Mastarie S. Rasan
KHEMOTERAPI TUBERKULOSE
Penyakit tuberkulose disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari satu orang ke
orang yang lain melalui droplet yang tersebar di udara melalui batuk atau bangkis. Organisme yang terinhalasi
masuk ke dalam kantong udara (alveoli) paru-paru. Sebelum tahun 1944 banyak penderita tuberkulose yang
meninggal karena belum diketahui obatnya. Streptomisin, suatu antibiotik parenteral pertama yang dipakai
untuk mengobati tuberkulose. Isoniazid (INH) ditemukan pada tahun 1952 dan merupakan obat oral pertama
yang efektif melawan basil tuberkulose. Nama-nama kelompok obat yang dipakai untuk mengobati
tuberkulose adalah agen antibakterial, obat antituberkulin, dan obat-obat antituberkulose.
Terapi tunggal dengan INH terbukti tidak efektif dalam mengobati tuberkulose karena terjadi resisten obat
dalam waktu yang singkat. Telah diketahui bahwa terapi kombinasi oabt-obat antituberkulose, jarang bahkan
tidak terjadi resistensi bakteri. . dan lama pengobatanpun menjadi berkurang dari 2 tahun menjadi 6-9 bulan.
Berbagai kombinasi obat dapat dipakai, contohnya: INH dan rifampin; INH, rifampin, dan etambutol.
Rifampin dan etambutol ditemukan pada tahun 1960an dan jika hanya salah-satu yang dipakai maka hasilnya
tidak efektif dalam melawan basil tuberkulosis. INH juga digunakan secara tersendiri sebagai profilaksis
terhadap tuberkulose. Jika seseorang didiagnosis dengan tuberkulose, maka anggota keluarganya diberikan
INH dalam dosis pencegahan selama 6 bulan sampai 1 tahun.
Kombinasi obat ini bertujuan untuk memperlambat kejadian resistensi mikobakterium terhadap obat-obat
antituberkulosis
Obat anti tuberkulosis dibagi menjadi 2 kelompok:
1. First line drugs (antituberkulose utama): Streptomisin, Isoniazid (INH), Ethambutol, Rifampin
2. Second line drugs (antituberkulose sekunder): Pirazinamid, Viomisin, Kapreomisin, Sikloserin, Etinamid,
Kanamisin, Tetrasiklin, PAS (para-amino-salisilat), dan obat-obat antituberkulose lain selain yang
termasuk dalam first line drugs
First line drugs yang dianggap terbaik adalah kombinasi antara INH dengan Rifampin dengan/tanpa
antituberkulose lain.
Tidak banyak penemuan obat baru untuk terapi tuberkulose, namun dengan ditemukannya Rifampin dan
dikenalnya sifat dari M. Tuberkulosis menyebabkan masa pengobatan dapat dipersingkat dan menurunnya
angka residif.
Lamanya masa pengobatan tuberkulosis selain tergantung obat yang digunakan, juga tergantung dari berat
ringannya infeksi.
Tuberkulose yang disertai komplikasi seperti meningitis tuberkulose atau tuberkulosis milier, biasanya
pengobatan berlangsung terus selama 18 - 24 bulan, sedangkan tuberkulose pulmonum tanpa komplikasi
biasanya terapi berlangsung tidak lebih lama dari itu, untuk keadaan ini lamanya masa terapi dapat
dipersingkat sampai 6 bulan (rata-rata 9 - 12 bulan), dengan memperlihatkan hasil terapi yang sangat
memuaskan dan mayoritas penderita yang tidak memerlukan hospitalisasi.
Selama terapi berlangsung harus dilakukan monitor terhadap kemungkinan terjadinya trombositopenia dan
hal-hal lain yang dapat timbul karena efek samping dari obat antituberkulose yang digunakan.
MASALAH RESISTENSI
Dikenalnya sifat M. tuberkulosis dimana terdapat mikobakterium yang resisten sejak semula (resistensi primer)
terhadap antituberkulose setelah mendapat antituberkulose. Oleh karena hal tersebut uji sensitifitas mutlak
dilakukan pada permulaan terapi untuk menyakinkan apakah obat yang dipilih sudah tepat.
4.
5.
6.
Aktif terhadap hasil intra dan ekstra seluler pada suasana asam maupun basa
Membunuh kuman yang aktif maupun yang nonaktif
Harganya murah
REGIMEN TERAPI
Masih banyak pertentangan pendapat tentang regimen terapi tuberkulosis dan regimen yang pernah
dianjurkan a.l sbb:
I.
PROGRAM PENGOBATAN JANGKA PANJANG (Program Pengobatan Tradisional)
1. Terapi 2 tahap: (semua obat diberikan dalam dosis tunggal)
a. Terapi intensif (kuman banyak): 8 - 12 minggu
INH 450 mg + Etambutol 25 mg/kg/BB, diberikan setiap hari selama 8-12 minggu, bisa
tanpa/dengan pemberian Streptomisin setiap hari sebanyak 1 gram, selama 30 hari.
Semua obat diberikan dalam dosis tunggal dan selama pengobatan selalu diberikan suplemen
pyridoksin (vitamin B6) sebanyak 50 mg/hari atau pyridoksin 10 mg untuk setiap 100 mg INH,
sebab INH merupakan antagonis kompetitif dari pyridoksin (kekurangan piridoksin
menyebabkan kesemutan oleh karena pyridoksin berfungsi penting dalam metabolisme
saraf).
b. Terapi lanjutan: 18 - 24 bulan
Terapi intensif dilanjutkan dengan dosis INH yang tetap ada tetapi dosis etambutol dikurangi
menjadi 15 mg/kg/BB/hari, selama 18-24 bulan.
2.
II.
2.
3.
4.
Rifampin harus merupakan salah-satu obat yang harus diberikan dalam kombinasi untuk permulaan
terapi sebab diketahui bahwa Rifampin relatif jarang menimbulkan resistensi.
Bila penggunaan kombinasi obat yang efektif dihentikan masih dini (1 bulan setelah terapi dimulai),
biasanya kombinasi/regimen yang tetap sama masih memberikan hasil terapi yang memuaskan.
Bila penghentian terapi dilakukan setelah beberapa kur, dan sering diselingi dengan pemberian INH
saja, maka dianjurkan menggunakan kombinasi antara Etambutol dan Rifampisin ditambah dengan
satu atau dua jenis antituberkulosis lain yang efektif.