Anda di halaman 1dari 8

ADAB TERHADAP TEMAN

Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah menyebutkan dalam bukunya


Sifat-sifat Yang Disyariatkan Tentang Orang Yang Dipilih Menjadi
Teman bahwa Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam bersabda.

"Seseorang itu berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah


setiap orang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya. "
(Diriwayatkan Abu Daud. At- Tirmidzy, dan Ahmad dengan sanad hasan)

Ketahuilah bahwa tidak semua orang layak dijadikan teman. Oleh


karena itu, orang yang dijadikan teman harus memiliki sifat-sifat yang
memang menunjang
persahabatan. Masalah ini ada persyaratannya, tergantung pada
manfaat yang dituntut dari persahabatan itu. Apakah persahabatan itu
berorientasi kepada keduniaan, seperti pemanfaatan harta dan
kedudukan atau hanya sekedar persababatan biasa, sebagai teman
berbincang. Tapi, bukan itu tujuan kami. Boleh jadi persahabatan itu
berorientasi agama, yang di sana berhimpun berbagai tujuan yang
beragam. Diantaranya: mencari manfaat lewat ilmu dan amal, mencari
manfaat lewat kedudukan, berjaga-jaga dari gangguan orang yang
bisa mengotori hati dan menghalangi untuk melaksanakan ibadah,
mencari dukungan dalam melaksanakan tugas sehingga kondisinya
menjadi kuat Ada pula yang bertujuan untuk mencari manfaat
kepentingan akhirat, sebagaimana yang dikatakan sebagian salaf,
"Perbanyaklah teman karena setiap orang Mukmin itu mempunyai
syafaat." Inilah di antara beberapa manfaat itu, yang setiap manfaat
menuntut syarat-syarat tertentu.

Secara global, orang yang engkau pilih menjadi teman karib harus
mempunyai lima sifat sebagai berikut:
− Orang yang berakal. Karena akal dan kepandaian
merupakan modal yang utama. Tidak ada kebaikan bergaul dengan
orang yang bodoh karena bisa saja dia hendak memberikan
manfaat kepadamu, tapi justru memberi mudharat. Yang kami
maksudkan orang berakal di sini ialah orang yang mengetahui
segala urusan sesuai dengan proporsinya. Manfaat bisa diambil dari
dirinya atau dari pemahaman yang diberikannya.
− Baik akhlaknya; Ini merupakan keharusan. Berapa banyak
orang berakal yang dirinya lebih banyak dikuasai amarah dan nafsu,
lalu dia tunduk kepada nafsunya sebingga tidak ada manfaatnya
bergaul dengannya.
− Bukan orang fasik. Orang fasik tidak pemah merasa takut
kepada Alloh. Orang yang tidak takut kepada Alloh, tentu sulit

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
ADAB TERHADAP TEMAN
Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

dipercaya dan sewaktu-waktu orang lain tidak aman dari tipu


dayanya.
− Bukan ahli bid'ah. Persahabatan dengannya hams dibindari
karena bid'ah-bid'ah yang dilakukannya.
Umar bin AI-Khaththab Radhiyallahu Anhu pemah berkata,
"Hendaklah engkau mencari rekan-rekan yang jujur, niscaya engkau
akan hidup aman dalam lindungannya. Mereka merupakan hiasan
pada saat gembira dan hiburan pada saat berduka. Letakkan urusan
saudaramu pada tempat yang paling baik hingga dia datang
kepadamu untuk mengambil apa yang dititipkan kepadamu.
Hindarilah musuhmu dan waspadailah temanmu, kecuali orang
yang bisa dipercaya. Tidak ada orang yang bisa dipercaya, kecuali
orang yang takut kepada Alloh. Janganlah engkau berteman dengan
orang keji karena engkau bisa belajar dari kefasikannya. Jangan
engkau bocorkan rahasiamu kepadanya dan mintalah pendapat
dalam menghadapi masalahmu kepada orang-orang yang takut
kepada Alloh."

Yahya bin Mu'adz berkata, "Seburuk-buruk teman ialah apabila


engkau masih perlu berkata kepadanya; Sebutlah namaku dalam
doamu', engkau hidup bersamanya dalam basa basi, dan engkau
masih perlu meminta maaf kepadanya. "

Sekumpulan orang memasuki tempat Al-Hasan, yang saat itu dia


sedang tidur. Lalu diantar'a mereka ada yang langsung memakan
buah yang ada di Sana. Maka setelah bangun Al Hasan berkata,
"Semoga Alloh merahmatimu. Begitulah yang layak dilakukan
seorang sahabat."

Abu Ja'far bertanya kepada rekan-rekannya,"Bolehkah salah


seorang diantara kalian memasukkan tangannya ke dalam saku
baju temannya, lalu dia mengambil apa pun yang dikehendakinya?"
.

Mereka menjawab,"Tidak boleh."

Abu Ja'far berkata,"Kalau begitu kalian bukanlah sahabat karib


seperti yang kalian katakan."

Diriwayatkan bahwa Fath Al Mushily mendatangi seorang rekannya


yang bernama Isa At Tammar "Isa si penjual korma". Temyata Isa
tidak ada di rumah. LaIu Fath berkata kepada budak perempuan
lsa," Keluarkan kantong milik saudaraku!"

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
ADAB TERHADAP TEMAN
Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

Maka budak perempuan itu menuruti perintah Fath, laIu Fath


mengambil dua dirham. Setelah itu ia pergi. Tak seberapa lama
kemudian Isa pulang ke rumah, dan budaknya mengabarkan apa
yang telah terjadi. Isa berkata,"Jika kamu berkata jujur maka
engkau menjadi perempuan merdeka. "Setelah melihat isi
kantongnya, temyata benar apa yang dikatakannya, lalu Isa
memerdekakannya.

− Tidak rakus terhadap dunia.


Ada beberapa sahabat yang harus dipenuhi seseorang karena
jalinan persahabatan dan persaudaraan di antara mereka:

a. Mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, yang bisa


dibedakan
menurut tiga tingkatan:
 Memenuhi kebutuhan-kebutuhannya ketika diminta dan ia
mampu. Disertai dengan wajah berseri. Ini tingkatan yang
paling rendah.
 Memenuhi kebutuhan-kebutuhannya tanpa menunggu dia
meminta. Ini tingkatan pertengahan.
 Memenuhi kebutuhan sahabatnya daripada kebutuhan
dirinya sendiri. lni tingkatan yang paling tinggi.

Di antara orang salaf ada yang mencari-cari keluarga


saudaranya setelah empat puluh tahun sepeninggalnya, lalu dia
memenuhi segala kebutubannya.

b. Pada saat tertentu lidah tidak boleh berbicara, dan pada saat lain
berbicara. Yang dimaksud dengan diam ialah tidak menyebutkan
aibnya saat sahabatnya ada atau saat dia tidak ada, tidak
membantahnya, tidak mendebatnya, tidak menanyakan sesuatu
yang sahabatnya itu tidak suka untuk mengatakannya, tidak
bertanya saat bertemu: ”Mau ke mana?" Boleh jadi sahabatnya
itu tidak ingin diketahui ke mana dia akan pergi, tetap menjaga
rahasianya sekalipun, persahabatanya sudah putus, tidak
menjelek-jelekkan siapa pun yang dicintainya, dan tidak
menceritakan kepada teman celaan orang lain mengenainya.

c. Tidak boleh mengatakan apapun yang tidak disukai, kecuali hal-


hal yang memang harus dikatakan karena perkara amar ma'ruf
nahi mungkar sebab tidak ada keringanan untuk diam dalam hal
ini. Cara ini merupakan gambaran berbuat baik kepadanya.
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
ADAB TERHADAP TEMAN
Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

Ketahuilah, jika engkau menuntut teman bebas dari kekurangan,


engkau tidak akan mendapatkannya. Barangsiapa kebaikannya
lebih dominan dari keburukannya, itu sudah bagus.

Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata,"Orang Mukmin memaklumi


kesalahan teman, orang munafik mencari-cari kesalahan orang
lain."

Al Fudhail Rahimahullah berkata, "Sifat ksatria memaafkan


kesalahan teman.”
Engkau harus meninggalkan su'uzh zhan 'buruk sangka'
terhadap sahabatmu dan menafsirkan perbuatannya dengan
husnuzh zhan 'baik sangka' sebisa mungkin. Nabi 'alaihis sholatu
wassalam bersabda.

"Jauhilah prasangka karena itu merupakan perkataan yang


paling dusta."
(Diriwayatkan oleh Bukhari -Muslim)

Ketahuilah, bahwa su'udz dzan akan mendorong kepada


tindakan mematai-matai, yang mana hal itu dilarang. Menutupi
aib merupakan sifat orang-orang yang taat beragama.
Disamping itu, iman seseorang belum dianggap sempurna
sebelum dia mencintai bagi saudaranya apa-apa yang dia cintai
bagi dirinya sendiri. Tingkat persahabatan yang paling rendah
ialah memperlakukan sahabatnya dengan cara yang dia suka
jika dia diperlakukan seperti itu (pula).

Tidak dapat diragukan, engkaupun ingin agar sahabatmu


menutupi aibmu dan tidak membuka keburukan-keburukanmu.
Jika dia tidak berbuat seperti itu, tentu engkau akan meradang.
Lalu bagaimana mungkin engkau menghendaki darinya suatu
yang tidak dia kehendaki darimu? Jika engkau menginginkan
sesuatu keadilan, padahal engkau sendiri tidak memberikan
keadilan itu, berarti engkau masuk ke dalam firman Alloh,

"Kecelakaan besarlah bagi orang - orang yang curang, (yaitu)


orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain.
mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi" (Al-
Muthaffifin: 1-3)

Pangkal keengganan menutupi aib dan keinginan untuk


membocorkannya adalah kedengkian dan iri hati. Diantara sebab
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
ADAB TERHADAP TEMAN
Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

paling menonjol yang membangkitkan iri dan dengki di antara


sesama sahabat dan saudara adalah perdebatan. Hal ini
didorong keinginan untuk menonjolkan keutamaan dirinya dan
kepandaiannya serta melecehkan rivalnya. Siapa yang mendebat
sahabatnya lalu memvonisnya sebagai orang yang bodoh, lalai,
atau telat mikir, itu semua merupakan bentuk penghinaan.
Sesuatu yang membuat dada panas dan mengakibatkan
pemusunan.

d. Lidah harus berbicara. Sebagaimana tuntunan persahabatan,


yang harus diterapkan pada lidah ialah tidak mengatakan hal-hal
yang tidak disukai.

Lidah harus mengatakan hal-hal yang disukai. Bahkan, ini bisa


bisa dikatakan sebagai ciri khusus persahabatan. Maksud dari
keberadaan sahabat ialah untuk diambil manfaatnya. Makna dari
tidak bicara ini sendiri adalah tidak menyakiti. Oleh karena itu,
seseorang harus menunjukkan kecintaan kepada sahabatnya
lewat lidahnya, mencari tahu keadaarmya, menanyakan
masalalmya, menampakkan perhatian' kepadanya, dan
menunjukkan kesenangan saat sahabatnya senang. Dalam
sebuah hadits yang shohih disebutkan,

"Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya, maka


hendaklah dia menyatakannya kepadanya." (Diriwayatkan At- Tirmidzi, Abu
Daud)

Diantara cara menunjukkan kecintaan kepadanya ialah


memanggilnya dengan sebutan yang paling disukainya. Umar
bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata., "tiga perkara yang
engkau bisa menunjukkan cintamu dengannya, memberi salam
jika engkau bersua dengannya, memberinya tempat duduk, dan
memanggilnya dengan sebutan yang paling dia sukai." Cara lain
ialah dengan memujinya jika dia melihat kebaikan keadaannya
dan memang pujian itu layak untuk disampaikan, begitu pula
memuji anak-anaknya, keluarganya, dan perbuatannya serta apa
pun yang ada pada dirinya. Selagi semua itu membuatnya
gembira tanpa berlebih-Iebihan dan tanpa dusta. Dia juga bisa
memuji orang lain dihadapannya, yang memang layak dipuji,
tanpa menyembunyikannya.

Jika dia berbuat baik kepadamu sesuai dengan hakmu, maka


engkau harus mengucapkan terimakasih kepadanya. Jika ada
seseorang yang hendak menjelek-jelekkannya dibelakang
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
ADAB TERHADAP TEMAN
Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

punggungnya, maka engkau harus menetralisir. Sebab hak


persahabatan ialah segera memberi perlindungan dan
pertolongan. Dalani shahihain disebutkan,

"Urang Muslim itu adalah saudara muslim lainnya, dia tidak


menzhaliminya dan tidak menelantarkannya. "

Siapa yang tidak bergerak untuk melindungi kehormatan


saudaranya, berarti ilia telah menelantarkannya. Dalam hal ini
engkau mempunyai dua pertimbangan:
 Engkau bisa memperkirakan jika apa yang dikatakan orang
itu ten tang diri sahabatmu juga pemah dikatakannya
dihadapan sahabatmu tentang dirimu. Tentu engkau akan
mengatakan seperti apa yang engkau inginkan dari
sababatmu untuk mengatakannya
 Engkau bisa memperkirakan bahwa seakan-akan
sahabatmu ada dibalik dinding sehingga bisa mendengarmu.
Maka apa yang terbetik di dalam hatimu untuk membelanya
saat sahabatmu hadir, harus dilakukan saat dia tidak hadir.
Seseorang yang tidak lulus dalam masalah ini, berarti dia
orang munafik.

Engkau juga harus mengajari dan menasehati sababatmu.


Kebutuhan sahabat terhadap ilmu tidak kalah penting dari
kebutuhannya terhadap harta. Jika engkau kaya ilmu, maka
ajarilah sahabatmu dan bimbinglah dia. Nasehat ini harus
engkau sampaikan kepadanya secara rahasia.

Perbedaan antara nasehat dan menjatuhkan orang lain


tergantung cara dan kapan melakukannya. Kita harus tahu,
kapan melakukannya secara rahasia dan kapan melakukan
secara terang-terangan. Sebagaimana perbedaan antara
mudarah dan mudahanah dalam hal faktor pendorong atas
diamnya seseorang dari kemungkaran. Jika engkau diam untuk
keselamatan agamamu dan terdapat maslahat untuk temanmu,
maka itu disebut mudarah. Tapi, jika engkau diam untuk
kepentingan pribadimu dan keselamatan kedudukanmu serta
untuk memperoleh nafsu syahwatmu, maka engkau melakukan
mudahanah. Maatkanlah kesalahan temanmu. Jika kesalahannya
dalam masalah agama, maka nasihatilah dia secara lemah
lembut jangan menghardiknya secara langsung atau
mencercanya. Jika dia menolak, bersikap keraslah kepadanya.

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
ADAB TERHADAP TEMAN
Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

e. Mendoakan sababat sewaktu hidupnya dan setelah matinya.


Mendoakannya seperti engkau berdoa untuk dirimu sendiri.

Diriwayatkan dari hadist Abu Darda bahwa Nabi shallallahu Alaihi


wa Salam bersabda,
"Doa seorang muslim bagi saudaranya yang tidak berada di
tempat adalah dipenuhi. Di sisi kepalanya ada seorang malaikat
yang diwakilkan. Setiap kali dia mendoakan suatu kebaikan bagi
saudaranya, maka malaikat yang drwakilkan itu menjawab,
'Amin, dan bagimu seperti itu pula'. “(Diriwayatkan Muslim)

Abu Darda Radhiyallahu Anhu biasa mendoakan beberpa


sahabatnya dengan menyebut nama-nama mereka. Adapun
Ahmad bin Hambal Rahimahullah biasa berdoa pada waktu sahur
untuk enam orang diantara sahabatnya.

Adapun doa untuk teman yang sudah meninggal, dikatakan oleh


Amru bin Huraits. "Jika seorang hamba mendoakan untuk
saudaranya yang telah meninggal, malaikat akan mendatangi
kuburan temannya lalu mengatakan., 'Wahai penghuni kubur
yang terasing, ini ada hadiah dari saudara yang sayang
kepadamu,."[Syaikh Ali Hasan mengatakan, ”Ucapan ini tidak
bisa diyakini dan jangan dihiraukan karena tidak ada dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah”.

f. Setia dan tulus. Maksud setia ialah tetap mencintai sahabatnya


sekalipun sudah meninggal dunia. Yaitu, dengan mencintai anak-
anaknya atau rekan-rekannya. Rasulullah shallallahu ’Alaihi wa
Sallam memuliakan seorang wanita tua, seraya bersabda, "Dia
biasa membantu kami selagi Khadijah masih hidup.
Sesungguhnya kesetiaan itu termasuk iman." Di antara
gambaran kesetiaan ialah tidak mengurangi rasa tawadhu
kepadanya sekalipun kedudukannya sudah tinggi, mapan, dan
terpandang.
Tapi, mengikuti sahabat dalam hal-hal yang bertentangan
dengan agama tidak termasuk kesetiaan. Imam Asy-Syafi'i
menjalin persahabatan dengan Muhammad bin Abdul Hakam.
Hubungannya cukup harmonis dan dekat saat menjelang
ajalnya, Imam Asy-Syafi'i ditanya orang-orang, "Kepada siapakah
kami harus belajar sepeninggalmu wahai Abu Abdillah?"
Muhammad bin Abdul Hakam mendekati Asy-Syafi'i
mengharapkan kehormatan untuk ditunjuk sebagai pengganti
beliau, lalu Imam Syafi'i menjawab, "Kepada Abu Ya'qub AI-

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
ADAB TERHADAP TEMAN
Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz

Buwaithi." Muhammad bin Abdul Hakam mendukung pendapat


Imam Asy-Syafi'i. Tapi' Al-Buwaithi sendiri lebih wara' dan lebih
zuhud. Imam Asy-Syafi'i memberi nasihat kepada kaum Mushrnin
dan tidak mau bersikap mudahanah.

Berbaliklah Muhammad bin Abdul Hakam, dia tidak lagi


mendukung pendapat-pendapat lmam Syafi'i dan menjadi
pendukung Imam Malik. Termasuk kesetiaan ialah tidak mau
rnendengar omongan-omongan yang tidak baik tentang
sahabatnya dan tidak berkawan dengan musuh temannya.

g. Tidak membebani, tapi justru memberi keringanan. Tidak


membebani ternannya dengan hal-hal yang berat dan sulit.
Sebaliknya, seseorang harus mendatangkan kegembiraan
kepada sahabatnya dengan membebaskannya dari beban dan
kebutuhan. Dia juga tidak boleh mengandalkan kedudukan dan
harta sahabatnya. Tujuan mencintainya hanya karena Alloh
semata, menolong agamanya, bertaqarrub kepada Alloh dengan
memenuhi hak-haknya, dan menjaga nama baiknya. Hendaklah
dia tidak merasa malu kepada temannya, sebagaimana dia tidak
malu kepada dirinya sendiri. Ja'far bin Muhammad berkata, "
Sahabat yang paling berat bagiku adalah yang membebaniku
dan aku harus mawas diri terhadap dirinya, Sedangkan yang
paling ringan dihatiku adalah jika aku bersama dia, sama saja
seperti ketika aku sedang sendiri."

Sebagian orang bijak berkata, "Siapa yang tidak membebani,


maka persahabatannya bisa langgeng." Untuk melengkapi hat
ini, engkau harus bisa melihat keutamaan pada diri sahabatmu
atas dirimu, bukan melihat keutamaan dirimu atas dirinya. Kalau
perlu, engkau hams bisa menempatkan dirimu seperti
pembantunya. [Dikutip dari ”Minhajul Qashidin” Jalan orang-orang yang mendapat
petunjuk, Ibnu Qudamah, dengan beberapa perhatian.]

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007

Anda mungkin juga menyukai