Anda di halaman 1dari 4

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor

strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar
dengan metode paired comparison (Kinnear and Taylor 1991). Metode tersebut
digunakan untuk memberikan penilaian terhadap setiap faktor penentu internal
dan eksternal. Penentuan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2, dan 3.
Adapun keterangan dari setiap skalanya adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Indikator horizontal adalah faktor-faktor internal atau eksternal pada lajur
horizontal, sedangkan indikator vertikal adalah faktor-faktor eksternal atau
internal pada lajur vertikal. Metode ini membandingkan secara berpasangan
antara
dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap
perusahaan.
Kinnear, Taylor. 1991. Marketing Research and Applied Method. USA: Me
Graw, Hill.
Menurut siegel (1997) untuk mengambil keputusan panelis terhadap kriteria
produk yang disukai dilakukan perbandingan pasangan
Metode paired comparison responden menyatakan persepsi atau sikapnya
dengan mengambil pilihan di antara dua obyek.
Uji pasangan juga disebut paired comparison, paired test atau dual corn paration. Cara pengujian mi
termasuk paling sederhana dan paling tua, karena itu juga sering digunakan. Dalam pengujian de ngan
uji pasangan, dua contoh disajikan bersamaan atau berurutan dengan nomor kode berlainan. Masingmasing anggota panel diminta menyatakan ada atau tidak ada perbedaan dalam hal sifat yang d ujikan.
Agar pengujian mi cfektif, sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami paneis.
Ada dua cara uji pasangan yaitu dengan dan tanpa dengan bahan pembanding (reference). Dan dua
contoh yang disajikan yang satu dapat merupakan bahan pembanding atau sebagai kontrol sedang kan
yang lain sebagai yang dibandingkan, dinilai atau yang diuji. mi dilakukan misalnya membandingkan hasil
cara pengolahan lama sebagai contoh baku atau pembanding dan hasil cara pengolahan baru yang
dibandingkan atau dinilai. Dalam hal uji pasangan dengan pembanding, bahan pembanding dicicip lebih
dulu baru contoh ke dua. Tetapi dapat juga dua contoh itu tidak mempunyai bahan pem banding.
Misalnya membandingkan 2 macam hasil dan dua daerah. Dalam hal mi ingin diketahui atau dinilai ialah
ada atau tidak ada nya perbedaan sifat basil dan kcdua daerah itu. Dalam uji pasangan, pengujian dapat
dianggap cukup jika panelis telah dapat menyatakan ada atau tidak adanya perbedaan. Dalam uji
pasangan tanpa bahan pembanding kedua contoh itu disajikan secara acak. Di samping itu pengelola
pengujian dapat pula meminta keterangan lebih lanjut pada para panelis untuk menyatakan lebih lanjut

tingkat perbedaan. Ting kat perbedaan dapat dinyatakan, misalnya: perbcdaan sedikit, Se dang, banyak.
Meskipun uji pasangan itu sederhana penyelenggaraannya, tetapi tidak mudah dalam memberi
interpretasi hasil analisisnya. Karena hanya 2 contoh disajikan bersama-sama maka chance of probability
dan masing-masing contoh untuk dipilih adalah V2 atau 50%. Ke simpulan tidak dapat diambil jika
panelisnya sedikit. Jumlah panelis yang dibutuhkan biasanya di atas 10 orang.

Uji pasangan juga disebut paired comparison, paired test atau dual comparation.
Cara pengujian mi termasuk paling sederhana dan paling tua, karena itu juga sering
digunakan. Dalam pengujian dengan uji pasangan, dua contoh disajikan bersamaan
atau berurutan dengan nomor kode berlainan. Masing-masing anggota panel diminta
menyatakan ada atau tidak ada perbedaan dalam hal sifat yang d ujikan. Agar
pengujian mi efektif, sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami
panelis. Ada dua cara uji pasangan yaitu dengan dan tanpa dengan bahan
pembanding (reference). Dan dua contoh yang disajikan yang satu dapat merupakan
bahan pembanding atau sebagai kontrol sedang kan yang lain sebagai yang
dibandingkan, dinilai atau yang diuji. mi dilakukan misalnya membandingkan hasil
cara pengolahan lama sebagai contoh baku atau pembanding dan hasil cara
pengolahan baru yang dibandingkan atau dinilai. Dalam hal uji pasangan dengan
pembanding, bahan pembanding dicicip lebih dulu baru contoh ke dua. Tetapi dapat
juga dua contoh itu tidak mempunyai bahan pem banding. Misalnya membandingkan
2 macam hasil dan dua daerah. Dalam hal mi ingin diketahui atau dinilai ialah ada
atau tidak ada nya perbedaan sifat basil dan kcdua daerah itu. Dalam uji pasangan,
pengujian dapat dianggap cukup jika panelis telah dapat menyatakan ada atau tidak
adanya perbedaan. Dalam uji pasangan tanpa bahan pembanding kedua contoh itu
disajikan secara acak. Di samping itu pengelola pengujian dapat pula meminta
keterangan lebih lanjut pada para panelis untuk menyatakan lebih lanjut tingkat
perbedaan. Tingkat perbedaan dapat dinyatakan, misalnya: perbcdaan sedikit,
Sedang, banyak. Meskipun uji pasangan itu sederhana penyelenggaraannya, tetapi
tidak mudah dalam memberi interpretasi hasil analisisnya. Karena hanya 2 contoh
disajikan bersama-sama maka chance of probability dan masing-masing contoh
untuk dipilih adalah V2 atau 50%. Ke simpulan tidak dapat diambil jika panelisnya
sedikit. Jumlah panelis yang dibutuhkan biasanya di atas 10 orang.
Uji perbandingan pasangan (Paired Comparation) : prinsip uji ini hampir
menyerupai uji pasangan. Perbedaannya adalah pada uji pasangan pertanyaannya
ada atau tidak adanya perbedaan. Sedang pada uji perbandingan pasangan,
pertanyaanya selain ada atau tidak adanya perbedaan, ditambah mana yang lebih,
dan dilanjutkan dengan tingkat lebihnya.

Uji pembeda pada prinsipnya adalah penginderaan dua rangsangan sejenis. Panelis
melakukan proses penginderaan melalui dua tahap, yaitu mula-mula merespon sifat
inderawi yang diujikan, kemudian membandingkan kedua contoh untuk menyatakan
sama atau beda. Untuk uji pembeda, sebaiknya terlebih dahulu panelis dikenalkan
dengan sifat inderawi yang diujikan dari pasangan contoh yang disajikan. Hal ini sangat
penting untuk disadari oleh pengelola uji, karena apabila panelis belum mengenal betul
sifat inderawi yang diujikaan maka memungkinkan diperoleh respon beda yang tidak
sah. Data respon menjadi tidak bernilai tanpa panelis sadar betul sifat inderawi apa yang
dibedakan. Indera pencicip berfungsi untuk menilai cicip (taste) dari suatu makanan. Di
permukaan rongga mulut terdapat lapisan yang selalu basah yang terdapat sel-sel peka.
Sel-sel peka ini mengumpul membentuk susunan yang disebut puting pencicip. Masing-

masing puting pencicip biasanya hanya peka terhadap rasa tertentu, tetapi kadangkadang juga responsif terhadap beberapa rangsangan cicip. Puting pencicip manusia
hanya dapat membedakan empat cicip dasar yaitu manis, pahit, asam, dan asin. Diluar
keempat cicip dasar itu puting pencicip tidak terangsang atau responsif. Tetapi beberapa
peneliti menganggap rasa metalik dan rasa gurih juga hasil penginderaan puting
pencicip (Soewarno, 1985) Uji pembeda terdiri atas dua jenis, yaitu sensitivity test yang
mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori, dan uji different
test yang dimaksudkan untuk melihat secara statistik adanya perbedaan diantara
contoh uji (Sina, 2009). Pengujian pembeda ini meliputi uji pasangan (paired
comparison), uji segitiga (triangle test), uji pembanding ganda (duals standart test), uji
pembanding jamak (multiple standart test), uji rangsangan tunggal (single stimulus test),
uji pasangan jamak (multiple pairs test), dan uji tunggal (Susiwi, 2009). Uji ini juga
dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses
atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya
perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Jadi, agar
efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan
(reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang
diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis (Susiwi, 2009).

Pada praktikum ini uji pembeda yang dilakukan terdiri dari uji rangsangan tunggal dan uji
pembanding jamak. Adapun uji rangsangan tunggal dilakukan dengan cara panelis
menghadapi satu contoh baku dan satu atau lebih contoh yang akan diuji. Kemudian
panelis mengidentifikasi apakah contoh uji berbeda atau sama dengan contoh baku.
Sedangkan untuk uji pembanding jamak, panelis diminta untuk menilai satu contoh uji
yang paling berbeda diantara kelima contoh-contoh yang disajikan (Dewi, 2011).
Menurut Wagiyono (2003), uji-uji ini digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, atau
untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi
yang sama. Terutama dari segi konsumen

Dewi N. 2011. Uji pembedaan berpasangan. Purwokerto: Fakultas Pertanian,Universitas


Jenderal Sudirman. http://www.scribd.com [14 Oktober 2012]
Setyaningsih D, Anton A. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor:
IPB Press
Sina. 2009. Uji organoleptik. http://www.sinau-sinaubareng.blogspot.com [14 Oktober
2012] SNI 01-3551-2000
Soewarno ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara

Susiwi S. 2009. Penilaian organoleptik. Bandung: Fakultas Matematika dan


IlmuPengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia. http://www.scribd.com[14
Oktober 2012]
Wagiyono. 2003. Menguji pembedaan secara organoleptik .http://www.scribd.com[14
Oktober 2012]

Uji rangsangan tunggal adalah salah satu metode uji pembeda dimana panelis
disediakan satu standar baku dan dua atau lebih sampel uji yang digunakan untuk
penggolongan suatu contoh dengan contoh lainnya (Sina, 2009). Uji rangsangan tunggal
merupakan metode uji pembeda dengan pembanding. Uji pembeda dengan
pembanding diperlukan untuk tujuan untuk mengukur atau menilai pengaruh perlakuan
(Dewi, 2011). Pada praktikum uji rangsangan tunggal, panelis disediakan tiga contoh uji
dan satu contoh pembanding. Ketiga contoh uji yang disajikan berdasarkan rasa, warna,
dan aroma dibandingkan dengan satu contoh pembanding, kemudian panelis
memberikan penilaian berdasarkan sifat inderawi terhadap contoh uji apakah terdapat
perbedaan atau tidak dengan contoh pembanding.

Anda mungkin juga menyukai