163 167 1 PB PDF
163 167 1 PB PDF
Sepsis
Sepsis
Herald H Napitupulu
ABSTRACT
Sepsis is a clinical syndrome that caused by
inamma!on reac!on ini!ated by infec!on. Sepsis is
one of the biggest cause of death in USA that requires
proper treatment according to the guideline of the
(Surviving Sepsis Campaign) SSC to decrease morbidity
and mortality.
In this case, pa!ent was admi'ed with fever,
dyspnea, and bloa!ng. First diagnosis of the pa!ent
was a fever observa!on, and then pa!ent was admi'ed
to ward for about a week before pa!ent was admi'ed
to ICU with sepsis and respiratory distress. Pa!ent was
intubated and supported by ven!lator. Laboratory
ndings: Hb 11,7;Ht 35; Leu 29.000; Thromb 194.000; Ur
29; Cr 1,3; PCT 61,5 dan lactate 4,1. Treatment of this
pa!ent was being adapted with the guideline of SSC, even
though the surgery indicated for nding and controlling
the infec!ons e!ology was started in more than 24 hours
a$er the rst management. A$er the surgery, pa!ent
was ge@ng be'er, and pa!ent was extubated on the $h
day, and admi'ed to IMC on seventh day.
Keywords: sepsis, severe, surviving sepsis campaign
ABSTRAK
Sepsis adalah sindrom klinis yang disebabkan
respon inamasi terhadap infeksi. Sepsis merupakan
salah satu penyebab kema!an terbesar di USA sehingga
penatalaksanaan yang baik sesuai dengan pedoman SSC
diperlukan untuk menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas.
Pada kasus ini pasien masuk dengan keluhan
demam, sesak napas dan perut kembung. Pasien
didiagnosis awal observasi febris dan dirawat di ruangan
selama seminggu sebelum akhirnya pasien masuk ICU
dengan sepsis dan gagal napas. Pasien diintubasi dan
support ven!lator. Hasil Lab Hb 11,7;Ht 35; Lekosit
29.000; Tromb 194.000; Ur 29; Cr 1,3; PCT 61,5 dan
Herald H Napitupulu
HERALD H NAPITUPULU
Tanggal 29/6
Abd 3 posisi : ileus parali!k. DD/ ileus obstruk!f letak
rendah pada rektosigmoid.
Tgl 1/7
CT Scan abdomen: meteorismus, tak tampak udara
bebas, tak jelas tanda-tanda ileus obstruk!f.
Tgl 3/7
KU: lemas, TD 110/60, HR 92x/m, S 37OC, RR 20x/m. Abd
: distensi, LP 112,6 cm
Tgl 4/7/09
Pasien masuk ICU jam 20.35
KU : sakit berat, apa!s, sesak dengan oksigen
kanul 5l/m. TV : TD 100/60; HR 124x/m; RR 40x/m; S 39
0
C; sat 92%. Jtg : BJ I-II murni, murmur -, gallop . Paru :
Vesikuler, rh +/+
Abd : distensi >>. Akral : dingin, sianosis .
Pasien kemudian dilakukan intubasi. APACHE score 23
dengan PDR 46%. Mode : CMV; TV 500 cc; RR 14; PEEP
+5; FiO2 0,8.
Tekanan darah turun menjadi 80/40 mmHg dan
dilakukan loading RL 300 cc, diulang lagi 200 cc. TD !dak
Perawatan Hari -2
KU : sakit berat, pengaruh obat, TD 100-130/6080 mmHg, HR 110-120x/m,S 39- 400C, CVP 16 17cmH2O.
AGD : pH 7,26; pO2 106,1; pCO2 49,2; HCO3 21,7; sat
97;BE -5,6; laktat 4,3. Sat Vena sentral: 86%, GD 232mg/
dl humulin drip 2u/jam
Jam 23.00
Pasien dilakukan laparatomi eksplorasi ec
sindrom kompartemen abdominal. Hasil: Didapatkan
perforasi dengan pus pada kolon ascenden/caecum.
Dilakukan loop colostomy dan kultur pus.
Post op jam 02.30. KU : sakit berat, pengaruh obat, TD
80-120/40-70mmHg, HR 90-110x/m, S 37-38 0C, CVP 16
Sepsis I Sepsis
Perawatan Hari-5
KU : sedang, apa!s-CM. TD 110-140/60-70, HR
90-100x/m, S 36,5 37,3 0C. Lab : AGD: pH 7,4; pO2 104,6;
pCO2 45,7; HCO3 30,9; sat 98;BE 7,1; Laktat 2,8. GD 104227mg/dl dengan humulin drip. Terapi : noradrenalin
hen!kan U/O 2550cc/24 jam imbang cairan : + 305 cc.
Jam 18.00, Pasien diekstubasi => nasal 5l/m.
Perawatan Hari-6
KU : sedang, CM dengan O2 2l/m. TD 120-150/
60-80 mmHg, HR 80-90x/m, S 36-36,50C. Jtg/paru: dbn.
Abd : lemas, BU (+), prod kolostomi (+). Lab : GD 96
203mg/dl dengan humulin 2u/jam. Terapi: Dob hen!kan,
morn hen!kan.
Perawatan Hari-7
KU: sedang, CM, Hemodinamik stabil, S 36,50C. Lab : GD
135 213 mg/dl. Hasil kultur : darah : steril. Pus :
- Candida alb
- E coli sensi!f Meropenem
- Enterococcus faecalis sensi!f vancomycin
Terapi : Avelox hen!kan digan! dengan vancomycin
2x1gr. Pasien pindah ke IMC.
TINJAUAN PUSTAKA
Denisi
Sepsis didenisikan sebagai respon tubuh
terhadap infeksi. Is!lah lainnya, sepsis adalah sindrom
klinis yang berasal dari respon inamasi terhadap infeksi.
HERALD H NAPITUPULU
Gangguan ginjal
Gangguan fungsi ginjal dapat terjadi dengan
produksi urin yang normal maupun berkurang.
Peningkatan krea!nin > 0,3mg/dl dari nilai sebelumnya
atau peningkatan > 50% atau oliguri < 0,5 cc/kgbb/jam
lebih dari 6 jam menandakan gangguan ginjal akut dan
dapat mempengaruhi keluaran yang buruk. 1,4
Traktus gastrointes!nal
Iskemia splanchnic dan asidosis intramukosa
terjadi selama sepsis. Tanda klinis mencakup perubahan
fungsi otot halus usus dan terjadi diare. Perdarahan
GIT disebabkan stress ulcer gastri!s akut yang juga
manifestasi sepsis. Monitoring pH intramukosa lambung
digunakan untuk mengenali dan petunjuk terapi
resusitasi. Peningkatan pCO2 intraluminal dikaitkan
dengan adanya iskemia jaringan dan asidosis mukosa.1
Gangguan neuromuskular
Otot skeletal juga dipengaruhi oleh mediator
inamasi dan oksigen reak!f yang secara simultan
menurunkan sintesa protein dan proteolisis. Faktorfaktor ini dapat menurunkan kekuatan otot termasuk
otot pernapasan yang dapat mempengaruhi atau
menyebabkan gagal napas akut.1
Iden!kasi sumber infeksi dan agen microbial
pen!ng selama sepsis. Pemeriksaan mikrobiologi sangat
diperlukan dan pemberian terapi an!bio!k yang adekuat
harus dimulai sesegera mungkin. Kecurigaan sepsis harus
diiku! dengan pemeriksaan kultur yang diambil dari darah
dan fokus lain yang dicurigai. Pemeriksaan lainnya !dak
boleh tertunda dan dapat melengkapi informasi. Kultur
darah yang posi!f hanya didapat pada 50% penderita.
20-30% penderita sepsis !dak ditemukan penyebab
bakterial. Infeksi secara umum dapat disebabkan oleh
bakteri, virus dan jamur.
Penatalaksanaan klinis Severe sepsis berdasarkan
evidence-based1,2,5
Penanganan Severe sepsis dan syok sep!k
saat ini bertujuan untuk mangatasi infeksi, mencapai
Sepsis I Sepsis
Resusitasi Hemodinamik
Resusitasi awal dengan pemberian cairan yang
agresif. Bila terapi cairan !dak dapat memperbaiki
tekanan darah atau laktat tetap meningkat maka dapat
diberikan vasopressor. Target terapi CVP 8-12mmHg,
MAP 65mmHg, produksi urin 0,5 cc/kg/jam, oksigen
saturasi vena kava superior 70% atau saturasi mixed
vein 65%
Terapi An!bio!k
An!bio!k segera diberikan dalam jam pertama
resusitasi awal. Pemberian an!bio!k sebaiknya
mencakup patogen yang cukup luas. Terdapat buk! bahwa
pemberian an!bio!k yang adekuat dalam jam pertama
resusitasi mempunyai korelasi dengan mortalitas.
Iden!kasi dan kontrol penyebab infeksi
Diagnosis tempat penyebab infeksi yang tepat
dan mengatasi penyebab infeksi dalam 6 jam pertama.
Prosedur bedah dimaksudkan untuk drainase abses,
debridemen jaringan nekro!k atau melepas alat yang
potensial terjadi infeksi.
2. Sepsis Management Bundle (24 h bundle)
Steroid
Steroid diberikan bila pemberian vasopressor
!dak respon terhadap hemodinamik pada pasien syok
sep!k. Hidrokor!son intravena dosis rendah (<300mg/
PEMBAHASAN
Pasien masuk UGD (26/6) dengan keluhan
demam, sesak napas dan perut kembung. Pada
pemeriksaan sik didapatkan demam (40,2OC),
takikardia (HR115X/m), takipneu (RR 26X/m) serta pada
pemeriksaan lab didapatkan Lekosit 16.100. Pasien
didiagnosis sebagai observasi febris. Sesuai dengan
kriteria SIRS dimana pasien ini terdapat lebih dari 2 tanda
SIRS yaitu demam > 38OC, HR >90x/m, RR >20x/m , lekosit
> 12.000 dan laktat 2,12 maka seharusnya di UGD pasien
didiagnosis sebagai SIRS sehingga penanganannya akan
berbeda. Pasien dirawat diruangan selama satu minggu
sebelum akhirnya pasien masuk ICU. Selama diruangan
pasien dilakukan foto polos abd 3 posisi dan CT scan
abdomen dengan hasil meteorismus, tak tampak udara
bebas dan tak jelas tanda-tanda ileus obstruksi sehingga
pasien hanya diterapi konserva!f dan pemasangan rectal
HERALD H NAPITUPULU
Sepsis I Sepsis
HERALD H NAPITUPULU
Sepsis I Sepsis