Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ANALITIK

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016


MODUL
PEMBIMBING

: Spektrofotometri UV
: Bevi Lidya,Dra,MS,Apt
PERCOBAAN : 29 MARET 2016
PENYERAHAN
2016

: 05 APRIL

OLEH

KELOMPOK

:3

NAMA

: 1. FUJA ADWINA SAHYUGI (151411009)

KELAS

2. HAGAI ELISAFAN

(151411010)

3. HERDINAND DIMAS

(151411011)

: 1A-TK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ANALITIK


MODUL PRAKTIKUM
NAMA PEMBIMBING
TANGGAL PRAKTIKUM
TANGGAL PENYERAHAN

: Penentuan Kadar Kafein dengan Metoda Spektrofotometri UV


: Bevi Lidya,Dra,MS,Apt
: 29 Maret 2016
: 05 April 2016

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Dengan melakukan percobaan penentuan kadar kafein, diharapkan praktikan mampu
melakukan beberapa hal berikut.
1. Mengoperasikan mesin spektrofotometri UV dengan baik sesuai prosedur dan standar
operasional.
2. Melakukan kalibrasi mesin spektrofotometri UV sesuai dengan persyaratan sistem mutu.
3. Memahami hubungan antara konsentrasi larutan dengan kekuatan absorbansinya terhadap
cahaya.
II.

DASAR TEORI
1. Kafein

Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal
dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina
ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819.
Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder, tersier atau siklik.
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun
mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul
194,19 gr/gmol dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1% dalam air).

Gambar struktur molekul kafein

Rumus Molekul kafein

Kafein sebagai zat stimulan sering dituding sebagai penyebab kecanduan. Hal
tersebut tidak sepenuhnya benar. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika
dikonsumsi dalam jumlah yang sangat banyak dan rutin. Kafein memiliki sifat antisorporific
yang dapat mengatasi sergapan rasa kantuk.
kadar kafein per 240 mL untuk berbagai jenis minuman adalah :
No
1
2
3
4
5
6

Produk
Minuman bersoda
Kopi
Minuman energy
Teh
Cokelat
Susu cokelat

Kadar
23
65-120
70-85
20-90
5-35
1-15

2. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer
dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.

Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relative jika energy tersebut
ditransmisikan atau direfleksikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Prinsip dasar dari suatu spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Jenis-jenis spektrofotometer :
Berdasarkan pada daerah spektrum yang akan dieksporasi, terdiri dari :
a. Spektrofotometer sinar tampak (Vis).
b. Spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV).
Berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari :
a. Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams optic).
b. Spektrofotometer optika sinar tunggal (single beams optic).
Tetapi pada praktikum kali ini kita memakai Spektrofotometer 1500 shimadzu

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak kontinyu,


monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk
mengukur perbedaan absorbansi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, S.M,
2002)
Skema konstruksi spektrofotometer :

Ketika cahaya putih dilewatkan dalam suatu substansi maka setiap warna cahaya yang
dipantulkan akan memiliki panjang gelombang yang berbeda. Berkas cahaya tersebut
diasumsikan sebagai warna komplemen dari panjang gelombang yang diserap.
Mekanisme kerja dari spektrofotometer pada dasarnya adalah memisahkan cahaya
menjadi monokromatik, yang kemudian cahaya tersebut dilewatkan pada suatu sampel yang akan
diukur kekuatan radiasinya. Jika P merupakan banyaknya sinar sinar yang diteruskan oleh
larutan sampel dan Po merupakan banyaknya sinar yang diserap, maka ratio P/Po dapat kita
sebut sebagai transmitansi. Selain mengukur transmitansi, spektrofotometer pada dasarnya
adalah untuk mengukur absorbansi sampel karena adanya interaksi atom, molekul, dan ion pada
sampel tersebut.
Panjang gelombang yang diserap oleh sampel dari sejumlah cahaya yang diberikan
akan sebanding dengan konsentrasi sampel dan ketebalan larutan sampel. Secara matematis
hubungan ini diberikan oleh hukum Lambert beer:
A = bc
Dimana:

= absorptivitas molar (L.cm-1.mol-1)

b = ketebalan kuvet (cm)

c = konsentrasi (molL-1)

III.

ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Spektrofotometri

2.
3.
4.
5.

Shimadzu UV 1700 dan


kuvet kuarsa
Labu takar 50 ml
Gelas kimia 250 ml, 100
ml, 50 ml
Pipet Volume 10 ml,
25ml
Bola hisap

Bahan
1. Kafein 100 ppm
2. HCl 0,1 M

IV.

CARA KERJA

1. Pembuatan Larutan Standard dan Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Membuat 100ml larutan induk kafein
(100 ppm) dalam HCl 0,1N

Buat sederetan larutan standar kafein dengan konsentrasi 2,4,6,8,10 dan 12


ppm dalam HCl 0,1N dari labu induk. Dalam labu takar 50 ml.

Dengan menggunakan rumus V1 x N1 = V2 x N2 maka dapat


ditemukan :
2 ppm = 0,5 ml

6 ppm = 1,5 ml

10 ppm = 2,5 ml

4 ppm = 1 ml

8 ppm = 2 ml

12 ppm = 3 ml

Tentukan panjang gelombang maksimum, dengan cara: ukur


serapannya (ambil larutan standar 8 ppm) dari berbagai
panjang gelombang ( dari 380 190 nm)

Ukur serapan berbagai konsentrasi larutan standar pada


gelombang
yang sudah ditentukan
2. SPEKTROFOTOMETERpanjang
UV-1700
SHIMADZU

A. Menyalakan Alat

Keluarkan silica gel dari sample

Nyalakan alat UV-1700 (tombol samping kanan)


Buka monitor perlahan. Putar tombol sebelah
kanan hingga layar monitor tampak Initialization

Tunggu sampai proses inisialisasi selesai dan keluar tampilan "mode

B. Pengukuran Spektrum
Pilih menu 'spectrum' lalu tekan 2 kemudian atur parameter

Masukkan kuvet berisi larutan blangko (kedua-duanya)

Tekan tombol 'Base corr' F1, tunggu sampai muncul 0,000 A (alat akan
berbunyi bip-bip)

Ganti kuvet blangko yang bagian depan dengan larutan sampel (isi kuvet dengan
larutan sampel yang diinginkan)

Tekan tombol 'start', maka muncul spektrum antara Abs dengan Wavelength

Muncul 'wavelength & absorbance', tampilan kurva A vs

Tekan tombol 'data procc' F2, 'peak'(3) untuk mengetahui panjang gelombang
maksimum dan absorbansi

C. Pengukuran Photometric

Pilih Menu Photometric


Tekan

Lalu tekan Go to

Isikan nilai panjang

Masukan kuvet yang berisi larutan blanko


pada sample compartement

Tekan tombol auto zero lalu tunggu hingga


A:0,000 A dan alat berbunyi bip-bip

Ganti kuvet isi blanko dengan kuvet yang berisi larutan sample yang akan di

Tekan tombol start

Ganti kuvet sample dengan larutan sample lain dan tekan start

Muncul table Photometric

D. Pengukuran Quantitative
a) Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pilih menu 'quantitative' dengan cara tekan (3), (jika dari menu 'spectrum'
tekan ' return' lebih dahulu
Atur parameter:
1. Meas, 1 lamda: isikan panjang gelombang ; tekan 'enter'
2. Method; multi point (3); isi jumlah larutan standar yang digunakan 'enter' ;
orde 1 'enter' ; zero intept NO 'enter'
3. No of meas. 1
Tekan
'start',
masukkan
konsentrasi
larutan standar,
(pekarjaan
Ganti
kuvet
dengan
larutannilai
standar
yang berikutnya,
tekan ' tekan
start' ,'enter'
demikian
seterusya
4.
Unit
ppmblangko
Tekan
'cal.curve'
F1 untuk
tamilan
kurva
kalibrasi
tersebut
dilanjutkan/diulang
sampai
selesai
sampai
pengukuran
selesai
Masukkan
kuvet
isi(bagian
larutan
blangko
padaI sampai
kedua
'reference
Ganti
kuvet
depan)
larutan
standar
yangsample'
pertama
Tekan
tombol
'Auto
, melihat
tunggu
dengan
Muncul
:dengan
NO
Conc
I sisi
ABS
Tekan
'start'tampilan
;zero'
maka
akan
keluar
nilai
ABS 0,000A

E. Pengukuran Konsentrasi Sampel

Tekan return sampai kembali ke


menu utama Quantitative

Ganti kuvet isi larutan standar dengan larutan


sampel yang akan dianalisis

Tekan start . Ulangi pekerjaan tersebut hingga sampel yang


akan dianalisis mendapatkan hasil yang baik.

F. Mematikan Alat
Kosongkan compartement cell

Masukkan kembali silica gel

Putar tombol sebelah kanan hingga layar monitor


tampak biru

V.

DATA PENGAMATAN

Data Photometric
Panjang gelombang maksimum = 279,2 nm, Absorban = 0,401
No

Larutan Standar

Absorbansi

K*ABS

1.

Konsentrasi 2 ppm

0,097

0,0968

2.

Konsentrasi 4 ppm

0,178

0,1781

3.

Konsentrasi 8 ppm

0,368

0,3684

4.

Konsentrasi 10 ppm

0,465

0,4655

5.

Konsentrasi 12 ppm

0,555

0,5551

Kurva Kalibrasi (Pengukuran Quantitative)


No

Konsentrasi

Absorbansi

1.

0,00 ppm

0,00

2.

2,00 ppm

0,091

3.

4,00 ppm

0,183

4.

8,00 ppm

0,395

5.

10,00 ppm

0,508

6.

12,00 ppm

0,594

ABS = K3C3 + K2C2 + K1C + K0


K3 = 0,000
K2 = 0,000
K1 = 0,0197
K0 = 0,000
R2 = 0,9984
-

Data Pengukuran Konsentrasi Sampel


No

VI.

Larutan Sampel

Absorbansi

Konsentrasi

1.

Sampel 1

0,293

5,9074

2.

Sampel 2

0,337

6,7801

PENGOLAHAN DATA/ PERHITUNGAN

1. Membuat Larutan Standar Kafein


a. Membuat Larutan Kafein 2 ppm
N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1
= 2 . 25
50
V1
= 100
V1
= 0,5 ml
b. Membuat Larutan Cafein 4 ppm
N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1
= 4 . 25
100
V1
= 100
V1
= 1 ml
c. Membuat Larutan Cafein 8 ppm
N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1
= 8 . 25
200
V1
= 100
V1
= 2 ml
d. Membuat Larutan Cafein 10 ppm
N1 .V1
= N2 .V2

100 . V1
V1

= 10 . 25
250
= 100

V1
= 2,5 ml
e. Membuat Larutan Cafein 12 ppm
N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1
= 12 . 25
300
V1
= 100
V1

= 3 ml

Kurva Kalibrasi Quantitative


0.7
0.6

f(x) = 0.05x - 0.01


R = 1

0.5
0.4
Absorbansi 0.3
0.2
0.1
0

10

12

14

Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi Photometric


0.6
f(x) = 0.05x - 0
R = 1

0.5
0.4
Absorbansi

0.3
0.2
0.1
0
0

Konsentrasi (ppm)

10

12

14

2. Menentukan Konsentrasi Larutan Sampel Berdasarkan Pers. Linier Kurva Kalibrasi


Y = 0,0505x 0,0078 (pada kurva kalibrasi quantitative)
Y = 0,0463x 0,0004 (pada kurva kalibrasi photometric)
Y; Absorbansi
X; Konsentrasi
a. Sampel 1
Diketahui absorbansi = 0,293
Y
= 0,0505x 0,0078
0,293
= 0,0505x 0,0078
0,293+ 0,0078
X
=
= 5,956 ppm (quantitative)
0,0505
Y
0,293
X

= 0,0463x 0,0004
= 0,0463x 0,0004
0,293+ 0,0004
=
= 6,33 ppm (photometric)
0,0463

b. Sampel 2
Diketahui absorbansi = 0,337
Y
= 0,0505x 0,0078
0,337
= 0,0505x 0,0078
0,337+0,0078
X
=
= 6,827 ppm
0,0505
Y
0,337
X

VII.
-

= 0,0463x 0,0004
= 0,0463x 0,0004
0,337+0,0004
=
= 7,28 ppm (photometric)
0,0463

Larutan

C pada alat

Sampel 1
Sampel 2

5,907
6,780

PEMBAHASAN
Fuja Adwina Sahyugi (151411009)

C berdasarkan
kurva quantitative
5,956 ppm
6,827 ppm

C berdasarkan
kurva photometric
6,33 ppm
7,28 ppm

Praktikum kali ini bertujuan untuk membuat kurva kalibrasi, menentukan panjang
gelombang maksimum, absorbansi larutan standar dengan panjang gelombang
maksimum, dan konsentrasi suatu sampel. Percobaan ini untuk menganalisa kadar kafein
menggunakan alat spektrofotometer UV-1700 Shimadzu. Untuk menentukan kadar
kafein, digunakan larutan standar kafein dengan berbagai konsentrasi (2ppm, 4ppm,
8ppm, 10ppm, dan 12ppm) dalam larutan HCl 0,1 N. Digunakannya larutan HCl
bertujuan untuk membuat kafein berada pada keadaan asam, karena keadaan asam akan
membuat pengukuran panjang gelombang kafein mencapai titik maksimum. Panjang
gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi
yang paling besar.
Setelah diukur menggunakan alat spektrofotometer UV shimadzu, panjang
gelombang maksimum kafein didapatkan dari larutan standar konsentrasi 4ppm adalah
279,2 nm dengan absorbansi 0,401. Panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk
mengukur absorbansi larutan standar lainnya yang sudah diketahui konsentrasinya.
Sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi. Nilai absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan, sehingga semakin tinggi konsentrasinya semakin besar pula nilai
absorbansinya.
Pada percobaan ini, dibuat dua kurva kalibrasi yaitu dari data pengukuran
photometric dan data pengukuran quantitative pada alat. Hal ini untuk membandingkan
nilai konsentrasi sampel yang didapatkan berdasarkan persamaan linier kurvanya dengan
nilai konsentrasi sampel yang sudah diketahui pada alat. Perhitungan konsentrasi yang
paling mendekati dengan konsentrasi yang telah diketahui pada alat adalah berdasarkan
kurva kalibrasi pengukuran quantitative. Konsentrasi sampel 1 pada alat adalah 5,907
ppm dan sampel 2 adalah 6,780 ppm. Sedangkan berdasarkan perhitungan dari
persamaan linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi quantitative konsentrasi sampel 1
adalah 5,956 ppm dan sampel 2 adalah 6,827 ppm. Namun jika berdasarkan kurva
pengukuran photometric selisihnya agak jauh karena pada dasarnya data dari tabel
photometric bukan untuk dijadikan kurva kalibrasi.
-

Hagai Elisafan (151411010)


Herdinand Dimas (151411011)

VIII. KESIMPULAN
- Nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.
- Panjang gelombang maksimum yang diperoleh sebesar 279,2 nm dengan absorbansi
0,401.
- Konsentrasi larutan sampel 1 dan 2 pada alat yaitu 5,907 ppm dan 6,780 ppm, sedangkan
berdasarkan perhitungan dari kurva kalibrasi pengukuran quantitative adalah 5,956 ppm
dan 6,827 ppm.

DAFTAR PUSTAKA
Toni.2013.Penentuan Kadar Kafein secara Spektrofotometri Shimadzu
https://tonimpa.wordpress.com/2013/11/05/1069/ [diunduh pada 2 April 2016]
TIM.2011.Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen.Jurusan Teknik Kimia

Anda mungkin juga menyukai