Referat Ensefalitis
Referat Ensefalitis
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ensefalitis adalah peradangan pada parenkim otak dan biasanya
diasosiasikan dengan penyakit meningitis. Agen penyakit yang
potensial menyebabkan Ensefalitis sangatlah bervariasi dan
masing-masing
menunjukkan
gejala
dan
manifestasi
yang
Ensefalitis
terjadi
secara
akut,
dan
progresif,
1.2
Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, epidemiologi, patogenesis, diagnosis dan
penatalaksanaan Ensefalitis pada anak.
1.3
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui
definisi,
epidemiologi,
patogenesis,
diagnosis
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Ensefalitis adalah penyakit disfungsi akut sistem saraf pusat, ditandai dengan
terjadinya infeksi dan inflamasi parenkim otak yang dibuktikan dengan
pemeriksaan radiologik maupun histopatologik. Adapun disfungsi sistem saraf
pusat tersebut menyebabkan terjadinya kejang berulang, defisit neurologis fokal,
dan penurunan kesadaran.2
Salah satu tantangan dalam mendiskusikan ensefalitis adalah membuat
definisi praktis mengenai Ensefalitis. Seseorang dikatakan mengidap ensefalitis,
jika pada pemeriksaan patologi ditemukan sel inflamasi mengilfiltrat sel-sel yang
ada di otak, dan bukti tersebut hanya bisa didapatkan dari pemeriksaan biopsi atau
otopsi. Dalam praktiknya, jaringan otak jarang bisa didapatkan sebelum kematian
pasien, sehingga diagnosis ensefalitis hanya bisa didapatkan dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologik serta laboratorium.2
2.2
Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya
bakteri, parasit, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang terpenting dan
tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak
atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Berbagai
jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala klinisnya sama. Sesuai
dengan jenis virus, serta epidemiologinya, diketahui berbagai macam ensefalitis
virus.4
Data mengenai agen penyebab Ensefalitis pada anak sudah banyak
berubah selama 30 tahun ini. Hal ini dikarenakan sudah banyak agen infeksi
seperti campak, varisela, rubella, dan pertusis, yang bisa dicegah dengan
pemberikan vaksin. Di lain pihak, beberapa agen infeksi baru-baru ini ditemukan
ternyata bisa menyebabkan ensefalitis. Pengobatan sesuai agen infeksi diyakini
sangat membantu dalam tata laksana penyakit Ensefalitis.Berikut ini adalah agenagen patogen penyebab Ensefalitis.2
Table 1. Mikroorganisme Patogen Penyebab Ensefalitis2
Ensefalitis dapat mengakibatkan salah satu dari dua kondisi yang dapat
mempengaruhi otak:
1. Ensefalitis primer terjadi bila virus atau agen menular lainnya secara langsung
menginfeksi otak. Infeksi dapat terkonsentrasi pada satu area atau meluas ke
daerah lain. Ensefalitis primer mungkin merupakan reaktivasi virus yang
sudah tidak aktif (laten) setelah sakit sebelumnya.17
2. Sekunder (pasca-infeksi) ensefalitis adalah reaksi sistem kekebalan tubuh
rusak dalam menanggapi infeksi di tempat lain dalam tubuh. Ini mungkin
terjadi ketika protein yang seharusnya melawan infeksi penyakit tertentu
malah keliru menyerang molekul di otak. Ensefalitis sekunder sering terjadi
dua sampai tiga minggu setelah infeksi awal. Jarang, ensefalitis sekunder
terjadi sebagai komplikasi dari vaksinasi terhadap infeksi virus.17
2.3
Epidemiologi
Angka kejadian bervariasi pada beberapa penelitian, tetapi pada umumnya
berkisar antara 3,5 - 7,4 pada 100.000 pasien per tahun, dan umumnya angka ini
lebih tinggi pada anak-anak. Walaupun ensefalitis terjadi pada kedua jenis
kelamin, tetapi pada beberapa penelitian, ada kecenderungan angka kejadian lebih
tinggi pada laki-laki.1
Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada
jurnal Pediatrics in Review yang menggunakan National Hospital Discharge
Survey mengestimasi perawatan inap di rumah sakit yang disebabkan oleh
ensefalitis di amerika serikat, dimana per tahun ditemukan kasus 7,3/100.000
dengan data rata rata per tahun lebih dari 200.000 hari perawatan inap di rumah
sakit, dan 1400 kematian.2
Insiden tertinggi terjadi pada anak-anak dibawah usia 1 tahun dengan
kasus 13.7/100.000 dan orang dewasa diatas 65 tahun dengan kasus 10.6/100.000
per tahun. Karena keterbatasan data sehingga kriteria diagnostik spesifiknya pun
terbatas. Dalam analisis National Hospital Discharge, didapatkan data penyebab
ensefalitis 60% adalah tidak diketahui, dan dari yang diketahui didapatkan
penyebab tersering adalah herpes virus, varisela dan arbovirus.2
2.4
Faktor Resiko
Beberapa faktor yang menyebabkan risiko lebih besar adalah:
1. Umur. Beberapa jenis ensefalitis lebih lazim atau lebih parah pada anakanak atau orang tua.
2. Sistem kekebalan tubuh yang lemah.Jika memiliki defisiensi imun,
misalnya karena AIDS atau HIV, melalui terapi kanker atau transplantasi
organ, maka lebih rentan terhadap ensefalitis.
Anatomi
Cerebrum (Telencephalon)
Cerebral Hemisper
Otak adalah pusat integrasi tertinggi dari SSP dan merupakan segmen yang paling
dibedakan dari otak manusia. Pada dasarnya terdiri dari dua struktur: dua cerebral
hemisfer dan beberapa ganglia basalis. Yang terakhir ini memiliki beberapa
peranan dalam aktivitas motorik, terutama inisiasi dan gerakan lamban. Mereka
terletak jauh di dalam hemisfer dan tidak dapat dilihat sampai otak dipotong.
Kedua cerebral hemisfer dipisahkan oleh fisura longitudinal dan terdiri dari
bagian utama dari substansi yang terlihat pada otak.18
Gambar 1. Susunan otak. Potongan sagittal kepala pada orang dewasa; dilihat dari sisi kiri
medial. Otak tengah, pons, dan medula oblongata bersama-sama membentuk batang otak
( dikutip dari kepustakaan 8 )
Lobus Cerebral
Permukaan otak dibentuk oleh gyri yang dipisahkan oleh sulcus. Kedua sulcus
lateral dan sulcus sentralis dapat membagi hemisfer menjadi empat lobus :
- Lobus frontal
- Lobus parietalis
- Lobus temporal
- Lobus occipital
Lobus frontal terletak di depan sulcus sentralis, lobus parietalis terletak
dibelakang. Lobus temporal terletak di bawah sulcus lateral, dan sulcus parietooccipital memisahkan parietalis lobus dari lobus occipital. Jauh di dalam sulcus
lateral terletak insula, dilindungi oleh lobus frontal, parietal, dan temporal. Insula
ini sering dianggap sebagai lobus kelima. Tidak diketahui fungsinya pada otak
manusia.18
area. Area
utama merupakan awal dan keluarnya jalur proyeksi. Contohnya, sebagian besar
tractus pyramidalis
2.6
11
2.7
Diagnosis
Anamnesis yang cermat, tentang kemungkinan adanya infeksi akut atau kronis,
keluhan, kemungkinan adanya peningkatan tekanan intra kranial, adanya gejala,
fokal serebral/serebelar, adanya riwayat pemaparan selama 2-3 minggu terakhir
terhadap penyakit melalui kontak, pemaparan dengan nyamuk, riwayat bepergian
ke
daerah
endemik
dan
lain-lain.
Pemeriksaan
fisik/neurologik,
perlu
Manifestasi Klinis
Secara umum gejala berupa trias ensefalitis :
1. Demam
2. Kejang
3. Kesadaran menurun
Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi
umum dengan tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu : nyeri kepala
yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran
menurun. Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda defisit
neurologis tergantung pada lokasi dan luasnya abses.2,7
Ensefalitis memiliki penyebab yang banyak sehingga sulit untuk mengeneralisasikan tanda dan gejalanya. Manifestasi pertamanya adalah demam dan
sakit kepala, diikuti dengan perubahan status mental dan berkembangnya gejala
12
neurologi fokal. Manifestasi yang terjadi bisa memberi kesan bahwa encephalitis
yang terjadi fokal atau difus. Contohnya, kebanyakan aboviral enchepalitis
melibatkan otak secara difus dengan demam yang lebih awal, muntah dan koma.
Sedangkan sebaliknya pada encephalitis HSV dimulai dengan hemiparesis, kejang
atau defek saraf kranial. Demam dan sakit kepala bisa ditemukan beberapa jam
sampai beberapa hari setelah itu.8
Tanda dan gejala pada encephalitis pada anak dan dewasa itu sama. Pada
bayi bisa terjadi susah diberi makan,rewel,muntah,pembengkakan fontanel dan
kaku tubuh. Gejala pada bayi merupakan suatu emergensi medis.9
Tanda dan gejala di atas bisa terjadi dua sampai tiga minggu dan bisa terdapar satu
atau beberapa gejala berikut:9
Demam
Kelelahan
Sakit tenggorokan
Kaku leher dan punggung
Sakit kepala
Muntah
Light-phobia
Pada kasus-kasus yang lebih berat mungkin terdapat tanda dan gejala
sebagai berikut:9
Kejang
Kelemahan otot
Paralisis
Hilang ingatan
Apatis
13
14
lanjut
dapat
ditemukan
lesi
yang
hipodens
dan
terjadi
15
perluasan infeksi, MRI dapat menunjukkan lesi di pusat korteks atau korteks
temporal anterior, insula dan inti grey matter pada hemisfer serebral.20
2.8
Penatalaksanaan
Semua pasien yang dicurigai sebagai ensefalitis harus dirawat di rumah sakit.
Penanganan ensefalitis biasanya tidak spesifik, tujuan dari penanganan tersebut
adalah mempertahankan fungsi organ, yaitu mengusahakan jalan nafas tetap
terbuka,
pemberian
makanan
secara
enteral
atau
parenteral,
menjaga
Terapi Suportif
Tujuannya untuk mempertahankanfungsi organ, dengan mengusahakan jalan nafas
tetap terbuka (pembersihan jalan nafas, pemberian oksigen, pemasangan respirator
bila henti nafas, intubasi, trakeostomi), pemberian makanan enteral atau
parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit,koreksi gangguan asam
basa darah.Untuk pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lender pada
tenggorok, dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik.12
2.8.2
Terapi Kausal
Pengobatan anti virus diberikan pada ensefalitis yang disebabkan virus, yaitu
dengan memberikan asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam selama 10-14
hari,beberapa ahli memberikan samapai 21 hari. Pemberian asiklovir bisa
menurunkan angka mortalitas,dari 70 % menjadi 25-30%. Preparat asiklovir
tersedia dalam 250 mg dan 500 mg yang harus diencerkan dengan aquadest atau
larutan garam fisiologis. Pemberian secara perlahan-lahan diencerkan menjadi 100
16
17
2.8.3
Terapi Simptomatik
Obat antikonvulsif diberikan segera untuk mengatasi kejang, bisa diberikan IM
atau IV. Obat yang diberikan yaitu diazepam dengan dosis 0,3-0,5 mg/Kg BB/ hari
dilanjutkan dengan fenobarbital. Perlunya diperiksa kadar glukosa darah, kalsium,
magnesium harus dipertahankan normal agar ancaman timbulnya kejang menjadi
minimal.5
Untuk
mengatasi
menempatkan es
hiperpireksia,
diberikansurface
cooling
dengan
misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis
dan diatas kepala. Dapat juga diberikan antipiretik seperti parasetamol dengan
dosis 10-15mg/kgBB, bila keadaan telah
peroral.14
Untuk
mengurangi
edema
serebri
dengan
deksametason
0,2
Terapi Rehabilitatif
Upaya pendukung dan rehabilitatif amat penting sesudah penderita sembuh.
Diperlukan neurorehabilitasi yang melibatkan berbagai modalitas terapi seperti
fisioterapi, terapi okupasional,terapi bicara dan bahasa,serta keadaan psikologi
anak. Inkoordinasi motorik, gangguan konvulsif, strabismus, ketulian total atau
parsial, dan gangguan konvulsif dapat muncul hanya sesudah jarak waktu tertentu.
18
Komplikasi
Kesadaran pasien sewaktu keluar dari rumah sakit bukan merupakan gambaran
penyakit secara keseluruhan karena gejala sisa kadang-kadang baru timbul setelah
pasien pulang. Gejala sisa yang sering muncul berupa gangguan daya ingat (69%),
perubahan kepribadian dan tingkah laku (45%), epilepsi (25%). Beberapa kelainan
yang mungkin dapat dijumpai antara lain retardasi mental, iritabel, emosi tidak
stabil, sulit tidur, halusinasi, enuresis, perubahan perilaku, dan juga dapat
ditemukan gangguan motorik dan epilepsi.15
Gangguan neurokognitif yang bisa terjadi setelah ensefalitis,terutama
akibat virus,berupa perubahan pada fungsi memori,persepsi dan eksekusi.
Perubahan ini terlihat jelas pada anak yang terkena ensefalitis saat usia sekolah,
sehingga ketika sudah sembuh dan kembali ke sekolah mengalami kesulitan. Pada
keadaan ini diperlukan pemeriksaan intelegensia, fungsi kognitif,memori dan
bicara,sehingga dapat diketahui gangguan yang timbul sekaligus mengidentifikasi
terapi yang diperlukan.16
Komplikasi yang sering mengikuti ensefalitis yaitu epilepsi, terutama
pada anak dengan riwayat kejang yang berulang, status epileptikus, terjadinya
penurunan kesadaran yang berat. Jika anak kembali kejang setelah sembuh, maka
19
Prognosis
Kebanyakan anak sembuh secara sempurna dari infeksi virus pada sistem saraf
sentral, walaupun prognosis tergantung pada keparahan penyakit klinis, etiologi
spesifik, umur anak, keterlibatan parenkim otak dan susunan saraf spinal, adanya
edema otak, adanya gangguan vaskularisasi dan perfusi pada otak, adanya
keterlibatan sistem organ lain, komplikasi yang timbul serta respon terhadap
pengobatan.5
Agen penyebab infeksi juga mempengaruhi prognosis,pada sebuah
penelitian di Taiwan didapatkan 60% anak dengan ensefalitis HSV memiliki
sekuele neurologi. Sedangkan pada anak dengan ensefalitis yang disebabkan
enterovirus,sekitar 71,8 % tidak memiliki defisit neurologi ketika dievaluasi 2
tahun setelah sembuh dari ensefalitis.16
Jika penyakit klinis berat dengan bukti adanya keterlibatan parenkim
memiliki prognosis yang lebih jelek, dengan kemungkinan defisit yang bersifat
intelektual, motorik, psikiatrik, epileptik, penglihatan, ataupun pendengaran.
Sekuele
berat
juga
harus
dipikirkan
walaupun
beberapa
kepustakaan
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Ferrari, S.et al. Viral Encephalitis : Etiology, Clinical Features, Diagnosis and
Management. The Open Infectious Diseases Journal. 2009:3;1-12
2. Lewis, P., Glacor, C., Encephalitis. American Academic of Pediatrics:
Pediatrics in Review. 2005:26;353-363
3. Saharso, D., Hidayati, S. N., Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam: Ismael, S.,
Soetomenggolo, T. Neurologi anak. Jakarta: IDAI. 2000
4. Lazoff, M., et al, Encephalitis. Medscape Refference. 2011. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/791896
5. Behrman,R., Kliegman, R., Arvin, A., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Nelson
(Nelson Textbook of Pediatrics) . 15th Edition. EGC.2007 ; p880-881
21
URL
http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/ensefalitis2.pdf
8. Paul lewis MD, Carol A. Glaser,DVM,MD .Encephalitis. article in pediatrics
in review 2005;26;353
9. Medical Author:Charles Patrick Davis, MD, PhD Medical Editor:Melissa
Conrad
Stppler,
MD,Chief
Medical
Editor
available
from
URL:
http://www.emedicinehealth.com/encephalitis/page3_em.htm#encephalitis_sy
mptoms_and_signs
10. Roos L.Karen, Tyler L. Kenneth. Meningitis,Encephalitis, Brain Abses,and
Empyema. In: Kasper, Brounwald, Fauci, Hauser,Longo, Jameson, eds.
Harrisons Principal of Internal Medicine. 16th ed. New York: Mc Graw Hill
Companies; 2005. p.2480-83)
11. Fenichel Gerald. Altered States of Consiousness in Clinical Pediatric
Neurology. Sixth Edition. 2009. P58-61
12. Soetomenggolo, T.S. Ensefalitis Herpes Simpleks. Dalam: Ismael, S.,
Soetomenggolo, T. Neurologi anak. Jakarta: IDAI. 2000
13. Salomon, Tom. Management and Outcome of Viral Encephalitis in Children.
In : Pediatrics and Child Health Neurology Symposium. 2007.
14. Yoserizal, M. Ensefalitis. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Jakarta: 2004.
15. Ebaugh, Franklin, G. Neuropsychiatric Sequelae of Acute Epidemic
Encephalitis in children. Journal of Attention Disorders. 2007. SAGE
publication.
22
In:
Scarabino
T, Salvolini
U,
Jinkins
R.
Emergrncy
23