Anda di halaman 1dari 3

PROFESOR

Prof Dr Mieke Komar, SH, MCL

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung,

PERJUANGAN
TIADA HENTI ...
INTEGRITAS - Agustus 2013

73

PROFESOR
Sosok wanita yang satu ini luar biasa,
baik pengalaman hidup maupun karier.
Prof Dr Mieke Komar, SH, MCL, kini
guru besar Fakultas Hukum Universitas
Padjajaran,
Bandung,
sempat
mengabdikan diri sebagai hakim agung
semasa Mahkamah Agung diketuai Prof
Bagir Manan. Nama Komar di belakang
Mieke adalah Komar Kantaatmadja,
suaminya, teman kuliah di Unpad.
INTEGRITAS mendapat kehormatan
diundang ke rumahnya--yang klasik dan
sejuk karena dipenuhi pepehonan besar
dan berlokasi tidak jauh dari Kampus
Unpad, Dipatiukur, Bandung, Jawa
Barat, Ditemani anak-cucunya, Prof
Meike menyambut ramah INTEGRITAS,
kemudian bercerita tentang perjalanan
hidupnya, sejak masih duduk di bangku
kuliah hingga menjadi hakim agung
Semasa kuliah di Unpad dulu, Mieke
boleh dikatakan harus berjuang keras.
Semuanya serba pas-pasan. Saya
berusaha mengambil yang terbaik
dari para dosen karena materi yang
diajarkan hampir semuanya bahan
pengantarnya mengunankan bahasa
Belanda dan Inggris. Hanya sedikit yang
memakai pengantar bahasa Indonesia
sehingga banyak mahasiswa kesulitan
mencerna materi itu, tutur Mieke.
Di kampus, ia tidak termasuk yang

menonjol. Mieke teringat betul, ia suka


duduk di bagian belakang bersama
teman-temannya agar ketika berdiskusi
saat dosen mengajar tidak menjadi
perhatian. Meski begitu saya dapat
menyelesaikan pendidikan dengan
lancar, tidak ada masalah. Karena
pengetahuan bahasa Belanda dan
bahasa Inggris cukup baik, saya tidak
terlalu kesulitan menerima materi
kuliah yang diajarkan para dosen saat
itu.
Kenangan yang paling berkesan,
sewaktu menjadi mahasiswa Mieke
ikut melakukan demo di kampus
bersama Bagir Manan. Saat itu banyak
mahasiswa berdemonstrasi karena
menetang
kebijakan
pemerintah
dan kampus. Bahkan saya menjadi
aktivis saat itu membantu rekan-rekan
mahasiswa dalam memperjuangakan
agar Profesor Doktor Mocthar
Kusumaatmadja yang saat itu, tahun
1966-1977, ada di Amerika, dipulihkan
statusnya sebagai guru besar Fakultas
Hukum Unpad.
Bila dibandingkan dengan mahasiswa
sekarang mereka lebih beruntung.
Kemajuan teknologi saat ini membuat
mahasiswa dapat lebih aktif dan
menjadi lebih smart, apalagi dibantu
sumber-sumber pengetahuan yang
begitu banyak. Tidak mengherankan
jika saat ini banyak anak muda berhasil

meraih doktor pada usia muda dan


berkarier baik.
Disinggung soal mutu pendidikan
tinggi saat ini, Prof Mieke sependapat,
memang banyak perubahan, atau
boleh dikatakan, kemunduran dalam
beberapa aspek. Menurut dia, hal itu
disebabkan beberapa faktor, antara lain,
persoalan infrastruktur, sumber daya
manusia, kurikulum pendidikan, dan
keberpihakan pemerintah. Sebenarnya
pemerintah sudah memberikan porsi
anggaran pendidikan yang sangat
besar, 20 persen dari APBN. Tujuannya
jelas untuk meningkatkan mutu,
kesejahteraan, infranstruktur, dan lainlain.
Akan tetapi, faktanya kita melihat masih
banyak sekolah yang roboh, persoalan
guru dan dosen, kesejahteraan guru
dan dosen yang tidak merata, dan lainlain. Ini yang menjadi keprihatinan
kita, ujar Meike.
Pemerintah, dalam hal ini Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, harusnya
memiliki visi dan misi yang jelas
tentang dunia pendidikan karena
lewat pendidikanlah suatu bangsa bisa
bangkit dari keterpurukan dan menjadi
makmur.
PRINSIP NOMOR SATU
Berbicara persolan penegakan hukum,
saat ini di Indonesia yang menjadi
masalah karena aparat penegak
hukumnya di kepolisian, kejaksaan, dan
kehakiman, banyak yang terjerat tindak
pidana, suap, korupsi, dan lain-lain.

74

INTEGRITAS - Agustus 2013

Itulah yang menjadi keprihatinan saya


selaku pendidik, kata Mieke Komar.
Makanya, sewaktu saya diminta
menjadi hakim agung oleh Prof Bagir
Manan, ketepatan pada saat itu saya
masih Dekan Fakultas Hukum Unpad,
saya katakan ke Prof Bagir Manan,
Apakah enggak salah memilih saya?
Pak Bagir Manan hanya menjawab,
Persoalannya, bersedia atau tidak
dicalonkan, yang lainnya urusan saya.
Dasarnya, Prof Bagir Manan selaku
Ketua Mahkamah Agung memilihat
komposisi hakim agung dari wanita
yang menguasai
hukum hukum
internasional sangat dibutuhkan, dan
katanya saya yang cocok.
Selama bersama-sama di MA ada
sejumlah kasus yang Mieke putus
bersama dengan Bagir. Bahkan,
dalam suatu perkara Mieke pernah
menyatakan
dissenting
opinion
terhadap pendapat Bagir.
Bagi saya, sahabat adalah sahabat,
kebenaran
adalah
kebenaran,
keyakinan hukum adalah keyakinan

hukum begitulah saya berprinsip,


ujarnya. Begitulah semestinya sikap
yang diambil para penegak hukum kita
walaupun kita bermitra, atau katakanlah
berteman dengan para penegak hukum,
kepentingan umum jauh lebih berharga
bilamana kita sedang mengemban
tugas atau amanat.
Selama bertugas di MA, yang berkesan
bagi Mieke adalah ketika manangani
kasus Prof Gautama (Gouw Gouk Siong).
Kami dapat selesaikan dengan baik.
Saya mendengar Profesor Gautama
menangis karena sangat bergembira
atas putusan kami yang kami buat.
Tidak terasa akhirnya tugas Mieke
di MA selesai, Karena saya masih
suka menulis dan mengajar akhirnya
saya balik ke kampus untuk mengajar
kembali mahasiswa, baik tingkat S-1,
S-2 maupun S-3 di berapa perguruan
tinggi.
MADYASTA

Selatan, bersama rekan sesama


mantan hakim agung, seperti Prof
Rehngena Purba, dan mendapat
dukungan Prof Bagir Manan, Mieke
menjadi pembicara dalam diskusi
berkaitan dengan peresmian Lembaga
Mediasi Madyasta. Tampak Prof Dr
Komariah ES, Prof Dr Syamsul Maarif,
Prof Dr Wiratni Ahmadi serta tamu dari
berbagai kalangan.
Sebagai pendiri Madyasta, Prof Mieke
menjelaskan tujuan pendirian lembaga
tersebut, yakni tidak lagi sebagai wadah
alternatif dalam penyelesaian sengketa
tapi diharapkan menjadi pilihan utama
dalam penyelesaian sengketa atau
beda pendapat yang terjadi di tenggah
masyarakat. Permasalahan yang dapat
dibawa dan diselesaikan di lembaga
mediasi ini tidak terbatas pada
persoalan hukum semata tapi juga
persoalan-persoalan umum lainnya.
Di lembaga ini bergabung profesional
dari berbagai latarg belakang, hukum,
ekonomi, teknik, dan sosial.

Bertempat di Wisma Subud, Jakarta

MIEKE KOMAR
Lahir di Bandung, Jawa Barat, 25 Maret 1942, menamatkan
pendidikanya di Fakultas Hukum Unpad , jurusan hukum
internasional pada 1967. Gelar S-2 Master of Comparative
Law/ (MCL) di Southern Methodist University Law School,
Dallas Texas, USA pada1969 hingga tahun 1970. Gelar doktor
ilmu hukum diselesaikannya pada 1988 di Kampus Unpad,
dengan predikat cumlaude.

Mieke adalah guru besar hukum internasional, khususnya


dalam bidang hukum udara dan ruang angkasa. Ia pernah
menjabat Ketua Bagian Hukum Internasional. Dekan Fakultas
Hukum Unpad dan aktif di bernagai forum nasional dan
internasional, baik dalam bidang hukum nasional, hukum
internsional, hukum udara dan ruang angkasa. arbitrase,
maupun hukum kontrak internasional. Selain itu, Mieke
menjadi hakim agung sampai dengan Maret 2012.

INTEGRITAS - Agustus 2013

75

Anda mungkin juga menyukai