Anda di halaman 1dari 40

1

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER


SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

“Tahapan Perencanaan Sistem Penyediaan Air


Minum dan Sistem Distribusi Air”

Dosen :
Hijriati Sholehah, S.Si., M.Si

Disusun Oleh :
Dewa Made Indra Widnyana Swantara
222RPL71002

SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN MATARAM (STTL)


Fakultas Teknik Lingkungan
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah individu ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen
pengajar ibu hijirati sholehah ,S.Si., M.Si , kedua orang tua dan teman-teman seperjuangan.
Makalah berjudul “Tahapan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum dan Sistem Distribusi
Air Minum” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penyediaan Air Minum.
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, b aik
secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima kritik serta
saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.
Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat menjadi
inspirasi bagi pembaca.

Mataram, 11 Mei 2023

Dewa Made Indra Widnyana Swantara

ii
INTISARI

Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya dibumi, seiring perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya
jumlah penduduk di dunia, maka akan menambah aktivitas kehidupan yang berakibat
pada penambahan pengotoran atau pencemaran air, semakin banyak ragam zat pencemar
akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut,
agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Salah satu upaya penyediaan air oleh
pemerintah setempat adalah pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum. Pada tahapan
penyelenggaraan SPAM memiliki beberapa regulasi yang mengacu pada Permen PUPR
No.27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM. Empat aspek yang mendukung
SPAM yang berkelanjutan seperti Aspek Teknis Teknologis, Aspek Sosial Ekonomi,
Aspek Kelembagaan dan Aspek Lingkungan.
Adapun tahapan dalam perencanaan SPAM, tahap awal dilakukan proyeksi jumlah
penduduk, proyeksi fasilitas, kebutuhan air, penentuan bangunan pengolahan air, secara
umum bangunan pengolahan air terdiri dari intake, jaringan transmisi, prasedimentasi,
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, flitrasi, desinfeksi, yang setelah itu dialirkan kepada
masyarakat. Pada sistem pendistribusian sistem pengaliran dari pengolahan/reservoir
menuju kepada masyarakat dengan gravitasi, pompa, maupun gabungan. Terdapat sistem
jaringan distribusi kepada pelanggan yaitu sistem cabang, sistem melingkar dan sistem
gabungan. Pendistribusian waktu pengaliran yaitu sistem pengaliran continous dan
intermitten. Pada saat merencanakan sistem pendistribusian perlu dilakukan analisa
sehingga jaringan yang direncanakan sesuai dengan kriteria Peraturan Menteri PUPR No.
27 Tahun 2016.
Kata Kunci: Air, Penduduk, Pencemar, SPAM, Distribusi

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii


INTISARI ………………………………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II kajian pustaka.................................................................................................... 3
2.1. Regulasi Penyelenggaraan SPAM ............................................................................ 3
2.2. Landasan Penyelenggaraan SPAM........................................................................... 3
2.3. Lingkup Penyelenggaraan SPAM ............................................................................ 4
2.4. Tantangan, Peluang dan Isu Strategis Penyelenggaraan SPAM ................................. 5
BAB III METODOLOGI ............................................................................................... 6
3.1. Metode Penelitian ................................................................................................... 6
3.2. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................... 6
3.3. Teknik Analisa Data ................................................................................................ 6
3.4. Diagram Alir Penelitian ........................................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 8
4.1. Tahapan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum ........................................ 8
4.2. Pendekatan Penyediaan SPAM Berkelanjutan .......................................................... 9
4.3. Tahapan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum............................................. 10
4.3.1. Proyeksi penduduk ............................................................................................. 11
4.3.2. Pelanggan dan Fasilitas....................................................................................... 13
4.3.3. Kebutuhan Air Minum........................................................................................ 13
4.3.4. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) .............................................................. 17
4.3.5. Sistem Penditribusian air .................................................................................... 27
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 33

iv
DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman


3.1 Kerangka Penelitian ……………………………………………………… 7
4.1 Grafik Penyediaan Air Domestik ………………………………………… 14
4.2 Grafik Penyediaan Air Non Domestik …………………………………… 16
4.3 Instalasi Pengolahan Air …………………………………………………. 23
4.4 Sistem Pengaliran dengan Gravitasi ……………………………………... 28
4.5 Sistem Pengaliran Menggunakan Pompa ………………………………... 28
4.6 Sistem Pengaliran Gabungan …………………………………………….. 28
4.7 Sistem Cabang …………………………………………………………… 29
4.8 Sistem Melingkar ………………………………………………………… 29
4.9 Sistem Gabungan ………………………………………………………… 30

v
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman


4.1 Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM ………………………………….. 8
4.2 Evaluasi Penyelenggaraan SPAM ……………………………………… 9
4.3 Kriteria Perencanaan Air Domestik Grafik Penyediaan Air Domestik … 15
4.4 Kebutuhan Air Non Domestik ………………………………………….. 16
4.5 Kebutuhan Air Non Domestik Kota Kategori I, II, III, IV ……………... 17
4.6 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori Lain …………………... 17

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya dibumi. Manusia sangat membutuhkan air bersih untuk kehidupan sehari - hari seperti
memasak, mandi, dan kebutuhan lainnya. Orang dewasa membutuhkan air minum sebanyak 1
– 2,5 liter air atau setara dengan 6 – 8 gelas setiap harinya untuk kesinambungan dalam tubuh
dan membantu proses metabolisme (Asmadi, 2011). Air adalah kebutuhan primer bagi
makhluk hidup khususnya manusia. Seiring perkembangan peradaban serta semakin
bertambahnya jumlah penduduk di dunia, maka akan menambah aktivitas kehidupan yang
berakibat pada penambahan pengotoran atau pencemaran air.
Asmadi, dkk (2011) menyatakan, semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin
banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa
dimanfaatkan sebagai air minum. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus
meningkat, pemerintah harus menyediakan pelayanan air bersih. Salah satu upaya penyediaan
air oleh pemerintah setempat adalah pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum. Dalam
kebijakannya, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target akses universal (100%) sektor air
minum tercapai pada tahun 2024. Khusus untuk target akses air minum, Pemerintah
menggunakan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) sebagai strategi untuk menjamin
ketersediaan dan terpenuhinya pelayanan air minum bagi masyarakat yang memenuhi 4 standar
kriteria atau yang dikenal dengan 4K. Standar kriteria 4K mencakup : kuantitas, mencakup
standar kebutuhan air minum 60 liter/orang/hari, kualitas, sesuai dengan standar kesehatan
Permenkes No. 492 tahun 2010, kontinuitas, mencukupi kebutuhan air minimal selama 24 jam,
keterjangkauan, mudah diakses dengan biaya yang terjangkau.
Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan sistem atau
sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari air baku (influent) yang terkontaminasi agar
menjadi air olahan (effluent) sesuai standar baku mutu yang berlaku. Secara umum pengolahan
air pada SPAM dapat dilakukan dengan 3 cara yakni fisika, kimia, biologi. Pengolahan secara
fisika biasanya dilakukan dengan memanfaatkan sifat mekanis dari air tanpa penambahan zat
kimia. Pengolahan air secara kimia adalah dengan penambahan zat kimia yang dapat
menyisihkan logam-logam berat dalam air. Sedangkan, pengolahan air secara biologi adalah
dengan memanfaatkan mikroorganisme tertentu yang dapat membantu menjernihkan air.
SPAM pada umumnya terdiri dari beberapa unit tahapan pengolahan air yang biasa digunakan,

1
yaitu intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan reservoir. Selain itu perlu diketahui
setelah air diolah melalui tahapan pengolahan dan tertampung pada reservoir, maka air tersebut
perlu dihantarkan kepada masyarakat melalui jaringan perpipaan yang disebut sistem
distribusi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tahapan perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum?


2. Bagaimana perencanaan sistem pendistribusian air minum kepada masyarakat?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui Bagaimana tahapan perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum.


2. Mengetahui Bagaimana perencanaan sistem pendistribusian air minum kepada
masyarakat.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Regulasi Penyelenggaraan SPAM

Kerangka regulasi penyelenggaraan SPAM, tercantum dalam:


1. Undang-undang No 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
2. Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Sumber Daya Air.
4. Peraturan Pemerintah No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum.
5. Permen PUPR No 19 Tahun 2016 tentang Pemberian Dukungan oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah dalam Kerjasama Penyelenggaraan SPAM.
6. Permen PUPR No 25 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM untuk
Memenuhi Kebutuhan Sendiri oleh Badan Usaha.
7. Permen PUPR No 27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) diselenggarakan untuk memberikan pelayanan air
minum kepada masyarakat untuk memenuhi hak rakyat atas air minum (PP No 122 tahun 2015)
SPAM diselenggarakan dengan tujuan:
a. Tersedianya pelayanan air minum untuk memenuhi hak rakyat atas air minum.
b. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga
terjangkau.
c. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara pelanggan dan BUMN, BUMD,
UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha.
d. Tercapainya penyelenggaraan Air Minum yang efektif dan efisien untuk
memperluas cakupan air minum.

2.2. Landasan Penyelenggaraan SPAM

Landasan penyelenggaraan SPAM meliputi:


a. Kebijakan dan Strategi SPAM
Kebijakan dan strategi SPAM terdiri dari:
1. KSNP SPAM
2. Kebijaksanaan dan strategi SPAM Provinsi
3. Kebijaksanaan dan strategi SPAM Kabupaten/Kota
Kebijakan dan strategi nasional SPAM disusun dan ditetapkan oleh Menteri, gubernur atau
bupati/walikota setiap 5 (lima) tahun sekali

3
b. Rencana Induk SPAM (RISPAM)
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) terdiri dari:
1. Rencana Induk SPAM Lintas Propinsi.
2. Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota.
3. Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota.
Rencana Induk SPAM ditetapkan untuk jangka waktu 15 (lima belas) sampai dengan 20
(dua puluh) tahun. Dan ditinjau setiap 5 (lima) tahun sekali.

2.3. Lingkup Penyelenggaraan SPAM

Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan


pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen
untuk penyediaan air minum kepada masyarakat. Penyelenggaraan SPAM meliputi:
a. Pengembangan SPAM, adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan ketersediaan sarana
dan prasarana SPAM dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitas air
minum.
b. Pengelolaan SPAM, adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan pemanfaatan fungsi
sarana dan prasarana SPAM terbangun.
Pengembangan SPAM meliputi :
1. Pembangunan baru.
2. Peningkatan.
3. Perluasan.
Pembangunan baru dilakukan berdasarkan adanya kebutuhan pengembangan pembangunan
yang meliputi. belum tersedianya kapasitas, kapasitas terpasang sudah dimanfaatkan secara
optimal dan kapasitas yang ada belum mencukupi kebutuhan.
Peningkatan dilakukan melalui modifikasi unit komponen sarana dan prasarana terbangun
untuk meningkatkan kapasitas.
Perluasan dilakukan pada unit distribusi berdasarkan adanya kebutuhan perluasan cakupan
pelayanan air minum kepada masyarakat. Pengelolaan SPAM meliputi :
1. Operasi dan pemeliharaan
2. Perbaikan
3. Pengembangan sumber daya manusia
4. Pengembangan kelembagaan

4
2.4. Tantangan, Peluang dan Isu Strategis Penyelenggaraan SPAM

a. Tantangan dalam penyelenggaraan SPAM, meliputi:


1. Kewilayahan. kesenjangan wilayah dan desentralisasi.
2. Regulasi. berdasarkan putusan MK atas uji UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA.
3. Pemerintahan. reformasi dan birokrasi
4. Lingkungan. pencemaran lingkungan dan perubahan iklim.
5. Perekonomian.
6. Teknis. Iddle Capacity dan Non Revenue Water (NRW).
7. Kependudukan. pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
b. Peluang dalam penyelenggaraan SPAM, meliputi:
1. Partisipasi badan usaha/swasta dalam pendanaan pembangunan.
2. Pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat.
3. Keterpaduan pembangunan berbasis penataan ruang.
c. Isu strategis pencapaian 100% akses air minum layak, meliputi:
1. Masih rendah cakupan pelayanan, sehingga diperlukan peran pemerinta daerah dan
pelaksana penyelenggara SPAM
2. Kurang ketersediaan air baku, yang disebabkan oleh:
• Kapasitas handal air baku menurun
• Kualitas air baku menurun akibat pencemaran sumber air oleh limbah, intrusi air
laut dan perubahan tata guna di hulu
• Terjadi konflik pemakaian air baku, baik antar wilayah maupun antar sektor
pengguna
• Pemerintah daerah dan penyelenggara SPAM umumnya belum memiliki
perencanaan kebutuhan air baku
• Terjadinya bencana kekeringan melanda beberapa daerah akibat perubahan iklim
globlal dan degradasi lingkungan di daerah tangkapan air
3. Masih kurangya koordinasi antar stakehoders dan masih adanya tumpang tindih
program
4. Pendanaan, dana pemerintah (Pusat dan daerah) dan dana non pemerintah (PDAM,
Perbankan, KPBU, CSR dll)
5. Peraturan dan Perundangan yang mendukung.

5
BAB III
METODOLOGI

3.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menjelaskan tulisan ini bersifat
deskriptif. Deskriptif dipilih karena dapat membantu penulis dalam menjelaskan permasalahan
yang menjadi topik dalam tulisan ini. Metode deskriptif menggambarkan bagaimana
karakteristik dan gejala apa saja yang mempengaruhi permasalahan yang diteliti. Selain itu
metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk membantu penulis dalam menjelaskan
data yang diperoleh untuk menyusun pola dalam fenomena yang terjadi.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (Library
Research). Data yang digunakan dalam teknik ini menggunakan data sekunder, yang dimana
data ini diperoleh dari hasil observasi peneliti/penulis lain yang dipublikasi dalam bentuk
website, artikel, ataupun jurnal. Data yang digunakan juga berupa pengumpulan data yang
bersumber dari buku-buku, dokumen, jurnal nasional maupun internasional, majalah, situs-
situs internet resmi dan laporan-laporan penunjang untuk dapat memperkuat argumen yang
berkaitan dengan teori pada penelitian ini.

3.3. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data induktif, untuk lebih dapat menemukan
kenyataan kompleks yang terdapat dalam data. Teknik analisa data induktif ini mengharuskan
penulis untuk mengumpulkan, mengelola, dan mengelompokkan data fenomena yang akan
diteliti, kemudian data-data tersebut dianalisa secara detail yang akan menghasilkan hasil akhir.
Penulisan jurnal ini dibagi menjadi 4 bab, dimana pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab
yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Pada bab I, penulis menjelaskan pendahulan
sesuai struktur yang ditentukan. Kemudian di bab 2, penulis akan membahas detail mengenai
metode penelitian dan yang selanjutnya pada bab 3, berisi tentang hasil dan pembahasan
mengenai perencanaan SPAM dan distribusi kepada masyarakat.

3.4. Diagram Alir Penelitian

6
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tahapan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum

Mengacu pada Permen PUPR No.27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM.
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan mengikuti proses dasar manajemen yang meliputi
tahapan:
3. Perencanaan.
4. Pelaksanaan.
5. Pemantauan.
6. Evaluasi.

Dokumen yang disusun dalam perencanaan penyelenggaraan SPAM, adalah:


• Rencana Induk SPAM, merupakan dokumen jaringan air minum jaringan perpipaan dan
perencanaan air minum bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air
minum pada satu periode yang dibagi menjadi dalam beberapa tahapan dan memuat
komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya
• Studi kelayakan, merupakan studi untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan
pembangunan sistem penyediaan air minum di suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek
teknologis, lingkungan, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan dan finansial.
• Rencana teknis terinci, merupakan rencana rinci pembangunan SPAM di suatu kota atau
kawasan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan .
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM, adalah :

Tabel 4.1 Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM

Pengembangan Operasi & Pengembangan


Kegiatan Perbaikan
SPAM Pemeliharaan SDM

Pengadaan √ √ √
Pembangunan √ √ √
Manajemen Mutu √ √ √ √
Pemanfaatan √ √ √ √
Sumber : Permen PUPR, 2016

Kegiatan pemantauan dalam penyelenggaraan SPAM, meliputi.

8
• Pendataan Kinerja
• Pengawasan dan pengendalian kualitas, kuantitas dan kontinuitas
Evaluasi untuk mempelajari semua hasil pemantauan yang didapat sejak dimulainya
perencanaan hingga akhir penyelenggaraan SPAM pelayanan.

Tabel 4.2 Evaluasi Penyelenggaraan SPAM

Pengembangan Operasi & Pengembangan Pengembangan


Kegiatan Perbaikan
SPAM Pemeliharaan SDM Kelembagaan

Evaluasi
√ √ √
Teknis
Evaluasi
Pelayanan √ √ √ √ √
Air Minum
Evaluasi
kelembagaan
√ √
dan
Keuangan
Sumber : Permen PUPR, 2016

4.2. Pendekatan Penyediaan SPAM Berkelanjutan

Pendekatan Penyediaan Air Minum untuk Kesejahteraan berkelanjutan. Didalam


mendukung SPAM yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat, diperlukan dukungan
4 aspek penting :
a. Aspek Teknis Teknologis
Terpenuhi secara kualitas, ouput yang dihasilkan harus sesuai dengan permenkes No.
492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum. Terpenuhinya
secara Kuantitas, Terpenuhinya air minum sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mudah
diterapkan, Teknologi air minum mudah diterapkan sesuai kondisi lapangan.
b. Aspek Sosial Ekonomi Budaya
Perlu memperhatikan kemampuan masyarakat untuk berlangganan, tanpa mengabaikan
perlunya perhitungan tarif yang Full Cost Ratio. Dalam penyelenggaraan SPAM
diperlukan pula dukungan masyarakat dalam penghematan air
c. Aspek Kelembagaan

9
Dari aspek kelembagaan untuk Sistem penyediaan Air Minum yang berkelanjutan hal
yang perlu mendapat perhatian yaitu dari segi :

1. Struktur organisasi, Setiap pelaku perlu memiliki struktur organisasi yang jelas serta
didukung oleh SDM yang sesuai dengan tanggung jawab pekerjaannya
2. Pendanaan perlu disusun untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan, serta rencana
pengembangan ke depan, alternatif sumber pendanaan non APBN:
• APBD & DAK.
• CSR.
• KPBU.
• Dana Perbankan.
• Internal PDAM.
3. Operasi Pemeliharaan, Memperhatikan aspek operasional dan pemeliharaan untuk aset
air minum yang sudah terbangun agar output yang dihasilkan sesuai dengan desain awal
dan berkelanjutan.
d. Aspek Lingkungan
Adapun strategi dalam aspek lingkungan bertujuan mendukung terselenggaranya
alokasi air baku dan pelayanan air bersih yang optimal dan memenuhi kaidah -kaidah
konservasi dan daya dukung lingkungan.
1. Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih, memiliki dua sasaran:
• Pengembangan sumber-sumber air baku baru yang tepat sasaran.
• Meningkatkan pemeliharaan kualitas air baku.
2. Strategi peningkatan daya dukung lingkungan, memiliki dua sasaran sebagai berikut:
• Melakukan perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan sumber daya air.
• Langkah lainnya adalah pendekatan material balance dengan menerapkan
instrumen baku mutu lingkungan sumberdaya air.
• Upaya mengendalikan alokasi air baku. Alokasi air baku yang tidak terukur
dilakukan oleh rumah tangga dan jasa atau industri dalam bentuk air sumur,mata
air, sumur dalam, atau air permukaan.

4.3. Tahapan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

Pada Tahapan perencanaan SPAM terdapat beberapa tahapan, antara lain:

10
4.3.1. Proyeksi penduduk
Dalam perencanaan suatu sistem distribusi air minum, diperlukan beberapa kriteria
sebagai dasar perencanaan. Tujuan dari pengajuan beberapa kriteria perencanaan adalah untuk
mendapatkan suatu hasil perencanaan yang tepat dan terkondisi untuk suatu wilayah
perencanaan. Kebutuhan air bersih semakin lama semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi
penduduk untuk tahun perencanaan. Walaupun proyeksi bersifat ramalan, dimana
kebenarannya bersifat subyektif, namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metode. Ada
beberapa metode proyeksi penduduk yang digunakan untuk perencanaan. (BPSDM, 2018).
a. Metode Rata-rata Aritmatik
Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik
secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek.
Rumus yang digunakan :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝑟(𝑑𝑛)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk tahun n
Po = jumlah penduduk tahun dasar
r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = periode waktu dalam tahun.
(BPSDM, 2018)
b. Metode Selisih Kuadrat Minimum (Least Square)
Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data
perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier,
meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data
yang dipakai jumlahnya harus ganjil.
Rumus yang digunakan adalah :
𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏 𝑡)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode
a = {(∑ p)(∑ t 2) − (∑t)(∑ p. t)}/{n(∑ t 2) − (∑ t) 2}
b = {n(∑ p. t) − (∑ t)(∑ p)}/{n(∑t 2) − (∑ t) 2}
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
p = jumlah penduduk
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar 34
11
n = jumlah data
(BPSDM, 2018)
c. Metode Berganda (Geometrik)
Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis
berganda, dengan pertambahan penduduk. Metode ini tidak memperhatikan adanya suatu
saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan
penduduk mendekati maksimum.
Rumus yang digunakan :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 𝑥 (1 + 𝑟) 𝑑𝑛
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun dasar
r = rata-rata pertambahan penduduk pertahun
dn = periode waktu dalam tahun
Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu
mencari nilai koefisien korelasi (r) untuk tiap - tiap metode. Untuk metode yang
mempunyai nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1 (satu), sesuai atau tidaknya
analisis yang akan dipilih ditentukan dengan menggunakan nilai koefisien korelasi yang
berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu) maka metode itulah yang dipa kai untuk
memproyeksikan penduduk.
Persamaan yang dipakai adalah sebagai beriku :
n (∑ x y)−(∑y)(∑ x)
𝑟=
√{n(∑ y 2)−(∑ y) 2}{(n ∑ x 2 )−(∑ x) 2}

Dimana:
r = koefisien korelasi
n = jumlah data
x = tambahan tahun
y = ln x jumlah penduduk (untuk metode geometrik)
y = pertambahan penduduk tiap tahun (untuk metode aritmatik)
y = jumlah penduduk tiap tahun (untuk metode least square)
Proyeksi penduduk dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proyeksi domestik adalah proyeksi jumlah penduduk pada suatu daerah tertentu.
b. Proyeksi non domestik adalah proyeksi jumlah fasilitas pada suatu daerah dan
digunakan oleh penduduk di tempat tersebut.

12
Dalam menentukan metode proyeksi penduduk yang terpilih dari ketiga metode di
atas dilaksanakan pengujian angka korelasi. Angka korelasi yang mendekati atau sama
dengan nol berarti lemah. Metode proyeksi penduduk yang dipilih adalah yang
mempunyai angka korelasi mendekati atau sama dengan satu. (BPSDM, 2018)
4.3.2. Pelanggan dan Fasilitas
Pelanggan adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain. Menurut (Greenberg, 2010) pelanggan adalah seorang individu atau kelompok y ang
membeli produk fisik atau jasa dengan mempertimbangkan berbagai macam faktor seperti
harga, kualitas, tempat, pleyanan dan lain sebagainya, berdasarkan keputusan mereka sendiri.
Pada pdam pelanggan dibagi menjadi 2 :
1. Pelanggan Aktif
Pelanggan aktif adalah pelanggan yang masih menggunakan jasa pdam yaitu distribusi air
dalam kebutuhan sehari–hari.
2. Pelanggan Non Aktif
Pelanggan non aktif adalah pelanggan yang sudah tidak menggunakan jasa pdam dalam
kebutubahn air sehari-hari.
Proyeksi fasilitas dapat dilakukan dengan pendekatan perbandingan jumlah penduduk
seperti berikut ini.
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝑛
=
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙

4.3.3. Kebutuhan Air Minum


Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan bagi kebutuhan dasar/suatu unit
konsumsi air, dimana kehilangan air dan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran juga
diperhitungkan. Kebutuhan dasar dan kehilangan tersebut berfluktuasi dari waktu ke waktu,
dengan skala jam, hari, minggu, bulan selama kurun waktu satu tahun. Besarnya air yang
digunakan untuk berbagai jenis penggunaan tersebut dikenal dengan pemakaian air (BPSDM,
2018). Besarnya konsumsi air yang digunakan dipengaruhi oleh faktor seperti :
a. Ketersediaan air baik dari segi kualitas, kuantitas, dan kontiunitas
b. Kebiasaan penduduk setempat
c. Pola dan tingkat kehidupan
d. Harga air

13
e. Teknis ketersediaan air seperti fasilitas distribusi, fasilitas pembuangan limbah yang dapat
mempengaruhi kualitas air bersih dan kemudahan dalam mendapatkannya.
f. Keadaan sosial ekonomi penduduk setempat
Standar Kebutuhan air bersih ada dua macam yaitu :
1. Kebutuhan Domestik
Standar Penyediaan Air domestik ditentuka oleh jumlah konsumen domestik yang
dapat diketahui dari data penduduk yang ada. Standar penyediaan kebutuhan domestik
ini meliputi minum, mandi, masak, dan lain-lain. Kecenderungan meningkatnya
kebutuhan dasar air ditentukan oleh kebiasaan pola hidup masyarakat setempat dan
didukung oleh kondisi sosial ekonomi. Dengan demikian untuk dapat mengetahui
kebutuhan air pada masa yang akan datang, antara lain kita perlu mengetahui jumlah
penduduk pada masa yang akan datang (BPSDM, 2018). Dengan kata lain kita perlu
mengetahui :
a. Jumlah penduduk pada saat ini, perlu diketahui sebagai dasar untuk menghitung
jumlah penduduk pada saat yang akan datang.
b. Kenaikan penduduk.
Dengan adanya data tersebut, maka kita dapat menghitung/memperkirakan jumlah
penduduk pada masa yang akan datang. Sehingga kita dapat mengetahui kebutuhan air
pada masa yang akan datang. Semakin banyak jumlah orang, semakin banyak pula
kebutuhan air. Sebagai contoh pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah kebutuhan
air dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.1 Grafik Penyediaan Air Domestik

Kebutuhan air domestik untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :
• Kota kategori I (Metropolitan )
• Kota kategori II ( Kota Besar )
• Kota kategori III ( Kota Sedang )
• Kota kategori IV ( Kota Kecil )

14
• Kota kategori V ( Desa )
Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada tiap -tiap kategori dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 4.3 Kriteria Perencanaan Air Domestik
Kategori berdasarkan jumlah penduduk (jiwa)
Nomor Uraian >1.000.000 500.000 s/d 1.000.000 100.000 s/d 500.000 20.000 s/d 100.000 <20.000
kota metropolitan kota besar kota sedang kota kecil desa
Konsumsi unit sambungan
1 190 170 130 100 80
rumah (SR) l/o/h
Konsumsi unit hidran umum
2 30 30 30 30 30
(HU) l/o/h
Konsumsi unit non
3 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
domestik l/o/h (%)
4 Kehilangan air 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
5 Faktor hari maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6 Faktor jam puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7 Jumlah jiwa per SR 5 5 5 5 5

8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100 100

Sisa tekan di penyediaan


9 10 10 10 10 10
distribusi (mka)
10 Jam operasi 24 24 24 24 24

11 Volume resesvoir 20 20 20 20 20

12 SR : HR 50 : 50 s/d 80 : 20 50 : 50 s/d 80 : 20 80 : 20 70 : 30 70 : 30

13 Cakupan pelayanan (%) 90 90 90 90 **) 70

* 60% perpipaan, 30% non perpipaan Sumber : Ditjen Cipta Karya, 2000
* 25% perpipaan, 45% non perpipaan

Pada pencatatan jumlah jiwa per Sambungan Rumah (SR) dapat diketahui dari
formulir langganan yang diisi oleh calon pelanggan. Apabila di dalam dalam formulir
berlangganan yang disampaikan kepada calon pelanggan belum mencantumkan hal ini
maka perlu ditambahkan. Dengan memiliki data jumlah jiwa per sambungan maka dapat
dihitung jumlah penduduk yang terlayani secara lebih akurat. Jumlah jiwa per
sambungan dapat juga diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan data
sekunder. Data sekunder yang dimaksud adalah data besarnya rasio jiwa per KK yang
diambil dari kabupaten/kota dan atau kecamatan dalam angka. Jumlah penduduk yang
terlayani dapat dihitung dengan mengalikan rasio jiwa per KK dengan banyaknya SR
aktif maupun pasif. (BPPSPAM, 2019)

2. Kebutuhan Non Domestik


Standar penyediaan air non domestik ditentukan oleh bany aknya konsumen non
domestik yang meliputi fasilitas seperti perkantoran, kesehatan, industri, komersial,
umum, dan lainnya (BPSDM, 2018). Konsumsi non domestik terbagi menjadi beberapa
kategori yaitu :
• Umum, meliputi : tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, terminal, kantor dan lain
sebagainya

15
• Komersil, meliputi : hotel, pasar, pertokoan, rumah makan dan sebagainya
• Industri, meliputi : peternakan, industri dan sebagainya
Makin banyak jumlah sarana yang membutuhkan air, kebutuhan air akan makin banyak
pula.

Gambar 4.2 Grafik Penyediaan Air Non Domestik

Untuk memprediksi perkembangan kebutuhan air non domestik perlu diketahui rencana
pengembangan kota serta aktifitasnya. Apabila tidak diketahui, maka prediksi dapat
didasarkan pada suatu ekivalen penduduk, dimana konsumen non domestik dapat
dihitung mengikuti perkembangan standar penyediaan air domestik. Kebutuhan air non
domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU dapat dilihat dalam Tabel 2
sampai Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4.4 Kebutuhan Air Non Domestik

Sektor Nilai Satuan


Sekolah 10 liter/murid/detik
Rumah Sakit 200 liter/bed/detik
Puskesmas 2000 liter/hari
Tempat badah 3000 liter/hari
Kantor 10 liter/pegawai/hari
Pasar 12000 liter/hektar/hari
Hotel 150 liter/bed/detik
Rumah Makan 100 liter/tempat duduk/hari
Kompleks Militer 60 liter/orang/hari
Kawasan Industri 0,2 - 0,8 liter/detik/hari
Kawasan Pariwisata 0,1 - 0,3 liter/detik/hari
Sumber : Ditjen Cipta Karya, 2000

16
Tabel 3.5 Kebutuhan Air Non Domestik Kota Kategori I, II, III, IV

Sektor Nilai Satuan


Sekolah 5 liter/murid/detik
Rumah Sakit 200 liter/bed/detik
Puskesmas 1200 liter/hari
Hotel / Losmen 90 liter/hari
Komersial / Industri 10 liter/hari
Sumber : Ditjen Cipta Karya, 2000

Tabel 4.6 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori Lain

Sektor Nilai Satuan


Lapangan Terbang 10 liter/detik
Pelabuhan 50 liter/detik
Stasiun KA-Terminal bus 1200 liter/detik
Kawasan Industri 0,75 liter/detik/ha
Sumber : Ditjen Cipta Karya, 2000

4.3.4. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)


Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan
non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Aspek teknis terdiri dari unit air baku, unit
produksi, unit distribusi dan unit pelayanan sedangkan aspek non teknis mencangkup
keuangan, sosial dan institusi. SPAM merupakan satu kesatuan dari sarana dan prasarana
penyediaan air minum. Ada 2 jenis sistem penyelenggaraan air minum, ialah SPAM jaringan
perpipaan dan SPAM bukan jaringan perpipaan.
a. SPAM jaringan perpipaan atau biasa disingkat dengan SPAM JP adalah suatu sarana dan
prasarana penyediaan air minum yang disalurkan atau diakses oleh pelanggan melalui
jaringan perpipaan. SPAM JP meliputi dari unit air baku, unit produksi, dan unit
pelayanan.
b. SPAM bukan jaringan perpipaan atau biasa disingkat SPAM BJP merupakan satu
kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum yang disalurkan atau diakses tanpa
sistem perpipaan. SPAM BJP ini terdiri dari sumur dangkal, sumur pompa, bak
penampung hujan atau terminal air, dan bangunan penangkap air (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2016).

17
4.3.4.1. Pengertian

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 tahun 2005 Tentang


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum terdapat beberapa pengertian yaitu:
a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air
yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untukair minum.
b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
c. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
d. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan
sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
e. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan
meningkatkan system fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan
penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
f. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi
sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
g. Pelanggan adalah orang perseorangan, kelompok masyarakat, atau instansi yang
mendapatkan layanan air minum dari penyelenggara.
Dalam pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yang dimaksud dengan:
a. Tingkat Pelayanan adalah presentasi jumlah penduduk yang dilayani dari total jumlah
penduduk daerah pelayanan, dimana besarnya tingkat pelayanan diambil berdasarkan
survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap jumlah permintaan air minum oleh
masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM
untuk menyediakan air minum.
b. Unit Air Baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air baku,
meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/ penyadapan, peralatan
pengukuran dan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan pembawa serta
kelengkapannya.

18
c. Unit Produksi adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air
baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi meliputi
bangunan pengolahan dan kelengkapannnya, perangkat operasional, peralatan
pengukuran dan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
d. Unit Distribusi adalah sarana untuk mengalirkan air minum dari pipa transmisi air minum
sampai ke unit pelayanan.
e. Unit Pelayanan adalah sarana untuk mengambil air minum langsung oleh masyarakat
yang terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran.
f. Jaringan Pipa Transmisi Air Baku adalah ruas pipa pembawa air dari sumber air sampai
unit produksi.
g. Jaringan Pipa Transmisi Air Minum adalah ruas pipa pembawa air minum dari unit
produksi/bangunan penangkap air sampai ke reservoar atau batas distribusi.
h. Pipa Transmisi adalah pipa pembawa air dari sumber air ke instalasi pengolaha n atau
pipa pembawa air bersih dari instalasi pengolahan ke unti distribusi utama atau reservoar.
i. Pipa Distribusi adalah pipa yang dipergunakan untuk mendistribusikan air minum dari
reservoar ke daerah pelayanan atu konsumen.
j. Pipa Pelayanan adalah pipa yang menghubungkan jaringan distribusi dengan sambungan
rumah.
k. Katup adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliaran dalam pipa.
l. Reservoar adalah tempat penyimpanan air sementara sebelum didistribusikan kepada
konsumen.
m. Sambungan Rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang mensuplai air langsung ke
rumah-rumah, biasanya berupa sambungan pipa-pipa distribusi air melalui meter air dan
instalasi pipa di dalam rumah.

4.3.4.2. Komponen Sistem Penyediaan Air Minum Perpipaan

Komponen-komponen sistem penyediaan air minum secara umum meliputi


(Triatmadja, 2009)
a. Sumber air dan Broncapturing adalah bangunan penangkap air baku dari mata air.
b. Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah suatu kesatuan bangunan yang berfungsi
mengolah air baku menjadi air bersih atau air minum.
c. Reservoar.
d. Pipa Transmisi.
e. Pipa Distribusi.

19
f. Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat
ke tempat yang lain melalui media pipa (saluran) secara kontinu dengan cara menambah
energi pada cairan yang dipindahkan.
g. Tangki (Bak) Pelepas Tekan adalah bangunan penunjang pada jaringan transmisi atau
distribusi yang berfungsi untuk menghilangkan tekanan yang berlebihan pada aliran yang
dapat menyebabkan pipa pecah.
h. Katup.
i. Pengukur Volume (Debit) Air atau flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau
laju aliran dari suatu fluida yang mengalir dalam pipa atau saluran terbuka.
j. Terminal Air adalah sarana pelayanan air minum yang digunakan secara komunal, berupa
bak penampung air yang ditempatkan di atas permukaan tanah atau pondasi yang
pengisisan airnya dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki
air.

4.3.4.3. Perencanaan Pengembangan SPAM Fisik (Teknik)

Perencanaan pengembangan SPAM fisik (teknik) merupakan kegiatan yang bertujuan


membangun, memperluas dan meningkatkan sistem fisik (teknik). Dalam perencanaan
pengembangan SPAM fisik (teknik) termuat yaitu:
a. Faktor pertimbangan rencana pengembangan SPAM
• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
• Ketersediaan Air Baku
• Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 tentang
SPAM
• Peta topografi, untuk mengetahui beda tinggi dan jarak antara sumber dengan
pelayanan, jalur pipa transmisi dan distribusi, potongan melintang jalur pipa, rencana
tapak bangunan meliputi : sumber daya air berupa (Intake), unit produksi (IPAM),
unit distribusi (Resevoir).
• Idle Capacity
Idle Capacity adalah suatu kapasitas produk yang tidak terpakai atau yang disebut
kapasitas menganggur (Gudono, 1993). Bisa diambil kesimpulan bahwa Idle
Capacity ialah debit yang tersisa/cadangan air yang belom digunakan. Pada debit
sisa ini dapat dilihat secara visual dengan over flow pada reservoar. Idle Capacity ini
dapat dihitung dengan cara sistematis menggunakan Rumus :

20
𝐼𝑑𝑙𝑒 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 = 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 − 𝑁𝑅𝑊

Dimana :
Qin : Debit Awal dari Reservoar (L/dt)
Qout : Debit Eksisting dari data DRD yang telah terlayani PDAM
(L/dt)
NRW : Angka Kehilangan Air (%)
b. Perencanaan Teknis Unit Air Baku
Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit air baku harus disusun berdasarkan
ketentuan dimana debit pengambilan harus lebih besar daripada debit yang diperlukan,
sekurang-kurangnya 130% kebutuhan rata-rata air minum. Bilamana kapasitas
pengambilan air baku tidak dapat tercapai karena keterbatasan sumbernya akibat musim
kemarau, maka dilakukan konversi debit surplus pada musim hujan menjadi debit
cadangan pada musim kemarau. Debit cadangan ini harus melebihi kapasitas kebutuhan
air minum.
Perencanaan teknis bangunan pengambilan air baku harus memperhatikan keandalan
bangunan, pengamanan sumber air baku dari bahan pencemar, keselamatan, biaya
operasi dan pemeliharaan yang optimal. Bilamana diperlukan dapat dilakukan kajian
lanjutan antara lain kajian yang meneliti hak-hak atas penggunaan air baku, kuantitas,
kualitas, dan kontinuitas air baku, kondisi iklim yang akan mempengaruhi fluktuasi air
baku baik dari aspek kualitatif maupun kuantitatif, level air banjir, dan level air
minimum, peraturan yang ditetapkan dalam pemanfaatan sumber air baku, informasi
navigasi, geografi, dan geologi, serta isu-isu ekonomi lainnya.
c. Perencanaan Teknis Unit Transmisi Air Baku
Perencanaan teknis unit transmisi harus mengoptimalkan jarak antara unit air baku
menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju reservoar/jaringan distribusi
sependek mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari unit
produksi menuju reservoar). Hal ini terjadi karena transmisi distribusi pada dasarnya
harus dirancang
Untuk dapat mengalirkan debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan pipa
transmisi air baku dirancang mengalirkan kebutuhan maksimum. Pipa transmisi sedapat
mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level garis hidrolis untuk menjamin

21
aliran sebagaimana diharapkan dalam perhitungan agar debit aliran yang dapat dicapai
masih sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian
belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal untuk
menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik
dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran
air dalam pipa tersebut secara berlebihan. Sistem transmisi harus menerapkan metode-
metode yang mampu mengendalikan pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem
aliran tertutup dalam suatu pipa transmisi terjadi perubahan kecepatan aliran air secara
tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa
transmisi dari posisi semula.
d. Perencanaan Unit Produksi
Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit produksi disusun berdasarkan kajian
kualitas air yang akan diolah, dimana kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi
dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air, yang kemudian
dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum yang akan dicapai. Rangkaian
proses pengolahan air umumnya terdiri dari satuan operasi dan satuan proses untuk
memisahkan material kasar, material tersuspensi, materia terlarut, proses netralisasi dan
proses desinfeksi. Unit produksi dapat terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
filtrasi, netralisasi, dan desinfeksi dapat dilihat pada gambar ?.?.

Adapun standar perencanaan unit produksi antara lain:


• SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;
• SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air
Sistem Konvensional Dengan Struktur Baja;
• SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi
Penjernihan Air.

22
Gambar 4.3 Instalasi Pengolahan Air

1. Prasedimentasi: Unit prasedimentasi berfungsi untuk mengurangi beban unit


pengolahan air selanjutnya. Dalam prasedimentasi terjadi proses pengendapan
partikel diskrit (partikel yang dalam proses pengendapan tidak mengalami
perubahan bentuk, perubahan ukuran dan perubahan berat), tanpa penggunaan
bahan kimia.
2. Pengaduk Cepat (Koagulasi): Merupakan proses pencampuran bahan kimia
(koagulan) dengan air baku sehingga membentuk campuran yang homogen.
Bentuk Pengaduk Cepat atau Koagulasi :
a. Koagulator Tipe Hidrolis
Memanfaatkan perbedaan ketinggian untuk menciptakan turbulensi.
Turbulensi yang terjadi secara gravitasi dimanfaatkan untuk mencampur bahan
koagulan secara sempurna.
b. Koagulator Tipe Mekanik
Memanfaatkan peralatan mekanik/impeler/turbin yang berputar dengan motor
listrik untuk menciptakan adukan turbelensi tinggi.

3. Pengaduk Lambat (Flokulasi): merupakan proses pembentukan flok yang besar


agar dapat diendapkan. Tipe/jenis flokulator:
a. Tipe Hidrolis
b. Tipe Mekanis
4. Pengendapan (Sedimentasi) : proses pemisahan padatan dan air berdasarkan
perbedaan berat jenis dengan cara pengendapan. Fungsi dari bangunan
sedimentasi adalah untuk memisahkan partikel yang terkandung di dalam air,
yaitu:
23
a. Partikel terendapkan
b. Partikel yang sudah terkoagulasi seperti kekeruhan dan warna
c. Hasil endapan dari proses presipitasi seperti hardnesess (CaCO3), Besi dan
Mangan.
5. Jenis-jenis Filter:
• Saringan Pasir Cepat, merupakan penyaringan partikel yang tidak didahului
oleh proses pengolahan kimiawi (koagulasi).
• Saringan Pasir Lambat, merupakan jenis unit yang mampu menghasilkan
debit air yang lebih banyak, namun kurang efektif untuk mengatasi bau dan
rasa yang ada pada saringan.
• Filter Karbon, berfungsi untuk menghilangkan bahan-bahan organic,
desinfeksi serta menghilangkan bau dan rasa yang disebabkan senyawa-
senyawa organik
• Filter Membran: filter menggunakan membrane, merupakan alternative yang
digunakan untuk menggantikan filter pasir lambat
6. Desinfeksi: proses mematikan bakteri pathogen dan memperlambat pertumbuhan
lumut dengan pembubuhan bahan kimia. Jenis desinfeksi terbagi menjadi 2 (dua)
yaitu secara kimiawi (berupa oksidator seperti chlorine, ozon dan kaporit) dan
secara fisik (seperti gelombang mikro dan sinar ultraviolet)

a. Jenis Desinfeksi :
Desinfeksi Kimiawi: Klorinasi : proses pembubuhan klor/senyawa klor ke
dalam air untuk proses oksidasi zat-zat seperti besi dan mangan terlarut, nitrit
serta zat organic yang menganggu proses koagulasi, mendesinfeksi reservoir,
mengontrol pertumbuhan algae di sedimentasi dan filtrasi, menghambat
pertumbuhan lender dalam pipa
Ozon: senyawa yang mampu membunuh bakteri dan mempunyai daya
oksidasi yang kuat. Ozon membunuh dan menginaktivasi mikroorganisme
pathogen, mengoksidasi zat besi dan mangan, senyawa penyebab rasa dan
bau, warna, zat organic, deterjen, fenol serta zat organic lain. Kaporit

b. Desinfeksi Fisik
Gelombang Mikro: Proses desinfeksi dengan irradiasi sinar gama
Sinar ultraviolet: Menghilangkan virus yang merupakan substansi utama
penyebar penyakit air dari sumber air tanah.

24
7. Bangunan Pelengkap dan penunjang: Diperlukan untuk dapat melengkapi dan
menunjang pengolahan Air Minum. Bangunanbangunan yang diperlukan, adalah
a. Ruang Pembubuhan bahan kimia
b. Ruang jaga
c. Ruang Labolatorium
d. Ruang Gudang
e. Ruang penyimpanan bahan kimia
f. Peralatan mekanikal dan ekektrikak (panel pompa, genset, tangki bahan
bakar)
g. Sarana pembuangan lumpur dari hasil pengurasan bak pengendapan dan
pencucian saringan
8. Reservoir Produksi: Adalah tempat menampung air bersih, pada sistem
penyediaan air minum. Fungsi utama dari reservoir adalah untuk
menyeimbangkan antara debit produksi dengan debit pemakaian air

e. Perencanaan Teknis Unit Distribusi


Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung dalam reservoar air yang berfungsi
untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan kebutuhan, sebagai penyimpan
kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk
keperluan instalasi. Reservoar air dibangun dalam bentuk reservoar tanah yang umumnya
untuk menampung produksi air dari sistem IPA, atau dalam bentuk menara air yang
umumnya untuk mengantisipasi kebutuhan puncak di daerah distribusi. Reservoar air
dibangun baik dengan konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang. Perencanaan
teknis pengembangan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang
terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan
distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau kombinasi dari kedua sistem
tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi
topografi, lokasi reservoar, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan
dimana pipa akan dipasang.Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam
perancangan denah (lay-out) sistem distribusi adalah sebagai berikut:
• Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi
wilayah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;
• Tipe sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah
pelayanan;

25
• Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,
diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan
relatif datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan
menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump);
• Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40
m, wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan tekanan minimum.
Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan
(pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan tekanan dapat digunakan pompa
penguat.
f. Perencanaan Teknis Unit Pelayanan
Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum,terminal air, hidran
kebakaran dan meter air.
1. Sambungan Rumah
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa
danperlengkapannya, dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meterair. Fungsi
utama dari sambungan rumah adalah:
a. mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;
b. untuk mengetahui jmlah air yang dialirkan ke konsumen. Perlengkapan
minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah:
c. bagian penyadapan pipa;
d. meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor;
e. katup pembuka/penutup aliran air;
f. pipa dan perlengkapannya.
2. Hidran/Kran Umum
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan
meteran air berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU
menggunakan pipa pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran
¾”. Panjang pipa pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi
dilapangan/pelanggan. Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan
merupakan pekerjaan sipil yang sederhana meliputi pembuatan bantalan beton,
meteran air, penyediaan kotak pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat
baja beserta anak kuncinya, pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai

26
gambar rencana.Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah
b. saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air
kotor/selokan terdekat yang ada
c. KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾”
3. Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan
untuk mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau
pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada
setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan
kepadatan bangunannya.Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:
- Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran.
Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
- Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup
katup ini maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air. Pada
umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
a. bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran
b. badan hidran
c. kepala hidran
d. katup hidran

4.3.5. Sistem Penditribusian air


Sistem Distribusi adalah sistem yang berhubungan langsung dengan konsumen, yang
mempunyai fisik khusus untuk mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke daerah
pelayanan. Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi ialah
ketersediaan air yang cukup dan tekanan untuk memenuhi kontinuitas pelayanan, serta menjaga
keamanan kualitas air yang berasal dari pengolahan. (Joko, 2010)

4.3.5.1. Sistem Pengaliran

a. Sistem Pengaliran Dengan Gravitasi


Sistem ini dapat digunakan apabila sumber air memiliki perbedaan elevasi cukup
besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan memenuhi
kriteria. Cara ini cukup efisien, karena hanya memanfaatkan beda tinggi elevasi dari
sumber air dengan daerah pelayanan. (Arya, 2016)

27
Gambar 4.4 Sistem Pengaliran dengan Gravitasi

b. Sistem Pengaliran Menggunakan Pompa


Sistem ini menggunakan pompa untuk meningkatkan tekanan yang dibutuhkan
untuk mendistribusikan air dari reservoar kepada konsumen. Cara ini biasanya digunakan
jika daerah pelayanan merupakan daerah yang relatif datar. (Arya, 2016)

Gambar 2.5 Sistem Pengaliran menggunakan Pompa

c. Sistem Pengaliran Gabungan


Pada sistem gabungan merupakan sebagai salah satu sumber alternatif untuk
mengurangi energi. Sistem yang dipilih pada umumnya pemompaan dari sumber air baku
menuju reservoar serta dari reservoar menuju pelanggan yang di distribusikan secara
gravitasi. (Arya, 2016)

Gambar 4.6 Sistem Pengaliran Gabungan

28
4.3.5.2. Sistem Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi ialah rangkaian pipa yang berhubungan dan digunakan untuk
mengalirkan air ke konsumen. Letak distribusi ditentukan oleh kondisi topografi daerah
layanan dan lokasi pengolahan biasanya diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Sistem Cabang (Branch)


Sistem Cabang ialah sistem jaringan perpipaan dimana pengaliran air hanya menuju
arah dan pada setiap ujung akhir pelayanan terdapat titik mati. Pipa distribusi tidak saling
berhubungan, area pelayanan disuplai air dengan satu jalur pipa. (Rivai, 2006)

Gambar 4.7 Sistem cabang

b. Sistem Melingkar (Loop)


Pada system ini, pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain
membentuk jaringan melingkar (loop), sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati dan
air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melalui beberapa arah dengan tekanan yang
relatif stabil. (Rivai, 2006)

Gambar 4.8 Sistem Melingkar

29
c. Sistem Gabungan
Sistem ini gabungan dari sistem cabang dan sistem melingkar yang kelebihannya
adalah dapat mendesain pipa secara fleksibel dalam pengembangan jaringan distribusi
baru. Akan tetapi kekurangannya adalah apabila terdapat kebocoran, tekanan pada jaringan
loop terganggu dan tidak bisa jalan sempurna. (Bhaskoro, 2007)

Gambar 4.9 Sistem Gabungan

4.3.5.3. Sistem Waktu Pengaliran


Menurut Fair G.M. (1996), air yang disuplai dari pipa akan didistribusikan melalui
dua alternatif sistem, yaitu:
a. Sistem Continous
Pada sistem ini air minum akan didistribusikan kepada konsumen secara terus-
menerus selama 24 jam. Sistem ini biasanya akan diterapkan bila kuantitas air minum
yang tersedia dapat memenuhi semua kebutuhan konsumen di daerah pelayanan.
Keuntungan dari sistem ini adalah :
• Konsumen akan mendapatkan air bersih setiap saat
• Air minum yang diambil pada titik pengambilan di dalam jaringan pipa distribusi
selalu dalam keadaan segar Sedangkan kerugian dari sistem ini adalah:
• Pemakaian air cenderung lebih besar
• Bila ada sedikit saja kehilangan air, maka jumlah air yang terbuang besar
b. Sistem Intermitten
• Pada sistem ini air minum yang akan disediakan dan didistribusikan kepada
konsumen hanya selama beberapa jam saja dalam satu hari, biasanya 2 sampai 4
jam pada pagi hari dan 2 sampai 4 jam pada sore hari. Sistem ini dipilih terutama
bila tidak cukupnya kuantitas air dan tekanan air.

30
• Keuntungan sistem ini adalah :
• Pemakaian air cenderung lebih hemat/sedikit karena pelayanan hanya beberapa
jam saja.
• Bila ada kehilangan air maka jumlah air yang terbuang relatif sedikit
• Kerugian sistem ini adalah :
• Bila terjadi kebakaran pada saat jam tidak beroperasi maka air untuk pemadam
kebakaran tidak tersedia
• Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang cukup agar
kebutuhan air dapat terpenuhi
• Dimensi pipa yang dipakai otomatis akan lebih besar karena kebutuhan air yang
akan disediakan dan didistribusikan dalam sehari hanya ditempuh dalam waktu
yang pendek.
• Ketika pipa dalam keadaan kosong akan terjadi tekanan negatif yang akan
menyebabkan bakteri dan gas beracun terserap ke dalam pipa, sehingga akan
membawa wabah penyakit bagi pelanggan

4.3.5.4. Kriteria Distribusi

Perencanaan pengembangan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan


yang terkoneksi satu dengan yang lainnya untuk membentuk jaringan tertutup (Loop), sistem
distribusi bercabang (Dead-end distribution system). Dalam bentuk jaringan distribusi
ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoar, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan,
dan jaringan pada jalan dimana pipa akan dipasang. Dalam merencanakan sistem jaringan
distribusi harus memperhatikan kriteria jaringan distribusinya. Berikut kriteria yang harus
diperhatikan:

1. Kecepatan memenuhi standar yaitu 0,3 – 4,5 m/det (Peraturan Menteri PUPR No. 27
Tahun 2016).
2. Node bertekanan diatas dari 10 Mka/1 bar (Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016
Minimum pressure/tekanan adalah 10 Mka/1 bar, maksimum pressure 80 Mka).
3. Kriteria headloss dibawah 10 m/km (Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016).

31
BAB V
KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahapan penyelenggaraan SPAM memilki beberapa regulasi yang mengacu pada
Permen PUPR No.27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM. Penyelenggaraan
SPAM dilaksanakan mengikuti proses dasar manajemen yang meliputi tahapan
perencanaan, pelaksanaan.pemantauan dan evaluasi. Begitupula dokumen yang disusun
dalam perencanaan penyelenggaraan SPAM yaitu dokumen RISPAM, Studi kelayakan,
dan Rencana Teknis Terinci.
2. Empat aspek yang mendukung SPAM yang berkelanjutan seperti Aspek Teknis
Teknologis, Aspek Sosial Ekonomi, Aspek Kelembagaan dan Aspek Lingkungan.
3. Adapun tahapan dalam perencanaan SPAM, tahap awal dilakukan proyeksi jumlah
penduduk, dilanjutkan dengan proyeksi fasilitas, perhitungan kebutuhan air domestik
maupun non domestik, penentuan bangunan pengolahan air sesuai dengan baku mutu
kualitas air yang akan dimanfaatkan, secara umum bangunan pengolahan air terdiri dari
intake, jaringan transmisi, prasedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, flitrasi,
desinfeksi, yang setelah itu masuk pada reservoar atau langsung dialirkan kepada
masyarakat.
4. Pada sistem pendistribusian terdapat sistem pengaliran dari pengolahan/reservoir menuju
kepada pelanggan dengan gravitasi, pompa, maupun gabungan. Selain itu terdapat sistem
jaringan distribusi kepada pelanggan yaitu sistem cabang, sistem melingkar dan sistem
gabungan. Adapun sistem pendistribusian dibedakan dari waktu pengaliran yaitu sistem
pengaliran continous (24 jam) dan intermitten (sewaktu-waktu). Pada saat merencanakan
sistem pendistribusian perlu dilakukan analisa terlebih dahulu sehingga jaringan yang
direncanakan sesuai dengan kriteria Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016

32
DAFTAR PUSTAKA

Arya Rezagama, M. (2016). Jaringan Perpipaan Air Minum. yogyakarta: TEKNOSAIN.

Bhaskoro, 2007, “Perencanaan Jaringan Perpipaan Air Minum” Materi Kuliah Perencanaan
Jaringan Perpipaan AKATIRTA, Magelang.

BPSDM, 2018. Perencanaan Jaringan Pipa Transmisi Dan Distribusi Air Minum.

Buku Panduan Pengembangan Air Minum – Cipta Karya, Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta
Karya Dinas PU, 2000.

Joko, T (2010). Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Peraturan Menteri Pekerja Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2016 Tentang
Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum Untuk Memenuhi Kebutuhan
Sendiri Oleh Badan Usaha.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 18 Tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan
Air Minum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan
Air Minum.

PerMenKes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Perturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.

Rivai, Masduki, Marsono. 2006 tentang Evaluasi Sistem Distribusi Menggunakan Epanet 2.0.

SNI 7509:2011 Tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Jaringan Distribusi dan Unit
Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum.

33

Anda mungkin juga menyukai