Dosen :
Hijriati Sholehah, S.Si., M.Si
Disusun Oleh :
Dewa Made Indra Widnyana Swantara
222RPL71002
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah individu ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen
pengajar ibu hijirati sholehah ,S.Si., M.Si , kedua orang tua dan teman-teman seperjuangan.
Makalah berjudul “Tahapan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum dan Sistem Distribusi
Air Minum” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penyediaan Air Minum.
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, b aik
secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima kritik serta
saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.
Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat menjadi
inspirasi bagi pembaca.
ii
INTISARI
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya dibumi, seiring perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya
jumlah penduduk di dunia, maka akan menambah aktivitas kehidupan yang berakibat
pada penambahan pengotoran atau pencemaran air, semakin banyak ragam zat pencemar
akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut,
agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Salah satu upaya penyediaan air oleh
pemerintah setempat adalah pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum. Pada tahapan
penyelenggaraan SPAM memiliki beberapa regulasi yang mengacu pada Permen PUPR
No.27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM. Empat aspek yang mendukung
SPAM yang berkelanjutan seperti Aspek Teknis Teknologis, Aspek Sosial Ekonomi,
Aspek Kelembagaan dan Aspek Lingkungan.
Adapun tahapan dalam perencanaan SPAM, tahap awal dilakukan proyeksi jumlah
penduduk, proyeksi fasilitas, kebutuhan air, penentuan bangunan pengolahan air, secara
umum bangunan pengolahan air terdiri dari intake, jaringan transmisi, prasedimentasi,
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, flitrasi, desinfeksi, yang setelah itu dialirkan kepada
masyarakat. Pada sistem pendistribusian sistem pengaliran dari pengolahan/reservoir
menuju kepada masyarakat dengan gravitasi, pompa, maupun gabungan. Terdapat sistem
jaringan distribusi kepada pelanggan yaitu sistem cabang, sistem melingkar dan sistem
gabungan. Pendistribusian waktu pengaliran yaitu sistem pengaliran continous dan
intermitten. Pada saat merencanakan sistem pendistribusian perlu dilakukan analisa
sehingga jaringan yang direncanakan sesuai dengan kriteria Peraturan Menteri PUPR No.
27 Tahun 2016.
Kata Kunci: Air, Penduduk, Pencemar, SPAM, Distribusi
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya dibumi. Manusia sangat membutuhkan air bersih untuk kehidupan sehari - hari seperti
memasak, mandi, dan kebutuhan lainnya. Orang dewasa membutuhkan air minum sebanyak 1
– 2,5 liter air atau setara dengan 6 – 8 gelas setiap harinya untuk kesinambungan dalam tubuh
dan membantu proses metabolisme (Asmadi, 2011). Air adalah kebutuhan primer bagi
makhluk hidup khususnya manusia. Seiring perkembangan peradaban serta semakin
bertambahnya jumlah penduduk di dunia, maka akan menambah aktivitas kehidupan yang
berakibat pada penambahan pengotoran atau pencemaran air.
Asmadi, dkk (2011) menyatakan, semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin
banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa
dimanfaatkan sebagai air minum. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus
meningkat, pemerintah harus menyediakan pelayanan air bersih. Salah satu upaya penyediaan
air oleh pemerintah setempat adalah pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum. Dalam
kebijakannya, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target akses universal (100%) sektor air
minum tercapai pada tahun 2024. Khusus untuk target akses air minum, Pemerintah
menggunakan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) sebagai strategi untuk menjamin
ketersediaan dan terpenuhinya pelayanan air minum bagi masyarakat yang memenuhi 4 standar
kriteria atau yang dikenal dengan 4K. Standar kriteria 4K mencakup : kuantitas, mencakup
standar kebutuhan air minum 60 liter/orang/hari, kualitas, sesuai dengan standar kesehatan
Permenkes No. 492 tahun 2010, kontinuitas, mencukupi kebutuhan air minimal selama 24 jam,
keterjangkauan, mudah diakses dengan biaya yang terjangkau.
Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan sistem atau
sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari air baku (influent) yang terkontaminasi agar
menjadi air olahan (effluent) sesuai standar baku mutu yang berlaku. Secara umum pengolahan
air pada SPAM dapat dilakukan dengan 3 cara yakni fisika, kimia, biologi. Pengolahan secara
fisika biasanya dilakukan dengan memanfaatkan sifat mekanis dari air tanpa penambahan zat
kimia. Pengolahan air secara kimia adalah dengan penambahan zat kimia yang dapat
menyisihkan logam-logam berat dalam air. Sedangkan, pengolahan air secara biologi adalah
dengan memanfaatkan mikroorganisme tertentu yang dapat membantu menjernihkan air.
SPAM pada umumnya terdiri dari beberapa unit tahapan pengolahan air yang biasa digunakan,
1
yaitu intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan reservoir. Selain itu perlu diketahui
setelah air diolah melalui tahapan pengolahan dan tertampung pada reservoir, maka air tersebut
perlu dihantarkan kepada masyarakat melalui jaringan perpipaan yang disebut sistem
distribusi.
1.3. Tujuan
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
b. Rencana Induk SPAM (RISPAM)
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) terdiri dari:
1. Rencana Induk SPAM Lintas Propinsi.
2. Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota.
3. Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota.
Rencana Induk SPAM ditetapkan untuk jangka waktu 15 (lima belas) sampai dengan 20
(dua puluh) tahun. Dan ditinjau setiap 5 (lima) tahun sekali.
4
2.4. Tantangan, Peluang dan Isu Strategis Penyelenggaraan SPAM
5
BAB III
METODOLOGI
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menjelaskan tulisan ini bersifat
deskriptif. Deskriptif dipilih karena dapat membantu penulis dalam menjelaskan permasalahan
yang menjadi topik dalam tulisan ini. Metode deskriptif menggambarkan bagaimana
karakteristik dan gejala apa saja yang mempengaruhi permasalahan yang diteliti. Selain itu
metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk membantu penulis dalam menjelaskan
data yang diperoleh untuk menyusun pola dalam fenomena yang terjadi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (Library
Research). Data yang digunakan dalam teknik ini menggunakan data sekunder, yang dimana
data ini diperoleh dari hasil observasi peneliti/penulis lain yang dipublikasi dalam bentuk
website, artikel, ataupun jurnal. Data yang digunakan juga berupa pengumpulan data yang
bersumber dari buku-buku, dokumen, jurnal nasional maupun internasional, majalah, situs-
situs internet resmi dan laporan-laporan penunjang untuk dapat memperkuat argumen yang
berkaitan dengan teori pada penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan teknik analisa data induktif, untuk lebih dapat menemukan
kenyataan kompleks yang terdapat dalam data. Teknik analisa data induktif ini mengharuskan
penulis untuk mengumpulkan, mengelola, dan mengelompokkan data fenomena yang akan
diteliti, kemudian data-data tersebut dianalisa secara detail yang akan menghasilkan hasil akhir.
Penulisan jurnal ini dibagi menjadi 4 bab, dimana pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab
yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Pada bab I, penulis menjelaskan pendahulan
sesuai struktur yang ditentukan. Kemudian di bab 2, penulis akan membahas detail mengenai
metode penelitian dan yang selanjutnya pada bab 3, berisi tentang hasil dan pembahasan
mengenai perencanaan SPAM dan distribusi kepada masyarakat.
6
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengacu pada Permen PUPR No.27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM.
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan mengikuti proses dasar manajemen yang meliputi
tahapan:
3. Perencanaan.
4. Pelaksanaan.
5. Pemantauan.
6. Evaluasi.
Pengadaan √ √ √
Pembangunan √ √ √
Manajemen Mutu √ √ √ √
Pemanfaatan √ √ √ √
Sumber : Permen PUPR, 2016
8
• Pendataan Kinerja
• Pengawasan dan pengendalian kualitas, kuantitas dan kontinuitas
Evaluasi untuk mempelajari semua hasil pemantauan yang didapat sejak dimulainya
perencanaan hingga akhir penyelenggaraan SPAM pelayanan.
Evaluasi
√ √ √
Teknis
Evaluasi
Pelayanan √ √ √ √ √
Air Minum
Evaluasi
kelembagaan
√ √
dan
Keuangan
Sumber : Permen PUPR, 2016
9
Dari aspek kelembagaan untuk Sistem penyediaan Air Minum yang berkelanjutan hal
yang perlu mendapat perhatian yaitu dari segi :
1. Struktur organisasi, Setiap pelaku perlu memiliki struktur organisasi yang jelas serta
didukung oleh SDM yang sesuai dengan tanggung jawab pekerjaannya
2. Pendanaan perlu disusun untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan, serta rencana
pengembangan ke depan, alternatif sumber pendanaan non APBN:
• APBD & DAK.
• CSR.
• KPBU.
• Dana Perbankan.
• Internal PDAM.
3. Operasi Pemeliharaan, Memperhatikan aspek operasional dan pemeliharaan untuk aset
air minum yang sudah terbangun agar output yang dihasilkan sesuai dengan desain awal
dan berkelanjutan.
d. Aspek Lingkungan
Adapun strategi dalam aspek lingkungan bertujuan mendukung terselenggaranya
alokasi air baku dan pelayanan air bersih yang optimal dan memenuhi kaidah -kaidah
konservasi dan daya dukung lingkungan.
1. Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih, memiliki dua sasaran:
• Pengembangan sumber-sumber air baku baru yang tepat sasaran.
• Meningkatkan pemeliharaan kualitas air baku.
2. Strategi peningkatan daya dukung lingkungan, memiliki dua sasaran sebagai berikut:
• Melakukan perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan sumber daya air.
• Langkah lainnya adalah pendekatan material balance dengan menerapkan
instrumen baku mutu lingkungan sumberdaya air.
• Upaya mengendalikan alokasi air baku. Alokasi air baku yang tidak terukur
dilakukan oleh rumah tangga dan jasa atau industri dalam bentuk air sumur,mata
air, sumur dalam, atau air permukaan.
10
4.3.1. Proyeksi penduduk
Dalam perencanaan suatu sistem distribusi air minum, diperlukan beberapa kriteria
sebagai dasar perencanaan. Tujuan dari pengajuan beberapa kriteria perencanaan adalah untuk
mendapatkan suatu hasil perencanaan yang tepat dan terkondisi untuk suatu wilayah
perencanaan. Kebutuhan air bersih semakin lama semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi
penduduk untuk tahun perencanaan. Walaupun proyeksi bersifat ramalan, dimana
kebenarannya bersifat subyektif, namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metode. Ada
beberapa metode proyeksi penduduk yang digunakan untuk perencanaan. (BPSDM, 2018).
a. Metode Rata-rata Aritmatik
Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik
secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek.
Rumus yang digunakan :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝑟(𝑑𝑛)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk tahun n
Po = jumlah penduduk tahun dasar
r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = periode waktu dalam tahun.
(BPSDM, 2018)
b. Metode Selisih Kuadrat Minimum (Least Square)
Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data
perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier,
meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data
yang dipakai jumlahnya harus ganjil.
Rumus yang digunakan adalah :
𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏 𝑡)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode
a = {(∑ p)(∑ t 2) − (∑t)(∑ p. t)}/{n(∑ t 2) − (∑ t) 2}
b = {n(∑ p. t) − (∑ t)(∑ p)}/{n(∑t 2) − (∑ t) 2}
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
p = jumlah penduduk
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar 34
11
n = jumlah data
(BPSDM, 2018)
c. Metode Berganda (Geometrik)
Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis
berganda, dengan pertambahan penduduk. Metode ini tidak memperhatikan adanya suatu
saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan
penduduk mendekati maksimum.
Rumus yang digunakan :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 𝑥 (1 + 𝑟) 𝑑𝑛
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun dasar
r = rata-rata pertambahan penduduk pertahun
dn = periode waktu dalam tahun
Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu
mencari nilai koefisien korelasi (r) untuk tiap - tiap metode. Untuk metode yang
mempunyai nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1 (satu), sesuai atau tidaknya
analisis yang akan dipilih ditentukan dengan menggunakan nilai koefisien korelasi yang
berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu) maka metode itulah yang dipa kai untuk
memproyeksikan penduduk.
Persamaan yang dipakai adalah sebagai beriku :
n (∑ x y)−(∑y)(∑ x)
𝑟=
√{n(∑ y 2)−(∑ y) 2}{(n ∑ x 2 )−(∑ x) 2}
Dimana:
r = koefisien korelasi
n = jumlah data
x = tambahan tahun
y = ln x jumlah penduduk (untuk metode geometrik)
y = pertambahan penduduk tiap tahun (untuk metode aritmatik)
y = jumlah penduduk tiap tahun (untuk metode least square)
Proyeksi penduduk dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proyeksi domestik adalah proyeksi jumlah penduduk pada suatu daerah tertentu.
b. Proyeksi non domestik adalah proyeksi jumlah fasilitas pada suatu daerah dan
digunakan oleh penduduk di tempat tersebut.
12
Dalam menentukan metode proyeksi penduduk yang terpilih dari ketiga metode di
atas dilaksanakan pengujian angka korelasi. Angka korelasi yang mendekati atau sama
dengan nol berarti lemah. Metode proyeksi penduduk yang dipilih adalah yang
mempunyai angka korelasi mendekati atau sama dengan satu. (BPSDM, 2018)
4.3.2. Pelanggan dan Fasilitas
Pelanggan adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain. Menurut (Greenberg, 2010) pelanggan adalah seorang individu atau kelompok y ang
membeli produk fisik atau jasa dengan mempertimbangkan berbagai macam faktor seperti
harga, kualitas, tempat, pleyanan dan lain sebagainya, berdasarkan keputusan mereka sendiri.
Pada pdam pelanggan dibagi menjadi 2 :
1. Pelanggan Aktif
Pelanggan aktif adalah pelanggan yang masih menggunakan jasa pdam yaitu distribusi air
dalam kebutuhan sehari–hari.
2. Pelanggan Non Aktif
Pelanggan non aktif adalah pelanggan yang sudah tidak menggunakan jasa pdam dalam
kebutubahn air sehari-hari.
Proyeksi fasilitas dapat dilakukan dengan pendekatan perbandingan jumlah penduduk
seperti berikut ini.
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝑛
=
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
13
e. Teknis ketersediaan air seperti fasilitas distribusi, fasilitas pembuangan limbah yang dapat
mempengaruhi kualitas air bersih dan kemudahan dalam mendapatkannya.
f. Keadaan sosial ekonomi penduduk setempat
Standar Kebutuhan air bersih ada dua macam yaitu :
1. Kebutuhan Domestik
Standar Penyediaan Air domestik ditentuka oleh jumlah konsumen domestik yang
dapat diketahui dari data penduduk yang ada. Standar penyediaan kebutuhan domestik
ini meliputi minum, mandi, masak, dan lain-lain. Kecenderungan meningkatnya
kebutuhan dasar air ditentukan oleh kebiasaan pola hidup masyarakat setempat dan
didukung oleh kondisi sosial ekonomi. Dengan demikian untuk dapat mengetahui
kebutuhan air pada masa yang akan datang, antara lain kita perlu mengetahui jumlah
penduduk pada masa yang akan datang (BPSDM, 2018). Dengan kata lain kita perlu
mengetahui :
a. Jumlah penduduk pada saat ini, perlu diketahui sebagai dasar untuk menghitung
jumlah penduduk pada saat yang akan datang.
b. Kenaikan penduduk.
Dengan adanya data tersebut, maka kita dapat menghitung/memperkirakan jumlah
penduduk pada masa yang akan datang. Sehingga kita dapat mengetahui kebutuhan air
pada masa yang akan datang. Semakin banyak jumlah orang, semakin banyak pula
kebutuhan air. Sebagai contoh pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah kebutuhan
air dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Kebutuhan air domestik untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :
• Kota kategori I (Metropolitan )
• Kota kategori II ( Kota Besar )
• Kota kategori III ( Kota Sedang )
• Kota kategori IV ( Kota Kecil )
14
• Kota kategori V ( Desa )
Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada tiap -tiap kategori dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 4.3 Kriteria Perencanaan Air Domestik
Kategori berdasarkan jumlah penduduk (jiwa)
Nomor Uraian >1.000.000 500.000 s/d 1.000.000 100.000 s/d 500.000 20.000 s/d 100.000 <20.000
kota metropolitan kota besar kota sedang kota kecil desa
Konsumsi unit sambungan
1 190 170 130 100 80
rumah (SR) l/o/h
Konsumsi unit hidran umum
2 30 30 30 30 30
(HU) l/o/h
Konsumsi unit non
3 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
domestik l/o/h (%)
4 Kehilangan air 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
5 Faktor hari maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6 Faktor jam puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7 Jumlah jiwa per SR 5 5 5 5 5
11 Volume resesvoir 20 20 20 20 20
12 SR : HR 50 : 50 s/d 80 : 20 50 : 50 s/d 80 : 20 80 : 20 70 : 30 70 : 30
* 60% perpipaan, 30% non perpipaan Sumber : Ditjen Cipta Karya, 2000
* 25% perpipaan, 45% non perpipaan
Pada pencatatan jumlah jiwa per Sambungan Rumah (SR) dapat diketahui dari
formulir langganan yang diisi oleh calon pelanggan. Apabila di dalam dalam formulir
berlangganan yang disampaikan kepada calon pelanggan belum mencantumkan hal ini
maka perlu ditambahkan. Dengan memiliki data jumlah jiwa per sambungan maka dapat
dihitung jumlah penduduk yang terlayani secara lebih akurat. Jumlah jiwa per
sambungan dapat juga diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan data
sekunder. Data sekunder yang dimaksud adalah data besarnya rasio jiwa per KK yang
diambil dari kabupaten/kota dan atau kecamatan dalam angka. Jumlah penduduk yang
terlayani dapat dihitung dengan mengalikan rasio jiwa per KK dengan banyaknya SR
aktif maupun pasif. (BPPSPAM, 2019)
15
• Komersil, meliputi : hotel, pasar, pertokoan, rumah makan dan sebagainya
• Industri, meliputi : peternakan, industri dan sebagainya
Makin banyak jumlah sarana yang membutuhkan air, kebutuhan air akan makin banyak
pula.
Untuk memprediksi perkembangan kebutuhan air non domestik perlu diketahui rencana
pengembangan kota serta aktifitasnya. Apabila tidak diketahui, maka prediksi dapat
didasarkan pada suatu ekivalen penduduk, dimana konsumen non domestik dapat
dihitung mengikuti perkembangan standar penyediaan air domestik. Kebutuhan air non
domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU dapat dilihat dalam Tabel 2
sampai Tabel 4 berikut ini :
16
Tabel 3.5 Kebutuhan Air Non Domestik Kota Kategori I, II, III, IV
17
4.3.4.1. Pengertian
18
c. Unit Produksi adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air
baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi meliputi
bangunan pengolahan dan kelengkapannnya, perangkat operasional, peralatan
pengukuran dan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
d. Unit Distribusi adalah sarana untuk mengalirkan air minum dari pipa transmisi air minum
sampai ke unit pelayanan.
e. Unit Pelayanan adalah sarana untuk mengambil air minum langsung oleh masyarakat
yang terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran.
f. Jaringan Pipa Transmisi Air Baku adalah ruas pipa pembawa air dari sumber air sampai
unit produksi.
g. Jaringan Pipa Transmisi Air Minum adalah ruas pipa pembawa air minum dari unit
produksi/bangunan penangkap air sampai ke reservoar atau batas distribusi.
h. Pipa Transmisi adalah pipa pembawa air dari sumber air ke instalasi pengolaha n atau
pipa pembawa air bersih dari instalasi pengolahan ke unti distribusi utama atau reservoar.
i. Pipa Distribusi adalah pipa yang dipergunakan untuk mendistribusikan air minum dari
reservoar ke daerah pelayanan atu konsumen.
j. Pipa Pelayanan adalah pipa yang menghubungkan jaringan distribusi dengan sambungan
rumah.
k. Katup adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliaran dalam pipa.
l. Reservoar adalah tempat penyimpanan air sementara sebelum didistribusikan kepada
konsumen.
m. Sambungan Rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang mensuplai air langsung ke
rumah-rumah, biasanya berupa sambungan pipa-pipa distribusi air melalui meter air dan
instalasi pipa di dalam rumah.
19
f. Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat
ke tempat yang lain melalui media pipa (saluran) secara kontinu dengan cara menambah
energi pada cairan yang dipindahkan.
g. Tangki (Bak) Pelepas Tekan adalah bangunan penunjang pada jaringan transmisi atau
distribusi yang berfungsi untuk menghilangkan tekanan yang berlebihan pada aliran yang
dapat menyebabkan pipa pecah.
h. Katup.
i. Pengukur Volume (Debit) Air atau flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau
laju aliran dari suatu fluida yang mengalir dalam pipa atau saluran terbuka.
j. Terminal Air adalah sarana pelayanan air minum yang digunakan secara komunal, berupa
bak penampung air yang ditempatkan di atas permukaan tanah atau pondasi yang
pengisisan airnya dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki
air.
20
𝐼𝑑𝑙𝑒 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 = 𝑄𝑖𝑛 − 𝑄𝑜𝑢𝑡 − 𝑁𝑅𝑊
Dimana :
Qin : Debit Awal dari Reservoar (L/dt)
Qout : Debit Eksisting dari data DRD yang telah terlayani PDAM
(L/dt)
NRW : Angka Kehilangan Air (%)
b. Perencanaan Teknis Unit Air Baku
Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit air baku harus disusun berdasarkan
ketentuan dimana debit pengambilan harus lebih besar daripada debit yang diperlukan,
sekurang-kurangnya 130% kebutuhan rata-rata air minum. Bilamana kapasitas
pengambilan air baku tidak dapat tercapai karena keterbatasan sumbernya akibat musim
kemarau, maka dilakukan konversi debit surplus pada musim hujan menjadi debit
cadangan pada musim kemarau. Debit cadangan ini harus melebihi kapasitas kebutuhan
air minum.
Perencanaan teknis bangunan pengambilan air baku harus memperhatikan keandalan
bangunan, pengamanan sumber air baku dari bahan pencemar, keselamatan, biaya
operasi dan pemeliharaan yang optimal. Bilamana diperlukan dapat dilakukan kajian
lanjutan antara lain kajian yang meneliti hak-hak atas penggunaan air baku, kuantitas,
kualitas, dan kontinuitas air baku, kondisi iklim yang akan mempengaruhi fluktuasi air
baku baik dari aspek kualitatif maupun kuantitatif, level air banjir, dan level air
minimum, peraturan yang ditetapkan dalam pemanfaatan sumber air baku, informasi
navigasi, geografi, dan geologi, serta isu-isu ekonomi lainnya.
c. Perencanaan Teknis Unit Transmisi Air Baku
Perencanaan teknis unit transmisi harus mengoptimalkan jarak antara unit air baku
menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju reservoar/jaringan distribusi
sependek mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari unit
produksi menuju reservoar). Hal ini terjadi karena transmisi distribusi pada dasarnya
harus dirancang
Untuk dapat mengalirkan debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan pipa
transmisi air baku dirancang mengalirkan kebutuhan maksimum. Pipa transmisi sedapat
mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level garis hidrolis untuk menjamin
21
aliran sebagaimana diharapkan dalam perhitungan agar debit aliran yang dapat dicapai
masih sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian
belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal untuk
menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik
dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran
air dalam pipa tersebut secara berlebihan. Sistem transmisi harus menerapkan metode-
metode yang mampu mengendalikan pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem
aliran tertutup dalam suatu pipa transmisi terjadi perubahan kecepatan aliran air secara
tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa
transmisi dari posisi semula.
d. Perencanaan Unit Produksi
Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit produksi disusun berdasarkan kajian
kualitas air yang akan diolah, dimana kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi
dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air, yang kemudian
dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum yang akan dicapai. Rangkaian
proses pengolahan air umumnya terdiri dari satuan operasi dan satuan proses untuk
memisahkan material kasar, material tersuspensi, materia terlarut, proses netralisasi dan
proses desinfeksi. Unit produksi dapat terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
filtrasi, netralisasi, dan desinfeksi dapat dilihat pada gambar ?.?.
22
Gambar 4.3 Instalasi Pengolahan Air
a. Jenis Desinfeksi :
Desinfeksi Kimiawi: Klorinasi : proses pembubuhan klor/senyawa klor ke
dalam air untuk proses oksidasi zat-zat seperti besi dan mangan terlarut, nitrit
serta zat organic yang menganggu proses koagulasi, mendesinfeksi reservoir,
mengontrol pertumbuhan algae di sedimentasi dan filtrasi, menghambat
pertumbuhan lender dalam pipa
Ozon: senyawa yang mampu membunuh bakteri dan mempunyai daya
oksidasi yang kuat. Ozon membunuh dan menginaktivasi mikroorganisme
pathogen, mengoksidasi zat besi dan mangan, senyawa penyebab rasa dan
bau, warna, zat organic, deterjen, fenol serta zat organic lain. Kaporit
b. Desinfeksi Fisik
Gelombang Mikro: Proses desinfeksi dengan irradiasi sinar gama
Sinar ultraviolet: Menghilangkan virus yang merupakan substansi utama
penyebar penyakit air dari sumber air tanah.
24
7. Bangunan Pelengkap dan penunjang: Diperlukan untuk dapat melengkapi dan
menunjang pengolahan Air Minum. Bangunanbangunan yang diperlukan, adalah
a. Ruang Pembubuhan bahan kimia
b. Ruang jaga
c. Ruang Labolatorium
d. Ruang Gudang
e. Ruang penyimpanan bahan kimia
f. Peralatan mekanikal dan ekektrikak (panel pompa, genset, tangki bahan
bakar)
g. Sarana pembuangan lumpur dari hasil pengurasan bak pengendapan dan
pencucian saringan
8. Reservoir Produksi: Adalah tempat menampung air bersih, pada sistem
penyediaan air minum. Fungsi utama dari reservoir adalah untuk
menyeimbangkan antara debit produksi dengan debit pemakaian air
25
• Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,
diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan
relatif datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan
menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump);
• Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40
m, wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan tekanan minimum.
Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan
(pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan tekanan dapat digunakan pompa
penguat.
f. Perencanaan Teknis Unit Pelayanan
Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum,terminal air, hidran
kebakaran dan meter air.
1. Sambungan Rumah
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa
danperlengkapannya, dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meterair. Fungsi
utama dari sambungan rumah adalah:
a. mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;
b. untuk mengetahui jmlah air yang dialirkan ke konsumen. Perlengkapan
minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah:
c. bagian penyadapan pipa;
d. meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor;
e. katup pembuka/penutup aliran air;
f. pipa dan perlengkapannya.
2. Hidran/Kran Umum
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan
meteran air berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU
menggunakan pipa pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran
¾”. Panjang pipa pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi
dilapangan/pelanggan. Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan
merupakan pekerjaan sipil yang sederhana meliputi pembuatan bantalan beton,
meteran air, penyediaan kotak pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat
baja beserta anak kuncinya, pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai
26
gambar rencana.Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah
b. saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air
kotor/selokan terdekat yang ada
c. KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾”
3. Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan
untuk mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau
pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada
setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan
kepadatan bangunannya.Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:
- Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran.
Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
- Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup
katup ini maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air. Pada
umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
a. bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran
b. badan hidran
c. kepala hidran
d. katup hidran
27
Gambar 4.4 Sistem Pengaliran dengan Gravitasi
28
4.3.5.2. Sistem Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi ialah rangkaian pipa yang berhubungan dan digunakan untuk
mengalirkan air ke konsumen. Letak distribusi ditentukan oleh kondisi topografi daerah
layanan dan lokasi pengolahan biasanya diklasifikasikan sebagai berikut:
29
c. Sistem Gabungan
Sistem ini gabungan dari sistem cabang dan sistem melingkar yang kelebihannya
adalah dapat mendesain pipa secara fleksibel dalam pengembangan jaringan distribusi
baru. Akan tetapi kekurangannya adalah apabila terdapat kebocoran, tekanan pada jaringan
loop terganggu dan tidak bisa jalan sempurna. (Bhaskoro, 2007)
30
• Keuntungan sistem ini adalah :
• Pemakaian air cenderung lebih hemat/sedikit karena pelayanan hanya beberapa
jam saja.
• Bila ada kehilangan air maka jumlah air yang terbuang relatif sedikit
• Kerugian sistem ini adalah :
• Bila terjadi kebakaran pada saat jam tidak beroperasi maka air untuk pemadam
kebakaran tidak tersedia
• Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang cukup agar
kebutuhan air dapat terpenuhi
• Dimensi pipa yang dipakai otomatis akan lebih besar karena kebutuhan air yang
akan disediakan dan didistribusikan dalam sehari hanya ditempuh dalam waktu
yang pendek.
• Ketika pipa dalam keadaan kosong akan terjadi tekanan negatif yang akan
menyebabkan bakteri dan gas beracun terserap ke dalam pipa, sehingga akan
membawa wabah penyakit bagi pelanggan
1. Kecepatan memenuhi standar yaitu 0,3 – 4,5 m/det (Peraturan Menteri PUPR No. 27
Tahun 2016).
2. Node bertekanan diatas dari 10 Mka/1 bar (Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016
Minimum pressure/tekanan adalah 10 Mka/1 bar, maksimum pressure 80 Mka).
3. Kriteria headloss dibawah 10 m/km (Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016).
31
BAB V
KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahapan penyelenggaraan SPAM memilki beberapa regulasi yang mengacu pada
Permen PUPR No.27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM. Penyelenggaraan
SPAM dilaksanakan mengikuti proses dasar manajemen yang meliputi tahapan
perencanaan, pelaksanaan.pemantauan dan evaluasi. Begitupula dokumen yang disusun
dalam perencanaan penyelenggaraan SPAM yaitu dokumen RISPAM, Studi kelayakan,
dan Rencana Teknis Terinci.
2. Empat aspek yang mendukung SPAM yang berkelanjutan seperti Aspek Teknis
Teknologis, Aspek Sosial Ekonomi, Aspek Kelembagaan dan Aspek Lingkungan.
3. Adapun tahapan dalam perencanaan SPAM, tahap awal dilakukan proyeksi jumlah
penduduk, dilanjutkan dengan proyeksi fasilitas, perhitungan kebutuhan air domestik
maupun non domestik, penentuan bangunan pengolahan air sesuai dengan baku mutu
kualitas air yang akan dimanfaatkan, secara umum bangunan pengolahan air terdiri dari
intake, jaringan transmisi, prasedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, flitrasi,
desinfeksi, yang setelah itu masuk pada reservoar atau langsung dialirkan kepada
masyarakat.
4. Pada sistem pendistribusian terdapat sistem pengaliran dari pengolahan/reservoir menuju
kepada pelanggan dengan gravitasi, pompa, maupun gabungan. Selain itu terdapat sistem
jaringan distribusi kepada pelanggan yaitu sistem cabang, sistem melingkar dan sistem
gabungan. Adapun sistem pendistribusian dibedakan dari waktu pengaliran yaitu sistem
pengaliran continous (24 jam) dan intermitten (sewaktu-waktu). Pada saat merencanakan
sistem pendistribusian perlu dilakukan analisa terlebih dahulu sehingga jaringan yang
direncanakan sesuai dengan kriteria Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016
32
DAFTAR PUSTAKA
Bhaskoro, 2007, “Perencanaan Jaringan Perpipaan Air Minum” Materi Kuliah Perencanaan
Jaringan Perpipaan AKATIRTA, Magelang.
BPSDM, 2018. Perencanaan Jaringan Pipa Transmisi Dan Distribusi Air Minum.
Buku Panduan Pengembangan Air Minum – Cipta Karya, Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta
Karya Dinas PU, 2000.
Joko, T (2010). Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Peraturan Menteri Pekerja Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2016 Tentang
Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum Untuk Memenuhi Kebutuhan
Sendiri Oleh Badan Usaha.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 18 Tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan
Air Minum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan
Air Minum.
Perturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
Rivai, Masduki, Marsono. 2006 tentang Evaluasi Sistem Distribusi Menggunakan Epanet 2.0.
SNI 7509:2011 Tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Jaringan Distribusi dan Unit
Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum.
33