tata
air
melalui
pembangunan
kolam
retensi
yang
bertujuan
untukmemperlama laju aliran permukaan supaya tidak langsung terbuang ke badan air
penerima.Sejalan dengan amanat UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Pemerintah lebih berperansebagai regulator dan fasilitator terkait dengan tugas-tugasnya
dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasanpengembangan sanitasi lingkungan.
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan, Pemerintah melalui DanaAlokasi
Khusus
(DAK)
menyediakan
program
sanitasi
lingkungan
bagi
masyarakat
berpenghasilan rendah dilingkungan padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi, yang
disebut dengan kegiatan DAK Sanitasi LingkunganBerbasis Masyarakat. Kegiatan Dana
Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat ini mencakup:prioritas
pertama yaitu pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal. Apabila prioritas
pertamasudah dipenuhi (tidak ada Buang Air Besar sembarangan) maka dapat
yang
dimaksudkan
untuk
menjadi
acuan
bagi
Pemerintah
DAFTAR
ISIKATA
PENGANTARBAB
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang..
1.2
Maksud
..
...
1.3
Tujuan
1.4
Acuan
Normatif
..
1.5
Sasaran
.
... 2 1.6 Ruang Lingkup Petunjuk
Pelaksanaan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat . 2BAB II
PENDEKATAN, PRINSIP DAN POLA PENYELENGGARAAN DAK SANITASI
LINGKUNGAN
BERBASIS
MASYARAKAT
2.1
Pendekatan
..
2.2
Prinsip-Prinsip
....
Penyelenggaraan
3
2.3
Pola
Penyelenggaraan
.. 3 2.4
Prasarana
Sanitasi
Lingkungan
Berbasis
Masyarakat
12
4.2
Tahap
Persiapan
.
12
4.2.1
Sosialisasi
... 12
4.2.2
Rapat
Konsultasi
Teknis
Regional
Seleksi
Lokasi
4.3.1
Persiapan
Tenaga
Fasilitator
Lapangan
4.3.2
Syarat
12
Lokasi..
.
16
4.3.3
Daftar
Panjang
...
Daftar
Pendek
Lokasi
16
4.3.4
...
17
4.3.5
Sosialisasi
Kampung
.....
Seleksi
Lokasi
Kampung
..
18
4.3.6
.
18
4.3.7
Monitoring
dan
Evaluasi
RKM
4.4.1
Rencana
Kegiatan
Masyarakat
...
Pilihan
Teknologi
36
Sanitasi
37 4.4.4 Dokumen
Rencana Pembangunan . 49
4.4.5
Monitoring
dan
Evaluasi
Konstruksi
4.5.1
Persiapan
Pelaksanaan
.......
50
4.5.3
Etika
Pelaksanaan
........ 51 4.5.4
Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan .
52
4.5.5
Pelaksanaan
Konstruksi
..... 53 iii
5. 5.
4.5.6
Monitoring
dan
Evaluasi
..
55BAB
OPERASI
Pemeliharaan
DAN
PEMELIHARAAN
5.1
Aspek
Operasi
dan
62
5.3
Air
Limbah
Komunal
Berbasis
Masyarakat
Drainase
Mandiri
Berwawasan
70
Lingkungan
5.6
Berbasis
Monitoring
Masyarakat
dan
Evaluasi
71BAB
VI
PEMBIAYAAN
6.1
Sumber
Pembiayaan
. 73 6.2
Rencana
Pembiayaan
73 6.3
Pembiayaan
Komponen
Kegiatan
Pengelolaan
Dana
dan
Pengawasan
75
6.6
Pelaporan
75BAB
VII
PENUTUPLAMPIRAN
79iv
6. 6. DAFTAR GAMBARGambar 3.1. Contoh Alat Pengumpul SampahGambar 3.2.
Contoh Alat Pembuat KomposGambar 4.1. Bagan Alir Pelaksanaan DAK Sanitasi
Lingkungan Masyarakat Berbasis MasyarakatGambar 4.2. Skema dan Prosedur
ImplementasiGambar 4.3. Contoh Venn DiagramGambar 4.4. Overview Pelaksanaan
RPA dalam Tahap Implementasi Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM)Gambar 4.5 Tahapan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM)Gambar 4.6 Kegiatan
dalam Tahap Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM)Gambar 4.7. Contoh Peta
Sanitasi MasyarakatGambar 4.8. Contoh Bagan Organisasi Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM)Gambar 4.9 Contoh MCK UmumGambar 4.10. Contoh Saluran
Pembuangan Limbah Bersama/KomunalGambar 4.11. Tangki Septik BersamaGambar
4.12. Bio-DigesterGambar 4.13. Baffled Reaktor/Tangki Septik BersusunGambar 4.14.
Contoh PewadahanGambar 4.15. Contoh KomposterGambar 4.16. Contoh Tempat
Pengolahan Sampah TerpaduGambar 4.17. Sistem Drainase Mandiri dengan Kolam
Tampungan di Samping Saluran yang Bermuara di Badan Air/SungaiGambar 4.18.
Sistem Drainase Mandiri dengan Kolam Tampungan Segaris dengan Saluran atau Berada
dalam
Saluran,
Air/SungaiGambar
Outlet
Kolam
5.1.
Bagan
Tampungan
Struktur
Langsung
Organisasi
Bermuara
Badan
ke
Badan
Pengelola
Pasca
BiayaTabel
4.6.
CS3.1
Kondisi
DrainaseTabel
4.7.
CS3.2
JiwaTabel 5.2. Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem Komunal untuk 750
JiwaTabel 6.1 Pembiayaan per Komponen Kegiatanvi
8. 8. BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Pembangunan prasarana dan sarana air
limbah permukiman, persampahan dan drainase di Indonesia saat ini belum mencapai
kondisi yang diinginkan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah di lingkungan
permukiman padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi di perkotaan. Akses penduduk
kepada prasarana dan sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase pada
dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial
budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan penelitian telah membuktikan
bahwa semakin besar akses penduduk kepada fasilitas prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan dan drainase (serta pemahaman tentang hygiene) semakin
kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media
air (waterborne diseases). Pemerintah menyediakan program sanitasi lingkungan melalui
Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan dan drainase bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
lingkungan padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi, yang diimplementasikan melalui
kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); yaitu sebuah inisiatif
untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman,
persampahan dan drainase yang berbasis masyarakat dengan pendekatan tanggap
kebutuhan. Kegiatan Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat ini
mencakup: (1) pengembangan prasarana dan sarana air limbah komunal, (2)
pengembangan fasilitas pengurangan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse dan recycle)
dan (3) pengembangan prasarana dan sarana drainase mandiri yang berwawasan
lingkungan. Melalui pelaksanaan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan dan drainase yang sesuai, ikut aktif menyusun rencana aksi,
membentuk kelompok dan melakukan pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan
operasi dan pemeliharaannya, bahkan bila perlu mengembangkannya, dalam rangka
meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan permukiman kumuh perkotaan.1.2 Maksud
Petunjuk pelaksanaan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)
ini dimaksudkan sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) khususnya
di kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat, yang bersifat melengkapi berbagai pedoman dan petunjuk lain yang
berlaku.1.3 Tujuan Petunjuk pelaksanaan penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur Sub Bidang Sanitasi ini bertujuan agar para pemangku kepentingan dapat
mengerti dan memahami penyelenggaraan kegiatan DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat (SLBM) sehingga dapat: 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
melaksanakan pola hidup sehat. 2. Meningkatkan peran serta dan pelibatan masyarakat.
3. Membina organisasi/kelompok masyarakat. 4. Memfasilitasi masyarakat dalam
penyediaan prasarana dan sarana air limbah, persampahan dan drainase 5. Membina
masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana air limbah, persampahan dan
drainase 6. Menumbuhkan inisiatif masyarakat/pokmas dalam pengembangan kegiatan
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) 1
9. 9. 1.4 Acuan Normatif 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 3. UndangUndang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 4. Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 5.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan 6. Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 7.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) 8.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNPSPALP) 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 42/PRT/M/2007 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur 10. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 175/PMK.07/2009 tentang Alokasi dan Pedoman Umum Dana Alokasi
Khusus Tahun Anggaran 2010 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun
2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah 12. SEB
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
BAB
III
PENGELOLAAN
SANITASI
LINGKUNGAN
BERBASIS
Kondisi
dan
permasalahan
dalam
pengelolaan
air
limbah
menyediakan sendiri, misalnya untuk jamban sendiri bila pilihan teknologinya adalah
tangki septik bersama atau perpipaan komunal; Pengoperasian dan pemeliharaan oleh
masyarakat; Manfaat dapat dirasakan secara langsung; Melibatkan semua pihak untuk
bekerja sama (Masyarakat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan LSM).3.2 Sampah
Pola 3R Berbasis Masyarakat3.2.1 Pemilahan Sampah Pemilahan sampah dilakukan
untuk memilah sampah menurut jenisnya sehingga mendukung kegiatan / proses
penanganan selanjutnya. Sebagai contoh bila akan dilakukan proses pengomposan maka
sampah organik hendaknya dipilah terlebih dahulu.3.2.1.1 Metode 1. Pemilahan
hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan masyarakat dan proses
selanjutnya. 2. Awal pemilahan dianjurkan untuk memisahkan sampah menjadi 2 bagian
yaitu sampah organik bahan kompos dan sampah non organik. - Sampah bahan organik
kompos meliputi : sisa makanan, sisa buah, sisa sayur dan daun. - Sampah non organik
meliputi : plastik, kaca, logam, karet, dan bahan lain yang tidak membusuk. Sampah
kertas dan kayu sebenarnya merupakan jenis sampah organik, tetapi mengingat
kandungannya (pada kertas mengandung tinta dll) yang berpotensi mengganggu kualitas
kompos, dan sifatnya yang memerlukan waktu lama untuk proses pengomposan (misal
kayu), maka keduanya tidak disertakan dalam kategori sampah organik bahan kompos. Bila kondisi memungkinkan, sampah non organik dapat dipilah atas komponen lainnya
sesuai kebutuhan; misal plastik, kertas, logam, kaca, dan lain-lain. 3. Sampah organik
dikumpulkan dalam wadah yang yang terpisah dengan sampah non organik. Untuk
sampah berupa sisa sayur sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu dengan menggunakan
saringan plastik, karena sampah yang terlalu basah akan menyebabkan kadar air bahan
kompos menjadi tinggi sehingga proses pengomposan akan terganggu.3.2.1.2 Fasilitas
Untuk pemilahan sampah akan diperlukan beberapa fasilitas/peralatan yang dapat
meliputi : 1. Wadah sampah organik 2. Wadah sampah non organik 3. Saringan plastik
untuk meniriskan air dari sisa sayur3.2.2 Pengumpulan Sampah 1. Metode pengumpulan
sampah dapat dilakukan oleh petugas dari rumah ke rumah atau masyarakat membawa
sendiri sampahnya ke Wadah/Bin Komunal/Kontainer yang sudah ditentukan. 2.
Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat angkut, seperti gerobak sampah, becak sampah, motor sampah atau
alat angkut lain yang sesuai dengan kondisi setempat 7
15. 15. 3. Jadual pengumpulan sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik,
logam/kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih
tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali. 4. Motor/Gerobak sampah yang
mengumpulkan sampah terpilah dapat dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karungkarung besar (3 unit atau sesuai dengan jenis sampah). Gambar 3.1. Contoh Alat
Pengumpul Sampah3.2.3 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan a.
Lokasi 1. Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan. Untuk
kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPST dengan luas
1000 m. Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST
dengan luas 200 500 m 2. TPST dengan luas 1000 m dapat menampung sampah
dengan atau tanpa proses pemilahan sampah di sumber. 3. TPST dengan luas < 500 m
hanya dapat menampung sampah dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur
50%. 4. TPST dengan luas < 200 m sebaiknya hanya menampung sampah tercampur
20%, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80%. b. Fasilitas TPST 1. Fasilitas TPST
meliputi wadah komunal, areal pemilahan dan areal composting dan juga dilengkapi
dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, air bersih, listrik, barrier (pagar
tanaman hidup) dan gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos serta
biodigester (opsional) c. Daur Ulang 1. Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas,
plastik dan logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas
bahan daur ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber. 2.
Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lapak
atau langsung dengan industri pemakai. 3. Daur ulang sampah B3 Rumah tangga
(terutama batu baterei dan lampu neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku (PP 18 tahun 1999 tentang pengelolaan
sampah B3). 4. Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie
instan dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan baku lain.8
16. 16. d. Pembuatan Kompos 1. Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos
adalah sampah dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman. 2. Metode
pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan open
windrow. 3. Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan
parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam berat. 4. Pemasaran
produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak Koperasi dan Dinas (Kebersihan,
Pertamanan, Pertanian dll) Gambar 3.2. Contoh Alat Pembuat Kompos3.3 Drainase
Mandiri Berwawasan Lingkungan Berbasis Masyarakat Pelestarian prasarana dan sarana
drainase mandiri berbasis masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara prasarana dan sarana
yang ada. Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam pelestarian adalah
pengelolaan prasarana dan sarana, penyuluhan dan pedoman pemeliharaan.3.3.1
Pengelolaan
Pengelolaan
pada
dasarnya
merupakan
aspek
dan
sendi
utama
Pendek
(Shortlist),
Presentasi/Sosialisasi
Kampung,
dan
Seleksi
cukup
waktu
untuk
melaksanakan
tugas
TFL
6.
Memiliki
dan
bekerjasama
dengan
masyarakat
di
lokasi
terpilih
membantu
masyarakat
dalam
mengidentifikasi
masalah,
merencanakan,
fasilitator teknis dan 1 (satu) orang fasilitator pemberdayaan masyarakat untuk masingmasing rencana lokasi kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). 2.
Penyampaian nama calon fasilitator oleh Bupati/Walikota ke Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum untuk mengikuti pelatihan. 3. Pelatihan tenaga
fasilitator lapangan diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum. Materi pelatihan TFL disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab
yang ada, antara lain: 1. Prinsip-prinsip dasar Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat (SLBM); 2. Tahap-tahap pelaksanaan Kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat (SLBM) secara umum; 3. Prinsip dan metode seleksi masyarakat Longlist
dan shortlist kampung Rapid Participatory Assessment (RPA) Community self
selection stakeholders meeting 4. Penyusunan rencana kerja masyarakat (RKM)
Penentuan calon penerima manfaat/pengguna sarana Pemetaan rumah dan infrastruktur
sanitasi kampung Pemilihan sarana teknologi sanitasi Kontribusi masyarakat
Lembaga Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) di tingkat masyarakat
Penyusunan buku RKM dan Legalisasi RKM 5. Penyusunan Rencana Teknis Rinci
(Detail Engineering Design/DED) sarana teknologi Kegiatan Sanitasi Lingkungan
Berbasis Masyarakat (SLBM) dan penyusunan Rencana Anggaran Biaya untuk persiapan
fase pelaksanaan konstruksi berdasarkan sarana dan teknologi yang dipilih oleh
masyarakat. 6. Capacity Building (pelatihan-pelatihan dalam Kegiatan Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)) Pelatihan KSM Pelatihan Mandor/Tukang
Pelatihan Operator dan Pengguna 7. Evaluasi dan Support untuk operasi dan
pemeliharaan Support OP pascakonstruksi Kampanye kesehatan bagi para pengguna
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) Pengukuran dampak program
(pengukuran dampak kesehatan dan pengukuran kualitas air di sekitar sarana Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM)).4.3.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab TFL
Setiap TFL (Dinas & Masyarakat) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Tahap Seleksi Masyarakat a. TFL Pemda Mengadakan rapat koordinasi dengan
instansi terkait untuk mendapatkan daftar kampung dari dinas- dinas bersangkutan;
Menyiapkan daftar longlist kampung padat/kumuh/miskin sesuai form dan membuat
laporan kepada Kepala Dinas; Melakukan pengecekan lapangan sesuai persyaratan
teknis minimal bersama TFL-masyarakat dan pendamping/Satker Pengembangan
masyarakat
(bersama
TFL
Pemda);
Mengkomunikasikan
kepada
dan pengukuran) dengan masyakarat untuk pembangunan sarana (bersama dengan TFL
Pemda); Menyelenggarakan pelatihan KSM, Mandor/pengawas dan Tukang sesuai
perencanaan (bersama dengan TFL Pemda); Meyakinkan bahwa semua rencana berjalan
sesuai RKM, termasuk kontribusi dari berbagai pihak, tenaga kerja, tukang, material dan
gudang, alat-alat pengawasan material, dsb; Memfasilitasi pertemuan rutin masyarakat
(bersama dengan TFL Pemda); Memberikan persetujuan terhadap semua pengeluaran
dana KSM dan administrasi keuangannya untuk pelaporan; Ikut memberikan
persetujuan keluar-masuknya material sesuai kualitas yang dipersyaratkan; Membantu
TFL Pemda dalam menyusun laporan keuangan dan ajuan pencairan dana sesuai
perkembangan fisik; Melakukan pengawasan pekerjaan fisik dan tenaga kerja (bersama
TFL Pemda); Membuat Berita Acara pengecekan final teknis, kelembagaan, dan
keuangan Melaporkan seluruh perkembangan kegiatan dan kemajuan pekerjaan kepada
Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi .4. Tahap Evaluasi
dan Support Operasional dan Pemeliharaan a. TFL Pemda Menyelenggarakan pelatihan
bagi operator dan pengguna (bersama dengan TFL- Masyarakat); Menyelenggarakan
evaluasi kegiatan bersama dengan dinas-dinas terkait; Memberikan pedoman
monitoring kualitas air dan hasil survei Indeks Status Perilaku Kesehatan kepada dinas
terkait; Menyelenggarakan kegiatan evaluasi partisipatif bersama masyarakat (TFLMasyarakat); Membantu persiapan peresmian sarana; Menyusun laporan keuangan
dan ajuan pencairan dana sesuai perkembangan fisik; Melakukan pengawasan pekerjaan
fisik dan tenaga kerja; Membuat Berita Acara kegiatan sesuai kebutuhan. b. TFLMasyarakat Menyelenggarakan pelatihan bagi operator dan pengguna (bersama dengan
TFL Pemda); Membantu masyarakat melakukan persiapan peresmian sarana;
Meyakinkan bahwa semua rencana berjalan sesuai RKM, termasuk kontribusi dari
berbagai pihak, tenaga kerja, tukang, material dan gudang, alat-alat pengawasan material,
dsb; 15
23. 23. Memfasilitasi pertemuan rutin masyarakat (bersama TFL Pemda); Memberikan
persetujuan terhadap semua pengeluaran dana KSM dan administrasi keuangannya untuk
pelaporan; Menyelenggarakan kegiatan evaluasi partisipatif bersama masyarakat (TFL
Pemda); Menyusun laporan keuangan dan ajuan pencairan dana sesuai perkembangan
fisik; Melakukan pengawasan pekerjaan fisik dan tenaga kerja (bersama dengan TFL
Pemda); Membuat Berita Acara kegiatan sesuai kebutuhan.4.3.2 Seleksi Lokasi 1.
Seleksi Lokasi dimulai dengan Pemerintah Kota/Kabupaten menetapkan calon lokasi
penerima Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) dalam bentuk daftarpanjang permukiman/kampung/kelurahan. 2. Penetapan daftar-panjang (minimal 5 lokasi)
didasarkan pada wilayah yang merupakan urutan prioritas Pengembangan prasarana dan
sarana air limbah komunal berbasis masyarakat, Pengembangan pengurangan sampah
dengan pola 3R (reduce, reuse, dan recycle) berbasis masyarakat, Pengembangan
prasarana dan sarana drainase mandiri yang berwawasan lingkungan berbasis masyarakat.
Oleh karena itu perlu disusun pemetaan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan
sehingga penanganan sanitasi lingkungan akan lebih tepat sasaran dan skala prioritas. 3.
Pemerintah Kabupaten/Kota bersama dengan fasilitator pendamping akan menyusun
daftar-pendek sesuai persyaratan teknis minimal yang ditetapkan dan melalui pengecekan
lapangan. 4. Penentuan lokasi terpilih dilakukan dengan metode seleksi-sendiri atau oleh
perwakilan masyarakat dengan sistem kompetisi terbuka.4.3.3 Syarat Lokasi 1. Kawasan
permukiman padat, kumuh dan rawan sanitasi yang terdaftar dalam administrasi
pemerintahan Kabupaten/Kota, atau kawasan pasar dan permukiman sekitarnya
(permukiman atau pasar legal sesuai peruntukannya dalam RTRW Kabupaten/Kota) 2.
Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak untuk segera ditangani seperti
pencemaran limbah, banyaknya sampah tidak terangkut atau terjadinya genangan. 3.
Tersedia lahan yang cukup; 100 m2 untuk 1 (satu) unit bangunan Instalasi Pengolah Air
Limbah/IPAL, 150 m2 untuk 1 (satu) MCK Plus++, atau 200 m2 untuk pengolahan
sampah pola 3R dan kolam yang sebaiknya cukup menampung 150 m3/ha kawasan
permukiman untuk drainase mandiri 4. Tersedia sumber air (PDAM/sumur/mata air/air
tanah). 5. Adanya saluran/sungai/badan air untuk menampung efluen pengolahan air
limbah dan drainase mandiri. 6. Masyarakat yang bersangkutan menyatakan tertarik dan
bersedia untuk berpartisipasi melalui kontribusi, baik dalam bentuk uang, barang maupun
tenaga.4.3.4 Daftar Panjang Lokasi Daftar panjang merupakan data sekunder calon lokasi
yang diusulkan oleh pemerintah daerah kota/ kabupaten pada saat MoU, dengan
ketentuan memiliki kriteria kelayakan sebagai berikut: a. Kriteria Umum: 1. Lokasi yang
berada di kawasan permukiman perkotaan 2. Lokasi yang rawan sanitasi b. Kriteria lokasi
kegiatan pengelolaan air limbah skala kawasan: 1. Kepadatan > 700 jiwa/Km2 (Wilayah
Jawa & Bali); 2. Kumuh secara fisik; 3. Lingkungan masyarakat berpendapatan rendah
(kumuh miskin, bukan kumuh kaya); 4. Memiliki masalah kesehatan/kasus diare kejadian
luar biasa; 5. Terdapat masalah fisik sanitasi; 6. Selalu masuk di semua program penataan
kampung kumuh/penataan kawasan di semua dinas. c. Kriteria lokasi kegiatan
pengelolaan persampahan skala kawasan: 1. Batasan administrasi lahan TPST dalam
batas administrasi yang sama dengan area pelayanan16
24. 24. pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. 2. Status kepemilikan lahan
milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan bersedia digunakan untuk
prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. 3. Ukuran
lahan minimal 200 m2 4. Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat. 5.
Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat d. Kriteria lokasi kegiatan
pengelolaan drainase mandiri berwawasan lingkungan berbasis masyarakat: 1. Lokasi
berada di kawasan permukiman perkotaan 2. Lokasi merupakan kawasan rawan
genangan 3. Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan
memperhatikan faktor sosial ekonomi antara lain perkembangan kota dan rencana
prasarana dan sarana kota serta dilaksanakan berdasarkan prioritas zona yang telah
ditentukan dalam Rencana Induk Sistem Drainase. 4. Kelayakan pelaksanaan Kolam
Retensi dan Sistem Polder harus berdasarkan tiga faktor antara lain: biaya konstruksi,
biaya operasi dan biaya pemeliharaan. 5. Ketersediaan dan tata guna lahan Daftar panjang
tersebut bertujuan untuk mempermudah TFL dalam menentukan lingkup lokasi, survey,
identifikasi lokasi dan sosialisasi awal, sehingga efektifitas dan target sasaran dapat
tercapai. Sebaiknya data sekunder calon lokasi sejumlah minimal 5 (lima) kampung
lokasi kumuh/miskin/padat penduduk perkotaan.4.3.5 Daftar Pendek Lokasi Daftar
Pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan hasil survai dan identifikasi
daftar panjang (longlist) yang dilakukan oleh TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) berdasarkan kriteria kelayakan
maksimal. Tujuan penyusunan daftar pendek adalah mempermudah dan mengefektifkan
sosialisasi stakeholder kampung dan seleksi kampung sasaran program. Syarat kriteria
kelayakan lokasi sasaran kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM): a.
Kriteria lokasi kegiatan pengelolaan air limbah skala kawasan: 1. Terdaftar dalam
administrasi pemerintahan Kabupaten/Kota (Legal/proses legal) & cakupan 50-100 KK
RT/RW/Lingkungan/Kampung; 2. Memiliki masalah fisik sanitasi yang sama (tidak
terpengaruh batas RT/RW); 3. Tersedia lahan: 4. Luas min. 100 m2 (Simplified Sewerage
System (SSS) atau komunal) dan min. 150 m2 (untuk Community Sanitation Center
(CSC) atau MCK Plus++) 5. Jarak dengan jalan besar 100 m. 6. Tersedia sumber air
(PDAM, sumur gali, mata air), dan saluran untuk pembuangan air limbah (saluran
drainase/riol kota/sungai). 7. Bersedia untuk berkontribusi (in cash + in kind). 8. Tertarik
untuk mengimplementasikan kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM). b. Kriteria lokasi kegiatan pengelolaan persampahan skala kawasan: 1) Kriteria
Fisik lingkungan: 1. Permukaan air tanah di TPST >10 m 2. Lahan yang diusulkan
memang telah di manfaatkan/ difungsikan sebagai lokasi TPS Sampah. 3. Berada didalam
area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS Sampah atau
Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum/taman. 4. Bebas banjir. 5. Berada di
lahan datar. 6. Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan
lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/gerobak sampah. 7. Jarak
lokasi ke permukiman lebih dari 200 m dari permukiman. 8. Terletak 500 m dari jalan
raya 17
25. 25. 9. Berdampak minimal terhadap tata guna lahan. 10. Terdapat zona penyangga dan
kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar. 2) Kriteria Sosial Ekonomi 1. Cakupan
pelayanan mendekati 600 KK. 2. Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai
wawasan lingkungan yang kuat. 3. Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program
3R merupakan kesadaran masyarakat secara spontan. 4. Masyarakat bersedia membayar
retribusi pengolahan sampah. 5. Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti
PKK, Forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, klub
jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dll c. Kriteria lokasi kegiatan
pengelolaan drainase berwawasan lingkungan berbasis masyarakat: 1. Daerah genangan
dan parameter genangan yang meliputi luas genangan, tinggi genangan, lamanya
genangan dan frekuensi genangan; 2. Elevasi muka air di muara saluran lebih tinggi dari
elevasi muka tanah di daerah genangan; 3. Lokasi Kolam Retensi yang akan dijadikan
tempat penampungan kelebihan air permukaan dan perkirakan batas luas Kolam Retensi
tersebut; 4. Daerah pengaliran saluran primer (DPSAL) yang mengalir ke Kolam Retensi
melalui peta topografi. 5. Adanya sistem, arah aliran dan outlet 6. Muka air di kolam
retensi/kolam polder direncanakan dari dasar muka tanah terendah di daerah perencanaan
dan ditarik dengan lamanya tertentu sesuai dengan kemiringan lahan. 7. Adanya badan
air/sungai berada dekat lokasi kegiatan 8. Masyarakat bersedia mengoperasikan dan
memelihara sistem sendiri serta bersedia membentuk kelompok pengurus O/P Pemilihan
maksimal 3 (tiga) kampung yang masuk dalam Daftar Pendek (shortlist) yang dilakukan
oleh TFL (Pemda dan Masyarakat) dan disahkan oleh Kepala Dinas penanggung
jawab.4.3.6 Sosialisasi Kampung Presentasi atau sosialisasi kampung dilaksanakan oleh
dinas penanggung jawab kegiatan kota/ kabupaten bersama dengan TFL dan bertempat di
dinas penanggung jawab kegiatan. Undangan terdiri dari 3-5 orang wakil dari masingmasing stakeholder kampung yang masuk dalam shortlist (telah memenuhi syarat
kelayakan). Materi presentasi/sosialisasi berupa penjelasan tentang kegiatan Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) oleh Dinas penanggung jawab dan TFL.
Sosialisasi kampung merupakan syarat mengikuti seleksi kampung, dengan hasil yang
diharapkan antara lain: Adanya surat undangan dari stakeholder kampung kepada TFL
dan dinas penanggung jawab kegiatan untuk melakukan presentasi kepada stakeholder
kampung yang berminat di balai pertemuan Kampung/ Lingkungan/RT/RW. Adanya
surat undangan dari masyarakat untuk melakukan survai cepat partisipatif (Rapid
Paticipatory Assessment/ RPA).4.3.7 Seleksi Kampung Kegiatan seleksi kampung
dilakukan dengan metode Rapid Participatory Assessment (RPA) dan Community Self
Selection Stakeholders Meeting.4.3.7.1 Rapid Participatory Assessment (RPA) Rapid
Participatory Assessment (RPA) merupakan metode yang digunakan untuk melakukan
pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan
untuk memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau
bersama-sama masyarakat.18
26. 26. Alasan penggunaan metode ini adalah :1. Memposisikan masyarakat sebagai
subyek;2. Memberikan ruang kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan
keinginannya;3. Sebagai salah satu media pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah
dalam
(satu)
kabupaten/kota.
Sesi
ini
dinamakan
Self-Selection
semakin banyak komponen masyarakat yang terlibat dalam proses pelaksanaan RPA ini
adalah semakin baik. Sebelum RPA dimulai, komponen masyarakat yang perlu terlibat
dalam RPA harus dibicarakan secara jelas dengan ketua RT/RW setempat. Fasilitator
(TFL) sangat berperan penting dalam RPA karena bertanggung jawab atas proses dan
hasil RPA sesuai dengan rencana. TFL bertugas memberikan tongkat komando kepada
masyarakat ketika mereka sudah siap dan memahami tujuan dan cara kerjanya. Penetapan
Skor dan Pembobotan (Nilai) Dalam RPA, setiap indikator dalam variabel akan diberi
skor. Kemudian skor tersebut akan dikonversikan ke dalam nilai. Skor berkisar antara 0,
1, 2, 3, dan 4; sedangkan Nilai berkisar antara 0, 25, 50, 75, dan 100. Nilai tersebut
merupakan kuantifikasi dari setiap pernyataan yang bersifat kualitatif. Penetapan skor
dan pembobotan (nilai) ini penting dalam rangka penyederhanaan dalam memberikan
penilaian tentang kondisi masyarakat secara obyektif. Skor ini sangat penting gunanya
dalam Self-selection Stakeholder Meeting, dimana penentuan kampung yang lolos seleksi
didasarkan pada total skor yang dimiliki oleh masing-masing kampung. Logikanya :
semakin miskin kondisi kampung dan semakin besar tingkat keswadayaan masyarakat,
maka semakin tinggi skornya, dan begitu pula sebaliknya. Maka, kampung yang
mengumpulkan skor nilai tertinggi yang dianggap paling siap untuk implementasi
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). Penentuan Waktu dan Tempat Waktu
pelaksanaan RPA perlu disepakati bersama antara tim fasilitator dengan masyarakat
(misalnya ketua RT/RW dan tokoh masyarakat) agar proses pelaksanaan dapat berjalan
lancar, dan minimal 1 minggu sebelumnya. Waktu yang dibutuhkan untuk implementasi
RPA adalah 390 menit (6,5 jam). Jika ditambah untuk introduksi, ice breaking,
pembagian kelompok, dan penutupan maksimal 90 menit (1,5 jam). Maka, total waktu
yang dibutuhkan adalah 480 menit (8 jam) atau 1 hari efektif. Tempat yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan RPA adalah tempat pertemuan besar (untuk pertemuan awal/introduksi
dan pertemuan akhir/presentasi hasil) dan tempat pertemuan kecil (untuk penerapan
teknik-20
28. 28. teknik RPA). Tempat pertemuan ini diusahakan di tempat yang luas dan mudah
dijangkau/diakses oleh masyarakat. Alat dan Bahan yang perlu disiapkan Alat dan bahan
yang diperlukan untuk kegiatan RPA terdiri dari : Kertas lebar (plano), Kain lebar, Spidol
besar aneka warna, Spidol kecil aneka warna, Lem/perekat, Selotip, Gunting, Alat tulis,
Bahan-bahan lokal seperti biji- bijian atau kacang-kacangan, Lampu (jika ada kegiatan di
malam hari). Akan sangat baik jika ada rekaman video/kamera yang dapat dipergunakan
untuk melengkapi laporan.4.3.7.2 Peta Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM) Pemetaan kampung adalah salah satu teknik PRA (participatory rural appraisal)
untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengungkapkan keadaan wilayah di kampung
mereka beserta lingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah peta atau sketsa keadaan
sumber daya umum kampung atau peta dengan topik tertentu (peta sanitasi). Media
pemetaan dapat dilakukan di atas tanah, papan tulis atau di atas kertas. Metode
penyusunan peta kampung umumnya menggunakan simbol-simbol dan peralatan yang
sederhana seperti tongkat, batu-batuan, daun-daunan dan biji-bijian. Untuk menggambar
di atas media tanah, yang perlu diperhatikan adalah proporsi luas lahan yang akan
digunakan sehingga banyak orang/masyarakat yang dapat terlibat. Jika digambar di tanah,
hasilnya harus digambar kembali di atas kertas agar hasilnya tidak hilang. Untuk itu lebih
efektif dan efisien penggambaran peta sanitasi langsung di atas kertas besar/ plano. Tabel
4.2. Contoh Timeline No Proyek Pembangunan Tahun Pendanaan Informasi yang
diharapkan dari kegiatan timeline adalah: 1. Sejarah terbentuknya pembangunan
bersangkutan, asal-usul perintis pembangunan, perkembangan yang terjadi dan siapa
yang terlayani. 2. Terjadinya wabah penyakit (malaria, muntaber, DB, dsb) 3. Sejarah
organisasi kelurahan dan sistem pengorganisasian pada saat melaksanakan pembangunan.
Indikator dan Variabel penilaian TIMELINE Tabel 4.3. CS1.1 Pengalaman Membangun
Prasarana*
secara
Gotong-Royong
Pilihan
Skor
Konversi
ke
Tidak
ada
29. 29. 4.3.7.3 Ladder-1 (Kesediaan Berkontribusi) Ladder-1 bertujuan untuk mengenali dan
mengkaji manfaat dan nilai guna iuran yang dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan
pembangunan sarana sanitasi kampung; serta digunakan untuk menilai kesiapan
masyarakat berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur sanitasi. Proses Ladder-1
adalah : 1. Kegiatan dilakukan secara terpisah antara masyarakat laki-laki dan
perempuan, dan antar masyarakat kaya dan miskin (jika memungkinkan); 2. TFL
menjelaskan tujuan, maksud, dan cara penerapan teknik ini; 3. Mulai berdiskusi
mengenai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap sarana sanitasi yang ada saat
ini, kemudian ditulis pada kertas flip chart (satu kartu satu manfaat) dengan tulisan,
simbol, atau gambar; 4. TFL memfasilitasi dan mengarahkan peserta untuk memberikan
penilaian atas manfaat yang dapat dirasakan dibandingkan dengan besarnya iuran yang
telah mereka berikan terhadap pembangunan sarana sanitasi; 5. Gunakan biji-bijian untuk
menghitung skor; 6. Skor untuk nilai manfaat dan nilai iuran dijumlahkan dan diisikan ke
kolom total, lalu dibuat rata-ratanya; 7. Berdasarkan hasil analisis ini, TFL mengajak
peserta
untuk
menilai
kesanggupan
mereka
untuk
berkontribusi
terhadap
pembangunan/perbaikan sarana sanitasi yang akan dilakukan dengan cara memilih kartukartu yang didalamnya sudah ada nilai yang disediakan oleh TFL; 8. Kartu yang dipilih
adalah nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang nanti akan dijumlahkan dengan skor
yang lain pada sesi Community Self-selection Stakeholders Meeting. Tabel 4.4. Contoh
Ladder 1* No Proyek Pembangunan Manfaat Biaya dibayarkan (1-10) Sarana Sanitasi
(1-10) 1 dst Total Skor = Rata-rata = Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan
prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan
dan pengelolaan drainase lingkungan) Informasi yang diharapkan dari kegiatan ladder-1
adalah : 1. Pandangan kelompok mengenai keberadaan setiap jenis manfaat yang dialami
oleh mereka. 2. Urutan manfaat-manfaat dengan memperhatikan kesesuaian kontribusi
(dalam bentuk uang, waktu, tenaga, harta benda, atau bentuk lainnya). 3. Manfaatmanfaat yang memperhatikan isu gender dan pelaksanaan pembagiannya. Indikator dan
Variabel penilaian Ladder 1* Tabel 4.5. CS2.1 Kesediaan Masyarakat Untuk
Mengeluarkan Biaya Pilihan Skor Konversi ke Tidak bersedia memberikan kontribusi 0 0
Bersedia memberikan kontribusi hanya untuk biaya pembanguan toilet 1 25 Bersedia
digambarkan
persentase
perbandingan
masing-masing
kategori.
Penilaian
32. 32. 4.3.7.5 Venn Diagram Venn diagram bertujuan untuk mengenali dan mengkaji
keberadaan lembaga lokal yang ada dalam masyarakat, manfaat dan tingkat kedekatan
hubungannya dengan masyarakat. Secara khusus dapat digunakan pula untuk menilai
tingkat kesiapan masyarakat untuk mengelola sanitasi secara kelembagaan lokal. Venn
diagram dilaksanakan masyarakat dengan difasilitasi TFL. Langkah-langkah kegiatan
venn diagram sebagai berikut : 1. Meminta warga menuliskan organisasi-organisasi atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di kampung mereka; 2. Diskusikan dan
urutkan organisasi atau lembaga yang ada berdasarkan nilai pentingnya dalam
metaplan berbeda ukuran (makin penting, ukuran kertas makin besar); 3. Diskusikan dan
urutkan organisasi atau lembaga yang ada menurut kedekatannya dengan warga; 4. Buat
Lingkaran atau orbit sesuai banyaknya organisasi atau lembaga; 5. Tempatkan organisasi
terdekat di lingkaran pertama dan seterusnya. Tabel 4.10. Contoh Venn Diagram
Organisasi/ Lembaga Tingkat kedekatan dengan masyarakat A 3 B 1 C 4 D 2 4 3 C 2 1
MASYARAKAT D B A Gambar 4.3. Contoh Venn Diagram Indikator dan Variabel
penilaian Venn Diagram Tabel 4.11. CS4.1 Ketersediaan Lembaga-Lembaga Setempat*
Pilihan Skor Konversi ke Tidak ada lembaga lokal yang sangat penting atau bermanfaat
bagi 0 0 sebagian besar warga Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk
sebagian besar 1 25 warga, tapi tidak dekat dengan masyarakat (jarang berinteraksi
dengan masyarakat) Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk sebagian
besar 2 50 warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, namun tidak memperoleh
pengakuan resmi dari pemerintah 25
33. 33. Pilihan Skor Konversi ke Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk
sebagian besar 3 75 warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, dan memperoleh
pengakuan resmi dari pemerintah Ada lembaga lokal yang penting dan bermanfaat untuk
sebagian besar 4 100 warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, memperoleh
pengakuan resmi dari pemerintah, dan memiliki akses keuangan (memiliki rekening
bank, memanfaatkan layanan pembukuan) Keterangan * = untuk masing-masing kegiatan
prioritas (pengelolaan air limbah skala kawasan, pengelolaan persampahan skala kawasan
dan pengelolaan drainase lingkungan)4.3.7.6 Problem Tree (Rencana Perbaikan Sanitasi)
Kegiatan problem tree bertujuan untuk mengkaji dan mengenali masalah-masalah sanitasi
yang ada di masyarakat dan hubungan sebab-akibat yang timbul dalam masalah sanitasi
yang mereka hadapi; menentukan masalah-masalah inti sanitasi (sanitation core
problems); serta mengkaji ide/gagasan/rencana masyarakat untuk memecahkan masalah
sanitasi yang mereka hadapi. Problem tree dilaksanakan oleh masyarakat dengan
difasilitasi oleh TFL. Langkah-langkah problem tree sebagai berikut : 1. Jelaskan
maksud, tujuan, dan proses kajian masalah sanitasi; 2. Tulis masalah secara singkat, padat
dan jelas sesuai pandangan/perasaan masyarakat pada kartu-kartu dan tempelkan pada
papan; 3. Mintalah kepada masyarakat untuk menentukan masalah inti; 4. Teliti kartukartu lainnya yang menyebabkan terjadinya masalah inti tersebut dan letakkan kartukartu tersebut di bawah masalah inti; 5. Minta warga menulis di kartu lain hal-hal yang
menjadi akibat dari masalah inti tersebut, lalu letakkan kartu- kartu tersebut di atas
masalah inti; 6. Lakukan analisis hubungan sebab-akibat dengan cara memberi tanda
panah antara kartu satu dengan kartu lain dan tetap mengacu pada core problemnya; 7.
Periksalah diagram secara keseluruhan, dan apabila diperlukan, perbaikilah untuk
menjamin keabsahan dan kelengkapan analisis permasalahan sanitasi. 8. Tanyakan
kepada mereka tentang ide/gagasan/rencana/action plan perbaikan sanitasi, lalu tulislah di
kertas lain. AKIBAT MASALAH SANITASI 1 PENYEBAB MASALAH SANITASI 1
dst AKIBAT MASALAH SANITASI 2 PENYEBAB MASALAH dst AKIBAT
MASALAH SANITASI 3 SANITASI 2 Gambar 4.4. Contoh Rencana Perbaikan
Sanitasi26
Pada
kolom
F4
masukkan
rumus:
=IF(OR(D4<>0;E4<>0);SUM(D$4:D4)-
SUM(E$4:E4);0) * Penulisan rumusnya disitu ada yang menggunakan rumus semi ablosut (D$4
dan E$4) jadi perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penjumlahannya. *
Selanjutnya copy rumus pada F4 ke baris selanjutnya dengan cara drag drop pada Fill Handlenya
atau bisa juga dengan cara copy paste biasa. Selanjutnya tinggal memasukkan rumus pada kolom
Jumlah, rumusnya adalah: Pada cell D14 masukkan rumus: =SUM(D4:D13) Pada cell E14
masukkan rumus: =SUM(E4:E13) Pada cell F14 masukkan rumus: =D14-E14 Hasilnya seperti
gambar berikut ini. Buku Kas Excel Sekian tutorial cara membuat laporan keuangan sederhana
dengan Excel, untuk contoh file latihannya bisa di unduh disini, semoga bermanfaat
Sumber: http://www.rumusexcel.com/2014/12/cara-membuat-laporan-keuangan-di-excel.html
dan pembagian di Excel, Contoh Filenya bisa di unduh disini. Semoga Bermanfaat....
Sumber: http://www.rumusexcel.com/2014/05/penjumlahan-pengurangan-perkaliandi-excel.html