Contoh
1
Harga bbm dlm negeri Rp.800.000,-/ton,
Tetapi bila dieskpor harga BBM sebesar
Rp.1.000.000,-/ton.
Proyek dlm negeri yg menggunakan BBM
harus mengeluarkan biaya Rp 800.000,-/ton
Secara ekonomi biaya sebenarnya adalah
Rp.1000.000,-/ton KENAPA?......
Opportunity cost dg dipakainya minyak utk
proyek dlm negeri adalah Rp.1000.000,-/ton
Kesimpulan: Financial cost : Rp 800.000,Economic cost : Rp 1.000.000,-
Contoh
2
Contoh 3
Analisa Ekonomi
Sumber-sumber gangguan
harga
1. Sifat non competitive dlm pasar seperti
monopoli;oligopolidsb, dimana harga tdk
diperlakukan sbg parameter
2. Eksternalitas, dimana tdk terdpt harga
pasarnya, misal publik goods
3. Kurangnya informasi mengenai pasar
misal mengenai alternatip alternatip
yang ada bagi konsumen dlm pasar
4. Kebijakan pemerintah, misal dlm
penentuan upah minimum, harga tertinggi
(ceiling price) nilai tukar valuta asing dll
Contoh:
Barang yg di ekspor oleh proyek mempunyai
nilai ekonomi sebesar harga FOB nya.
Barang yang di impor oleh proyek mempunyai
biaya ekonomi sebesar harga CIF nya
Barang yang dihasilkan sehingga mengurangi
impor akan menghemat divisa sebesar nilai
CIF nya
Barang yg dipergunakan proyek, yg
sebenarnya bisa diekspor kalo tdk ada
proyek, mempunyai biaya ekonomi sebesar
nilai FOB yg sebenarnya bisa diterima dari
ekspor
B. Non Traded
Goods
Adalah barang/jasa yang dipergunakan
dalam proyek atau produksi dari suatu
proyek hanya akan mempengaruhi
perekonomian dalam negeri dan neraca
perdagangan secara tidak langsung.
D.p.l. Tidak diperdagangkan secara
internasional.
Misal : Pengangkutan DN; Kon struksi;
Listrik.
A.Tangibel
150.00
20.00
170.00
9.000
0%
9.000
1.530.000
1000
1530.0
133
1663.0
0.64
50
1014.3
50
964.3
PENENTUAN BESARNYA
DISCOUNT RATE
PENENTUAN BESARNYA
DISCOUNT RATE
Tidak seragamnya social opportunity cost of capital yang
disebabkan juga antara lain perkembangan ekonomi
daerah yang berbeda, oleh karena itu Enex Consortium
346 yang menjadi konsultan Ditjen Bina Marga (cq
Bagpro Studi Kelayakan Jalan dan Jembatan, Dit Bipran)
dalam mengevaluasi kelayakan usulan peningkatan jalan
seluruh Indnesia pada tahun 1976-1979 menggunakan
Tentative Incremental IRR Threshold per Propinsi 3) yang
besarnya antara 15,0% - 25,0% sebagai berikut:
15,0% (DI Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu,
seluruh Kalimantan, seluruh Sulawesi dan seluruh Nusa
Tenggara)
20,0% (Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur dan
Bali)
25,0% (Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta)