Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN LINGKUNGAN PABRIK UREA

DISUSUN OLEH:
1.
2.
3.
4.

Crade Lisa Putri


Abdul Azis
Anggi Oktavian Putranto
Avira Durrotul Rasyida

D500120002
D500130055
D500130071
D500134008

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada kegiatan proses pembuatan urea di pabrik ini, emisi debu urea yang
dihasilkan pada keadaan beroperasi normal melalui unit Prilling Tower dan
Crystallizer dibuang ke udara atau lingkungan. Dilihat dari aspek produksi debu
urea yang keluar dari peralatan tersebut diperkirakan sekitar 2 ton setiap harinya
atau 730 ton/tahun.
Debu tersebut dapat berdampak pada kerusakan peralatan pabrik seperti
peralatan instrumen, mesin-mesin pabrik, struktur baja, alat-alat berat karena
sifatnya yang korosif, sehingga menimbulkan biaya pengecatan dilingkungan
pabrik yang cukup besar. Selain itu, kerusakan pada peralatan pabrik dapat
mengganggu operasional pabrik.
Dilihat dari aspek dampak lingkungan sekitar walupun jumlahnya masih
dibawah baku mutu udara yaitu sebesar 500 mg/Nm3, namun paparan emisi debu
urea ini masih dapat menimbulkan dampak langsung terhadaplingkungan dalam
bentuk:
1. Pengotoran terhadap kendaraan
2. Pengotoran terhadap pemukiman sekitar secara kumulatif
3. Pengotoran terhadap perkantoran sekitar
Sedangkan dampak tidak langsung dari debu urea ini adalah penggunaan air tanah
yang tiggi karena dipakai untuk pencucian terhadap dampak langsung yang tertera
di atas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses pembuatan urea
Bahan baku dalam pembuatan urea adalah gas CO2 dan NH3 cair yang dipasok
dari pabrik amoniak. Proses pembuatan urea dibagi menjadi 6 unit. Unit-unit
proses tersebut adalah sintesa unit, purifikasi unit, kristalizer unit, prilling
unit,recovery unit, dan terakhir proses condesat treatment unit.
2.1.2 Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik urea untuk mensintesa
dengan mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 di dalam urea reactor dan ke dalam
reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle carbonat yang berasal dari bagian
recovery. Tekanan operasi proses sintesa adalah 175 kg/cm2. Hasil sintesa urea
dikirim ke bagian purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbamat dan
kelebihan amonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.
2.1.3 Purifikasi Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amoniak di unit
sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan
pemanasan dengan 2 langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2 dan
22,2 kg/cm2. Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirm ke bagian
recovery sedangkan larutan urea dikirim ke bagian kristaliser.
2.1.4 Kristalliser Unit
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vakum
kemudian kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas yang diperlukan
untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea maupun panas
kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi urea slurry ke HP
absorber dari recovery.Dari crystallizer ini masih mengeluarkan gas NH3 dan
debu urea serta kebisingan alat disaat proses produksi berlangsung.
2.1.5 Prilling Unit
Debu urea adalah butiran halus dari segala macam ukuran yang keluar melalui
puncak menara pembutir (Prilling Tower) ke udara sebagai emisi, hasil reaksi dari
pembentukan urea di barik urea adalah sebagai berikut:

2NH3 + CO2 <-> (NH3)CO(ONH4)<->CO(NH2) + H2O

Kristal urea kluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai menjadi


99,8% dari berat dengan udara panas kemudian dikirmkan ke bagian atas prilling
tower untuk dilelelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari
distributor dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan
menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage
dengan belt conveyor.
Urea yang terbentuk dari reaksi tersebut berupa urea melt yang kemudian
dibutirkan di menara prilling tower. Urea melt tersebut jatuh bebas dari
ketinggian lebih dari 50 meter dan dari bawah dihembuskan udara pendingin dari
blower, sehingga urea melt menjadi padat, berbentuk metamorf dan disebut urea
prill. Butiran urea yang ukurannya masih diatas 19 mesh terbawa oleh udara
keluar dari menara pembutir sebagai emisi debu urea.

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Urea


2.1.6 Recovery Unit
Gas amoniak dan gas karbon dioksida yang dipisahkan di bagian purifikasi
diambil kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother
liquor sebagai absorben kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa.
2.1.7 Condensat Treatment Unit

Uap air yang menguap dan terpisahkan di bagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 kemudian diolah dan
dipisahkan di stripper dan hidroliser. Gas CO2 dan gas NH3 dikirim kembali ke
bagian purifikasi untuk direcover sedang air kondenatnya di kiirm ke utilitas.

2.2 Alat dan Mesin Pembuat Pupuk Urea


Peralatan yang digunakan untuk pembuatan pupuk urea adalah :
2.2.1 Sintesa Unit
2.2.1.1 Reaktor Sintesa
Reaktor intesa berfungsi sebagai tempat reaksi antara NH3
dan CO2.
2.2.1.2 Knock Out Drum
Knock out drum berfungsi untuk menghilangkan partikelpartikel padat dan tetesan cairan yang mungkin terdapat dalam
gas CO2.
2.2.1.3 CO2 booster Compressor
CO2 booster Compressor berfungsi untuk menaikkan
tekanan gas CO2.
2.2.1.4 CO2 Compressor
CO2 Compressor berfungsi untuk menaikkan tekanan gas CO2.
2.2.1.5 AmmoniaPrehater II
Ammonia Prehater II berfungsi memanaskan amonia
dengan steam condensate sebagai media pemanasannya.
2.2.1.6 Ammonia Condensor
Ammonia Condensor berfungsi untuk mengkondensasikan
larutan ammonia.
2.2.1.7Ammonia Reservoir
Ammonia Reservoir berfungsi untuk menampung
ammonia cair make up dari ammonia plant.
2.2.2 Seksi Dekomposisi / Purifikasi
2.2.2.1 High Pressure Decomposer
Berfungsi untuk memisahkan kelebihan NH3 dari campuran
reaksi dan mendekomposisi ammonium karbonat menjadi NH3
dan CO2.
2.2.2.2 Law Pressure Decomposer

Berfungsi untuk menyempurnakan


setelah keluar High Pressure Decomposer.

dekomposisi

2.2.2.3 Gas Separator


Berfungsi untuk memisahkan sisa NH3 dan CO2 yang
masih terlarut dalam larutan urea.
2.2.2.4 Reactor For High Pressure Decomposer
Berfungsi untuk memanaskan larutan dari
Pressure Decomposer.

Law

2.2.2.5 Reboiler For Law Pressure Decomposer


Berfungsi untuk memanaskan larutan dari Law
Pressure Decomposer.
2.2.2.6 Heat Eschanger for Law Pressure Decomposer
Berfungsi untuk mendinginkan larutan dari High
Pressure Decomposer menuju ke Law Pressure Decomposer.
2.2.3 Seksi Recovery
2.2.3.1 Off Gas Absorber
Berfungsi untuk menyerap gas NH3 dan CO2 dari gas
separator kemudian dikondensasikan dalam packed bad bagian
bawah oleh larutan recycle yang didinginkan dalam off gas
absorben cooler.
2.2.3.2 Off Gas Condensor
Berfungsi untuk mendinginkan gas yang keluar dari gas
separator.
2.2.3.3 Off Gas Absorber Recycle Pump
Berfungsi untuk memompa larutn dari off gas absorber dan
dikembalikan lagi ke bagian tengah off gas absorber.
2.2.3.4 Law Pressure Absorber
Berfungsi menyerap sempurna gas-gas dari Law Pressure
Decomposer.
2.2.3.5 High Pressure Absorber Cooler
Berfungsi untuk mengembalikan lagi larutan karbonat ke
reaktor.
2.2.3.6 Ammonia Recovery Absorber

Berfungsi untuk menyerap ammonia dari recycle larutan,


lalu mengirimkannya ke ammonia reservoir.
2.2.3.7 High Pressure Absorber Pump
Berfungsi memompa larutan dari Law Pressure Absorber
ke High Pressure Absorber.
2.2.3.8 Aqua Ammonia Pump
Berfungsi untuk memompa amonia dan ammonia recovery
absorber ke high pressure absorber.
2.2.4 Seksi Kristal dan Pembutiran
2.2.4.1 Cristalizer
Cristalizer terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas berupa
vacum consentrator dengan vacum generator yang terdiri dari
sistem adjector tingkat satu dan baromestrik kondensor tingkat
satu dan dua. sedangkan bagian bawah berupa eristalizer
dengan agitator.
2.2.4.1.1 Vacuum Concentrator dengan Vacum Generator
Berfungsi untuk menguapkan air dari larutan urea.
2.2.4.1.2 Cristallizer dengan agitator
Berfungsi untuk mengkristalkan urea.
2.2.4.2 Melter
Berfungsi untuk melelehkan kristal-kristal urea.
2.2.4.3 Dissolving tank I
Berfungsi sebagai tempat pelarutan urea oversize.
2.2.4.4 Dissolving tank II
Berfungsi sebagai tempat pelarutan urea oversize.

2.3 Jenis Limbah yang Dihasilkan oleh Pabrik Pupuk Urea


2.3.1 Limbah Cair
a) Limbah cair mengandung amoniak dan urea berasal dari pabrik amoniak
dan pabrik urea
b) Limbah cair mengandung minyak berasal dari compressor dan pompa

c)
d)
e)

Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi


Limbah Cair mengandung Lumpur berasal dari pengolahan air
Limbah Sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform

2.3.2 Limbah Gas dan Kebisingan


a) Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan reformer
dari pabrik utilitas dan pabrik amoniak. Diatasi dedngan pengoperasian
boiler sesuai SOP dan pembakaran gas alam dengan oksigen berlebih
b) Emis gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir.
Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber dan
penggantian filter secara kontinyu
c) Limbah gas buang (Purge gas) yang berasal dari daur sintesa pabrik
amoniak diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk
memisahkan NH3 dan H2
d) Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik amoniak dan
pabrik urea diatasi dengan keharusan setian pekerja memakai alat
penyumbat telinga
2.3.3 Limbah Padat
a) Limbah katalis bekas berasal dari pabrik amoniak yang mengandung
oksida-oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan
penyimpanan sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali.
b) Limbah Debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan
pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea
dust dan waste dilarutkan kembali kemudian direcycle
2.4 Karakteristik Emisi Debu Urea
Secara umum debu urea adalah suatu zat padat memiliki sifat-sifat
yang korosif, untuk urea sendiri mempunyai karakteristik atau physical properties
sebagai berikut :
1. Berat Molekul = 60,47
2. Melting Point :
Pada tekanan 1 Atm : m.p. = 132,7oC
Pada tekanan 3000 Atm : m.p. = 150oC
3. Specific Gravity :
Pada 20/4 oC = 1,336

Perubahan Specific Gravity setiap derajad = 0,000208


4. Struktur Kristal :
Crystalline form : Tetragonal-Scalendohedral.
Crystal Habits : Needles or Rhombic Prisms.
Crystal Constant : Optical Sign, positive.
Crystal Thermal Conductivity = 0,191 cals/sec/cm2/oC/cm.
5. Heat Data :
Specific Gravity pada 25 oC = 0,371 cal/gm/oC.
Heat of Crystallization = 47 cal/gm.
Heat of fusion = 42,1 cal/gm.
Untuk Solid Urea Pada 25oC :
Heat of Formation (-Hf) = -79,634 Kcal/gm mol.
Entropy of Formation (-Sf) = 109,05 cal/degree/mol.
Free Energy of Formation (-Ff) = 47,118 Kcal/gm mol.
Free Energy of Formation from NH3 and CO2 (-Ff) = 254 cal/gm mol.
Free Energy of Formation of Aqueous Urea (-Ff) = 48,84 Kcal/gm mol.
Entropy of Urea = 25 cal/degree/mol.
6. Miscellaneous Chemical-Physical Data :
Konstanta Dielectric pada 22oC = 3,5 0,2 x 4x103 cycles/sec
Konstanta Dissosiasi pada 21oC = 1,4 x 10-14
Dipole moment = 4,56
Specific Susceptibility = -0,56x10-6 cgsm
2.5 Tinjauan Manajemen Lingkungan
Tinjauan manajemen lingkungan ini merupakan bahasan permasalahan
yang berhubungan dengan usaha untuk menurunkan debu urea yang berkaitan
dengan aspek lingkungan dan dampak lingkungan sekitarnya. Aspek-aspek
tersebut diantaranya:
1. Sudut pandang kesehatan
Ditinjau dari sudut pandang (aspect) kesehatan sebenarnya jelas bahwa
paparan debu urea akan memberikan dampak (impact) terhadap kesehatan
seperti penyakit ISPA pada karyawan, pemukiman maupun lingkungan
lainnya .
2. Sudut pandang kebersihan
Ditinjau dari sudut pandang kebersihan maka akan melibatkan tingkat
pengotoran dari dampak paparan debu urea yang mengakibatkan kerusakan
peralatan pabrik, kendaraan-kendaraan dan peralatan lainnya yang ada di
sekitar pabrik maupun pemukiman, dimana dalam bentuk sekundernya berupa
meningkatnya jumlah kebutuhan air untuk mencuci dan meningkatnya
kebutuhan pengecatan karena korosi.

3. Sudut pandang ekonomi


Pemasangan peralatan yang bisa mengurangi debu urea ini memang
memerlukan biaya yang relatifbesar dan tidak ekonomis dibandingkan
jumlah debu urea yang dapat diambil kembali dan dijadikanproduk urea.
Namun bila diperhitungkan dengan potensial loss dan biaya biaya yang
dikeluarkansebagai dampak dari emisi debu tersebut, maka recovery tersebut
memberikan keuntungan bagiperusahaan dan bagi kepentingan umum.
Biayabiaya yang dapat dihemat dari pemasangan peralatan Urea dust
scrubber tersebut antara lain:
a) Mengurangi pengotoran berarti mencegah kemungkinan gangguan operasi
dan shut down pabrik yang ditimbulkan oleh kerusakan alat instrumentasi
akibat debu urea tersebut yang sifatnya sangat korosif, yang berarti pula
mengurangi shut-down pabrik akan menambah keuntungan bagi
perusahaan.
b) Biaya pengecatan yang meningkat dan perbaikan terhadap peralatan
peralatan pabrik yang lebih sering, antara lain struktur baja, mesinmesin,
alat pabrik lainnya, alat berat dan kendaraan.
c) Pengecatan peralatan ini sangat penting untuk melindungi permukaan alat
dari pengaruh korosifitas debu urea.
d) Biaya pemantauan lingkungan dan menghadapi keluhan dan protes
masyarakat lingkungan.
e) Biaya karena pemakaian air untuk pencucian (kendaraan dan lain-lainnya).
f) Menjaga citra perusahaan untuk melakukan pendekatan kepada
masyarakat, pemda dan instansi terkait lainnya.

2.6 EVALUASI PEMBUATAN ASPEK LINGKUNGAN


Berikut merupakan evaluasi tentang aspek lingkungan yang mencangkup
besaran-besaran frekuensi kejadian dampak, lingkup sebaran geografis dampak,
banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak, dan tingkat bahaya
dampak. Masing Masing besaran memiliki kuantitatif sebagaimana dijelaskan
dalam tabel 1 hingga 4, sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai Kumulatif Frekuensi Dampak Negatif
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rincian Kriteria
Terjadi sekali atau lebih dalam setahun
Terjadi tiap bulan atau lebih dari sekali dalam setahun
Terjadi tiap minggu atau lebih dari sekali dalam sebulan
Terjadi setiap hari atau lebih dari sekali dalam seminggu
Terjadi terus menerus

Nilai Kuantitatif
1
2
3
4
5

Tabel 2. Nilai Kuantitatif Lingkup Sebaran Dampak


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rincian Kriteria
Hanya dalam area unit produksi ( 100 m)
Hanya dalam lingkup pabrik ( 500 m)
Hanya dalam lingkup kawasan industri (5 km)
Dalam lingkup regional
Dalam lingkup nasional

Nilai Kuantitatif
4
3
2
1
1

Tabel 3. Nilai Kuantitatif Banyaknya Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rincian Kriteria
Hanya ada 1 komponen lingkungan yang terkena
Hanya ada 2 komponen lingkungan yang terkena
Hanya ada 3 komponen lingkungan yang terkena
Hanya ada 4 komponen lingkungan yang terkena
Hanya ada 5 komponen lingkungan yang terkena

Nilai Kuantitatif
1
2
3
4
5

Tabel 4. Nilai Kuantitatif Tingkat Bahaya Dampak


No.
1.

2.

3.

4.

5.

Rincian Kriteria
Nilai Kuantitatif
2
Gangguan fungsi sumber daya alam (SDA) atau
lingkungan
Gangguan kenyamanan pada manusia
2
Rusaknya SDA atau lingkungan tapi dapat pulih
secara alamiah
Menimbulkan cedera ringan pada manusia
3
Rusaknya SDA atau lingkungan tapi dapat
dipulihkan dengan adanya intervensi manusia
Menimbulkan cacat permanen pada manusia
4
Kerusakan SDA atau lingkungan secara permanen
dan tidak dapat dipulihkan
Menimbulkan cacat permanen pada manusia
5
Musnahnya SDA atau kehancuran lingkungan
Menimbulkan kematian pada manusia

2.6.1 Nilai signifikansi aspek lingkungan berdampak negatif adalah menggunakan


formula

[(

Dimana :
N = nilai signifikan aspek lingkungan berdampak
F = nilai kuantitatif frekuensi dampak

)]

S = nilai kuantitatif lingkup sebaran dampak


B = nilai kuantitatif tingkat bahaya dampak
L = banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Sehingga didapat :

[(

)]

2.6.2. Penilaian Pengelolaan Lingkungan Berdampak Positif


Tabel 5. Nilai Kuantitatif Komitmen Pengelola Laboratorium
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rincian Kriteria
Tidak ada komitmen
Terdokumentasi tapi tidak dilaksanakan
Belum terdokumentasi tapi dilaksanakan
Terdokumentasi tapi pelaksanaan belum efektif
Terdokumentasi dan dilaksanakan dengan baik

Nilai Kuantitatif
1
1
2
2
5

Tabel 6. Nilai Kuantitatif Pengelolaan Limbah/Lingkungan


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rincian Kriteria
Pengelolaan pendahuluan
Pemasangan alat bantu
Pengelolaan Limbah
Mengukur tingkat pemborosan bahan
Daur ulang
Pemanfaatan sumber alternatif
Pengurangan timbunan sampah
Menekan pemborosan bahan
Pencegahan timbunan sampah
Mengurangi pemakaian bahan

Nilai Kuantitatif
1
2
3
4
5

Tabel 7. Nilai Opini Masyarakat


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rincian Kriteria
Responden beropini positif <20%
Responden beropini positif 21% s/d 40%
Responden beropini positif 41& s/d 60%
Responden beropini positif 61% s/d 80%
Responden beropini positif 81% s/d 100%

Nilai Kuantitatif
1
2
3
4
5

2.6.3 Nilai signifikasi pengelolaan lingkungan berdampak positif


Responden beropini positif dinyatakan dengan formulasi berikut :

Dimana,
P = nilai signifikasi aspek pengelolaan lingkungan
K = nilai kuantitatif komitmen pengelola pabrik
W = nilai kuantitatif pengelolaan limbah
O = nilai opini masyarakat
Sehingga didapat :
(

Sehingga didapat :

Tanggal Terbit :
No Revisi
Lokasi

: Unit Produksi Urea

Tanggal Revisi :

No Identifikasi :
Uraian Tugas

: Pembutiran Urea melt yang jatuh bebas dari ketinggian lebih dari 50 meter yang menghasilkan emisi debu urea dan

bau amoniak.

INPUT
Bahan
Baku

Larutan
urea melt

Energi

Panas

Air

H2O

OUTPUT
Lain-Lain

Blower

Keterangan

Produk

Urea prill

Urea melt,
ammonia,
CO2

Emisi
debu
urea, CO2

Emisi debu
urea

Keterangan

Emisi
debu, Bau

Suara
bising dari
mesin

Keterangan Kode :
A = Penggunaan Bahan Baku dan SDA
B = Emisi ke Udara/Atmosfer
C = Buangan limbah ke badan air
D = Kontaminasi ke Tanah
E = Isu-isu masyarakat dan Lingkungan Lokal
F = Kebisingan
Dibuat Oleh,

Disetujui oleh,

(_________________)

(_________________)

Tanggal Terbit : 27 Mei 2015


No Revisi

Tanggal Revisi : -

DAFTAR DAN EVALUASI ASPEK PENTING (SIGNIFICANT ASPECT) LINGKUNGAN PABRIK UREA

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Nama Aspek

Emisi debu urea, CO 2 dari unit kristaliser


Kerusakan pada biota sungai akibat debu urea dari unit kristaliser
Kontaminasi debu urea dari unit kristalizer ke tanah
Bau yang timbul dari unit kristalizer
Kebisingan yang timbul dari unit kristalizer
Emisi debu urea, Gas ammonia dari unit prilling
Kerusaka pada biota sungai akibat debu urea dari unit prilling

:-

Peraturan Terkait Penilaian Faktor


Penilaian Faktor Positif
Significant Aspek
Ya
Tidak
S L
B
F Nilai (N)
K
W
O
Nilai (P) N-P
Ya
Tidak
v

11 16

15

15

109

11

15

15 7,1675 102

v
v
v
v
v
v

12
13
14
12
15
13

11
12
15
14
13
12

13
11
11
12
13
15

76
68
79
79
86
90

14
12
15
14
17
13

16
14
13
12
14
15

15
7,508
12
6,177
11 6,0165
11
5,846
14
7,262
15 7,3375

v
v
v
v
v
v

14
13
12
11
12
11

68
62
73
73
78
83

Tanggal Terbit :
No Revisi

TUJUAN, SASARAN, DAN PROGRAM MANAJEMEN LINGKUNGAN (PML)

Tanggal Revisi :

No. Program

No. Aspek Penting

Bagian

: Produksi Urea

Aspek

:Emisi debu urea dan kebisingan pada unit prilling tower dan crystallizer

Tujuan

:Mengendalikan emisi debu urea pada unit prilling tower dan crystallizer pada proses produksi urea

Sasaran

:mengurangi emisi debu urea sampai dengan bulan januari

Kinerja Sebelumnya

: emisi debu urea sebanyak 500g/Nm3 menjadi 30 mg/Nm3

No.
Uraian Upaya Pencapaian
1
memasang alat monitor emisi debu urea
2
menambah alat Urea Dust Scrubber
3 menutup area conveying agar debu urea dapat diisolasi

PIC

Target Waktu
Jul-15
Okt-15
Des-15

Sumber Daya Khusus yang Diperlukan Estimasi Biaya (Rp) Catatan Hasil Penc

Dibuat Oleh,

Disetujui oleh,

(_________________)

(_________________)

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh debu
urea maka perlu dipasang sistem penangkap debu urea yang dipasang di
puncak Prilling Tower. Ada beberapa alternatif yang dapat digunakan
untuk sistim penangkap debu urea, sebagai contoh antara lain: Wet Water
Scrubber, Filter kantong, Cyclone efisiensi tinggi, Pengendap debu, dan
lain-lain. Oleh karena pertimbangan kendala-kendala di lapangan, maka
penangkap debu urea dengan sistim Water Scrubber menjadi pilihan
sistem yang paling mungkin untuk Urea Dust Recovery System (UDRS).
3.2 Saran
Dari permasalahan diatas diperoleh suatu kebijakan lingkungan
diantaranya:
a. Pemasangan peralatan untuk mengurangi atau mencegah emisi
debu urea ke lingkungan
b. Pemberian APD lengkap seperti masker, sepatu safety, kacamata,
earplug, dan sarung tangan kepada karyawan yang berada disekitar
plant.
c. Pemeriksaan berkala emisi debu urea yang dihasilkan oleh prilling
tower dan kristalizer ataupun alat lain yang terdapat di pabrik.
d. Sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai jarak aman,
pertolongan pertama apabila terpapar emisi debu urea.
e. Pemeriksaan berkala untuk limbah buangan yang dibuang ke
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Suhadi. 2006. Pengelolaan Emisi Debu Urea Menuju Produksi Bersih.
Studi Kasus di PT. Pupuk Kaltim Tbk. Bontang. Tesis. Universitas
Diponegoro: Semarang
Rachmasari, Tessa dkk. 2013. Proses Pembuatan Urea. Universitas Serang
Raya:Banten
Ratnasari, Dian dkk. 2015. Makalah Teknik Pengolahan Limbah Industri Pupuk
Urea. Politeknik LPP:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai