Tulang adalah suatu jaringan dan organ yang terstruktur dengan baik, tulang
terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut dengan korteks dan
bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan dilapisi oleh
periosteum pada bagian luarnya sedangkan yang membatasi tulang dari cavitas
medullaris adalah endosteum , tulang tersusun atas:
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang
karpal.
c. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang skapula dan
tulang pelvis.
Biokimia tulang, struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah
periode pertumbuhan tulang berakhir. Komposisi tulang terdiri atas substansi
organik (35%) meliputi sel-sel tulang serta matriks kolagen dan sisanya adalah
asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur; substansi inorganik (45%) meliputi
kalsium (99% dari seluruh kalsium tubuh) dan fosfor (90% dari seluruh fosfor
tubuh) serta sisanya adalah magnesium, sodium, hidroksil, karbonat dan fluorida;
air (20%). Sementara enzim tulang adalh alkali fosfatase yang diprouksi oleh
osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan yang penting dalam
produksi organik matriks sebelum tejadi kalsifikasi.
1. Klasifikasi etiologi
Fraktur stres, terjadi akibat trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu.
2. Klasifikasi klinis
Menurut lokalisasi
a. Diafisial
b. Metafisial
c. Intra-artikuler
d. Fraktur dengan dislokasi
Menurut konfigurasi
a. Fraktur transversal
Suatu fraktur komplit yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
tulang.
b. Fraktur oblik
Fraktur komplit yang melalui korteks secara diagonal.
c. Fraktur spiral
Bila garis patah terdapat mengelilingi sepanjang korteks.
d. Fraktur kupu-kupu
e. Fraktur komunitif
Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
f. Fraktur segmental
Garis patah lebih dari satu, tetapi tidak berhubungan
g. Fraktur depresi
Menurut ekstensi
a. Fraktur total
b. Fraktur tidak total
c. Frakur buckle atau torus
d. Fraktur garis rambut
e. Frakur green stick
(displaced)
terjadi
pergeseran
fragmen
fraktur
II.4 Patofisiologi
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang mempengaruhi
terjadinya fraktur yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan, sedangkan durasi trauma
yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik (meliputi kapasitas tulang
mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan adanya densitas tulang tulang.
yang dapat menyebabkan terjadinya patah pada tulang bermacam-macam antara
lain trauma (langsung dan tidak langsung), akibat keadaan patologi serta secara
spontan. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma
dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh. Tekanan pada tulang dapat berupa teknan
berputar, membengkok, kompresi bahkan tarikan. Sementara kondisi patologis
disebabkan karena kelemahan tuklang sebelumnya akibat kondisi patologis yang
terjadi di dalam tulang. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,
kekuatan dan arahnya. Sementara fraktur spontan terjadi akibat stress tulang yang
terjadi terus menerus misalnya pada orang yang bertugas kemiliteran.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah proses penyembuhan fraktur, yang mana
merupakan proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti jaringan lain, tulang
yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Proses penyembuhan
fraktur (tulang kortikal pada tulang panjang) terdiri atas lima fase, yaitu :
dan perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk tulangtulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut woven bone (merupakan
indikasi radiologi pertama penyembuhan fraktur).
4. Fase konsolidasi (2 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi
struktur lamelar dan kelebihan kalus dapat diresorpsi secara bertahap
5. Fase remodeling (waktu lebih 10 minggu)
Perlahan perlahan terjadi resorbsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses
osteoblastik pada kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus
intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem haversian
dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang
sum-sum.
dalam lingkaran kulit dalam gips, yang misalnya disebabkan oleh latihan
ekstremitas yang patah tulang tidak mengganggu, bahkan dapat
merangsang perkembangan kalus. Hal ini berlaku nutuk atah tulang yang
ditangani gips maupun traksi.
2. Infeksi
Infeksi
Hematom
Waktu penyembuhan
Falang/metakarpal/metatarsal/kosta
3-6 mgg
Distal radius
6 mgg
12 mgg
Humerus
10-12 mgg
Klavikula
6 mgg
Panggul
10-12 mgg
Femur
12-16 mgg
8-10 mgg
Tibia/Fibula
12-16 mgg
Vertebra
12 mgg
Pada tulang
-
Lepuh, kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superficial
karena edema. Terapinya adaah dengan menutup kasa steril kering dan
melakukan pemasangan elastic.
Pada otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut
terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada
serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma
dan terjepit dalam waktu yang cukup lama akan menimbulkan hal yang
berbahaya pada vascularisasi.
Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis
(kerusakan akson). Pada setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan
identifikasi nervus.
b. Komplikasi Lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union ataun non union. Pada
pemeriksaan
terlihat
adanya
deformitas,
berupa
angulasi,
rotasi,