Gagal ginjal akut merupakan penyakit multifaktor yang meliputi gangguan
hemoradinamik renal, obstruksi intratubular, gangguan subepitel nefron yang spesifik dan gangguan sel serta metabolik. Vasokontriksi renal diduga kuat merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal akut. Penelitian yang dilakukan pada manusia dan hewan menunjukkan penurunan laju filtrasi glomerolus (LFG) terjadi diakibatkan vasokontriksi persisten yang diakibatkan pula oleh peningkatan solut pada maskula densa serta mengaktifkan feedback dari tubulus dan gromelorus. Bahan yang diduga dapat menyebabkan vasokontriksi ginjal adalah angiotensin-II, tromboksan A2, leulotrienes C4 dan D4, endotelin-1, adenosin, endhotelium derived prostaglandin H2, serta rangsangan saraf simpatis. Pada keadaan iskhemia ginjal terjadi peningkatan endotelin-1. Pemberian antibodi antiendotelin atau agonis reseptor endotelin diduga dapat melindungi ginjal dari keadaan iskhemia. Walaupun vasokonstriksi merupakan penyebab utama patofisiologi gagal ginjal akut, namun pemberian vasodilator seperti dopamin, atrial nitriuretik peptida tidak terbukti dapat dipaki sebagai pencegahan atau terapi iskhemia pada gagal ginjal akut. Peningkatan solut di nefron bagian distal terjadi akibat hilangnya polaritas dari tubulus proksimal dengan berpindahnya posisi enzim Na-K ATPase serta gangguan ntegritas dari taut kedap (tight junction). (Bakta dan Suastika, 1999) Bakta, I. M., Suastika, I. K., 1999, Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam, EGC, Jakarta. Hal 88
Tahapan gagal ginjal akut
Ada tiga tahap gagal ginjal akut yaitu fase inisiasi, maintenens, dan pemulihan. Tahap inisiasi (awal) adalah kejadian awal yang menyebabkan nekrosis tubulus yang berbelit-belit (kusut). Perjalanan gagal ginjal akut dihubungkan dengan hebatnya akibat awal, periode hipotensi, dan lamanya hemodinamik dipengaruhi.
Tahap maintenens ditandai oleh oliguria dan ketidakseimbangan elektrolit. Bila
produksi urine berhenti (anuria), obstruksi ginjal bilateral dapat terjadi. Setelah 23 hari gagal ginjal akut, kebanyakan orang mengalami anemia berat sampai sedang karena eritropoesis ditekan (kemungkinan diebabkan oleh kekurangan eritropoietin dan toksin uremik). Peningkatan kreatinin, fosfat, dan urea akibat dari pemecahan protein otot dan ketidakmampuan untuk mengekskresikan metabolit. Dengan peningkatan urea dan sisa nitrogen lain dalam darah terjadi azotemia. Tahap pemulihan ditandai dengan peningkatan haluaran urine bertahap. Diuresis mulai paling cepat 24 jam setelah awitan gagal ginjal akut, atau lebih lama. Peningkatan haluaran sebanyak 6L/hari tidak menunjukkan kembalinya fungsi ginjal total. Fungsi tubular tetap berubah, yang diindikasikan kehilangan natrium dan kalium dalam urine dengan jumlah yang besar. Prognosis gagal ginjal akut bergantung pada awitan, beratnya penyakit dan pengobatan. Angka kematian (mortalitas) gagal ginjal akut sebesar 30-60%. (Tambayong, 2000) Tambayong, J., 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta. Hal 120121