan

fisik; Melakukan pengawasan pekerjaan fisik dan tenaga kerja (bersama dengan TFL
Pemda); Membuat Berita Acara kegiatan sesuai kebutuhan.4.3.2 Seleksi Lokasi 1.
Seleksi Lokasi dimulai dengan Pemerintah Kota/Kabupaten menetapkan calon lokasi
penerima Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) dalam bentuk daftarpanjang permukiman/kampung/kelurahan. 2. Penetapan daftar-panjang (minimal 5 lokasi)
didasarkan pada wilayah yang merupakan urutan prioritas Pengembangan prasarana dan
sarana air limbah komunal berbasis masyarakat, Pengembangan pengurangan sampah
dengan pola 3R (reduce, reuse, dan recycle) berbasis masyarakat, Pengembangan
prasarana dan sarana drainase mandiri yang berwawasan lingkungan berbasis masyarakat.
Oleh karena itu perlu disusun pemetaan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan
sehingga penanganan sanitasi lingkungan akan lebih tepat sasaran dan skala prioritas. 3.
Pemerintah Kabupaten/Kota bersama dengan fasilitator pendamping akan menyusun
daftar-pendek sesuai persyaratan teknis minimal yang ditetapkan dan melalui pengecekan
lapangan. 4. Penentuan lokasi terpilih dilakukan dengan metode seleksi-sendiri atau oleh
perwakilan masyarakat dengan sistem kompetisi terbuka.4.3.3 Syarat Lokasi 1. Kawasan
permukiman padat, kumuh dan rawan sanitasi yang terdaftar dalam administrasi
pemerintahan Kabupaten/Kota, atau kawasan pasar dan permukiman sekitarnya
(permukiman atau pasar legal sesuai peruntukannya dalam RTRW Kabupaten/Kota) 2.
Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak untuk segera ditangani seperti
pencemaran limbah, banyaknya sampah tidak terangkut atau terjadinya genangan. 3.
Tersedia lahan yang cukup; 100 m2 untuk 1 (satu) unit bangunan Instalasi Pengolah Air
Limbah/IPAL, 150 m2 untuk 1 (satu) MCK Plus++, atau 200 m2 untuk pengolahan
sampah pola 3R dan kolam yang sebaiknya cukup menampung 150 m3/ha kawasan
permukiman untuk drainase mandiri 4. Tersedia sumber air (PDAM/sumur/mata air/air
tanah). 5. Adanya saluran/sungai/badan air untuk menampung efluen pengolahan air
limbah dan drainase mandiri. 6. Masyarakat yang bersangkutan menyatakan tertarik dan
bersedia untuk berpartisipasi melalui kontribusi, baik dalam bentuk uang, barang maupun
tenaga.4.3.4 Daftar Panjang Lokasi Daftar panjang merupakan data sekunder calon lokasi
yang diusulkan oleh pemerintah daerah kota/ kabupaten pada saat MoU, dengan
ketentuan memiliki kriteria kelayakan sebagai berikut: a. Kriteria Umum: 1. Lokasi yang
berada di kawasan permukiman perkotaan 2. Lokasi yang rawan sanitasi b. Kriteria lokasi

kegiatan pengelolaan air limbah skala kawasan: 1. Kepadatan > 700 jiwa/Km2 (Wilayah
Jawa & Bali); 2. Kumuh secara fisik; 3. Lingkungan masyarakat berpendapatan rendah
(kumuh miskin, bukan kumuh kaya); 4. Memiliki masalah kesehatan/kasus diare kejadian
luar biasa; 5. Terdapat masalah fisik sanitasi; 6. Selalu masuk di semua program penataan
kampung kumuh/penataan kawasan di semua dinas. c. Kriteria lokasi kegiatan
pengelolaan persampahan skala kawasan: 1. Batasan administrasi lahan TPST dalam
batas administrasi yang sama dengan area pelayanan16
24. 24. pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. 2. Status kepemilikan lahan
milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan bersedia digunakan untuk
prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. 3. Ukuran
lahan minimal 200 m2 4. Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat. 5.
Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat d. Kriteria lokasi kegiatan
pengelolaan drainase mandiri berwawasan lingkungan berbasis masyarakat: 1. Lokasi
berada di kawasan permukiman perkotaan 2. Lokasi merupakan kawasan rawan
genangan 3. Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan
memperhatikan faktor sosial ekonomi antara lain perkembangan kota dan rencana
prasarana dan sarana kota serta dilaksanakan berdasarkan prioritas zona yang telah
ditentukan dalam Rencana Induk Sistem Drainase. 4. Kelayakan pelaksanaan Kolam
Retensi dan Sistem Polder harus berdasarkan tiga faktor antara lain: biaya konstruksi,
biaya operasi dan biaya pemeliharaan. 5. Ketersediaan dan tata guna lahan Daftar panjang
tersebut bertujuan untuk mempermudah TFL dalam menentukan lingkup lokasi, survey,
identifikasi lokasi dan sosialisasi awal, sehingga efektifitas dan target sasaran dapat
tercapai. Sebaiknya data sekunder calon lokasi sejumlah minimal 5 (lima) kampung
lokasi kumuh/miskin/padat penduduk perkotaan.4.3.5 Daftar Pendek Lokasi Daftar
Pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan hasil survai dan identifikasi
daftar panjang (longlist) yang dilakukan oleh TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) berdasarkan kriteria kelayakan
maksimal. Tujuan penyusunan daftar pendek adalah mempermudah dan mengefektifkan
sosialisasi stakeholder kampung dan seleksi kampung sasaran program. Syarat kriteria
kelayakan lokasi sasaran kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM): a.

Kriteria lokasi kegiatan pengelolaan air limbah skala kawasan: 1. Terdaftar dalam
administrasi pemerintahan Kabupaten/Kota (Legal/proses legal) & cakupan 50-100 KK
RT/RW/Lingkungan/Kampung; 2. Memiliki masalah fisik sanitasi yang sama (tidak
terpengaruh batas RT/RW); 3. Tersedia lahan: 4. Luas min. 100 m2 (Simplified Sewerage
System (SSS) atau komunal) dan min. 150 m2 (untuk Community Sanitation Center
(CSC) atau MCK Plus++) 5. Jarak dengan jalan besar 100 m. 6. Tersedia sumber air
(PDAM, sumur gali, mata air), dan saluran untuk pembuangan air limbah (saluran
drainase/riol kota/sungai). 7. Bersedia untuk berkontribusi (in cash + in kind). 8. Tertarik
untuk mengimplementasikan kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM). b. Kriteria lokasi kegiatan pengelolaan persampahan skala kawasan: 1) Kriteria
Fisik lingkungan: 1. Permukaan air tanah di TPST >10 m 2. Lahan yang diusulkan
memang telah di manfaatkan/ difungsikan sebagai lokasi TPS Sampah. 3. Berada didalam
area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS Sampah atau
Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum/taman. 4. Bebas banjir. 5. Berada di
lahan datar. 6. Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan
lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/gerobak sampah. 7. Jarak
lokasi ke permukiman lebih dari 200 m dari permukiman. 8. Terletak 500 m dari jalan
raya 17
25. 25. 9. Berdampak minimal terhadap tata guna lahan. 10. Terdapat zona penyangga dan
kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar. 2) Kriteria Sosial Ekonomi 1. Cakupan
pelayanan mendekati 600 KK. 2. Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai
wawasan lingkungan yang kuat. 3. Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program
3R merupakan kesadaran masyarakat secara spontan. 4. Masyarakat bersedia membayar
retribusi pengolahan sampah. 5. Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti
PKK, Forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, klub
jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dll c. Kriteria lokasi kegiatan
pengelolaan drainase berwawasan lingkungan berbasis masyarakat: 1. Daerah genangan
dan parameter genangan yang meliputi luas genangan, tinggi genangan, lamanya
genangan dan frekuensi genangan; 2. Elevasi muka air di muara saluran lebih tinggi dari
elevasi muka tanah di daerah genangan; 3. Lokasi Kolam Retensi yang akan dijadikan

tempat penampungan kelebihan air permukaan dan perkirakan batas luas Kolam Retensi
tersebut; 4. Daerah pengaliran saluran primer (DPSAL) yang mengalir ke Kolam Retensi
melalui peta topografi. 5. Adanya sistem, arah aliran dan outlet 6. Muka air di kolam
retensi/kolam polder direncanakan dari dasar muka tanah terendah di daerah perencanaan
dan ditarik dengan lamanya tertentu sesuai dengan kemiringan lahan. 7. Adanya badan
air/sungai berada dekat lokasi kegiatan 8. Masyarakat bersedia mengoperasikan dan
memelihara sistem sendiri serta bersedia membentuk kelompok pengurus O/P Pemilihan
maksimal 3 (tiga) kampung yang masuk dalam Daftar Pendek (shortlist) yang dilakukan
oleh TFL (Pemda dan Masyarakat) dan disahkan oleh Kepala Dinas penanggung
jawab.4.3.6 Sosialisasi Kampung Presentasi atau sosialisasi kampung dilaksanakan oleh
dinas penanggung jawab kegiatan kota/ kabupaten bersama dengan TFL dan bertempat di
dinas penanggung jawab kegiatan. Undangan terdiri dari 3-5 orang wakil dari masingmasing stakeholder kampung yang masuk dalam shortlist (telah memenuhi syarat
kelayakan). Materi presentasi/sosialisasi berupa penjelasan tentang kegiatan Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) oleh Dinas penanggung jawab dan TFL.
Sosialisasi kampung merupakan syarat mengikuti seleksi kampung, dengan hasil yang
diharapkan antara lain: Adanya surat undangan dari stakeholder kampung kepada TFL
dan dinas penanggung jawab kegiatan untuk melakukan presentasi kepada stakeholder
kampung yang berminat di balai pertemuan Kampung/ Lingkungan/RT/RW. Adanya
surat undangan dari masyarakat untuk melakukan survai cepat partisipatif (Rapid
Paticipatory Assessment/ RPA).4.3.7 Seleksi Kampung Kegiatan seleksi kampung
dilakukan dengan metode Rapid Participatory Assessment (RPA) dan Community Self
Selection Stakeholders Meeting.4.3.7.1 Rapid Participatory Assessment (RPA) Rapid
Participatory Assessment (RPA) merupakan metode yang digunakan untuk melakukan
pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan
untuk memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau
bersama-sama masyarakat.18
26. 26. Alasan penggunaan metode ini adalah :1. Memposisikan masyarakat sebagai
subyek;2. Memberikan ruang kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan
keinginannya;3. Sebagai salah satu media pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah

(grass root level).Dalam tahap implementasi kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis


Masyarakat (SLBM), RPA dilakukan setelahkegiatan Presentasi Konsep Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) kepada stakeholder masyarakat.RPA akan
dilakukan hanya jika ada undangan atau permintaan dari masyarakat setelah mereka
memahamikonsep kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) melalui
presentasi. Hal ini sesuai denganpendekatan Demand Responsive Approach (DRA),
dimana undangan/permintaan menjadi salah satu indikatorkebutuhan untuk memecahkan
masalah sanitasi yang mereka hadapi.Hasil RPA ini akan dipresentasikan pada sesi
Seleksi Lokasi Sendiri oleh masyarakat bersama-sama denganhasil RPA dari kampung
lain

dalam

(satu)

kabupaten/kota.

Sesi

ini

dinamakan

Self-Selection

StakeholdersMeeting, yang bertujuan untuk menentukan lokasi masyarakat yang paling


siap untuk implementasi SanitasiLingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM).Tujuan
RPASecara umum, tujuan RPA adalah teridentifikasinya masalah sanitasi dan keinginan
masyarakat untukmemecahkannya atas dasar kemampuan sendiri yang dilakukan secara
partisipatif, sistematis, dan cepat.Tujuan akhirnya adalah terseleksinya masyarakat yang
paling siap untuk implementasi kegiatan SanitasiLingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM).Untuk menilai kesiapan masyarakat akan diukur dengan 5 (lima) variabel,
yaitu :1. Pengalaman membangun infrastruktur kampung;2. Kesiapan masyarakat untuk
berkontribusi;3. Kelayakan teknis untuk infrastruktur Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat (SLBM);4. Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola sarana;5. Prioritas
perbaikan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM).Tabel 4.1. Jenis Informasi
dan Alat RPA yang digunakan No Jenis Informasi RPA Tools 1 Pengalaman membangun
infrastruktur kampung Timeline 2 Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi Ladder1 3
Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi Transect Walk 4 Kesiapan lembaga
setempat untuk mengelola Venn Diagram 5 Prioritas perbaikan sanitasi Problem Tree 19
27. 27. Pemetaan Sanitasi Kampung Diagram Venn Transect Walk Timeline Ladder-1
Problem Tree Community Self-selection Stakeholder Meeting Gambar 4.2. Skema dan
Prosedur Implementasi Partisipan RPA Partisipan RPA terdiri dari maksimum 20 orang
berasal dari berbagai komponen masyarakat yang ada di kampung yang bersangkutan,
yaitu perempuan, laki-laki, kaya-miskin, dan tokoh formal maupun informal. Prinsipnya

semakin banyak komponen masyarakat yang terlibat dalam proses pelaksanaan RPA ini
adalah semakin baik. Sebelum RPA dimulai, komponen masyarakat yang perlu terlibat
dalam RPA harus dibicarakan secara jelas dengan ketua RT/RW setempat. Fasilitator
(TFL) sangat berperan penting dalam RPA karena bertanggung jawab atas proses dan
hasil RPA sesuai dengan rencana. TFL bertugas memberikan tongkat komando kepada
masyarakat ketika mereka sudah siap dan memahami tujuan dan cara kerjanya. Penetapan
Skor dan Pembobotan (Nilai) Dalam RPA, setiap indikator dalam variabel akan diberi
skor. Kemudian skor tersebut akan dikonversikan ke dalam nilai. Skor berkisar antara 0,
1, 2, 3, dan 4; sedangkan Nilai berkisar antara 0, 25, 50, 75, dan 100. Nilai tersebut
merupakan kuantifikasi dari setiap pernyataan yang bersifat kualitatif. Penetapan skor
dan pembobotan (nilai) ini penting dalam rangka penyederhanaan dalam memberikan
penilaian tentang kondisi masyarakat secara obyektif. Skor ini sangat penting gunanya
dalam Self-selection Stakeholder Meeting, dimana penentuan kampung yang lolos seleksi
didasarkan pada total skor yang dimiliki oleh masing-masing kampung. Logikanya :
semakin miskin kondisi kampung dan semakin besar tingkat keswadayaan masyarakat,
maka semakin tinggi skornya, dan begitu pula sebaliknya. Maka, kampung yang
mengumpulkan skor nilai tertinggi yang dianggap paling siap untuk implementasi
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). Penentuan Waktu dan Tempat Waktu
pelaksanaan RPA perlu disepakati bersama antara tim fasilitator dengan masyarakat
(misalnya ketua RT/RW dan tokoh masyarakat) agar proses pelaksanaan dapat berjalan
lancar, dan minimal 1 minggu sebelumnya. Waktu yang dibutuhkan untuk implementasi
RPA adalah 390 menit (6,5 jam). Jika ditambah untuk introduksi, ice breaking,
pembagian kelompok, dan penutupan maksimal 90 menit (1,5 jam). Maka, total waktu
yang dibutuhkan adalah 480 menit (8 jam) atau 1 hari efektif. Tempat yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan RPA adalah tempat pertemuan besar (untuk pertemuan awal/introduksi
dan pertemuan akhir/presentasi hasil) dan tempat pertemuan kecil (untuk penerapan
teknik-20
28. 28. teknik RPA). Tempat pertemuan ini diusahakan di tempat yang luas dan mudah
dijangkau/diakses oleh masyarakat. Alat dan Bahan yang perlu disiapkan Alat dan bahan
yang diperlukan untuk kegiatan RPA terdiri dari : Kertas lebar (plano), Kain lebar, Spidol

besar aneka warna, Spidol kecil aneka warna, Lem/perekat, Selotip, Gunting, Alat tulis,
Bahan-bahan lokal seperti biji- bijian atau kacang-kacangan, Lampu (jika ada kegiatan di
malam hari). Akan sangat baik jika ada rekaman video/kamera yang dapat dipergunakan
untuk melengkapi laporan.4.3.7.2 Peta Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM) Pemetaan kampung adalah salah satu teknik PRA (participatory rural appraisal)
untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengungkapkan keadaan wilayah di kampung
mereka beserta lingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah peta atau sketsa keadaan
sumber daya umum kampung atau peta dengan topik tertentu (peta sanitasi). Media
pemetaan dapat dilakukan di atas tanah, papan tulis atau di atas kertas. Metode
penyusunan peta kampung umumnya menggunakan simbol-simbol dan peralatan yang
sederhana seperti tongkat, batu-batuan, daun-daunan dan biji-bijian. Untuk menggambar
di atas media tanah, yang perlu diperhatikan adalah proporsi luas lahan yang akan
digunakan sehingga banyak orang/masyarakat yang dapat terlibat. Jika digambar di tanah,
hasilnya harus digambar kembali di atas kertas agar hasilnya tidak hilang. Untuk itu lebih
efektif dan efisien penggambaran peta sanitasi langsung di atas kertas besar/ plano. Tabel
4.2. Contoh Timeline No Proyek Pembangunan Tahun Pendanaan Informasi yang
diharapkan dari kegiatan timeline adalah: 1. Sejarah terbentuknya pembangunan
bersangkutan, asal-usul perintis pembangunan, perkembangan yang terjadi dan siapa
yang terlayani. 2. Terjadinya wabah penyakit (malaria, muntaber, DB, dsb) 3. Sejarah
organisasi kelurahan dan sistem pengorganisasian pada saat melaksanakan pembangunan.
Indikator dan Variabel penilaian TIMELINE Tabel 4.3. CS1.1 Pengalaman Membangun
Prasarana*

secara

Gotong-Royong

Pilihan

Skor

Konversi

ke

Tidak

ada

pengalaman/belum pernah dilakukan 0 0 Pernah dilakukan, berbentuk hibah/ bantuan dari


luar 1 25 Pernah dilakukan, masyarakat berkontribusi in-kind (tenaga+material) 2 50
Pernah dilakukan, masyarakat berkontribusi uang dan in-kind 3 75 (tenaga+material)
Pernah dilakukan, masyarakat berkontribusi uang dan in-kind 4 100 (tenaga+material),
panitia pembangunan dan pengelola yang dibentuk masih ada sampai sekarang
Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan prioritas (pengelolaan air limbah skala
kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan dan pengelolaan drainase lingkungan)
21

29. 29. 4.3.7.3 Ladder-1 (Kesediaan Berkontribusi) Ladder-1 bertujuan untuk mengenali dan
mengkaji manfaat dan nilai guna iuran yang dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan
pembangunan sarana sanitasi kampung; serta digunakan untuk menilai kesiapan
masyarakat berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur sanitasi. Proses Ladder-1
adalah : 1. Kegiatan dilakukan secara terpisah antara masyarakat laki-laki dan
perempuan, dan antar masyarakat kaya dan miskin (jika memungkinkan); 2. TFL
menjelaskan tujuan, maksud, dan cara penerapan teknik ini; 3. Mulai berdiskusi
mengenai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap sarana sanitasi yang ada saat
ini, kemudian ditulis pada kertas flip chart (satu kartu satu manfaat) dengan tulisan,
simbol, atau gambar; 4. TFL memfasilitasi dan mengarahkan peserta untuk memberikan
penilaian atas manfaat yang dapat dirasakan dibandingkan dengan besarnya iuran yang
telah mereka berikan terhadap pembangunan sarana sanitasi; 5. Gunakan biji-bijian untuk
menghitung skor; 6. Skor untuk nilai manfaat dan nilai iuran dijumlahkan dan diisikan ke
kolom total, lalu dibuat rata-ratanya; 7. Berdasarkan hasil analisis ini, TFL mengajak
peserta

untuk

menilai

kesanggupan

mereka

untuk

berkontribusi

terhadap

pembangunan/perbaikan sarana sanitasi yang akan dilakukan dengan cara memilih kartukartu yang didalamnya sudah ada nilai yang disediakan oleh TFL; 8. Kartu yang dipilih
adalah nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang nanti akan dijumlahkan dengan skor
yang lain pada sesi Community Self-selection Stakeholders Meeting. Tabel 4.4. Contoh
Ladder 1* No Proyek Pembangunan Manfaat Biaya dibayarkan (1-10) Sarana Sanitasi
(1-10) 1 dst Total Skor = Rata-rata = Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan
prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan
dan pengelolaan drainase lingkungan) Informasi yang diharapkan dari kegiatan ladder-1
adalah : 1. Pandangan kelompok mengenai keberadaan setiap jenis manfaat yang dialami
oleh mereka. 2. Urutan manfaat-manfaat dengan memperhatikan kesesuaian kontribusi
(dalam bentuk uang, waktu, tenaga, harta benda, atau bentuk lainnya). 3. Manfaatmanfaat yang memperhatikan isu gender dan pelaksanaan pembagiannya. Indikator dan
Variabel penilaian Ladder 1* Tabel 4.5. CS2.1 Kesediaan Masyarakat Untuk
Mengeluarkan Biaya Pilihan Skor Konversi ke Tidak bersedia memberikan kontribusi 0 0
Bersedia memberikan kontribusi hanya untuk biaya pembanguan toilet 1 25 Bersedia

memberikan kontribusi untuk pembangunan prasarana & sarana 2 50 serta biaya


pengoperasian & perawatan komponen terpilih lainnya22
30. 30. Pilihan Skor Konversi ke Bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan
toilet, biaya 3 75 pengoperasian & perawatan komponen terpilih lainnya, & sebagian dari
biaya pembangunan komponen lainnya Bersedia memberikan kontribusi untuk biaya
pembangunan prasarana 4 100 & sarana, biaya pengoperasian & perawatan komponen
terpilih lainnya, dan seluruh dari biaya pembangunan komponen lainnya Keterangan * =
untuk masing-masing kegiatan prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan,
pengelolaan persampahan skala kawasan dan pengelolaan drainase lingkungan)4.3.7.4
Transect Walk (Kesiapan Teknis) Transect walk bertujuan untuk (1) mengenali dan
mengkaji kondisi sarana sanitasi kampung yang sudah ada, (2) menilai tingkat kepuasan
masyarakat terhadap fasilitas sanitasi yang ada, dan (3) menilai tingkat kelayakan teknis
sebagai prasyarat pembangunan infrastruktur sanitasi yang direncanakan dengan cara
melakukan observasi langsung oleh TFL bersama-sama dengan masyarakat. Tugas TFL
dan masyarakat di kegiatan transect walk adalah : 1. Menentukan, mengobservasi serta
melakukan diskusi dengan masyarakat, antara lain : Lokasi yang dicalonkan masyarakat
untuk bangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); Sarana sanitasi
yang digunakan masyarakat saat ini : jamban, sungai, kolam, dsb; Pola penggunaan
sarana sanitasi; Ketersediaan lahan; Muka air tanah; Material lokal; Saluran
drainase. (contoh cek list teknis dapat dilihat pada lampiran) 2. Mencatat semua sanitasi
yang dibangun oleh proyek sebelumnya atau oleh pribadi. Secara acak pilihlah titik
dengan proporsional (10% dari total) dari masing-masing kategori. 3. Melakukan
observasi dan pencatatan kualitas konstruksi dengan menggunakan format observasi
jamban/sanitasi, kemudian mendiskusikan dengan masyarakat yang ada di sekitar lokasi
sarana sanitasi/jamban tentang pemeliharaan (keberadaan dan keteraturannya), lingkup
dan pemakaian, serta konflik kepentingannya. Kemudian catat hasil temuannya. Untuk
lokasi yang pernah mendapat proyek jamban/sarana sanitasi, perlu dipilih secara acak
jamban/sarana sanitasi yang dibangun sebelum, selama, dan setelah intervensi proyek
dengan cara menjumlahkan semua jamban/sarana sanitasi pada ketiga kategori tersebut
dan

digambarkan

persentase

perbandingan

masing-masing

kategori.

Penilaian

menggunakan checklist terhadap kualitas konstruksi, operasi, dan pemeliharaan serta


menggunakan jamban keluarga. 4. Menilai kepuasan layanan yang diterima (demand
responsiveness), dengan menggunakan skala penilaian dari setiap rumah tangga yang
dikunjungi selama transect. Masyarakat dapat membantu memilih aspek penilaian
kepuasan layanan. 5. Menilai kepuasan penggunaan sarana meliputi tingkat akses
layanan, desain, penggunaan untuk anak-anak, kualitas konstruksi, kemudahan
penggunaan dan pemeliharaan, nilai manfaat yang dirasakan dari kontribusi untuk
memperoleh layanan tersebut, laporan mengenai layanan kepada pengguna dengan
catatan terpisah untuk pria dan wanita. 23
31. 31. Indikator dan Variabel penilaian Transect Walk Tabel 4.6. CS3.1 Kondisi Drainase
Pilihan Skor Konversi ke Tidak ada saluran drainase 0 0 Ada saluran drainase tetapi
sudah rusak 1 25 Ada saluran drainase tetapi mampet 2 50 Ada saluran drainase tetapi air
mengalir lambat 3 75 Ada saluran drainase yang mengalir lancar 4 100 Tabel 4.7. CS3.2
Toilet/Jamban Pilihan Skor Konversi ke Ada jamban lengkap dengan Tangki Septik di
masing-masing rumah 0 0 Ada MCK yang berfungsi, digunakan sebagian kecil
penduduk. ATAU. Setengah dari keseluruhan rumah telah mempunyai jamban + tangki
septik 1 25 sendiri Ada MCK yang berfungsi, digunakan sebagian besar penduduk.
ATAU. 2 50 Hanya sebagian kecil Rumah yang mempunyai jamban + tangki septik
sendiri Sebagian kecil penduduk buang air besar di tempat terbuka/sungai. ATAU. 3 75
Sebagian kecil Jamban disalurkan langsung ke sungai. Sebagian besar penduduk buang
air besar di tempat terbuka/sungai. ATAU. 4 100 Sebagian besar Jamban disalurkan
langsung ke sungai. Tabel 4.8. CS3.3 Ketersediaan Air Pilihan Skor Konversi ke Air tidak
mencukupi meskipun untuk minum 0 0 Air hanya mencukupi untuk minum 1 25 Air
hanya mencukupi untuk minum, masak, & mencuci 2 50 Air hanya mencukupi untuk
minum, masak, mencuci & mandi 3 75 Air mencukupi untuk semua kebutuhan 4 100
Tabel 4.9. CS3.4 Ketersediaan Lahan Kondisi Skor Konversi ke Tidak tersedia lahan
milik perorangan/negara di dalam atau dekat 0 0 kampung Ada lahan milik perorangan
(100-200 m2) di dekat kampung 1 25 Ada lahan milik negara (100-200 m2) di dekat
kampung 2 50 Tersedia lahan milik perorangan (100-200 m2) di dalam kampung 3 75
Tersedia lahan milik negara (100-200 m2) di dalam kampung 4 10024

32. 32. 4.3.7.5 Venn Diagram Venn diagram bertujuan untuk mengenali dan mengkaji
keberadaan lembaga lokal yang ada dalam masyarakat, manfaat dan tingkat kedekatan
hubungannya dengan masyarakat. Secara khusus dapat digunakan pula untuk menilai
tingkat kesiapan masyarakat untuk mengelola sanitasi secara kelembagaan lokal. Venn
diagram dilaksanakan masyarakat dengan difasilitasi TFL. Langkah-langkah kegiatan
venn diagram sebagai berikut : 1. Meminta warga menuliskan organisasi-organisasi atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di kampung mereka; 2. Diskusikan dan
urutkan organisasi atau lembaga yang ada berdasarkan nilai pentingnya dalam
metaplan berbeda ukuran (makin penting, ukuran kertas makin besar); 3. Diskusikan dan
urutkan organisasi atau lembaga yang ada menurut kedekatannya dengan warga; 4. Buat
Lingkaran atau orbit sesuai banyaknya organisasi atau lembaga; 5. Tempatkan organisasi
terdekat di lingkaran pertama dan seterusnya. Tabel 4.10. Contoh Venn Diagram
Organisasi/ Lembaga Tingkat kedekatan dengan masyarakat A 3 B 1 C 4 D 2 4 3 C 2 1
MASYARAKAT D B A Gambar 4.3. Contoh Venn Diagram Indikator dan Variabel
penilaian Venn Diagram Tabel 4.11. CS4.1 Ketersediaan Lembaga-Lembaga Setempat*
Pilihan Skor Konversi ke Tidak ada lembaga lokal yang sangat penting atau bermanfaat
bagi 0 0 sebagian besar warga Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk
sebagian besar 1 25 warga, tapi tidak dekat dengan masyarakat (jarang berinteraksi
dengan masyarakat) Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk sebagian
besar 2 50 warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, namun tidak memperoleh
pengakuan resmi dari pemerintah 25
33. 33. Pilihan Skor Konversi ke Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk
sebagian besar 3 75 warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, dan memperoleh
pengakuan resmi dari pemerintah Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk
sebagian besar 4 100 warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, memperoleh
pengakuan resmi dari pemerintah, dan memiliki akses keuangan (memiliki rekening
bank, memanfaatkan layanan pembukuan) Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan
prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan
dan pengelolaan drainase lingkungan)4.3.7.6 Problem Tree (Rencana Perbaikan Sanitasi)
Kegiatan problem tree bertujuan untuk mengkaji dan mengenali masalah-masalah sanitasi

yang ada di masyarakat dan hubungan sebab-akibat yang timbul dalam masalah sanitasi
yang mereka hadapi; menentukan masalah-masalah inti sanitasi (sanitation core
problems); serta mengkaji ide/gagasan/rencana masyarakat untuk memecahkan masalah
sanitasi yang mereka hadapi. Problem tree dilaksanakan oleh masyarakat dengan
difasilitasi oleh TFL. Langkah-langkah problem tree sebagai berikut : 1. Jelaskan
maksud, tujuan, dan proses kajian masalah sanitasi; 2. Tulis masalah secara singkat, padat
dan jelas sesuai pandangan/perasaan masyarakat pada kartu-kartu dan tempelkan pada
papan; 3. Mintalah kepada masyarakat untuk menentukan masalah inti; 4. Teliti kartukartu lainnya yang menyebabkan terjadinya masalah inti tersebut dan letakkan kartukartu tersebut di bawah masalah inti; 5. Minta warga menulis di kartu lain hal-hal yang
menjadi akibat dari masalah inti tersebut, lalu letakkan kartu- kartu tersebut di atas
masalah inti; 6. Lakukan analisis hubungan sebab-akibat dengan cara memberi tanda
panah antara kartu satu dengan kartu lain dan tetap mengacu pada core problemnya; 7.
Periksalah diagram secara keseluruhan, dan apabila diperlukan, perbaikilah untuk
menjamin keabsahan dan kelengkapan analisis permasalahan sanitasi. 8. Tanyakan
kepada mereka tentang ide/gagasan/rencana/action plan perbaikan sanitasi, lalu tulislah di
kertas lain. AKIBAT MASALAH SANITASI 1 PENYEBAB MASALAH SANITASI 1
dst AKIBAT MASALAH SANITASI 2 PENYEBAB MASALAH dst AKIBAT
MASALAH SANITASI 3 SANITASI 2 Gambar 4.4. Contoh Rencana Perbaikan
Sanitasi26

Cara Membuat Laporan Keuangan Sederhana dengan Excel RumusExcel.com - Pada


kesempatan kali ini kami akan berbagi tutorial cara membuat laporan keuangan sederhana
dengan menggunakan Excel atau istilahnya buku kas sederhana. Kami bilang sederhana karena
Laporan keuangan ini hanya terdiri dari beberpa kolom saja yaitu kolom: No Tanggal Keterangan
Debet Kredit Saldo Meski sederhana laporan ini kami kira sudah cukup bagi yang kurang begitu
mengerti dengan pembukuan atau akuntasi, kelebihan laporan keuangan dengan menggunakan
Excel adalah pada Saldo akan otomatis bertambah jika kolom debet di isi dan otomatis berkurang
jika kolom kredit yang di isi. Langsung saja kita mulai pembuatan laporan keuangan dengan
excel, Ikuti langkah-langkah berikut ini: Buatlah Format Laporan Keuangan seperti gambar
dibawah ini: Laporan Keuangan dengan Excel Selanjutnya tinggal memasukkan rumus pada
kolom Saldo (F4 s.d F13) agar nantinya bisa bertambah dan berkurang secara otomatis. Untuk itu
kita akan menggunakan kombinasi Rumus IF, OR dan Rumus SUM. Caranya adalah sebagai
berikut:

Pada

kolom

F4

masukkan

rumus:

=IF(OR(D4<>0;E4<>0);SUM(D$4:D4)-

SUM(E$4:E4);0) * Penulisan rumusnya disitu ada yang menggunakan rumus semi ablosut (D$4
dan E$4) jadi perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penjumlahannya. *
Selanjutnya copy rumus pada F4 ke baris selanjutnya dengan cara drag drop pada Fill Handlenya
atau bisa juga dengan cara copy paste biasa. Selanjutnya tinggal memasukkan rumus pada kolom
Jumlah, rumusnya adalah: Pada cell D14 masukkan rumus: =SUM(D4:D13) Pada cell E14
masukkan rumus: =SUM(E4:E13) Pada cell F14 masukkan rumus: =D14-E14 Hasilnya seperti
gambar berikut ini. Buku Kas Excel Sekian tutorial cara membuat laporan keuangan sederhana
dengan Excel, untuk contoh file latihannya bisa di unduh disini, semoga bermanfaat

Sumber: http://www.rumusexcel.com/2014/12/cara-membuat-laporan-keuangan-di-excel.html

Rumus Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian dan Pembagian di Excel


RumusExcel.com - Rumus penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
adalah rumus-rumus yang mungkin paling banyak digunakan sehari-sehari, ada
banyak cara untuk melakukan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian mulai dari menghitung dengan cara manual ataupun menggunakan alat
penghitung seperti Calculator. Pada kesempatan kali ini saya memberikan
penjelasan cara menggunakan rumus penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Daftar isi: Rumus Penjumlahan di
Excel. Rumus Pengurangan di Excel. Rumus Perkalian di Excel. Rumus Pembagian di
Excel. Berikut penjelasan mengenai rumus penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian selengkapnya: Rumus Penjumlahan. Dalam penggunaan rumus
penjumlahan dengan Excel terdapat dua pilihan, pertama menggunakan operator
plus (+) dan yang kedua menggunakan Fungsi SUM. Contoh: pada cell A2 masukkan
angka 100 dan pada cell B2 masukkan angka 50, kemudian pada cell C2 masukkan
rumus = A2+B2 kemudian tekan ENTER. maka hasilnya adalah 150. Sekarang coba
ganti rumus pada cell C2 menjadi seperti ini =SUM(A2:B2) kemudian tekan ENTER,
maka hasilnya akan sama yaitu 150. Rumus Penjumlahan di Excel Kira-kira
manakah yang lebih baik, pakai formula SUM atau operator plus (+) ? Sebenarnya
dua-duanya sama-sama baik, bagi yang baru belajar menggunakan Excel
penggunaan operator plus (+) tentu akan mudah di ingat tapi kelemahannya jika
jumlah data yang harus dijumlahkan ada banyak misal menjumlahkan data dari A1
s.d A1000 maka rumus yang harus ditulis adalah seperti ini A1+A2+A3... sampai
+A1000, tentu hal ini akan sangat banyak menyita waktu dan kurang efektif karena
rumus akan menjadi sangat panjang. Berbeda dengan penggunaan formula SUM,
untuk menjumlahkan data dari A1 s.d A1000 cukup dengan menuliskan rumus
=SUM(A1:A1000), lebih simple rumusnya dan tentunya akan menghemat waktu.
Rumus Pengurangan. Dalam penggunaan rumus pengurangan di Microsoft Excel,
tidak ada fungsi atau formula khusus yang bisa digunakan untuk melakukan operasi
pengurangan, mungkin karena dalam pengurangan biasanya tidak melibatkan
banyak data. Untuk melakukan operasi pengurangan di Microsoft Excel cukup
menggunakan operator minus (-). contohnya pada cell A2 masukkan angka 150 dan
pada cell B2 masukkan angka 50, kemudian pada cell C2 masukkan rumus = A2-B2
kemudian tekan ENTER hasilnya adalah 10. Rumus Pengurangan di Excel Rumus
Perkalian. Untuk menggunakan rumus Perkalian di program Microsoft Excel ada 2
cara, pertama menggunakan operator asterisk (*) dan yang kedua menggunakan
formula PRODUCT. Contoh: pada cell A2 masukkan angka 100 dan pada cell B2
masukkan angka 5, kemudian pada cell C2 masukkan rumus = A2*B2 kemudian
tekan ENTER hasilnya 500. Sekarang coba rubah rumus pada C2 menjadi
=PRODUCT(A2:B2) maka hasilnya akan sama 500. Rumus Perkalian di Excel Rumus
Pembagian. Untuk melakukan operasi pembagian data dalam microsoft Excel
caranya adalah dengan menggunakan operator slash (/). Contohnya: pada cell A2
masukkan angka 500 dan pada cell B2 masukkan angka 5, kemudian pada cell C2
masukkan rumus = A2/B2 kemudian ENTER hasilnya 100. Rumus Pembagian di
Excel Begitulah cara menggunakan rumus penjumlahan, pengurangan, perkalian

dan pembagian di Excel, Contoh Filenya bisa di unduh disini. Semoga Bermanfaat....

Sumber: http://www.rumusexcel.com/2014/05/penjumlahan-pengurangan-perkaliandi-excel.html

Anda mungkin juga menyukai