Anda di halaman 1dari 9

KHEMOTAKSIS

Oleh:
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Dyna Ratnasari Plashintania


: B1J013203
:I
:6
: An Nisaa Justicia

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Motilitas merupakan salah satu ciri penting pengkarakterisasian bakteri. Sifat ini
diakibatkan oleh adanya alat moler cambut yang disebut flagella sehingga sel bakteri dapat
berenang didalam lingkungan air. Sebagian besar jenis bakteri motil pada suhu relative
rendah 15-25oC dan mungkin tidak motil pada suhu 37 oC. Namun, suatu resiko tersendiri
bagi organisme berukuran kecil untuk menerima kenyataan bahwa dengan ukuran tersebut
sel bakteri dapat dipengaruhi oleh aktifitas molekul air/pelarut disekitarnya yang dinamakan
Brownian movement. Gerakan brown adalah gerak partikel koloid yang bergerak dengan
arah tak beraturan, gerak acak molekul ini dapat membuat sel bakteri bergoyang-goyang
cepat atau lebih tepatnya bergetar tak beraturan sehingga bagi mata yang awas akan terlihat
motil. Sel yang berpengaruh gerak brown diamati pada perbesaran 1000x dengan mikroskop
cahaya, tentunya dengan preparat sederhana dan media kaldu atau koloni yang dicampur air
(Burdon et al., 1964).
Sel yang bergerak dengan dorongan flagella akan bergerak lebuh aktif. Jika suatu sel
tersebut motil, akan menciptakan jalur gerak yang tak beraturan. Namun untuk gerak brown
sel tampak pasif dan seperti bergerak sendiri, mirip pada saat menggetarkan batang pensil
dengan memutarkan pergelangan tangan (Volk et al., 1988).
B. Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini adalah mempelajari kemampuan khemotaksis bakteri
karena bakteri memiliki flagella dan terstimuli oleh bahan yang bersifat sebagai attractant.

II. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu object glass, tabung kapiler, pipet
tetes, dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu suspensi Escherichia coli,
larutan glukosa 0,1 M, dan akuades.
B. Metode
Metode yang dilaksanakan pada saat praktikum, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Alat dan bahan disiapkan.


Tabung kapiler berbentuk U sebanyak 2 buah diletakkan pada object glass.
Suspensi E. coli diteteskan sedikit di tengah kedua ujung tabung kapiler berbentuk U.
Satu tabung kapiler lainnya dicelupkan ke dalam larutan glukosa 0,1 M hingga larutan
glukosa 0,1 M mengisi tabung kapiler. Satu tabung kapiler lainnya dicelupkan ke dalam

akuades.
5. Tabung kapiler yang berisi larutan glukosa 0,1 M dan akuades diletakkan pada area
tengah tabung kapiler U sehingga kontak dengan suspensi bakteri.
6. Pergerakan bakteri diamati di bawah mikroskop setiap 5 menit selama 1 jam.
7. Hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Khemotaksis E. coli pada Larutan Glukosa 0,1 M


No.
Waktu (menit ke-)
Jenis Pergerakan
Jumlah Bakteri
Smooth : 6
1
5
Mendekati larutan
Tumbling : 3
Smooth : 6
2
10
Mendekati larutan
Tumbling : Smooth : 3
15
Tumbling : Smooth : 4
20
Tumbling : Smooth : 5
25
Tumbling : Smooth : 6
30
Tumbling : Smooth : 7
35
Tumbling : Smooth : 8
40
Tumbling : Tabel 2. Hasil Pengamatan Khemotaksis E. coli pada Akuades
No.
Waktu (menit ke-)
Jenis Pergerakan
Jumlah Bakteri
Smooth : 3
1
5
Tumbling : Smooth : 2
10
Tumbling : Smooth : 3
15
Tumbling : Smooth : 4
20
Tumbling : Smooth : 5
25
Tumbling : -

30

35

Smooth : Tumbling : Smooth : Tumbling : -

Tabel 3. Hasil Pengamatan Khemotaksis Rombongan I


No. Kelompo Wakt Kapiler Glukosa
Kapiler akuades
Smoot Tumblin Smoot Tumblin
k
u Keh
g
h
g
1

*)

*)

*)

*)

Jumla
h
bakteri
100

4
5

4
5

10
15
20
5
10
5
10
15
20
25
30
35
5
5
10
5
10

*)
*)
*)
1
3
6
2
2
2
20
*)
6
6

*)
*)
*)
2
2
4
2
2
1
3
1
12
*)
3
-

*)
*)
*)
2
1
1
*)
1
3
-

*)
*)
*)
1
2
4
2
3
2
*)
20
-

45
75
20
4
7
16
7
7
4
5
1
32
30
21
12
6

Keterangan:
*)

: tanpa rincian

B. Pembahasan
Jenis stimultan yang biasanya memberikan rangsangan terhadap suatu organisme
hidup adalah zat kimia, kondisi ini disebut sebagai kemotaksis. Kemotaksis adalah proses
respon aktif dari organisme khususnya sel akibat adanya perubahan konsentrasi zat kimia.
Respon sel yang menarik diri lebih dekat menuju zat kimia disebut kemotaksis positif,
sementara respon sel yang cenderung menjauhi disebut kemotaksis negatif. Zat kimia yang
menyebabkan kemotaksis positif disebut chemoattractant sedangkan penyebab kemotaksis
negatif disebut chemorepellent atau chemoinhibitor (Toaha et al., 2013).
Chemoattractant merupakan senyawa kimia yang mengandung komponen-komponen
nutrisi yang diperlukan bakteri. Sebagai contoh glukosa, NaCl, lipid, dan lain sebagainya.
Sedangkan chemorepellent merupakan senyawa kimia yang tidak mengandung komponenkomponen nutrisi yang diperlukan bakteri. Contohnya akuades, antibiotik, dan toksin
(Lofgren & Fox, 1974).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ketika praktikum, pada saat


bakteri E.coli dekat dengan larutan glukosa, ada yang melakukan gerak smooth dan
ada pula yang melakukan gerakan tumbling. Begitu juga yang terjadi saat bakteri
berada dekat dengan akuades. Menurut Li et al. (2012) Hal ini terjadi karena pada
sistem kemotaksis, bakteri harus beradaptasi dengan perubahan terhadap konsentrasi
senyawa atraktan atau repellen dengan cara memodifikasi membran reseptor.
Sehingga pada saat bakteri dekat dengan larutan glukosa ada yang bergerak smooth
dan ada yang bergerak tumbling, begitu juga sebaliknya.
Sistem sensorik tertentu dalam bakteri mendeteksi dan beradaptasi dengan perubahan
dalam konsentrasi molekul seperti nutrisi, sehingga mikroba dapat mengontrol gerakan
flagella mereka dan berenang ke lingkungan yang lebih menguntungkan. Banyak mekanisme
adaptif bertindak atas protein reseptor permukaan sel yang mendeteksi rangsangan dan
menghasilkan sinyal melintasi membran sel dan dalam sitoplasma.
Dalam sistem kemotaksis bakteri, kemoreseptor yang berbeda dapat mengikat baik
atraktan atau molekul ligan penolak (repelen) dan dengan demikian mereka mengubah
aktivitas reseptor terkait kinase enzyme. Kinase menambahkan gugus fosfat ke protein CheY, yang dapat mengikat hanya dalam bentuk yang terfosforilasi (Chey-P) untuk flim,
komponen protein dari flagella yang bergerak secara rotasi atau memutar. Pergerakan flagel
bakteri ada yang berlawanan arah jarum jam dan ada yang searah jarum jam. Sebagai
kekuatan, rotasi berlawanan arah jarum jam ke depan berenang ('berjalan') dan rotasi searah
jarum jam menyebabkan perubahan arah tiba-tiba ('tumbang'), pergantian mereka
menghasilkan gerak acak berjalan tiga dimensi. Ketika bakteri berenang menuju peningkatan
konsentrasi atraktan, interaksi atraktan dengan reseptornya mengurangi aktivitas kinase, dan
dengan demikian tingkat dan probabilitas protein Che Y-P menurun, lebih condong bergerak
acak ke arah yang menguntungkan (atraktan) (Hazelbauer, 2012).
Tetapi ketika konsentrasi ligan tetap konstan, sistem menyesuaikan dengan
mengembalikan ke keadaan nol, sehingga kemudian dapat merespon perubahan konsentrasi
tambahan. Adaptasi terjadi melalui penambahan atau penghapusan kelompok metil pada
reseptor dalam menanggapi hunian dengan atraktan atau repelen. Ketika bakteri dirangsang
oleh atraktan, konsentrasi Che Y-P dan pergerakan searah jarum jam. Namun, selama
beberapa menit berikutnya, meskipun tingkat Che Y-P tetap tidak berubah, pergerakan lebih
condong searah jarum jam. Konsentrasi Che Y-P yang terus menurun, pergeseran sensitivitas
gerak untuk Che Y-P ke bawah, tapi rentang konsentrasi masih sempit. Jadi, dengan tidak
adanya adaptasi tergantung metilasi reseptor, yang terjadi dalam hitungan detik, bakteri tidak
dapat melakukan kemotaksis (Hazelbauer, 2012).

Bakteri memiliki kapasitas sangat baik untuk cepat beradaptasi dengan perubahan di
lingkungan mereka. Motilitas dan kemotaksis bakteri membantu sel-sel untuk mencapai
lingkungan yang paling menguntungkan dan berhasil bersaing dengan mikro-organisme lain
dalam menanggapi rangsangan eksternal. Flagel bakteri merupakan sebuah organel untuk
gerak dan sebuah protein ekspor. Proses pembentukan flagela dan ekspor melibatkan lebih
dari 50 gen dan produk gen. Kumpulan flagela dihasilkan oleh perintah tambahan dari
substruktur flagella dalam suatu proses yang berurutan, berjalan dari struktur membran
proksimal ke distal (Alexandre et al., 2013).
Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri Gram-negatif, berbentuk batang, fakultatif
anaerob yang berada di gastrointestinal saluran dari hewan berdarah panas. E. coli
merupakan bakteri motil dengan flagela peritrichous. panjang flagel E. coli adalah sekitar 10
mikrom dan diameternya 20 nm. Flagellin, juga dikenal sebagai H-antigen (protein FliC,
dikode oleh gen fliC pada E. coli), merupakan antigen permukaan utama pada serotipe E.
coli. Lima puluh tiga H-antigen diketahui, sementara penyebutan dari NM (H-) menunjukkan
tidak adanya flagellin. Sekitar 20.000 monomer flagellin berpolimerisasi untuk membentuk
filamen. Sebuah flagela bakteri juga terdiri dari tubuh basal yang bertindak sebagai mesin
putar dan hook (kait) yang terhubung dengan motor dan baling-baling. Lebih dari 50 gen
berpartisipasi dalam biosintesis flagellar. Flagela adalah organel lokomotif utama, yang
memungkinkan bakteri untuk bergerak dari lingkungan yang miskin akan nutrisi terhadap
lingkungan yang kaya nutrisi (Mingxu et al., 2015).

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Keimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Pergerakan bakteri dipengaruhi oleh adanya attractant dan repelen.
2. Bakteri bergerak mendekati attractant dan bergerak menjauhi repelen.
B. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pengamatan pergerakan bakteri dilakukan dengan
teliti dan cermat agar tidak ada bakteri yang tidak teramati.

DAFTAR REFERENSI
Alexandre M., Celine G., Dominique B., Philippe H., Elodie C., Laurence L., Philippe N.B.,
dan Eliane H. 2013. Role of Polyadenylation in Regulation of the Flagella Cascade
and Motility in Escherichia coli. Biochimie 1(95): 410-418.
Burdon, Kenneth dan Robert P.W. 1964. Microbiology. New York: The Macmillan Company.
Hazelbauer, G.L. 2012. Adaptation by Target Remodelling. NATURE 1(484): 173-175.
Li J, Li G, Weis R. 2012. The serine chemoreceptor from Escherichia coliis methylated
through an inter-dimer process. Biochemistry,36:11851-11857
Lofgren, K.W. dan C.F. Fox. 1974. Attractant-Directed Motility in Escherichia coli:
Requirement for a Fluid Lipid Phase. Journal of Bacteriology 3(118): 1181-1182.
Mingxu Z., Yang Y., Panlin C., Huijie H., Philip R.H., dan Guoqiang Z. 2015. More Than A
Locomotive Organelle: Flagella in Escherichia coli. Appl. Microbiol. Biotechnol. 1(1):
1-8.
Toaha, S., Khaeruddin dan Muchlis. 2013. Model Matematika Kemotaksis dalam Penyakit
Alzheimer. MANASIR 1(1): 8-14.
Volk, Swisley A., dan Margareth F.W. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai