Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SENSOR DAN TRANSDUSER

Disusun Oleh:
Nama

: Ahmad Fauzi

NIM

: 4313215098

Mata Kuliah : Mekatronika


Jurusan

: Teknik Mesin

UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Era modern seperti saat ini muncul berbagai masalah yang sangat beragam. Salah satu
masalah yang terjadi adalah masalah perkembangan teknologi yang perkembangannya sangat
pesat. Berbagai inovasi dan kreativitas dituangkan menjadi suatu alat ataupun piranti lunak
untuk membantu memudahkan aktivitas keseharian manusia. Dengan disusunnya makalah ini
difokuskan membahas mengenai sensor dan tranduser yang penggunaannya sudah sangatlah
banyak dalam kehidupan sehari-hari.
Sensor sendiri ada banyak jenis dan modelnya, begitupun dengan tranduser. Salah
satu contoh adalah sensor suhu yang kerjanya dipengaruhi oleh suhu, sensor air yang
kerjannya dipengaruhi oleh air, sensor cahaya yang kerjanya dipengaruhi oleh cahaya, dan
sebagainya. Tanpa adanya pengaplikasian sensor dan tranduser mungkin pekerjaan manusia
dalam kehidupan sehari-hari tidaklah akan mudah seperti saat ini.
Untuk lebih jelasnya berkaitan dengan sensor dan tranduser akan dibahas didalam
makalah ini.

1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
1.3.
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
Apa itu sensor dan tranduser?
Apa saja jenis/ macam dari sensor?
Apa saja jenis/macam dari tranduser?
Apa perbedaan sensor dan tranduser?
Apa saja aplikasi sensor dan tranduser dalam kehidupan sehari-hari?
Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
Mengetahui pengertian dari sensor maupun tranduser.
Mengetahui jenis-jenis dari sensor.
Mengetahui jenis-jenis dari tranduser.
Mengetahui perbedaan dari sensor dan tranduser.
Mengetahui beberapa contoh aplikasi sensor tranduser dalam kehidupan sehari-hari

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sensor dan Tranduser
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan
penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih
sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk mengubah besaran fisis tertentu menjadi
besaran listrik equivalent yang siap untuk dikondisikan ke elemen berikutnya. Sensor dapat
dianalogikan sebagai sepasang mata manusia yang bertugas membaca atau mendeteksi data/
informasi yang ada di sekitar. D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu
peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari
perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi
mekanik dan sebagainya. Contohnya antara lain yaitu, kamera sebagai sensor penglihatan,
telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai sensor peraba, LDR (light dependent
resistance) sebagai sensor cahaya, dan lainnya.
Tranduser berasal dari kata traduceredalam bahsa latin yang berarti mengubah
sehingga tarnduser dapat didefinisikan sebagai suatu piranti yang dapat mengubah suatu
energy ke bentuk energy lain. Sedangkan William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah
sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan

menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke
sistem transmisi berikutnya. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic
(radiasi) atau thermal (panas). Contohnya saja yaitu generator adalah transduser yang
merubah energi mekanik menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi
listrik menjadi energi mekanik, dan sebagainya.
Transduser (Inggris: transducer) adalah sebuah alat yang mengubah satu bentuk daya
menjadi bentuk daya lainnya untuk berbagai tujuan termasuk pengubahan ukuran atau
informasi

(misalnya, sensor

tekanan).

Transduser

bisa

peralatan listrik, elektronik, elektromekanik, elektromagnetik, fotonik,

berupa

atau fotovoltaik.

Dalam pengertian yang lebih luas, transduser kadang-kadang juga didefinisikan sebagai suatu
peralatan yang mengubah suatu bentuk sinyal menjadi bentuk sinyal lainnya.Contoh yang
umum adalah pengeras suara (audio speaker), yang mengubah beragam voltase listrik yang
berupa musik atau pidato, menjadi vibrasi mekanis. Contoh lain adalah mikrofon, yang
mengubah suara kita, bunyi, atau energi akustik menjadi sinyal atau energi listrik.
Suatu definisai mengatakan transducer adalah sebuah alat yang bila digerakkan oleh
energi di dalam sebuah sitem transmisi, menyalusrkan energi dalam bentuk yang sama atau
dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi kedua. Transmisi kedua ini bisa listrik,
mekanik, kimia, optik (radiasi) atau termal (panas).
Sebagai contoh, definisi transducer yang luas ini mencakup alat-alat yang mengubah
gaya atau perpindahan mekanis menjadi sinyal listrik. Alat-alat ini membentuk kelompok
transducer yang sangat besar dan sangat penting yang lazim ditemukan dalam instrumentasi
industri; dan ahli instrumentasi terutama berurusan dengan jenis pengubahan energi ini.
Banyak parameter fisis lainnya (seperti panas, intensitas cahaya, kelembaban) juga dapt
diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan transducer. Transducer-transducer ini
memberikan sebuah sinyal keluaran bila diransang oleh sebuah masukan yang bukan
mekanis; sebuah transmistor bereaksi terhadap variasi temperatur; sebuah fotosel bereaksi
terhadap perubahan intensitas cahaya; sebuah berkas elektron terhadap efek-efek maknetik,
dan lain-lain. Namun dalam semua hal, keluaran elektris yang diukur menurut metoda standar
memberikan besarnya besaran masukan dalam bentuk ukuran elektris analog.

Gambaran Umum MasukanKeluaran Transduser


2.2. Jenis jenis Sensor
Sensor aktif dan pasif:
a. Sensor pasif merupakan sensor yang mendeteksi respon radiasi elektromagnetik dari obyek
yang dipancarkan dari sumber alami.
b. Sensor aktif merupakan sensor yang mendeteksi pantulan atau emisi radiasi
elektromagenetik dari sumber energi buatan yang biasanya dirancang dalam rangkaian yang
memakai sensor.
Contoh contoh sensor:
1) Sensor cahaya
Sensor cahaya adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran cahaya
menjadi besaran listrik. Sensor sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah
alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya
penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan.
Demikian pula dengan Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan perubahan
tahanan (resistansi) pada sel-selnya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan
semakin kecil pula nilai tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip
kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau

laser) ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.
Dipasaran sudah begitu luas penggunaan nya.
Komponen yang termasuk dalam Sensor cahaya yaitu :
a) LDR ( Light Dependent Resistor )
LDR adalah sebuah resistor dimana nilai resistansinya akan berubah jika dikenai cahaya.

b) PhotoDioda
Photo dioda adalah sebuah dioda yang apabila dikenai cahaya akan memancarkan
electron sehingga akan menalirkan arus listrik.

c) Phototransistor
Phototransistor adalah sebuah transistor yang apabila dikenai cahaya akan
mengalirkan electron sehingga akan terjadi penguatan arus seperti pada sebuah transistor.
2) Sensor suara
Sensor suara adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran suara menjadi
besaran listrik, dan dipasaran sudah begitu luas penggunaannya. Komponen yang termasuk

dalam Sensor suara yaitu: Microphone,Micropone adalah komponen elektronika dimana cara
kerjanya yaitu membran yang digetarkn oleh gelobang suara akan menghasilkan sinyal listrik.
3) Sensor suhu
Sensor suhu adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran suhu menjadi
besaran listrik dan dipasaran sudah begitu luas penggunaannya. Komponen yang termasuk
dalam sensor suhu yaitu: a) NTC adalah komponen elektronika dimana jika dikenai panas
maka tahanan nya akan naik. b) PTC adalah komponen elektronika dimana jika terkena panas
maka tahannanya akan semakin turun. c) Termokopel
Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu thermocouple (T/C),
resistance temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor. Thermocouple pada intinya
terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur bersama,
dimana terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan
referensi yang berfungsi sebagai pembanding. Resistance Temperature Detector (RTD)
memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan
suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang
tinggi pada pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena
memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas. Termistor adalah resistor
yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu
meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan
tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC
Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk
kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat
linear.

Contoh gambar rangkaian sensor suhu


4) Sensor Proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target
jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis
solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi,
dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan
pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.
5) Sensor Magnet
Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh
medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya
saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya.
Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu,
kelembapan, asap ataupun uap.
6) Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana
sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan
perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara
dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus
dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera
diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.

7) Sensor Tekanan
Sensor tekanan - sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat,
dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada
perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas
penampangnya.
8) Sensor Kecepatan (RPM)
Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor,
dimana suatu poros/object yang berputar pada suatu generator akan menghasilkan suatu
tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula
diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul
saat medan magnetis terjadi.
9) Sensor Penyandi ( Encoder )
Sensor Penyandi ( Encoder ) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran
menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor
ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan
( yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran ) yang akan
membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi absolut ( yang
memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut ) mempunyai cara
kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak
yang dihasilkan sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu.
Persyaratan umum sebuah sensor adalah:
a) Linieritas
Linieritas adalah masukan(inputan) dan keluaran (output) harus berbanding lurus.
b) Sensitivitas
Sensitivitas adalah sesuatu hal yang akan menunjukan sensor kita itu peka atau
tidaknya.linieritas sebuah sensor biasanya akan mempengaruhi sensitivitas sensor tersebut.

c) Tanggapan waktu
Tanggapan waktu pada sebuah sensor menunjukan seberapa cepat sensor kita cepat tanggap
terhadap perubahan masukan (input).
2.3. Jenis-Jenis Transduser
Dari

sisi

pola aktivasinya,

transduser

dapat

dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tranduser pasif, yaitu tranduser yang dapat kerja bila mendapat energi tambahan dari luar.
b. Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Untuk jenis transduser pertama, contohnya adalah thermistor. Untuk mengubah energi
panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik.
Ketika hambatan thermistor berubah karena pengaruh panas, maka tegangan listrik dari
thermistor juga berubah. Adapun contoh untuk transduser jenis yang kedua adalah
termokopel. Ketika menerima panas, termokopel langsung menghasilkan tegangan listrik
tanpa membutuhkan energi dari luar.
Pemilihan Transduser
Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan
lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu diperhatikan
beberapa hal di bawah ini:
1.

Kekuatan,

maksudnya

ketahanan

atau

proteksi

pada

beban

lebih.

2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-keluaran yang


linier.
3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak
terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk
dan besar yang sama.
5. Repeatability : yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika
digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama.
6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya, tetapi
dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala serius, sehingga perlu juga
dipertimbangkan. Diantara beberapa karakteristik transduser di atas, akan dibahas lebih
mendalamtentang linieritas.
Linieritas Transduser

Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu transduser. Bila suatu
transduser adalah linier, maka bila masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaran misalnya
menjadi dua kali lipat juga. Hal ini tentu akan mempermudah dalam memahami dan
memanfaatkan transdusertersebut.
Ketidaklinieran setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu ketidaklinieran yang
diketahui dan yang tidak diketahui. Ketidaklinieran yang tidak diketahui tentu sangat menyulitkan, karena hubungan masukan keluaran tidak diketahui. Seandainya transduser
semacam ini dipakai sebagai alat ukur, ketika masukan menjadi dua kali lipat, maka
keluarannya menjadi dua kali lipat atau tiga kali lipat, atau yang lain,tidak diketahui.
Sehingga untuk transduser semacam ini, perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk
mendapatkan hubungan masukan keluaran, sebelum memanfaatkannya. Adapun untuk
ketidaklinieran yang diketahui, maka transduser yang memiliki watak semacam ini masih
dapat dimanfaatkan dengan menghindari ketidaklinierannya atau dengan melakukan beberapa
transformasi pada rumus-rumus yang menghubungkan masukan dengan keluaran. Contoh
ketidaklinieran yang diketahui misalnya: daerah mati (dead zone), saturasi (saturation),
logaritmis,

kuadratis

dan

sebagainya.

Perinciannya

adalah

sebagai

berikut:

1. Daerah mati (dead zone) artinya adalah ketika telah diberikan masukan, keluaran belum
ada. Baru setelah melewati nilai ambang tertentu, ada keluaran yang proporsional
terhadapmasukan.
2. Saturasi maksudnya adalah, ketika masukan dibesarkan sampai nilai tertentu, keluaran
tidak

bertambah

besar,

tetapi

hanya

menunjukkan

nilai

yang

tetap.

3. Logaritmis, maksudnya adalah sesuai dengan namanya bila masukan bertambah besar
secaralinier,

keluarannya

bertambah

besar

secara

logaritmis.

4. Kudratis, maksudnya adalah sesuai dengan namanya bila masukan bertambah besar
secaralinier, keluarannya bertambah besar secara kuadratis. Pada kondisi riil, transduser yang
linier dalam jangkau yang luas sangat jarang ditemui. Bahkan banyak transduser yang
memiliki sifat tidak linier yang merupakan gabungan dari beberapa sifat tidak linier. Oleh
karena itu, perlu kiat-kiat yang tepat untuk memanfaatkan fenomena tersebut.
Transducer dapat dikelompokan berdasakan pemakaiannya, metoda pengubahan
energi, sifat dasar sinyal keluaran dan lain-lain. Tabel dibawah menunjukan suatu
pengelompokan transducer berdasarkan prinsip listrik yang tersangkut. Bagian pertama tabel
tersebut memberi daftar transducer yang memberikan daya luar. Ini adalah transducer pasif,
yang memberi tambahan dalam sebuah parameter listrik seperti halnya tahanan, kapasitansi

dan lain-lain yang dapat diukur sebagai suatu perubahan tegangan atau kuat arus. Kategori
berikutnya adalah transducer jenis pembangkit sendiri, yang menghasilkan suatu tegangan
atau arus analog bila dirangsang dengan suatu bentuk fisis energi. Transducer pembangkit
sendiri tidak memerlukan daya dari luar.
Klasifikasi Transduser (William D.C, 1993)
a. Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber
energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini
adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini
transduser berperan sebagai sumber tegangan.
b. External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar
untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin
gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
Tabel Pengelompokan Transducer
Transduser Pasif (daya dari luar)
Parameter listrik dan
kelas transduser

Potensiometer

Strain gage

Prinsip kerja dan sifat alat

Pemakaian alat

Perubahan nilai tahanan karena posisi

Tekanan,

kontak bergeser

pergeseran/posisi

Perubahan nilai tahanan akibat perubahan


panjang kawat oleh tekanan dari luar

Gaya, torsi, posisi

Transformator selisih

Tegangan selisih dua kumparan primer

Tekanan, gaya,

(LVDT)

akibat pergeseran inti trafo

pergeseran

Gage arus pusar

Perubahan induktansi kumparan akibat

Pergeseran, ketebalan

perubahan jarak plat

Transduser Aktif (tanpa daya luar)


Parameter listrik dan
kelas transduser

Sel fotoemisif

Photomultiplier

Termokopel

Generator kumparan
putar (tachogenerator)

Piezoelektrik
Sel foto tegangan

Prinsip kerja dan sifat alat

Emisi elektron akibat radiasi yang masuk


pada permukaan fotemisif

Pemakaian alat

Cahaya dan radiasi

Emisi elektron sekunder akibat radiasi yang Cahaya, radiasi dan


masuk ke katode sensitif cahaya

relay sensitif cahaya

Pembangkitan ggl pada titik sambung dua

Temperatur, aliran

logam yang berbeda akibat dipanasi

panas, radiasi

Perputaran sebuah kumparan di dalam


medan magnet yang membangkitkan
tegangan || Kecepatan, getaran
Pembangkitan ggl bahan kristal piezo akibat Suara, getaran,
gaya dari luar
Terbangkitnya tegangan pada sel foto akibat
rangsangan energi dari luar

Termometer tahanan

Perubahan nilai tahanan kawat akibat

(RTD)

perubahan temperatur || Temperatur, panas

Hygrometer tahanan

Tahanan sebuah strip konduktif berubah

percepatan, tekanan
Cahaya matahari

Kelembaban relatif

terhadap kandungan uap air


termistor

Penurunan nilai tahanan logam akibat


kenaikan temperature

Suhu

2.4. Perbedaan Sensor dan Transduser


Transduser itu adalah suatu alat yang fungsinya itu mengubah suatu energi ke energi
lain, salah satu contohnya adalah sensor.Transduser juga dibagi dua yaitu transduser aktif dan
pasif. Transduser aktif adalah transduser yang dapat bekerja meskipun tidak energi dari luar,
contohnya adalah potensiometer dia membutuhkan energi listrik untuk mengubah volume (di
speaker aktif), transduser pasif adalah transduser yang bekerja apabila ada energi dari luar
contohnya adalah termokopel yang bekerja jika suhu sekitar berbeda dengan suhu
pembanding maka termokopel akan langsung menghasilkan arus listrik.(contoh2 transduser
gambar). Contoh contoh transduser adalah:
a) Transduser temperature
Adalah transduser yang menghasilkan tegangan atau arus tertentu sesuai
perubahan suhu tertentu.

termokopel
b) Transduser Gaya / tekanan.

Adalah Transduser yang menghasilkan tegangan tertentu ketika tekanan benda


berubah.

(strain gauge)
c) Transducer Kelembaban
Lembap berarti kondisi yang terdiri dari udara dan uap air. Tingkat kelembapan
ditentukan oleh perbandingan antara persentase uap air di udara.Hygrometer adalah
transducer yang menghasilkan sinyal keluaran berdasarkan pada tingkat kelembapan.

higrometer
2. Sensor itu merupakan jenis transduser yang mengubah energi panas,suhu,sinar dll
menjadi energi listrik.contohnya adalah pada termokopel (sensor suhu) yang berfungsi
sebagai pembanding antara suhu referensi sama suhu ruangan/suhu yang mau

dibandingkan dengan menggunakan sebuah konduktor dan jika suhu referensi dengan
suhu yang dibandingkan berbeda akan timbul tegangan listrik..(contoh sensor) aktif pasif.
Contoh aktif dan pasif (sensitifitas, linearitas). Sensor aktif dan pasif:
a. Sensor pasif merupakan sensor yang mendeteksi respon radiasi elektromagnetik dari
obyek yang dipancarkan dari sumber alami.
b. Sensor aktif merupakan sensor yang mendeteksi pantulan atau emisi radiasi
elektromagenetik dari sumber energi buatan yang biasanya dirancang dalam rangkaian
yang memakai sensor.
Contoh contoh sensor:
1) Sensor cahaya
Sensor cahaya adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran cahaya
menjadi besaran listrik. Dipasaran sudah begitu luas penggunaan nya.
Komponen yang termasuk dalam Sensor cahaya yaitu :

a) LDR ( Light Dependent Resistor )


LDR adalah sebuah resistor dimana nilai resistansinya akan berubah jika
dikenai cahaya.
b) PhotoDioda
Photo dioda adalah sebuah dioda yang apabila dikenai cahaya akan
memancarkan

electron

sehingga

akan

menalirkan

arus

listrik.

c) Phototransistor
Phototransistor adalah sebuah transistor yang apabila dikenai cahaya akan
mengalirkan electron sehingga akan terjadi penguatan arus seperti pada sebuah
transistor.
2) Sensor suara

Sensor suara adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran suara
menjadi besaran listrik, dan dipasaran sudah begitu luas penggunaan nya.
Komponen yang termasuk dalam Sensor suara yaitu Micropone yaitu komponen
elektronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang digetarkn oleh gelobang
suara akan menghasilkan sinyal listrik.
3) Sensor suhu
Sensor suhu adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran suhu
menjadi besaran listrik dan dipasaran sudah begitu luas penggunaan nya.
Komponen

yang

termasuk

dalam

sensor

suhu

yaitu

a) NTC
NTC adalah komponen elektronika dimana jika dikenai panas maka tahanan nya
akan naik.
b) PTC
PTC adalah komponen elektronika dimana jika terkena panas maka tahannany
akan semakin turun
c) Termokopel.

2.5. Aplikasi Sensor dan Transduser


rangkaian sensor cahaya

Pada rangkaian sensor cahaya ini menggunakan relay untuk pensaklaran tegangan
jala-jala PLN 220 volt. Beban yang ingin dikendalikan tidak hanya sebatas lampu saja tetapi
bisa digunakan beban lain sesuai kebutuhannya. Yang pasti dengan cara pensaklaran relay
diatas beban yang dikeandalikan adalah beban dengan tegangan supply 220 V. Rangkaian
diatas merupakan rangkaian sensor cahaya yang sederhana dan sering ditemui, karena
memang menurut saya rangkaian sensor cahaya bisa berkerja dengan penggunaan kompenen
yang relatif sedikit dan rangkaian yang sederhana.
Rangkaian sensor diatas menggunakan LDR sebagai alat perasa perubahan intensitas
cahaya. LDR (Light Dependent Resistor) adalah komponen elektronika yang pada dasarnya
mempunyai sifat yang sama dengan resistor, hanya saja nilai resistansi dari LDR berubahubah sesuai dengan tingkat intensitascahaya yang diterimanya. Rangkaian diatas bisa
digunakan untuk pengaktifanlampu taman. Pada saat hari mulai malam maka lampu tersebut
akan menyala otomatis layaknya lampu taman. Pengaturan kepekaan dari sensor digunakan
potensio VR1 100 K. Adapun komponen yang diperlukan sbb :
1. LDR
2. Q1 : Transistor BC107 atau BC 547
3. VR1 : Potensio 100 Kohm
4. RL1 : Relay 9 Volt
5. R1 : 1K
6. R2 : 47 Kohm
7. BL1 : Lampu taman
Prinsip kerja dari rangkaian sensor cahaya diatas sebenarya sangat sederhana.
Pembagian tegangan antara VR1 dan LDR merupakan inti dari rangkaian sensor cahaya
diatas. Kenaikan tegangan pada VR1 akan mengurangi tegangan yang jatuh pada LDR,
begitupun sebaliknya kenaikan tegangan pada LDR akan mengurangi tegangan jatuh pada

VR1. Pembagian tegangan sesuai dengan rumus pembagi tegangan yang berlaku pada
rangkaian seri, tegangan supply 9 volt sama dengan jumlah tegangan pada R1, VR1 dan
LDR. VR1 digunakan untuk memposisikan tegangan pada LDR supaya berada pada titik
kritis dan tidak sampai membuat transistor Q1 menjadi aktif. Sehingga pada saat
kedaan cahaya semakin gelap tegangan pada LDR akan membuat transistor Q1 menjadi
aktif.
Hal
ini
dikarenakan
nilai
resistansi
LDR
akan
naik
apabila
intensitas cahaya semakin gelap. Jika kita ingin membuat rangkaian sensoryang aktif pada
saat cahaya semakin terang maka kita tinggal menukar posisi antara LDR dengan potensio
VR1. Untuk prinsip kerjanya pada dasarnya sama dengan rangkaian sensor cahaya aktif
gelap diatas. Kesemua rangkaian memanfaatkan hukum pembagi tegangan atau pengaturan
arus ke basis transistor yang digunakan sebagai saklar.
Sebagai catatan anda bahwa sensor cahaya yang menggunakan LDR sebagai
komponen peng-indra atau perasa mempunyai respon yang relatif lambat. Sehingga jika anda
ingin membangun rangkaian yang mempunyai respon yang cepat seperti untuk penghitungan
pada rangkaian counter maka LDR tidak cocok untuk digunakan. Mungkin anda bisa
memanfaatkan sensor infra merah atau komponen sensor yang lain. Cahaya infra merah bisa
anda dapatkan dengan membuat rangkaian pemancar infra merah yang terdiri dari led infra
merah yang berfungsi sebagai pengahasil cahaya infra merahnya.
Sensor Pada Pintu Otomatis
Hampir di setiap mall dan pusat-pusat perbelanjaan kita akan menjumpai pintu
otomatis. Pintu ini akan membuka ketika anda mendekatinya dan menutup ketika anda telah
melaluinya. Pintu otomatis tampak sebagai pintu biasa yang sederhana namun sebenarnya
pintu otomatis tidak sesederhana yang terlihat. Pintu otomatis merupakan rangkaian mesin
yang rumit yang terdiri dari banyak bagian seperti sensor dan sistem motor penggerak yang
bekerja secara harmonis sehingga pintu otomatis dapat membuka dan menutup dengan aman.
Berikut Cara Kerja Pintu Otomatis.

Pintu otomatis dapat bekerja untuk membuka dan menutup secara otomatis dengan
menggunakan teknologi sensor. Sensor merupakan suatu perangkat yang dapat mendeteksi
keberadaan seseorang atau objek lainnya ketika orang atau objek tersebut mendekati pintu
otomatis. Biasanya, sensor-sensor tersebut akan diletakkan di sekitar pintu otomatis. Sensorsensor ini juga akan diletakkan di kedua sisi yaitu sisi dalam dan sisi luar pintu otomatis
tersebut, sehingga pintu otomatis dapat bekerja dari kedua sisi. Sensor kemudian akan
mengaktifkan sistem yang akan menggerakkan motor yang akan membuka dan menutup
pintu otomatis.
Jenis-Jenis Sensor pada Pintu Otomatis dan Cara Kerjanya
1. Sensor Optik

Sensor ini akan memancarkan tirai infra merah yang berupa cahaya yang tidak tampak
oleh mata pada jarak jangkauan tertentu. Sensor ini akan bereaksi jika seseorang atau sesuatu
menghalangi cahaya infra merah yang dipancarkan. Jika seseorang memasuki area yang
disinari dengan cahaya ini, maka pancaran cahaya akan terganggu dan menjadi tidak utuh.
Hal ini menyebabkan program perintah untuk menutup pintu terganggu. Terganggunya
program untuk menutup pintu akan menyebabkan pintu otomatis akan terbuka. Jika objek
telah menjauh dari jarak jangkauan sensor dan sinar sensor kembali utuh, maka pintu
otomatis akan menutup kembali.

2. Sensor Gerakan

Sensor ini akan memancarkan radar gelombang mikro. Hampir sama seperti pada
sensor optik, jika seseorang atau sesuatu berada dalam jangkauan radar maka sensor akan
bereaksi membuka pintu otomatis.
3. Sensor Panas Tubuh

Ketika seseorang berada di depan sensor panas tubuh, maka sensor panas tubuh akan
menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut. Ketika orang
tersebut berada dalam keadaan diam, maka panjang gelombang yang dihasilkan berupa

panjang gelombang yang konstan dan menyebabkan energi panas yang dihasilkan
digambarkan hampir sama dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Ketika orang tersebut
melakukan gerakan, maka panjang gelombang yang dihasilkan berupa panjang gelombang
yang bervariasi sehingga menghasilkan panas yang berbeda dengan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Panas yang dihasilkan ini akan dideteksi oleh sensor dan dilanjutkan dengan
reaksi untuk membuka pintu otomatis.
4. Sensor Tekanan

Sensor ini biasanya diletakkan di bawah keset yang berada di depan pintu. Sensor ini
akan bereaksi terhadap tekanan berat objek yang berada di atasnya. Dan jika sensor telah
menerima batasan minimal berat yang diperlukan untuk membuka pintu, maka pintu otomatis
pun akan terbuka.
5. Sensor Jarak Jauh

Pada sensor ini dibutuhkan pengendali jarak jauh yang dioperasikan secara manual
untuk membuka dan menutup pintu. Sensor jenis ini biasanya dipakai pada pintu garasi
otomatis.

Jenis Sensor, Cara Kerja dan Aplikasinya


1. SENSOR GERAK (PIR)

Sensor gerak atau PIR mempunyai dua bagian utama. Bagian yang pertama pemancar
infrared, sedangkan bagian yang kedua yaitu penerima. Bila alat sensor ini ada yang
melewatinyan bagian pemancar akan mengirim tanda atau sinyal ke bagian penerima.
Selanjutnya, penerima akan memberi perintah pada alat lainnya. Misalnya membuka pintu
atau mengeluarkan suara, tergantung system aplikasi yang diterapkan.
Contoh aplikasi :
Pintu yang bisa membuka sendiri secara otomatis Jika ada yang lewat atau masuk
maupun keluar. Alat sensor tersebut melakukan deteksi terhadap suatu gerakan yang disebut
Namanya adalah PIR (Passive Infrared Sensor)
2 . RTD ( R E S I S TAN C E T E M P E R ATU R E D E T E C T O R S )

Bila RTD berada pada suhu kamar maka beda potensial jembatan adalah 0 Volt.
Keadaan ini disebut keadaan setimbang. Bila suhu RTD berubah maka resistansinya juga
berubahsehingga jembatan tidak dalam kondisi setimbang. Hal ini menyebabkan adanya
bedapotensial antara titik A dan B. Begitu juga yang berlaku pada keluaran
penguat diferensial.
Contoh Aplikasi :
Pada proses pengontrolan temperatur di line fuel gas (pipa berbahan bakar gas) ini
diperlukan pengontrolan (pengendalian) temperatur agar suhu yang ada pada pipa tersebut
selalu dalam keadaan stabil sehingga dapat dijadikan bahan bakar kompresor. Uap gas
(vapour) yang dihasilkan dari produk drum akan di panaskan di Heat Exchanger sehingga uap
gas tersebut dapat dijadikan bahan bakar kompressor. Alat yang digunakan untuk mengontrol
temperatur uap gas, merupakan salah satu peralatan atau instrument pabrik. Apabila alat ini
tidak beroperasi maka temperatur yang diinginkan tidak akan tercapai sehingga kompressor
tidak dapat bekerja dan pabrik tidak dapat beroperasi secara normal dan secara otomatis
produksi pabrik pun menjadi berkurang. Untuk itu digunakan instrumen pengukur temperatur
yaitu Resistance Temperature Detector (RTD) yang berperan mengawasi dan mengontrol
temperatur gas. RTD ini bekerja berdasarkan perbandingan perubahan temperatur dengan
besaran tahanan listrik dari logam yang terdapat pada sensor RTD tersebut, dan jenis logam
yang sering digunakan adalah platina (Pt100).
3. SENSOR SUHU (THERMOKOPEL)

Jika salah satu pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain
akan muncul beda potensial (emf). Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck
pada tahun 1820. Tegangan keluaran emf (elektro motive force) thermokopel masih
sangatrendah, hanya beberapa milivolt. Thermokopel bekerja berdasarkan perbedaan
pengukuran. Oleh karena itu jika ukntuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu
harus diketahui

tegangan

Vc

pada

suhu

referensi

(reference

temperature).

Bila

thermokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi makaa akan muncul tegangan
sebesar Vh. Tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh yang disebut net voltage
(Vnet).
Contoh Aplikasi :

Industri besi dan baja


Pengaman pada alat-alat pemanas
Untuk termopile sensor radiasi
Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile

4. SENSOR SUHU (IC IM35)

Tegangan keluaran rangkaian betaambah 10 mV/0C. Dengan memberikan tegangan


referensi negtif (-Vs) Dengan memberikan tegangan referensi negatif (-Vs) pada rangkaian,
sesor ini mampu bekerja pada rentang suhu -550C 1500C. Tegangan keluaran dapat diatur 0
V pada suhu 00C dan ketelitian sensor ini adalah 10C.
Contoh Aplikasi :
Sistem monitoring suhu ruangan pada laboratorium kimia, sistem monitoring suhu rumah
kaca.
5. SENSOR SUHU (THERMISTOR)

Mengubah suhu menjadi resistansi atau hambatan listrik yang berbanding terbalik
dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil resistansinya.
Contoh Aplikasi :
Aplikasi thermistor pada otomotif adalah pada Sensor IAT (Intake Air
Temperature) Sensor ini medeteksi temperatur udara masuk ke engine dengan mengunakan
thermistor.
6 . B I M E TAL L I C T E M P E R ATU R E S E N S O R

Sensor ini mengubah mampu besaran suhu menjadi gerakan. sensor ini terbuat dari dua
buah logam yang disatukan atau direkatkan menjadi satu. Cara kerja dari sensor ini adalah
setiap logam kan mempunyai koefisien muai yang berbeda-beda maka jika dua buah logam
yang memiliki koefisien muai yang bebeda disatukan maka gabungan kedua logam itu akan
melengkung jika dipanasi. Karena sifatnya yang bisa melengkung jika terkena panas maka
bimetal ini sering dipakai sebagai saklar suhu otomatis atau sebagai alat ukur suhu yang
analog.
Contoh Aplikasi :
Salah satu aplikasi dari Bimetallic temperature sensor ini adalah pada setrikaan listrik
pada setrika jika suhu melebihi batas yang telah ditentukan maka setrika akan mati sendiri
dan akan ada bunyi "tik", itu sebenarnya adalah Bimetallic temperature sensor yang sedang

melengkung. Disini bimetal berfungsi sebagai saklar suhu otomatis yang akan memutus
kontak listrik jika suhu setrika melebihi batas yang ditentukan.
7 . S E N S O R U LTR A S O N I C

Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor
ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan
waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan
dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan
jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya
adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.
Contoh Aplikasi :
Sensor ultrasonic banyak digunakan di berbagai perangkat pengukur jarak. sebagai contoh
di dunia robotika sensor ini digunakan sebagai indra utama untuk navigasi robot. sebagai
contoh tipe ultra sonic yang banyak digunakan adalah tipe SRF, dan PING pada perinsipnya
sensor jarak ultra sonic menggunakan prinsip kerja yang sama, yaitu pngirim sinyal dan
penerima sinyal (transmitter and receiver). sensor ini bekerja pada frequency 40 Khz.

8 . S E N S O R P E N YAN D I ( E N C O D E R )

Sensor ini adalah saat rangkaian sumber cahaya diberi VCC 5 Volt dan menghasilkan
cahaya, cahaya masuk pada photodioda tidak terhalangi maka akan menghasilkan tegangan
5V dan begitu juga sebaliknya saat terhalangi maka akan menghasilkan tegangan 0V. Dimana
tegangan menjadi inputan untuk mikrokontroler.
Contoh Aplikasi :
Salah satu aplikasi rotary encoder sebagai sensor posisi digunakan pada Mouse
Analog (Mouse yang menggunakan Bola). Kurang lebih Tiga buah Rangkaian Sensor Posisi
menggunakan Rotary Encoder.

9. SENSOR LEVEL (SILO PILOT)

Sensor Level ini akan menurunkan bandulnya dengan timing tertentu kemudian jika
bandul tersebut menyentuh material maka bandul akan naik kembali. Dan Level ketinggian
material bisa diketahui dari Panjang bandul yang diturunkan tersebut. Bisa juga diperintahkan
dari Pusat Kontrol untuk memberikan Command ke Controller jika ingin melakukan
pengukuran material menggunakan SiloPilot ini.
Contoh Aplikasi :
Penggunaan sensor level di pabrik semen biasanya di pasang di bin material, Silo ataupun
untuk mengetahui ketinggian/volume tandon air (water treatment). Silo pilot cocok untuk
pengukuran level di pabrik semen karena selain cukup handal sensor ini juga baik untuk
pengukuran material bulk seperti semen.

10. SENSOR LEVEL (LEVEL SWITCH)

Sensor level switch ini cukup sederhana, sensor ini cuman melakukan pensaklaran biasa,
apabila material semen kontak dengan sensor sehingga switch tertekan maka kita cukup
menghubungkan kaki NO/NC nya dengan tegangan signal baik itu 24 VDC atau 220 VAC,
yang kemudian signal kita dapat teruskan ke controller (PLC/DCS).
Contoh Aplikasi :
Sama seperti sensor silo pilot, penggunaan sensor level switch ini biasa di gunakan di
pabrik semen. tetapi di bandingkan silo pilot, sensor level switch ini masih kalah.

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan
penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih
sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk mengubah besaran fisis tertentu menjadi
besaran listrik equivalent yang siap untuk dikondisikan ke elemen berikutnya. Sensor dapat
dianalogikan sebagai sepasang mata manusia yang bertugas membaca atau mendeteksi data/
informasi yang ada di sekitar.
3.2. Saran
Dalam penyusuanan makalah ini tentu tidak sepenuhnya sempurna segala kritik, saran dan
masukkan yang membangun bisa diberikan untuk acuan penulisan makalah selanjutnya
supaya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://dhany1412.blogspot.com/ (23/10/2014)
http://pemudagagal.wordpress.com/2013/07/04/apa-bedanya-sensor-dengan-transduser/
(23/10/2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Transduser (23/10/2014)
http://electrogo.blogspot.com/p/pengertian-sensor-dan-tranduser.html (23/10/2014)

27
27

Anda mungkin juga menyukai