Anda di halaman 1dari 8

Buletin Veteriner Udayana Volume 5 No.

1 :49-56
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2013

Kajian Ekstrak Daun Kedondong (Spondias dulcis G.Forst.)


Diberikan Secara Oral Pada Tikus Putih Ditinjau Dari Histopatologi
Ginjal
(STUDY OF KEDONDONG’S LEAF EXTRACT (SPONDIAS DULCIS G.FORST.)
PROVIDED ORAL IN WHITE RATS REVISED FROM KIDNEY
HISTOPATHOLOGY)

I Putu Suparman 1) I Wayan Sudira, 2), I Ketut Berata3)


1)
Mahasiswa FKH Unud, 2) Laboratorium Farmakologi, 3) Laboratorium Patologi
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana
E-mail : putu_suparman@ymail.com

ABSTRAK

Tanaman kedondong sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat


alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sedangkan penelitian tentang
toksisitas daun kedondong pada ginjal belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini
tikus putih (Rattus norvegicus) dibagi secara acak menjadi lima kelompok, masing-
masing kelompok berjumlah 5 tikus putih. Kelompok A sebagai kontrol (placebo)
yang diberi aquades peroral; kelompok B diberikan ekstrak daun kedondong 100
mg/kg bb (0,2 ml/ekor); kelompok C diberikan ekstrak daun kedondong 200 mg/kg bb
(0,4 ml/ekor); kelompok D diberikan ekstrak daun kedondong 300 mg/kg bb (0,6
ml/ekor); kelompok E diberikan ekstrak daun kedondong 400 mg/kg bb (0,8 ml/ekor).
Pemberian ekstrak daun kedondong dilakukan secara oral menggunakan sonde khusus
yang dimasukkan langsung ke lambung dan dilakukan selama 14 hari. Nekropsi untuk
pengambilan organ ginjal dilakukan pada hari ke 15. Jaringan ginjal selanjutnya
diproses untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin
Eosin (HE). Pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih yang diberikan ekstrak
daun kedondong tidak ditemukan adanya peradangan, degenerasi melemak dan
nekrosis pada kontrol (placebo). Sedangkan ditemukan adanya nekrosis pada
pemberian dengan dosis 100 mg/kg bb (0,2 ml), 200 mg/kg bb (0,4 ml), 300 mg/kg bb
(0,6 ml), 400 mg/kg bb (0,8 ml). Pada pemeriksaan yang didasarkan adanya infiltrasi
sel-sel radang ditemukan adanya peradangan pada dosis 400 mg/kg bb (0,8 ml). Hasil
ini menunjukkan pemberian ekstrak daun kedondong (Spondias dulcis G.Forst)
dengan rentang dosis 100 mg/kg bb sampai dengan dosis 400 mg/kg bb selama 14
hari, menyebabkan gangguan histopatologi pada organ ginjal tikus putih (Rattus
novegicus).

Kata kunci : ekstrak daun kedondong, tikus putih, histopatologi, ginjal

ABSTRACT

Kedondong plant often used by the community as an alternative medicine to


treat various diseases. While research on the toxicity kedondong’s leaf to the kidney
has not been done. In this study white rat (Rattus norvegicus) were divided randomly
into five groups, each group totaled 5 white rats. A group as a control (placebo) who
were given distilled water orally; group B given kedondong’s leaf extract 100 mg / kg
bb (0.2 ml / head); group C given kedondong’s leaf extract 200 mg / kg bb (0.4 ml /
head ); group D given kedondong’s leaf extract 300 mg / kg bb (0.6 ml / head); group

49
Buletin Veteriner Udayana Volume 5 No. 1 :49-56
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2013

E given kedondong’s leaf extract 400 mg / kg bb (0.8 ml / head). Kedondong’s leaf


extract is administered orally using a special sonde inserted directly into the gastric
and performed for 14 days. Necropsy for kidney retrieval performed on day 15.
Kidney tissue is further processed to manufacture preparations histopathology with
staining Hematoxylin Eosin (HE).Histopathological examination of the kidneys of
white rats given kedondong’s leaf extract, there were no inflammation, degeneration
and necrosis in the control (placebo). While the presence of necrosis found in the
administration at a dose of 100 mg / kg bw (0.2 ml), 200 mg / kg bw (0.4 ml), 300 mg
/ kg bw (0.6 ml), 400 mg / kg bw (0.8 ml). On examination based infiltration of
inflammatory cells found inflammation at a dose of 400 mg / kg bw (0.8 ml).These
results indicate kedondong’s leaf extract (Spondias dulcis G.Forst) with a dose range
of 100 mg / kg bw up to a dose of 400 mg / kg bw for 14 days, causing disruption
histopathology in the kidneys of white rats (Rattus norvegicus).

Key words: kedondong’s leaf extract, white rats, histopathology, kidney

PENDAHULUAN kedondong mengandung senyawa-


senyawa flavonoid, saponin, dan tanin
Pengobatan tradisional di yang berkhasiat untuk antihistamin,
Indonesia sudah digunakan sejak dahulu, antioksidan, antivirus, antibakteri, anti
dan telah diterapkan meluas secara turun- inflamasi sampai anti kanker (Harmanto,
temurun. Umumnya obat tradisional 2002). Tanaman kedondong mengandung
digunakan untuk pencegahan, berbagai senyawa kimia dengan sifat
pengobatan, dan menambah daya tahan yang berbeda-beda sehingga terdapat
tubuh. Banyak sekali tanaman berkhasiat, kemungkinan interaksi dari senyawa-
ada yang berupa bumbu dapur, tanaman senyawa tersebut dalam tubuh. Sisa-sisa
hias, tanaman sayur dan tanaman buah. metabolisme maupun kandungan
Selain itu ada pula yang berupa tanaman senyawa lain yang belum diketahui
liar tumbuh di sembarang tempat tanpa ada bentuk dan sifatnyadapat mempengaruhi
yang memperhatikan dan struktur ginjal sebagai organ ekskresi
memanfaatkannya. Sejak dahulu nenek yang mengalami kontak dengan senyawa-
moyang telah memanfaatkan tanaman senyawa tersebut.
untuk mengobati berbagai penyakit. Secara farmakokinetik, zat yang
Namun ketika obat kimia ditemukan bahan masuk ke dalam tubuh akan mengalami
obat alami tersebut mulai tersisih. Padahal absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
bahan alami mengandung berbagai
ekskresi. Ginjal merupakan organ
kelebihan yaitu mudah diperoleh, harga
ekskresi utama yang sangat penting untuk
murah, bahkan umumnya gratis karena bisa
ditanam sendiri dan efek sampingnya lebih
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
ringan dari obat kimia (Nurhuda, dkk., tubuh, termasuk zat-zat toksik yang tidak
1995). sengaja masuk ke dalam tubuh.
Salah satu tanaman yang Pemberian senyawa-senyawa yang
berkhasiat sebagai obat adalah tanaman bersifat toksik ataupun senyawa-senyawa
kedondong (Spondias dulcis G.Forst). yang bersifat iritatif dapat menimbulkan
Tanaman ini diyakini masyarakat perubahan-perubahan degeneratif seperti
memiliki banyak khasiat pada bagian degenerasi melemak sampai nekrosis
buah juga daunnya. Khasiat dari (Katzung,2001; Guyton,1997). Ginjal
kedondong diantaranya mengobati borok, juga sangat berperan dalam
kulit perih, luka bakar, disentri dan batuk. mempertahankan homeostasis tubuh
Hal tersebut disebabkan tanaman dengan menghasilkan urin serta sebagai

50
Buletin Veteriner Udayana Suparman, dkk
ISSN : 2085-2495

tempat untuk pembentukan renin dan secara acak menjadi lima kelompok
eritropoetin (Junqueria dan dimana masing-masing kelompok
Carniero,1997). berjumlah 5 ekor.Dipelihara dalam
Oleh karena ginjal berperan kandang, diberi jenis pakan dan minum
dalam proses ekskresi suatu obat, maka yang sama selama 2 minggu secara
apabila terjadi gangguan fungsi ginjal, teratur satu kali sehari. Pada keadaan ini
akan mengakibatkan perubahan pada diperoleh berat badan tikus sekitar 150-
farmakodinamika obat yang disebabkan 200 gram. Masing-masing kelompok
karena perubahan kadar obat di dalam diberikan perlakuan ekstrak daun
darah, terutama obat yang sebagian besar kedondong secara oral dengan dosis
diekskresi melalui ginjal bertingkat. Kelompok A digunakan
(Yoshitani,2002). sebagai kontrol yang tidak diberikan
Penelitian ini bertujuan untuk ekstrak daun kedondong tapi aquades;
melihat efek terhadap perubahan struktur kelompok B diberikan ekstrak daun
histopatologi yang terjadi pada ginjal kedondong dengan dosis 100 mg/kg bb
karena pemberian ekstrak daun (0,2 ml); kelompok C diberikan ekstrak
kedondong (Spondias dulcis G.Forst.) daun kedondong dosis 200 mg/kg bb (0,4
pada tikus putih. ml); kelompok D diberikan ekstrak daun
kedondong dosis 300 mg/kg bb (0,6 ml);
METODE PENELITIAN dan kelompok E diberikan ekstrak daun
kedondong dosis 400 mg/kg bb (0,8 ml).
Penyiapan Ekstrak Daun Kedondong Setiap harinya tikus diberi ekstrak
Daun kedondong dikeringkan daun kedondong secara oral menurut
selama 2 minggu dimana proses kelompok perlakuan selama 14 hari. Pada
pengeringannya tidak langsung terkena hari ke -15 tikus dieutanasia dengan
sinar matahari. Kemudian daun yang menggunakan ether. Selanjutnya
sudah kering diblander sampai berbentuk dilakukan nekropsi dimana dilakukan
serbuk kering. Daun kedondong yang pengambilan organ ginjal untuk dibuat
telah berbentuk serbuk direndam dengan preparat histopatologi menggunakan
etanol 90% dengan volume tiga kali lipat metode Kiernan.
dari volume serbuk daun kedondong
selama 3 hari, kemudian dilakukan Variabel Pemeriksaan Preparat
penyaringan untuk mendapatkan cairan Histopatologi
dari hasil perendaman, selanjutnya Preparat histopatologi diperiksa di
ampasnya direndam kembali dengan bawah mikroskop masing-masing pada 5
etanol 90% selama 3 hari dengan lapang pandang mikroskopik. Perubahan
perbandingan yang sama dan disaring yang diamati seperti adanya infiltrasi sel
kembali. Hasil penyaringan diuapkan radang, degenerasi melemak, dan
dengan evaporator untuk mendapatkan nekrosis. Kerusakan pada ginjal yang
ekstrak daun kedondong. Ekstrak yang diamati kemudian diskoring sebagai
didapat berbentuk cair dan selanjutnya berikut:
disimpan pada suhu -20ºC sebelum Skoring untuk infiltrasi sel radang
dipakai. 0 = sel radang tidak ada
1 = sel radang setempat (fokal)
2 = sel radang merata (difusa)
Skoring untuk degenerasi melemak
Perlakuan Hewan Percobaan 0 = degenerasi melemak tidak ada
Pada penelitian ini digunakan 1 = degenerasi melemak setempat
tikus putih (jenis Sprague Dawley, betina, (fokal)
umur 3-4 bulan) sebanyak 25 ekor dibagi 2 = degenerasi melemak merata (difusa)

51
Buletin Veteriner Udayana Volume 5 No. 1 : 49-56
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2013

Skoring untuk nekrosis pemberian dengan dosis 100 mg/kg bb


0 = nekrosis tidak ada (0,2 ml), 200 mg/kg bb (0,4 ml), 300
1 = nekrosis setempat (fokal) mg/kg bb (0,6 ml), 400 mg/kg bb (0,8
2 = nekrosis merata (difusa) ml) (data terlampir). Pada pemeriksaan
3 yang didasarkan adanya infiltrasi sel-sel
Analisis Data radang, tidak ditemukannya adanya
Data hasil pemeriksaan ditabulasi peradangan baik kontrol (placebo)
dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. maupun pemberian dosis 100 mg/kg bb
(0,2 ml), 200 mg/kg bb (0,4 ml), 300
HASIL DAN PEMBAHASAN mg/kg bb (0,6 ml) tetapididapatkan hasil
peradangan ringan dosis 400 mg/kg bb
Hasil pemeriksaan histopatologi (0,8 ml) pada 1 ekor dari 5 ekor
pada ginjal tikus putih yang diberikan perlakuan pada tikus putih.
ekstrak daun kedondong, tidak ditemukan
adanya degenerasi melemak dan nekrosis
baik pada kontrol (placebo) maupun

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Ginjal Tikus Putih

Perubahan
Perlakuan Ulangan Nekrosis Infiltrasi Sel- Degenerasi
sel Radang Melemak
1 0 0 0
A 2 0 0 0
(Placebo) 3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
B 1 1 0 0
Diberi ekstrak 2 0 0 0
daun kedondong 3 0 0 0
100 mg/kg bb 4 0 0 0
5 0 0 0
C 1 1 0 0
Diberi ekstrak 2 0 0 0
daun kedondong 3 0 0 0
200 mg/kg bb 4 0 0 0
5 0 0 0
D 1 1 0 0
Diberi ekstrak 2 0 0 0
daun kedondong 3 0 0 0
300 mg/kg bb 4 0 0 0
5 0 0 0
E 1 2 1 0
Diberi ekstrak 2 0 0 0
daun kedondong 3 0 0 0
400 mg/kg bb 4 0 0 0
5 0 0 0
Keterangan: Skor 0=tidak ada lesi 1=lesi ringan 2=lesi berat

52
Buletin Veteriner Udayana Suparman, dkk
ISSN : 2085-2495

Gambar 1. Histopatologi ginjal pada tikus


putih yang dipakai kontrol
Gambar 4. Histopatologi ginjal pada tikus
(placebo) tidak ditemukan
putih yang diberi ekstrak
adanya nekrosis, degenerasi
daun kedondong 300 mg/kg
melemak dan peradangan
bb (HE, 400x)
(HE, 400x)
Keterangan: a. tubulus
Keterangan: a. tubulus b. nekrosis tubular akut (NTA)
c. perdarahan

Gambar 2. Histopatologi ginjal pada tikus


putih yang diberi ekstrak
daun kedondong 100 mg/kg Gambar 5. Histopatologi ginjal pada tikus
bb (HE, 400x) putih yang diberi ekstrak
daun kedondong 400 mg/kg
Keterangan: a. glomerulus bb (HE, 400x)
b. nekrosis tubular akut Keterangan: a.infiltrasi sel radang
(NTA) b. glomerulus
c. nekrosis tubular akut
(NTA)
d. tubulus

Secara umum struktur jaringan


ginjal yang diberikan ekstrak daun
kedondong mengalami nekrosis. Adanya
nekrosis pada semua kelompok perlakuan
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
Gambar 3. Histopatologi ginjal pada tikus daun kedondong (Spondias dulcis
putih yang diberi ekstrak G.Forst) dari dosis terkecil 100 mg/kg bb
daun kedondong 200 mg/kg sampai dosis terbesar 400 mg/kg bb
bb (HE, 400x) mempunyai efek terhadap ginjal
(mengalami toksik) jika diberikan secara
Keterangan: a. tubulus
oral. Sebagaimana diketahui ginjal
b. nekrosis tubular akut
merupakan organ ekskresi utama yang
(NTA)
sangat penting untuk mengeluarkan sisa-

53
Buletin Veteriner Udayana Volume 5 No. 1 : 49-56
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2013

sisa metabolisme tubuh termasuk zat-zat karsinogen, serta merangsang sekresi di


toksik yang masuk kedalam tubuh usus. Flavonoid merupakan salah satu
(Katzung,2001; Guyton,1997). dari banyak senyawa metabolit sekunder
Ginjal merupakan organ yang yang dihasilkan oleh tumbuhan yang
beratnya kurang dari 1% dari berat badan, biasa ditemukan pada bagian akar, kulit
meskipun demikian, ginjal menerima dan daun serta biji tumbuhan. Senyawa
sekitar 20% aliran darah jantung. Aliran flavonoid mengandung cincin aromatik
darah ginjal tersebut didistribusikan ke yang tersusun dari 15 atom karbon
korteks ginjal melalui cabang-cabang (Markham,1988).
arteri ke glomerulus yang melekat pada Proses ekskresi obat dapat
tubulus. Fungsi glomerulus sebagai menyebabkan kerusakan tubulus berupa
penyaring dan tubulus sebagai tempat Nekrosis Tubular Akut (NTA) yang
mengkoleksi bahan buangan dan bersifat reversibel dan apabila tidak
kelebihan air. Oleh karena itu tubuli dan ditangani secara baik dapat berlanjut
jaringan interstitium korteks ginjal lebih menjadi NTA yang bersifat irreversibel.
mudah terkena toksin yang bersirkulasi Nekrosis Tubular Akut yang bersifat
dibandingkan dengan jaringan-jaringan reversibel terjadi karena sel-sel epitel
lainnya (Arif, 2003). tubulus proksimal mempunyai
Indikator adanya gangguan pada kemampuan daya regenerasi yang baik.
ginjal dapat diketahui dengan mengamati Secara morfologi ditandai dengan
adanya gangguan glomerulus yang dekstruksi sel epitel tubulus proksimal
berasal dari pembengkakan maupun namun membrana basalis tubuli masih
penambahan sel-sel endotel dan epitel baik (Wijaya & Miranti,2005).
(Churg & Sobin, 1982; Spargo et al, Ditinjau dari pengamatan
1980). Hal yang sama juga dikemukakan histopatologi pemberian ekstrak daun
oleh Kincaid-Smith & Whitworth (1987) kedondong dosis 100 mg/kg bb - 400
yang menyatakan bahwa penghitungan mg/kg bb tidak sampai menimbulkan
jumlah glomerulus dan diameter degenerasi melemak. Degenerasi
glomerular ginjal dapat digunakan untuk melemak ditandai dengan adanya vakuola
menentukan adanya gangguan pada yang besarnya bervariasi dan pada kasus
ginjal. Meskipun demikian standar berat mendesak nukleus ke tepi. Lemak
ketebalan dan potongan yang melalui inti dalam sitoplasma sel dapat mendesak inti
atau vascular pole glomerulus normal sel ke pinggir yang tampak pada
sering memberikan rentang jumlah sel-sel pemeriksaan mikroskopis.
serupa dengan yang menderita gangguan Infiltrasi sel radang tidak
ginjal. Oleh sebab itu untuk menentukan ditemukan pada pemberian dosis 100
adanya gangguan pada ginjal diperlukan mg/kg bb-300 mg/kg bb tetapi ditemukan
gambaran selular dari kortek ginjal yang infiltrasi sel radang ringan pada
dikombinasikan dengan penghitungan pemberian dosis 400 mg/kg bb pada 1
glomerulus dan diameter glomerular ekor sampel dari 5 ekor sampel. Inflamasi
ginjal. atau reaksi peradangan merupakan
Ekstrak daun kedondong memiliki mekanisme penting yang diperlukan
kandungan flavonoid, saponin, dan tanin. tubuh untuk mempertahankan diri dari
Flavonoid merupakan kandungan yang berbagai bahaya yang mengganggu
memiliki fungsi sebagai antioksidan keseimbangan juga memperbaiki struktur
sehingga mampu mencegah sekaligus serta gangguan fungsi jaringan yang
mengatasi serangan kanker. Mekanisme ditimbulkan bahaya tersebut
kerja flavonoid dalam mengatasi kanker (Baratawijaya,2002).
dengan mengaktifkan enzim-enzim untuk Nekrosis ditemukan pada
menghilangkan senyawa mutagen dan pemberian dosis 100 mg/kg bb-400

54
Buletin Veteriner Udayana Suparman, dkk
ISSN : 2085-2495

mg/kg bb. Masuknya suatu substansi


toksik ke dalam tubuh dalam waktu yang UCAPAN TERIMA KASIH
lama akan menyebabkan nekrosis tubulus
ginjal. Nekrosis diawali dengan Penulis mengucapkan terima
perubahan morfologi inti sel yaitu kasih kepada Prof.Dr. Drh. I Made
piknosis. Tahap berikutnya inti pecah Damriyasa,MS selaku Dekan Fakultas
(karioreksis) dan inti menghilang Kedokteran Hewan Universitas Udayana,
(kariolisis). Piknosis dapat terjadi karena Prof. Dr. Drh. I Ketut Berata, M.Si dan
adanya kerusakan di dalam sel antara lain Drh. I Wayan Sudira, M.Si yang telah
kerusakan membran yang diikuti oleh bersedia membimbing penelitian ini.
kerusakan mitokondria dan aparatus golgi
sehingga sel tidak mampu mengeliminasi DAFTAR PUSTAKA
air dan trigliserida sehingga tertimbun
dalam sitoplasma sel. Pada ginjal, Arif Soeksmanto. 2003. Pengaruh Fraksi
piknosis paling banyak terjadi pada Aktif Tumbuhan Aglaia
tubulus proksimalis karena di tubulus angustifolia terhadap Ginjal
inilah terjadi proses reabsorbsi sehingga Mencit (Mus musculus).
peluang terjadinya kerusakan akibat dari Cibinong: Pusat Penelitian
toksikan paling tinggi (Robbins, 1992). Bioteknologi LIPI. Hal 49-52.
Adanya perubahan yang Baratawidjaya, K.G. 2002. Imunologi
menunjukkan adanya nekrosis, hal ini Dasar. Jakarta: Balai Penerbit
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Fakultas Kedokteran UI.
daun kedondong secara oral Churg, J. & Sobin, L.H. 1982. Renal
menimbulkan perubahan histopatologi Disease: Classification and Alas
pada jaringan ginjal tikus putih. Hal ini of Glomerular Disease. Tokyo:
perlu diteliti lebih lanjut untuk Igaku-Shoin Ltd.
mendukung penggunaan daun kedondong Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Ginjal dan
sebagai obat herbal pada hewan maupun cairan tubuh. In: Setiawan I,
manusia. editor. Buku ajar fisiologi
kedokteran. 9th ed. Jakarta: EGC;
SIMPULAN DAN SARAN p. 375-437.
Harmanto, N. 2002. Sehat dengan
Simpulan Ramuan Tradisional. Cetakan
Pemberian ekstrak daun keempat. Tangerang: PT.
kedondong (Spondias dulcis G.Forst) Agromedia Pustaka.
dengan rentang dosis 100 mg/kg bb Junquera, L.C & Carneiro, J. 1997.
sampai dengan dosis 400 mg/kg bb Histologi Dasar. Edisi 8. Alih
selama 14 hari menyebabkan gangguan Bahasa Jan Tambayong. Jakarta:
histopatologi pada organ ginjal tikus EGC.
putih (Rattus norvegicus). Katzung, B.G. 2001. Farmakologi dasar
dan klinik. Vol 1. Jakarta:
Saran Salemba Medika.
Untuk mengetahui efek ekstrak Kincaid-Smith, P. & Whitworth, J.A.
daun kedondong terhadap perubahan 1987. The Kidney: A Clinico-
struktur histopatologi, perlu dilakukan Pathological Study. Oxford:
penelitian lebih lanjut dengan dosis lebih Blackwell Scientific Publications.
dari 400 mg/kg bb dengan lama waktu Markham K.R. 1988. Cara
pemberian lebih dari 14 hari. Mengidentifikasi Flavonoid.
Diterjemahkan oleh Padma

55
Buletin Veteriner Udayana Volume 5 No. 1 : 49-56
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2013

Winata K. Bandung: Penerbit Implications. New York: John


ITB. Hal 1-6; 15-17. Wiley & Sons.
Nurhuda, Soeradi O, Suhana M, dan Wijaya I dan Miranti I.P. 2005. Patologi
Sodikin M. 1995. Pengaruh ginjal & saluran kemih. Ed 3.
Pemberian Ekstrak Buah Pare Semarang: Badan Penerbit
Terhadap Jumlah dan Motilitas Fakultas Kedokteran Universitas
Spermatozoa Tikus Jantan. Jurnal Diponegoro.
Kedokteran YARSI, Vol 3 dan 2. Yoshitani T., Yagi H., Inotsume N., and
Robbins, S.L dan Kumar V. 1992. Buku Yasuhara M., 2002, Effect
ajar patologi. Jakarta: Penerbit experimental renal failure on the
Buku Kedokteran .p.1-27. pharmacokinetics of losartan in
Spargo, B. H., Seymour, A.E. & rats, Biol. Pharm. Bull., 25(8) :
Ordonez, N. G. 1980. Renal 1077-1083
Biopsy Pathology With
Diagnostic and Therapeutic

56

Anda mungkin juga menyukai