A. Latar belakang.
Sebagai instruktur dalam beberapa pelatihan dan ujian sertifikasi pengadaan
barang/jasa pemerintah, penulis sering mendapat pertanyaan dan keluhan dari beberapa
peserta tentang pengadaan barang/jasa pemerintah pada Unit Kerja SKPD. Kenyataan yang
mengemuka dari berbagai pertanyaan dan keluhan tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
adanya keinginan PPTK pada Unit Kerja SKPD untuk mengambil alih peranan
PPK dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Unit Kerja SKPD.
ketika peran PPK tersebut tidak diberikan kepada PPTK, PPTK melakukan
perlawanan dengan cara menolak menandatangani Surat Permintaan Pembayaran
(SPP).
akibat dari penolakan PPTK tersebut, Pejabat Penanda Tangan SPM tidak dapat
menerbitkan SPM;
permasalahan di atas akan menghambat proses pembayaran tagihan atas pengadaan
barang/jasa pemerintah.
Puncak dari permasalahan tersebut adalah ketika beberapa hari yang lalu seorang
PPK melalui telepon dengan nada suara yang penuh kecemasan menyampaikan keluhannya
kepada penulis karena adanya penolakan penerbitan SPM-LS atas pengadaan barang/jasa
dengan alasan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang diajukan sebagai dasar penerbitan
SPM tidak ditandatangani oleh PPTK. Kecemasan PPK tersebut bukan hanya karena adanya
penolakan dari Pejabat Penanda Tangan SPM tetapi juga karena di satu sisi adanya desakan
dari pihak penyedia barang/jasa yang menuntut pembayaran segera dilakukan, dan di sisi lain
masa waktu penyelesaian pengajuan SPM yang semakin sempit menjelang penutupan tahun
anggaran.
Akar permasalahan tersebut terletak pada keengganan PPTK untuk
menandatangani Formulir SPP karena PPTK tidak dilibatkan dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa.
Pengadaan barang/jasa pemerintah dan pembayaran atas pengadaan barang/jasa
merupakan dua hal yang berbeda. Meskipun sebenarnya kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan karena tanpa pengadaan barang/jasa tidak mungkin ada pembayaran. Proses
pengadaan barang/jasa pemerintah adalah proses bagaimana cara memperoleh barang/jasa
pemerintah oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi yang dimulai
dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa. Sedangkan proses pembayaran atas pengadaan barang/jasa pemerintah adalah
serangkaian kegiatan untuk melaksanakan pembayaran tagihan atas pengadaan barang/jasa
pemerintah. Proses pembayaran dilakukan oleh petugas yang mengurus urusan keuangan
(PA/KPA, PPK, PPTK, PPK-SKPD, Pejabat Penanda Tangan SPM, dan Bendahara
Pengeluaran) setelah proses pengadaan barang/jasa selesai dilaksanakan. Sedangkan proses
pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan oleh PPK, Panitia/Pejabat Pengadaan/Unit
Layanan Pengadaan (ULP), dan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP).
Proses pengadaan barang/jasa termasuk dalam lingkup berlakunya Peraturan tentang
pengadaan barang dan jasa (Perpres nomor 54/2010 dan Perpres nomor 70/2012). Proses
pembayaran atas pengadaan barang/jasa termasuk dalam lingkup berlakunya peraturan
tentang penatausahaan dan pembayaran (Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13/2006
dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012)
Pihak yang dibebani tugas dalam rangka pelaksanaan pembayaran atas pengadaan
barang/jasa adalah:
1. PA/KPA;
2. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD);
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
4. Pejabat Penanda Tangan SPM; dan
5. Bendahara Pengeluaran.
Keinginan PPTK untuk ikut terlibat dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah
telah menjadi pemicu timbulnya ketidakharmonisan dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi unit kerja SKPD. Untuk menghilangkan perselisihan antara PPK dan PPTK tersebut,
dalam tulisan ini akan diuraikan tentang peran masing-masing pihak yang terlibat dalam
pengadaan barang/jasa dan pihak yang terlibat dalam proses pembayaran atas pengadaan
barang/jasa tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku dibidang pengadaan barang/jasa
pemerintah dan ketentuan di bidang pembayaran.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
PPK harus dapat melakukan pengendalian agar semua klausule yang telah tertuang dalam
kontrak atau SPK dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa dengan sebaik-baiknya.
d. Mempersiapkan pembayaran atas pelaksanaan pengadaan yang telah dilaksanakan oleh
penyedia barang/jasa. Dalam hal pembayaran dilakukan dengan menggunakan SPM-LS
PPK mempersiapkan berkas SPP-LS.
e. Melaporkan perkembangan proses pengadaan barang/jasa. Jika pelaksanaan pengadaan
barang/jasa mengalami hambatan PPK harus memberitahukan hambatan tersebut kepada
PA/KPA. Hambatan dalam pengadaan barang/jasa dapat terjadi dalam pelaksanaan
kontrak seperti keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh penyedia barang/jasa.
f. Menyerahkan hasil pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA.
(2) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan
kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali
dan pertimbangan objektif lainnya.
(3) PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
pengguna anggaran/pengguna barang.
(4) PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.
(5) PPTK mempunyai tugas mencakup:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
Ketentuan dalam Perpres dan Permendagri tersebut di atas mengamanatkan bahwa:
a. PPTK dapat ditunjuk pada unit kerja SKPD. Penunjukkan PPTK tersebut
didasarkan pada pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban
kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
Dengan demikian penunjukan PPTK pada unit kerja SKPD bukan suatu
keharusan.
b. PPTK bertugas melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program
sesuai dengan bidang tugasnya. Hal ini berarti dalam satu Unit Kerja SKPD dapat
ditunjuk lebih dari satu PPTK sesuai dengan bidang tugasnya.
c. Tugas PPTK adalah:
1) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
2) Melaporkan perlembangan pelaksanaan kegiatan; dan
3) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
d. Dalam hal PPK memerlukan bantuan PPTK dalam pelaksanaan tugasnya, PPK
dapat mengusulkan kepada PA untuk menugaskan PPTK dalam rangka membantu
tugas PPK. Ini berarti bahwa PPTK dapat diusulkan untuk membantu PPK pada
SKPD atau pada Unit Kerja SKPD, dan hanya PPTK yang ditetapkan oleh PA atas
usulan PPK yang dilibatkan dalam tugas PPK. Keterlibatan PPTK dalam
membantu tugas PPK tidak membebaskan PPTK dari tugas pokoknya (huruf c).
Perbedaan mendasar dalam mekanisme pencairan dana anggaran belanja pusat dan
daerah adalah sebagai berikut:
APBN
APBD
1. Bendahara pengeluaran tidak
1. Bendahara pengeluaran wajib
diwajibkan menyusun laporan
menyusun pertanggungjawaban
pertanggungjawaban dalam bentuk SPJ.
administratif kepada PA/KPA dan
2. Pengajuan SPM-GUP ke KPPN sudah
laporan pertanggungjawaban
merupakan pertanggungjawaban atas
fungsional kepada PPKD selaku
penggunaan dana UP.
(BUD).
3. Penerbitan SP2D oleh KPPN
2. PA/KPA melakukan pemeriksaan
merupakan pengesahan atas
dan pengesahan atas pertanggungpenggunaan UP.
jawaban penggunaan UP oleh
4. Penerbitan SPM dilakukan oleh Pejabat
Bendahara pengeluaran.
Penanda Tangan SPM pada masing3. Penerbitan SPM dilakukan oleh
masing satuan kerja.
PA/KPA
D. Penutup.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengelolaan keuangan dan pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bidang
pekerjaan yang berbeda. Demikian juga proses pengadaan barang/jasa dan proses
pembayaran atas pengadaan barang dan jasa merupakan lingkup pekerjaan yang
berbeda.
2. Prosedur pengadaan barang/jasa diatur dalam Pereturan Presiden nomor 54 tahun
2010 yang telah diubah dengan Perpres nomor 70 tahun 2012. Sedang Prosedur
3.
4.
5.
6.
7.
Daftar Pustaka:
1. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah;
2. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.