Eko Budiono
Eko Budiono
Di Ajukan Oleh :
NIM : 5215077520
Fakultas Teknik
2010
Universitas Negeri Jakarta
NIM : 5215077520
Mengetahui ,
Dosen Pembimbing
Kenyataan di dunia pendidikan saat ini proses pembelajaran di sekolah telah menurun
diantaranya adalah kenakalan siswa akibat kurangnya perhatian orang tua serta jiwa yang
masih labil sehingga kerap sering muncul di SMK. Untuk menyelesaikan masalah ini maka
akan di bahas beberapa metode serta pendekatan guru kepada siswa untuk mengarahkan ke
kegiatan positif. Sebenarnya banyak solusi diantaranya menggunakan teori konstrustif dan
behavioristik. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui
struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Pandangan Konstruktivistik dan
behavioristik tentang belajar dan pembelajaran. Pengetahuan adalah non objective,
bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu. Pengetahuan adalah objektif, pasti,
dan tetap , tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi. Pengetahuan dan
pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara social dalam dialog dan aktif dalam
percobaan-percobaan dan pengalaman. Pembentukan makna adalah dialog antar pribadi.
Dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi
dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Pembelajaran yang sifatnya kooperatif
(cooperative learning) ini muncul ketika siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar
yang diinginkan oleh siswa. Pengelolaan kelas menurut cooperative learning bertujuan
membantu siswa untuk mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan
siswa yang lain.
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal penelitian ini dengan
baik.
Proposal ini di susun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah MKPE. Dalam
Proposal ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman, namun
dengan adanya motivasi dan dukungan dari banyak pihak, akhirnya penulis bisa
menyelesaikan penyusunan proposal ini dengan baik.
1. Kedua Orang Tua tercinta, terima kasih atas motivasi, dukungan dan doamu
2. Bapak Dr. Bambang Dharmaputra, M.Pd yang saya hormati, terima kasih atas
motivasi dan bimbingannya.
3. Teman-teman yang saya cintai dan sayangi, terima kasih atas dukungannya.
4. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
ilmu yang kalian bagi kepada penulis.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Di Zaman modern ini yang mulai masuk ke era globalisasi, kompetisi persaingan di
dunia kerja semakin ketat, kebanyakan pekerja adalah lulusan SMK, Sekolah Menengah
Kejuruan adalah salah satu sekolah yang mendidik para siswanya untuk siap kerja.berbagai
pendidikan dan skill di berikan di smk terutama di bidang kejuruan dan teknologi .Namun
kini kerap muncul masalah pembelajaran di SMK.diantaranya Lulusan yang diminta tak
sesuai standar permintaan dunia kerja.bahkan kebanyakan para Siswa sulit memahami dan
menyerap mata pelajaran, oleh karna itu dalam proposal ini kami akan membahas masalah
pembelajaran di SMK.
B.Tujuan
Tujuan di buatnya proposal ini adalah sebagai bahan penelitian masalah pembelajaran
di SMK Dwija Bhakti Jombang, di samping itu proposal ini diajukan sebagai persyaratan
mata kuliah Metodik Khusus Pengantar Elektronika (MKPE). Proposal ini diharapkan juga
bisa di gunakan sebagai referensi ilmu pengetahuan tentang metode solusi pembelajaran di
SMK di Indonesia.
C.Metodologi penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah studi pustaka
dengan mencari bahan atau referensi dari internet terkait dengan solusi dari masalah
pembelajaran di SMK yang akan dibahas pada proposal ini
Rumusan Masalah
Sistematika penulisan
Abstrak
Kata Pengantar
Pendahuluan
Tujuan
Metodologi Penelitian
Rumusan Masalah
Sistematika Penulisan
Kerangka Teoritik
Metodelogi Penelitian
Daftar Pustaka
BAB II
KERANGKA TEORITIK
Dalam bab ini akan dibahas uraian tentang dasar dasar teori untuk meneliti masalah yang
akan di teliti yang merupakan hasil studi kepustakaan
Oleh karena itu, pendidikan harus mempersiapkan para individu untuk siap hidup
dalam sebuah dunia di mana masalah-masalah muncul jauh lebih cepat daripada jawaban dari
masalah tersebut, di mana ketidakpastian dan ambiguitas dari perubahan dapat dihadapi
secara terbuka, di mana para individu memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukannya untuk secara berkelanjutan menyesuaikan hubungan mereka dengan sebuah
dunia yang terus berubah, dan di mana tiap-tiap dan kita menjadi pemberi arti dari
keberadaan kita. Beare & Slaughter (1993) menagaskan, Hal ini tidak hanya berarti teknik-
teknik baru dalam pendidikan, tetapi juga tujuan baru. Tujuan pendidikan haruslah unutk
mengembangkan suatu masyarakat di mana orang-orang dapat hidup secara lebih nyaman
dengan adanya perubahan daripada dengan adanya kepastian. Dalam dunia yang akan datang,
kemampuan untuk menghadapi hal-hal baru secara tepat lebih penting daripada kemampuan
untuk mengetahui dang mengulangi hal-hal lama.
Kebutuhan akan orientasi baru dalam pendidikan ini terasa begitu kuat dan nyata dalam
berbagai bidang studi, baik dalam bidang studi eksakta maupun ilmu-ilmu social. Para
pendidik, praktisi pendidikan dan kita semua, mau tidak mau harus merespon perubahan
yang terjadi dengan mengubah paradigma pendidikan. Untuk menjawab dan mengatasi
perubahan yang terjadi secara terus-menerus, alternative yang dapat digunakan adalah
paradigma konstruktivistik.
Penganut paham psikologi behavior yang lain yaitu Skinner, berpendapat hamper
senada dengan hokum akibat dari Thorndike. Ia mengemukakan bahwa unsur terpenting
dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
Penguatan positif sebagai stimulus, apabila representasinya mengiringi suatu tingkah laku
yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan
penguatan negative adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan karena cenderung
menguatkan tingkah laku (Bell, 1981:151).
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran,
si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang
harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif
ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan
bahwa pengetahuan adalah non objective , bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak
menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas
kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar
termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka
si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada
pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: (1), mengenai fungsi
dan pentingnya bahasa dalam komunikasi social yang dimulai proses pencanderaan
terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan, (2) zona of
proximal development. Pembelajar sebagai mediator memiliki peran mendorong dan
menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan, pengertian dan kompetensi.
Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara social dalam
dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman. Pembentukan makna adalah
dialog antar pribadi.dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik
tetapi juga interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Pembelajaran yang
sifatnya kooperatif (cooperative learning) ini muncul ketika siswa bekerja sama untuk
mencapai tujuan belajar yang diinginka oleh siswa. Pengelolaan kelas menurut cooperative
learning bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan
berinteraksi dengna siswa yang lain. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kelas yaitu: pengelompokan, semangar kooperatif dan penataan kelas. (Pranata,
http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.
Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, objek, atau perspektif yang
ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan individualistic.
Fungsi mind adalah menjiplak struktur pengetahuan melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti
ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan.
Si belajar harus bebas. Kebebasan menjadi unsure yang esensial dalam lingkungnya
belajar.
Si belajar harus dihadapkan pada aturan - aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dahulu
secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial. Pembelajaran lebih banyak
dikaitkan denganpenegakandisiplin.
Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi
yang berbeda yang perlu dihargai.
Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Si belajar adalah subjek yang
harus memapu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam
belajar.
A. Project Work
Project work adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur
kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk
(barang atau jasa), melalui proses produksi / pekerjaan yang sesungguhnya. Model
pembelajaran project work sering digunakan untuk program pembelajaran produktif.
Langkah-langkah pembelajaran project work
1. Perencanaan Project Work
a. Inventarisasi jenis pekerjaan (job), standar kompetensi dan produk yang dapat dihasilkan.
1) Inventarisasi Standar Kompetensi Lulusan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi standar kompetensi (SK) yang terdapat
dalam kurikulum/silabus.
SK1 ..
SK2 ...
SK3 ...
Dst ..
b. Inventarisasi Pekerjaan (Job)
Pendataan jenis pekerjaan (job) dapat mengacu : kepada jenis pekerjaan yang ada
di kurikulum, Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku, dan atau standar pekerjaan
lain yang ada di DU / DI / masyarakat. Setiap kompetensi keahlian pada umumnya
memiliki lebih dari satu bidang/jenis pekerjaan yang dapat di isi oleh lulusan.
P.1 .
P.2 .
P.3 ..
Dst.
c. Inventarisasi Produk (Barang/Jasa) Setiap Pekejaan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengiden-tifikasi produk yang dapat dihasilkan oleh setiap
bidang /jenis pekerjaan sehingga peserta didik memilki orientasi produk yang akan
dihasilkan pada setiap pembelajaran.
b. Peserta didik
1. memilih salah satu judul/nama produk/jasa. Dan menyusun rencana Project Work sesuai
dengan judul yang dipilih. Kerangka rencana Project Work sebagai berikut.
1) LATAR BELAKANG
2) KEUNGGULAN DAN FUNGSI PRODUK/JASA.
3) SKETSA/GAMBAR KERJA (jika diperlukan)
4) BAHAN PRODUKSI
5) FASILITAS/PERALATAN PRODUKSI
6) PROSES PRODUKSI
RENCANA ANGGARAN BIAYA
SASARAN PASAR/KONSUMEN
JADWAL PELAKSANAAN
2. melakukan proses belajar sesuai dengan proses produksi yang telah
direncanakan. Kegiatan dilakukan sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan
dalam proposal di bawah bimbingan dan pengawasan guru. Proses belajar
menekankan pada pencapaian standar kompetensi yang dibuktikan dengan bukti
belajar ( learning evidence ) dan diorganisasi dalam bentuk portofolio.
3. mengorganisasi bukti belajar sebagai portofolio.
4. melaksanakan kegiatan kulminasi (presentasi/ pengujian/penyajian/display).
5. menyusun laporan sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh.
3. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dengan pendekatan project work pada dasarnya adalah penilaian
standar kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, kesesuaian
produk / jasa, dan kesesuaian waktu pelaksanaan. Komponen project work yang
dinilai terdiri dari penyusunan rencana Project Work , pelaksanaan proses produksi ,
laporan, kegiatan, dan kulminasi (presentasi/ pengujian/penyajian/display).
Peserta didik dinyatakan kompeten apabila memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan
pada indikator dari setiap kompetensi dasar. Penetapan pencapaian nilai mengacu pada
Pedoman Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK.
lebih efektif.
isu-isu,menjelaskan peran.
b. Fase kedua, memilih peran.
c. Fase ketiga, menyiapkan pengamat.
d. Fase keempat, menyiapkan tahap-tahap peran.
e. Fase kelima, pemeranan.
f. Fase keenam, diskusi dan evaluasi.
g. Fase ketujuh, pemeranan ulang.
h. Fase kedelapan, diskusi dan evaluasi.
i. Fase kesembilan, membagi pengalaman dan menarik generalisasi.
METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Muhammad Ali ( 1985 : 81 ) mengatakan bahwa pendekatan penelitian merupakan
keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan
penelitian mulai dari perumusan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian ini pendekatan yang dipilih adalah pendekatan kuantitatif karena
gejala-gejala hasil penelitian yang berujud data, diukur dan dikonversikan dahulu dalam
bentuk angka-angka atau dikuantifikasikan dan dianalisis dengan tehnik statistic. Adapun
pendekatan kuantitatif dengan tujuan sebagai berikut :
a. Menggambarkan suatu gejala secara kuantitaitf dengan sajian skor, neraca,
penyimpangan, grafik dan lain-lain.
b. Menerangkan suatu gejala misalnya untuk menunjukkan besarnya koefisien dan
arah korelasi, besarnya sumbangan suatu variable, ada tidaknya perbedaan suatu
kelompok dan lain sebagainya.
c. Membuat prediksi dan estimasi berdasarkan hasil analisa dan model yang telah
ditetapkan ( FX. Soedarsono, 1988 : 9 )
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yang ingin mengurangi kenakalan siswa dan
mengarahkannya ke kegiatan positif
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauhmana variasi variasi
pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain
berdasarkan pada koefisien korelasi ( 2005 : 35 )
Penelitian ini bila dilihat dari hadirnya variabel maka disebut penelitian deskriptif,
karena variabel yang dipakai menggambarkan variabel yang sudah ada datanya sekarang.
Pendapat senada dikutip oleh Suriswo, menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan
dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang ( sedang terjadi ),
adalah penelitian deskriptif ( 2005 : 30 )
Sifat dari penelitian adalah ex post facto karena pengumpulan data dilakukan
setelah kejadian berlangsung. Hal ini sesuai dengan kutipan Suriswo, ( 2005 : 35 ) yang
mengatakan bahwa, metode penelitian komparatif adalah bersifat ex post facto. Artinya,
data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam jenis
kelamin, insaf dalam kesadaran menurut F.N. Kerlinger yang dikutip oleh Suriswo ( 2005
: 65 ) pendapat senada diberikan oleh Sutrisno Hadi, yang dikutip oleh Suriswo, bahwa
variabel adalah sebagai gejala yang bervariasi ( 2005 : 65 ).
Selanjutunya Suharsini Arikunto berpendapat bahwa variabel dapat dibedakan
atas kualitatif dan kuantitatif, lebih jauh variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu variabe diskrit dan variabel kontinum. Masing-masing dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Variabel Diskrit : Variabel Nominal : Variabel Kategorik karena hanya dapat dikat-
egorikan atas 2 kutub yang berlawanan yakni Ya dan tidak
Variabel Kontinum, dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu :
a.Variabel Ardinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, untuk sebutan
adalah variabel lebih kurang karena yang satu punya kelebihan dari yang lain.
b.Variabel Internal, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel
lain, sedang jarak itu sendiri adalah dapat diketahui dengan pasti.
c.Variabel Ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungannya antara
sesamanya merupakan sekian kalinya ( 1996 : 97 98)
Variabel dalam penelitian ini dapat digolongkan dalam variabel kontinum karena
dapat digolong-golongkan menurut tingkatannya. Sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi
bahwa variabel atau gejala yang dapat digolong-golongkan menurut tingkat besar
kecilnya disebut gejala kontinum ( 1990 : 224 ). Sedangkan ditinjau dari jenisnya maka
variabel dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi variabel internal karena
menggunakan skala ukuran berjarak sama.
Menurut fungsinya di dalam penelitian maka variabel juga dapat dibedakan antara
variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat, yaitu :
1). Variabel bebas ( Independent Variabel )
a). Perhatian orang tua ( X1 )
b). Minat belajar ( X2 )
2). Variabel terikat ( Dependent Variabel ) adalah Prestasi belajar siswa ( Y )
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di SMK Dwijaya Bhakti 2
Jombang JawaTimur
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHa70d.dir/doc.pdf
http://blog.unila.ac.id/radengunawans/files/2010/04/Jurnal-2006-2007.pdf
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHa70d.dir/doc.pdf
http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/12/apakah-pengikis-minat-belajar-siswa/
http://blog.unila.ac.id/radengunawans/files/2010/04/Jurnal-2006-2007.pdf
http://etd.eprints.ums.ac.id/4528/1/A410040211.pdf
http://www.anneahira.com/motivasi/index.htm
http://www.putraindonesiamalang.or.id/archives/255
http://muhfida.com/problem-posing-dalam-pembelajaran-matematika )
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_10819/title_wacana-ilmiah/
http://www.ditpsmk.net/?page=artikel;51
http://muhfida.com/pelaksanaan-pendekatan-problem-posing-dalam-pembelajaran
http://smkn1bansari.wordpress.com/2010/02/21/pemanfaatan-ti-dalam-kegiatan-belajar-mengajar/
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/TS/article/view/6060