KEDOKTERAN NUKLIR
KELOMPOK 1
Kelas C
TIM PENYUSUN :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini kami buat untuk melengkapi
tugas Mata Kuliah Radiologi dan membahas tentang kedokteran nuklir, selain itu makalah ini juga
bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui dan memahami secara jelas mengenai apa yang
dimaksud dengan kedokteran nulir.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan
baik tanpa adanya bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak. Didalam proses pembelajaran
sangatlah diperlukan suatu panduan. Baik yang berasal dari buku-buku bacaan, internet, dosen dan
masih banyak lagi. Dengan adanya panduan-panduan tersebut maka proses belajar akan menjadi
lebih mudah.
Oleh karena itu kami berusaha untuk menyuguhkan sebuah makalah yang kami harapkan
dapat membantu pembaca dalam belajar tentang kedokteran nuklir. Di dalam makalah yang kami
buat ini, mengambil bahan dari beberapa jurnal yang ada di internet dan refrensi sehingga data
yang kami sajikan ini merupakan data-data akurat. Untuk mempermudah memahami kami
membuat kata-kata yang sederhana dalam penulisan makalah ini. Selain itu makalah ini kami buat
dengan mengambil bagian-bagian yang penting saja.
Untuk semua pihak yang ikut serta dalam upaya penyelesaian makalah ini saya
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya. Terutama kepada dr.Inggrijani dan bagi
pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kami terima untuk penyempurnaan makalah ini.
BAB I
(PENDAHULUAN)
LATAR BELAKANG :
Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber
radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari
perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik, terapi, dan penelitian kedokteran.
Sejak reaktor nuklir pertama beroperasi dengan sukses (Desember,1942) produksi
isotop radioaktif berkembang dengan pesat. Di Indonesia, sinar beta yang berasal dari isotop
I131 dimanfaatkan untuk pengobatan hipertiroidisme dan karsinoma tiroid, sedang sinar
gamma I131 yang mempunyai daya tembus besar, dimanfaatkan untuk membuat sidikan
(scanning) kelenjar tiroid dan grafik renogram.
Selain itu, terdapat instrumen yang merupakan alat deteksi atau detektor dalam
kedokteran nuklir berupa rangkaian elektronik yang dapat merubah sinar gamma menjadi
data yang dapat dinilai. Dengan demikian keadaan sumber radiasi dapat dinilai sebagai peta
energi angka, scanning, dan grafik.
Senyawa yang mengandung radioaktif diperlukan untuk didapatnya pemeriksaan
organ sebagai sumber radiasi secara selektif disebut dengan radiofarmaka. Terdiri atas 2
komponen, yaitu komponen radioaktif dan komponen pembawa materi. Komponen
membawa materi akan membawa bahan radioaktif ke organ tubuh tertentu yang dapat
ditempati atau dapat menangkap pembawa materi tersebut, shingga bahan radioaktif akan
berada di organ tersebut dan menjadi sumber radiasi. Banyak cara penempatan radiofarmaka,
diantaranya adalah proses fagositosis, transportasi aktif, penghalang kapiler, pertukaran difus,
kompartemental dan pengasingan sel.
Perkembangan kedokteran nuklir berlangsung cepat sejalan dengan perkembangan
instrumen dan radio farmaka serta pengetahuan fungsi normal dan patologik organ tubuh
manusia di bidang kedokteran.
RUMASAN MASALAH :
TUJUAN:
BAB II
(ISI)
dideteksi dari luar tubuh secara tepat, serta aktivitasnya dapat diukur secara akurat;
sehingga penggunaan radioisotop sebagai tracer atau perunut, sangat bermanfaat
dalam studi metabolisme, serta teknik pelacakan dan penatahan berbagai organ tubuh,
tanpa harus melakukan pembedahan.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960an, yaitu
setelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di Bandung.
Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis
pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik
Nuklir di Bandung. Unit ini merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir RSU
Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Menyusul kemudian
unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP, RS Gatot Subroto) dan di Surabaya
(RS Sutomo). Pada tahun 1980-an didirikan unit-unit kedokteran nuklir berikutnya di
RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi (Semarang), RS Jantung harapan Kita (Jakarta)
dan RS Fatmawati (Jakarta). Dewasa ini di Indonesia terdapat 15 rumah sakit yang
melakukan pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera gamma, di
samping masih terdapat 2 buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat
penatah
ginjal
yang
lebih
dikenal
dengan
nama
Renograf.
C. Radiofarmaka
Radiofarmaka merupakan senyawa radioaktif yang digunakan dalam bidang
kedokteran nuklir, baik untuk tujuan diagnosis maupun pengobatan. Berdasarkan cara
penggunaannya, radiofarmaka dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu secara in
vivo dan in vitro. Dalam perkembangan dunia kedokteran, khususnya kedokteran
nuklir, penggunaan sediaan ini merupakan penunjang dalam diagnosis ataupun
pengobatan secara konvensional.
Beberapa persyaratan yang harus dipunyai oleh suatu radiofarmaka antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
Toksisitasnya rendah.
Pembuatan dan penggunaannya mudah.
Lebih spesifik untuk penyakit tertentu atau terakumulasi pada organ tertentu.
Tingkat bahaya radiasi pada manusia rendah.
Untuk visualisasi eksternal (in vivo) sebaiknya merupakan sinar y (gamma) murni
99
radiofarmaka yang menggunakan radioisotop tersebut dapat dibuat dalam bentuk kit
kering yaitu radiofarmaka setengah jadi yang dikemas secara terpisah dengan
radioisotop/radionuklidanya. Secara prinsip, randiofarmaka yang dimasukkan ke
dalam tubuh akan diangkut oleh darah dan didistribusikan ke organ tubuh yang
diinginkan, misalnya ginjal, jantung, hati dan lain-lain, sesuai dengan jenis
radiofarmaka yang digunakan. Dengan metode pencitraan menggunakan alat tertentu
misalnya kamera gamma akan diperoleh gambaran organ yang memberikan informasi
mengenai morfologi dan fungsi dari organ tersebut. Pemeriksaan fungsi organ ini
merupakan keunggulan dari kedokteran nuklir terhadap metode diagnosis yang lain
seperti sinar-X, ultrasonografi. Selain itu, akibat radiasi yang ditimbulkan oleh suatu
radiofarmaka umumnya jauh lebih kecil dari pada pemeriksaan dengan sinar-X.
Berbagai radiofarmaka yang digunakan dalam bidang kedokteran nuklir untuk
tujuan diagnosis organ tubuh ditampilkan dalam table 1.
Organ
Pemakaian
99m
Tc-MIBI, 99mTc-tetrofosmin,
Jantung, payudara,
Fungsi ventrikel,
99m
seluruh tubuh
volume, kanker
Tc-teboroksim
99m
Tc-DTPA, 99mTc-Glukonat,
Ginjal
99m
Tc-MAG-3, 99mTc-
Fungsi, perfusi,
tumor/kista
Glukoheptonat, 131I-Hipuran,
203
Hg-klormerodrin
99m
Otak
perteknetat
Tumor, abses,
Ensefatitis
99m
Tc-pirofosfat, 99mTc-MDP,
Tulang
99m
Tc-HEDSPA,99mTc-STPP
Infeksi/radang,
tumor/kanker,
metabolisme.
99m
Hati
99m
Tc-fitat
99m
Tc-perteknetat
Kelenjar tiroid
Fungsi, nodule,
infeksi, kanker
99m
Tc-metionin, 75Se-
Pankreas
Tumor, infeksi
Lambung
Infeksi,
selenometionin
99m
Tc-perteknetat, 99mTc-sulfur
koloid
tumor/kanker
99m
Limpa
Infeksi/peradangan
Paru-paru
Emboli, enfisema,
99m
Tc-RBC denaturasi
99m
99m
Tc-DTPA
99m
Gambar
1.
99m
Tc-makroagregat albumin
(99mTc-MAA). Dari hasil ini terlihat bahwa pada organ paru-paru normal terjadi distribusi
radiofarrmaka yang merata sedangkan pada penderita pulmonary emboli hal tersebut tidak
terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh kapiler paru-paru sehingga radiofarmaka
yang digunakan tidak dapat terdistribusi ke dalam organ tersebut yang mengakibatkan tidak
diperoleh gambaran paru-paru yang normal.
99m
Tc-MDP,
99m
Tc-STPP,
99m
Tc-pirofosfat atau
99m
Tc-
destruksi
(bone
repair)dengan
meningkatkan
aktifitas
abnormal.
Interpretasi : scanning positif bila aktifitas i tulang panjang dan tulang
belakang tidak simetris. Kenaikan aktifitas berhubungan dengan luasnya lesi.
2. Scanning ginjal
Tc-99m-DTPA dan Tciron-ascorbic acid complex dapat diikat di ginjal oleh sel
tubulus proksimal dan dapat dipakai sebagai radiofarmaka pembuat scanning
ginjal.
- Indikasi : untuk memberikan informasi tentang besar, bentuk, dan letak ginjal.
Dapat pula untuk menilai fungsi ginjal secara semikuantitaf. Untuk evaluasi
trauma ginjal, tumor, dan kista. Untuk penderita yang sensitif terhadap media
kontras radiologi dan dalam keadaan ureum darah yang tinggi, scanning ginjal
-
Penilaian : Ginjal normal memberi citra yang homogen, batas ginjal dapat
tidak tegas karena pengaruh gerakan waktu bernapas. Tumor ginjal, kista,
infark, abses, dan kegagalan parenkim karena trauma menunjukkan vokal cold
spot pada citra ginjal. Penyakit ginjal yang difus memberikan citra yang tidak
merata dan rendah aktifitasnya, sebaliknya aktifitas di hati meningkat. Ginjal
ektopik ditentukan dengan lokasi citra yang abnormal.
3. Scanning Jantung
Radiofarmaka yang berada dalam pembuluh darah dapat dipakai untuk
membuat scanning pool darah, termasuk scanning jantung.
Preparat RIHSA, Tc-99m-human serum albumin, Tc-99m Sn Erythrocyt dan
In-113m-Transferin dapat dipakai untuk membuat citra kumpulan darah jantung.
Dari preparat tersebut yang saat ini populer adalah Tc-99m Sn Erythrocyt yang
dipakai untuk membuat ventrikulografi, dengan pertolongan komputer dapat
membedakan volum darah di ventrikel kiri pada waktu sistolik dan diastolik dan
berguna untuk menentukan kemampuan pompa jantung. Radioaktif T1-201
klorida bila disuntikan intravena akan berada di dalam miokard yang sehat,
sementara miokard yang mengalami infark akan tampak sebagai daerah cold.
E. Beban Radiasi dan Usaha Proteksi Radiasi
Bidang kedokteran nuklir bukan tidak mengandung resiko. Radiasi yang
diterima penderita selama masih untuk kepentingan menegakkan diagnosis
-
BAB III
(RANGKUMAN)
Kedokteran nuklir adalah bidang kedokteran yang memanfaatkan materi
radioaktif untuk menegakkan diagnosis dan mengobati penderita serta mempelajari
penyakit manusia.
DAFTAR PUSTAKA
2008.
Aplikasi
Nuklir
di
Bidang
Kesehatan.