Anda di halaman 1dari 3

HASIL PENELITIAN

Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare


(Momordica charantia)
terhadap Gambaran Sel Epitel Kelenjar
Prostat Tikus Putih
M. Wien Winarno, Lucie Widowati, Budi Nuratmi
Pusat Penelitian Farmasi dan Obat Tradisional, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Buah pare (Momordica charantia), selain dikenal sebagai sayuran, juga digunakan sebagai obat. Penelitian terdahulu menyebutkan
bahwa pemberian infus daging buah pare (dosis 2500 mg/kg BB) dapat menurunkan berat kelenjar prostat dan secara histologis
mengurangi ketebalan sel epitel kelenjar prostat tikus putih, tetapi pengaruhnya terhadap pembesaran kelenjar prostat jinak belum
diketahui. Penelitian dilakukan pada tikus putih galur Wistar, dengan berat 200 - 250 gram, yang telah diinduksi dengan testosteron
propionat selama 14 hari berturut-turut. Bahan yang diteliti berupa ekstrak etanol buah pare 70% dengan dosis 600 mg, 300 mg, 150
mg, dan 75 mg per kg BB, dengan akuades sebagai kontrol. Pemberian ekstrak etanol buah pare 70% dapat mengurangi berat dan
ketebalan sel epitel kelenjar prostat tikus putih yang diinduksi dengan testosteron propionat. Perubahan yang terjadi: sel epitel terlihat
berbentuk kuboid sampai pipih, permukaan sel rata, dengan inti oval atau bulat.
Kata Kunci: Pare, Momordica charantia, Sel epitel kelenjar prostat

PENDAHULUAN
Pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan
pembesaran pada jaringan fibromuskular dan
struktur epitel kelenjar. Tindakan bedah masih
merupakan terapi utama dalam menangani
kasus tersebut, tetapi pada dekade terakhir
dilakukan pula beberapa terapi non-bedah.
Obat-obatan yang dipakai terbagi dalam dua
golongan, yaitu (1) penghambat alfa selektif
(1), misalnya prazosin, yang menyebabkan
relaksasi otot polos pada kelenjar prostat, dan
(2) terapi hormonal, misalnya finasterid, yang
bekerja sebagai inhibitor kompetitif bagi 5-alfa
reduktase, enzim yang diperlukan untuk mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT).1,2
Buah pare (Momordica charantia), yang termasuk suku Cucurbitaceae, merupakan golongan tanaman menjalar dan memanjat. Bagian
tanaman yang digunakan sebagai obat adalah
buahnya, daunnya, dan bijinya. Secara empiris,
buah tanaman ini digunakan sebagai penambah nafsu makan, obat sariawan, dan obat
perut kembung; bijinya sebagai obat luka luar;
sementara daunnya sebagai obat cacing, obat
batuk, obat malaria, obat mual, dan penambah
nafsu makan.3,12
C DK 1 8 6 / Vo l. 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011

Di India, tanaman ini digunakan sebagai antidiabetik, obat reumatik, obat penyakit hati,
dan untuk mengobati gangguan limpa4
sedangkan di Jepang digunakan sebagai pencahar dan obat cacing.7 Daging buah pare
mengandung momordisin, momordin, momordiasin, asam resinat, dan sterol (stigmasterol
dan -sitosterol).4 Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak etanol buah pare
yang diberikan per oral dapat menurunkan
kadar insulin serum pada kelinci.5
Ekstrak etanol buah pare juga memiliki khasiat
potensial sebagai obat kontrasepsi pria; ekstrak
ini dapat menurunkan jumlah spermatogonium, spermatosid, spermatid, dan spermatozoa, serta menurunkan kadar testosteron
darah pada mencit.4,6 In vitro, ekstrak buah
pare dapat menghambat pertumbuhan selsel kanker prostat.8 Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa infus buah pare dapat menurunkan berat kelenjar prostat dan secara
histologis mengurangi ketebalan sel epitel
kelenjar prostat tikus putih, tetapi pengaruhnya terhadap pembesaran kelenjar prostat
jinak belum diketahui.9
Penelitian lanjutan diperlukan untuk mendapatkan informasi ilmiah yang lengkap mengenai

khasiat buah pare dalam pengobatan pembesaran kelenjar prostat jinak.

HASIL PENELITIAN
Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu.
Buah pare, setelah dibuang bijinya, dikeringkan di bawah sinar matahari dan ditaruh di
dalam lemari pengering pada suhu <50 0C
sampai mendapatkan bobot kering yang
konstan. Bahan digiling dan diayak menggunakan ayakan Mesh 48, hingga diperoleh
serbuk daging buah pare dengan kehalusan
yang diinginkan. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan dengan cara perkolasi menggunakan penyari etanol 70%. Ekstrak yang didapat selanjutnya dikeringkan dengan cara diuapkan menggunakan oven pada suhu 40 0C
sampai didapatkan ekstrak dengan kekeringan
yang maksimal.10
Penelitian terhadap kelenjar prostat
Empat puluh ekor tikus putih jantan dengan
bobot badan 200-250 gram diaklimatisasi,
dan diobservasi untuk melihat kondisi hewan.
Hewan diinduksi dengan testosteron propionat 0,1 mg/200 g BB per oral secara terusmenerus selama 14 hari. Setelah itu, tikustikus itu dibagi menjadi 5 kelompok (masingmasing kelompok terdiri dari 8 ekor tikus)
sebagai berikut:
- kelompok ekstrak buah pare dosis 600 mg/kg

BAHAN DAN CARA


Bahan
- 50 ekor tikus putih jantan galur Wistar
dengan bobot badan 200-250 gram
- ekstrak etanol daging buah pare
- akuades
- minyak jarak
- NaCl fisiologis
- dapar formalin
- pewarna HE
Alat
- sonde lambung
- gelas objek dan gelas penutup
- mikroskop cahaya dengan mikrometernya
- timbangan analitis

bobot badan
- kelompok ekstrak buah pare dosis 300 mg/kg

HASIL PENELITIAN
Pengaruh ekstrak buah pare terhadap berat kelenjar prostat
Setelah pemberian 14 hari, berat kelenjar prostat paling ringan terlihat pada dosis 600 mg,
diikuti dosis 300 mg, 150 mg, 75 mg/kg BB, dan (yang paling berat) akuades. Perbedaan
bermakna hanya terlihat pada dosis 600 mg/ kg BB, dibanding dengan akuades (uji ANOVA,
p <0,01) (Gambar 1).

Gambar 1. Rata-rata berat kelenjar prostat (dalam mg) pada berbagai kelompok perlakuan.
Keterangan: Dosis 1 = 600 mg/kg BB, Dosis 2 = 300 mg/kg BB, Dosis 3 = 150 mg/kg BB,
Dosis 4 = 75 mg/kg BB, Dosis 5 = Akuades.

Pengaruh ekstrak buah pare terhadap ketebalan sel epitel kelenjar prostat
Terlihat penurunan rata-rata ketebalan sel epitel kelenjar prostat antara kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kontrol (Gambar 2).

bobot badan
- kelompok ekstrak buah pare dosis 150 mg/kg
bobot badan
- kelompok ekstrak buah pare dosis 75 mg/kg
bobot badan
- kelompok kontrol (menggunakan akuades).

Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap dengan 10 ulangan
untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak
etanol daging buah pare terhadap berat dan
tebal sel epitel serta morfologi kelenjar prostat.

Bahan obat diberikan per oral secara terusmenerus selama 14 hari. Pada hari ke-15,
hewan dimatikan dengan cara didekapitasi,
lalu diambil kelenjar prostatnya. Kelenjar prostat
ditimbang, kemudian difiksasi dalam larutan
buffer formalin 10%, untuk dibuat sediaan
histologik dengan pewarnaan Hematoksilin
Eosin (HE). Parameter yang diamati meliputi
(a) berat kelenjar prostat, (b) ketebalan sel
epitel (diukur dalam satuan mikrometer), dan
(c) morfologi sel epitel kelenjar prostat.11

Gambar 2. Rata-rata ketebalan sel epitel kelenjar prostat (dalam m, pembesaran 600x).
Keterangan: Dosis 1 = 600 mg/kg BB, Dosis 2 = 300 mg/kg BB, Dosis 3 = 150 mg/kg BB,
Dosis 4 = 75 mg/kg BB, Dosis 5 = Akuades.

Cara kerja
Pembuatan ekstrak etanol daging buah pare
Bahan simplisia buah pare diperoleh dari Balai

Analisis data
Analisis data berat dan ketebalan sel epitel
kelenjar prostat menggunakan uji ANOVA.

Ketebalan sel epitel paling tipis pada dosis 600 mg/kg BB, kemudian dosis 300 mg, diikuti dosis
150 mg, dosis 75 mg, dan (paling tebal) akuades. Terdapat perbedaan bermakna antara dosis
600 mg dan 300 mg/kg BB dibandingkan dengan akuades (uji ANOVA, p <0,01).

353

354

C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1

HASIL PENELITIAN

Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare


(Momordica charantia)
terhadap Gambaran Sel Epitel Kelenjar
Prostat Tikus Putih
M. Wien Winarno, Lucie Widowati, Budi Nuratmi
Pusat Penelitian Farmasi dan Obat Tradisional, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Buah pare (Momordica charantia), selain dikenal sebagai sayuran, juga digunakan sebagai obat. Penelitian terdahulu menyebutkan
bahwa pemberian infus daging buah pare (dosis 2500 mg/kg BB) dapat menurunkan berat kelenjar prostat dan secara histologis
mengurangi ketebalan sel epitel kelenjar prostat tikus putih, tetapi pengaruhnya terhadap pembesaran kelenjar prostat jinak belum
diketahui. Penelitian dilakukan pada tikus putih galur Wistar, dengan berat 200 - 250 gram, yang telah diinduksi dengan testosteron
propionat selama 14 hari berturut-turut. Bahan yang diteliti berupa ekstrak etanol buah pare 70% dengan dosis 600 mg, 300 mg, 150
mg, dan 75 mg per kg BB, dengan akuades sebagai kontrol. Pemberian ekstrak etanol buah pare 70% dapat mengurangi berat dan
ketebalan sel epitel kelenjar prostat tikus putih yang diinduksi dengan testosteron propionat. Perubahan yang terjadi: sel epitel terlihat
berbentuk kuboid sampai pipih, permukaan sel rata, dengan inti oval atau bulat.
Kata Kunci: Pare, Momordica charantia, Sel epitel kelenjar prostat

PENDAHULUAN
Pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan
pembesaran pada jaringan fibromuskular dan
struktur epitel kelenjar. Tindakan bedah masih
merupakan terapi utama dalam menangani
kasus tersebut, tetapi pada dekade terakhir
dilakukan pula beberapa terapi non-bedah.
Obat-obatan yang dipakai terbagi dalam dua
golongan, yaitu (1) penghambat alfa selektif
(1), misalnya prazosin, yang menyebabkan
relaksasi otot polos pada kelenjar prostat, dan
(2) terapi hormonal, misalnya finasterid, yang
bekerja sebagai inhibitor kompetitif bagi 5-alfa
reduktase, enzim yang diperlukan untuk mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT).1,2
Buah pare (Momordica charantia), yang termasuk suku Cucurbitaceae, merupakan golongan tanaman menjalar dan memanjat. Bagian
tanaman yang digunakan sebagai obat adalah
buahnya, daunnya, dan bijinya. Secara empiris,
buah tanaman ini digunakan sebagai penambah nafsu makan, obat sariawan, dan obat
perut kembung; bijinya sebagai obat luka luar;
sementara daunnya sebagai obat cacing, obat
batuk, obat malaria, obat mual, dan penambah
nafsu makan.3,12
C DK 1 8 6 / Vo l. 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011

Di India, tanaman ini digunakan sebagai antidiabetik, obat reumatik, obat penyakit hati,
dan untuk mengobati gangguan limpa4
sedangkan di Jepang digunakan sebagai pencahar dan obat cacing.7 Daging buah pare
mengandung momordisin, momordin, momordiasin, asam resinat, dan sterol (stigmasterol
dan -sitosterol).4 Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak etanol buah pare
yang diberikan per oral dapat menurunkan
kadar insulin serum pada kelinci.5
Ekstrak etanol buah pare juga memiliki khasiat
potensial sebagai obat kontrasepsi pria; ekstrak
ini dapat menurunkan jumlah spermatogonium, spermatosid, spermatid, dan spermatozoa, serta menurunkan kadar testosteron
darah pada mencit.4,6 In vitro, ekstrak buah
pare dapat menghambat pertumbuhan selsel kanker prostat.8 Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa infus buah pare dapat menurunkan berat kelenjar prostat dan secara
histologis mengurangi ketebalan sel epitel
kelenjar prostat tikus putih, tetapi pengaruhnya terhadap pembesaran kelenjar prostat
jinak belum diketahui.9
Penelitian lanjutan diperlukan untuk mendapatkan informasi ilmiah yang lengkap mengenai

khasiat buah pare dalam pengobatan pembesaran kelenjar prostat jinak.

HASIL PENELITIAN
Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu.
Buah pare, setelah dibuang bijinya, dikeringkan di bawah sinar matahari dan ditaruh di
dalam lemari pengering pada suhu <50 0C
sampai mendapatkan bobot kering yang
konstan. Bahan digiling dan diayak menggunakan ayakan Mesh 48, hingga diperoleh
serbuk daging buah pare dengan kehalusan
yang diinginkan. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan dengan cara perkolasi menggunakan penyari etanol 70%. Ekstrak yang didapat selanjutnya dikeringkan dengan cara diuapkan menggunakan oven pada suhu 40 0C
sampai didapatkan ekstrak dengan kekeringan
yang maksimal.10
Penelitian terhadap kelenjar prostat
Empat puluh ekor tikus putih jantan dengan
bobot badan 200-250 gram diaklimatisasi,
dan diobservasi untuk melihat kondisi hewan.
Hewan diinduksi dengan testosteron propionat 0,1 mg/200 g BB per oral secara terusmenerus selama 14 hari. Setelah itu, tikustikus itu dibagi menjadi 5 kelompok (masingmasing kelompok terdiri dari 8 ekor tikus)
sebagai berikut:
- kelompok ekstrak buah pare dosis 600 mg/kg

BAHAN DAN CARA


Bahan
- 50 ekor tikus putih jantan galur Wistar
dengan bobot badan 200-250 gram
- ekstrak etanol daging buah pare
- akuades
- minyak jarak
- NaCl fisiologis
- dapar formalin
- pewarna HE
Alat
- sonde lambung
- gelas objek dan gelas penutup
- mikroskop cahaya dengan mikrometernya
- timbangan analitis

bobot badan
- kelompok ekstrak buah pare dosis 300 mg/kg

HASIL PENELITIAN
Pengaruh ekstrak buah pare terhadap berat kelenjar prostat
Setelah pemberian 14 hari, berat kelenjar prostat paling ringan terlihat pada dosis 600 mg,
diikuti dosis 300 mg, 150 mg, 75 mg/kg BB, dan (yang paling berat) akuades. Perbedaan
bermakna hanya terlihat pada dosis 600 mg/ kg BB, dibanding dengan akuades (uji ANOVA,
p <0,01) (Gambar 1).

Gambar 1. Rata-rata berat kelenjar prostat (dalam mg) pada berbagai kelompok perlakuan.
Keterangan: Dosis 1 = 600 mg/kg BB, Dosis 2 = 300 mg/kg BB, Dosis 3 = 150 mg/kg BB,
Dosis 4 = 75 mg/kg BB, Dosis 5 = Akuades.

Pengaruh ekstrak buah pare terhadap ketebalan sel epitel kelenjar prostat
Terlihat penurunan rata-rata ketebalan sel epitel kelenjar prostat antara kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kontrol (Gambar 2).

bobot badan
- kelompok ekstrak buah pare dosis 150 mg/kg
bobot badan
- kelompok ekstrak buah pare dosis 75 mg/kg
bobot badan
- kelompok kontrol (menggunakan akuades).

Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap dengan 10 ulangan
untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak
etanol daging buah pare terhadap berat dan
tebal sel epitel serta morfologi kelenjar prostat.

Bahan obat diberikan per oral secara terusmenerus selama 14 hari. Pada hari ke-15,
hewan dimatikan dengan cara didekapitasi,
lalu diambil kelenjar prostatnya. Kelenjar prostat
ditimbang, kemudian difiksasi dalam larutan
buffer formalin 10%, untuk dibuat sediaan
histologik dengan pewarnaan Hematoksilin
Eosin (HE). Parameter yang diamati meliputi
(a) berat kelenjar prostat, (b) ketebalan sel
epitel (diukur dalam satuan mikrometer), dan
(c) morfologi sel epitel kelenjar prostat.11

Gambar 2. Rata-rata ketebalan sel epitel kelenjar prostat (dalam m, pembesaran 600x).
Keterangan: Dosis 1 = 600 mg/kg BB, Dosis 2 = 300 mg/kg BB, Dosis 3 = 150 mg/kg BB,
Dosis 4 = 75 mg/kg BB, Dosis 5 = Akuades.

Cara kerja
Pembuatan ekstrak etanol daging buah pare
Bahan simplisia buah pare diperoleh dari Balai

Analisis data
Analisis data berat dan ketebalan sel epitel
kelenjar prostat menggunakan uji ANOVA.

Ketebalan sel epitel paling tipis pada dosis 600 mg/kg BB, kemudian dosis 300 mg, diikuti dosis
150 mg, dosis 75 mg, dan (paling tebal) akuades. Terdapat perbedaan bermakna antara dosis
600 mg dan 300 mg/kg BB dibandingkan dengan akuades (uji ANOVA, p <0,01).

353

354

C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1

HASIL PENELITIAN
Gambaran morfologi sel epitel kelenjar
prostat
Terlihat perubahan morfologi terutama pada
pemberian dosis 600 mg/kg BB: sel epitel menjadi berbentuk kuboid sampai pipih, permukaan sel rata, dengan inti oval atau bulat.
Sel epitel tidak sampai berubah menjadi bentuk
skuamosa; inti sel juga tidak sampai rusak
atau hilang. Pada perlakuan dengan akuades
(sebagai kontrol), terlihat sel epitelnya berbentuk kolumner berwarna merah, permukaan
sel rata, dengan inti bulat di tengah.

Sterol adalah zat aktif yang terkandung


dalam buah pare. Zat ini dianggap dapat mempengaruhi metabolisme hormonal sehingga
berpengaruh juga pada kelenjar prostat, yakni
menyebabkan pengurangan berat dan ketebalan sel epitel kelenjar prostat.

PEMBAHASAN
Pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan
pembesaran pada jaringan fibromuskular dan
struktur epitel kelenjar prostat; dapat bersifat
lambat sampai progresif. Penelitian ini belum
memperlihatkan gambaran yang mirip dengan
gambaran histopatologik pembesaran kelenjar
prostat jinak seperti yang diharapkan. Sel epitel
hanya terlihat hipertrofik. Keadaan tersebut
dapat terjadi karena induksi testosteron
propionat hanya diberikan selama 14 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Pemberian ekstrak etanol daging buah pare


menyebabkan penurunan berat kelenjar prostat
tikus putih dibandingkan dengan pemberian
akuades. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Naseem, dkk. (1998), yang menyimpulkan
bahwa ekstrak buah dan biji pare mempunyai efek androgenik dilihat dari pengaruhnya terhadap penurunan berat epididimis,
vesika seminalis, muskulus levator ani, dan
kelenjar prostat.

SIMPULAN
1. Ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia) 70% dalam dosis 600 mg/kg BB dapat
menurunkan berat kelenjar prostat tikus yang
diinduksi dengan testosteron propionat.

2. Ekstrak etanol buah pare 70% dalam dosis


300 mg dan 600 mg/kg BB dapat mempengaruhi ketebalan sel epitel kelenjar
prostat tikus yang diinduksi dengan testosteron propionat. Sel epitel menjadi berbentuk kuboid sampai pipih, permukaan
sel rata, dengan inti oval atau bulat. Sel epitel
tidak sampai berubah menjadi bentuk skuamosa; inti sel juga tidak sampai rusak atau
hilang.

Perbandingan Beberapa Metode Molekuler dalam


Uji DNA HPV (Human Papillomavirus)
Sinta Sasika Novel1, Ratu Safitri1, Sri Hartini Harijanto2, Sukma Nuswantara3
1Jurusan

Biologi, FMIPA Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2Rumah Sakit Kanker Dharmais Slipi Jakarta Barat,
3Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor

ABSTRAK

1. Achmadi IA. Pengobatan pembesaran prostat jinak dengan pemanasan. Simposium Penatalaksanaan Pembesaran
Prostat Jinak. Jakarta. 1993.
2. Cameron SA. Benign prostatic hypertrophy. Med Progr 1996.
3. Mardisiswojo S, Rajakmangunsudarso H. Cabe puyang warisan nenek moyang. Jakarta: Balai Pustaka. 1987.
4. Dixit VP, Khana P, Bhargava SK. Effect of Momordica charantia L. fruit extract on the testiscular function of dog. J
Med. Plants Res 1978; 34: 280.
5. Lilis Hastuti W. Pengaruh pemberian ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) terhadap perubahan kadar
insulin dalam serum darah kelinci jantan dengan toleransi glukosa. Skripsi. FF. UBAYA. Surabaya. 1996.
6. Bambang Prayogo W. Penelitian pendahuluan pengaruh perasan buah pare (Momordica charantia L.) pada spermato
genesis tikus. Skripsi. FF. Unair Surabaya. 1983.
7. Okabe H, et al. Studies on the constituents of Momordica charantia L. isolation and characterization of momordicaside
A and B, glycosides of a pentahydroxy cucurbitane triterpen. Chem Pharm Bull 1980; 28: 2753.
8. Claflin AJ, Vesely DL, Hudson JL. Inhibition of growth and guanylate cylase activity of an undifferentiated prostate adenocarcinoma by an extract of the balsam pear (Momordica charantia L.). Proc Natl Acad Sci USA 1978; 75(2): 989-93.
9. Winarno WM. Pengaruh pemberian infus daging buah pare (Momordica charantia L.) terhadap kelenjar prostat tikus
putih. Laporan Penelitian 1999-2000. Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes. Depkes RI. Jakarta. 2000.
10. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia II. 1984.
11. Ham AW, David HC. Histology. 8th ed. JB. Lippincott Co. USA. 1979.
12. Materia Medika Indonesia III. Departemen Kesehatan RI. 1979.
13. Naseem MZ, Patill SR, Ravindra. Antispermatogenic and androgenic activities of Momordica charantia (Karela) in albino
rats. J Ethopharmacol 1998; 6(1): 9-16.
14. Wuryantari. Pengaruh ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) terhadap kadar testosteron darah dan fertilitas
mencit (Mus musculus) jantan. Skripsi Mahasiswa UNAIR. 1990.
15. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 14. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.

Pemberian ekstrak etanol daging buah pare


menyebabkan sel epitel kelenjar prostat terlihat lebih tipis dibandingkan dengan pemberian akuades. Pengurangan ketebalan sel
epitel kelenjar prostat terlihat sangat bermakna pada dosis 600 mg/kg BB. Wuryantari
(1990) menyatakan bahwa ekstrak buah pare
dapat menurunkan kadar testosteron darah.
Hal tersebut sesuai dengan teori perubahan
metabolisme hormon androgen, yaitu penurunan testosteron akan menurunkan kadar
5-dihidroreduktase. Penurunan ini akan menurunkan kadar DHT (dihidrotestosteron)
dalam kelenjar prostat. Penurunan kadar
DHT ini akan menghambat pertumbuhan sel
epitel kelenjar prostat, sehingga akan mengurangi ketebalan sel epitel dan berat
kelenjar prostat.15
C DK 1 8 6 / Vo l . 38 no. 5/Jul i -A g us tus 2011

T EK N I K

Uji DNA HPV telah dipakai sebagai uji tambahan paling efektif cara mendeteksi keberadaan HPV sedini mungkin. Uji DNA HPV
dapat mengetahui golongan hr-HPV atau lr-HPV dengan menggunakan teknik HC II atau dengan metode PCR, uji DNA HPV juga
dapat melihat genotipe HPV dengan metode DNA-HPV Micro Array System, Multiplex HPV Genotyping Kit, dan Linear Array HPV
Genotyping Test.
Metode PCR dan Elektroforesis
PCR (Polymerase Chain Reaction) atau reaksi
berantai polimerase adalah suatu metode enzimatis untuk memperbanyak secara eksponensial suatu sekuen nukleotida tertentu secara
invitro[1]. PCR pertama kali dikembangkan oleh
Kary Mullis pada tahun 1985 seorang peneliti
dari CETUS Corporation[2]. PCR dapat melipat
memperbanyak molekul DNA dan memisahkan gen-gen; kelebihan metode ini adalah
suhu yang dapat tinggi dan rendah dengan
cepat selain itu PCR juga bekerja dengan
komponen yang jumlahnya sedikit[1].
Pada tahun 1990 Ting dan Manos telah mengembangkan suatu metode deteksi HPV
dengan PCR[3]. Metode tersebut dikembangkan
dengan mengidentifikasi suatu daerah homologi di dalam genotipe HPV yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk mendesain
primer untuk amplifikasi[1]. Daerah homologi
tersebut panjangnya 20-25 pasangan basa
dan diketahui setelah dilakukan perbandingan
urutan nukleotida HPV-6, HPV-11, HPV-16,
HPV18, dan HPV-33 terutama pada daerah
ORF E1 dan L1[1,3]

Gambar 1. Alat PCR (Polymerase Chain Reaction)[2]

355

356

Prinsip kerja PCR dan elektroforesis yaitu (1)


isolasi DNA sampel dari bahan klinis atau dari
jaringan yang disimpan pada paraffin[4], (2)
proses amplifikasi DNA yang telah diisolasi;
proses amplifikasi sendiri terbagi tiga tahapan
yaitu denaturasi, annealing, dan elongasi.
Tahapan denaturasi terjadi pada suhu 970C[1].
Pada proses ini terjadi denaturasi linearisasi
DNA[5]. Tahap kedua adalah penempelan
primer atau annealing pada DNA target yang
akan diperbanyak, membutuhkan suhu sekitar
550C[6]. Tahap ketiga adalah elongasi (polimerisasi) membutuhkan suhu 720C agar siklus
polimerisasi lebih optimal[7], (3) hasil amplifikasi dideteksi menggunakan alat elektroforesis pada gel agarosa[1]; teknik elektroforesis adalah teknik yang memisahkan
molekul-molekul bentuk, muatan netto, dan
berat molekulnya dalam sebuah medan listrik
pada medium padat atau semipadat[5,7].
Metode PCR dan elektroforesis hanya digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
DNA HPV di dalam sel epitel yang dicurigai terinfeksi HPV[6]; sulit untuk menentukan genotipe HPV yang menginfeksi[4]. Proses genotyping dengan metode PCR dan elektroforesis
memerlukan waktu yang cukup lama, karena
hanya menggunakan satu kontrol positif untuk
satu genotipe HPV saja[5,7]; umumnya HPV-16
atau HPV-18 [1]. Pada gambar 2 dapat dilihat
nomor 1 sd.11, nomor 1 dan 2 merupakan
kontrol negatif dan kontrol positif genotipe
HPV-16. Nomor 3-11 adalah sampel-sampel
yang positif terinfeksi; ke-9 sampel menunjukkan sinyal yang sama dengan nomor 2,
menunjukkan bahwa ke-9 sampel tersebut
positif terinfeksi HPV, namun tidak cukup
untuk menentukan genotipe HPV dalam
setiap sampelnya[4,8].

Gambar 2. Hasil amplifikasi yang dideteksi menggunakan PCR pada pemeriksaan infeksi HPV[2,4]

Metode Hybrid Capture System (HC-II)


Hybrid Capture System (HC-II) adalah metode
pemeriksaan hibridisasi dengan teknologi terbaru di bidang biologi molekuler[2]. Teknik
HC-II memeriksa pada kondisi lebih awal yaitu
kemungkinan seseorang terinfeksi HPV sebelum virus tersebut membuat perubahan
pada serviks yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kanker serviks[9]. HC-II telah diakui dunia serta disahkan oleh FDA (Food
and Drug Administration) Amerika Serikat[10].
HC-II memiliki keakuratan yang tinggi dalam
mendeteksi infeksi HPV karena mampu mendeteksi keberadaan DNA HPV dalam jumlah
yang sangat kecil[9].
C D K 1 8 6 / V o l . 3 8 n o . 5 / J u l i- Ag u s t u s 2 0 1 1

Anda mungkin juga menyukai