Anda di halaman 1dari 41

Merekatkan Segala yang berpotensi retak, yaitu dengan melihat empat

model komunikasi hubungan sosial


Disusun kembali By HAMIBA (H Moh Ihsan BA/HMI)

Edisi satu
Muqaddimah

Satu}. Dengan Men-tadaburi QS.ALHujuraat :10-13

TUJUAN
 Peserta memahami hak-hak muslim terhadap saudaranya yang muslim
 Peserta mengetahui hal-hal yang dapat merusak persaudaraan
 Peserta memahami makna su’uzhon, ghibah, dan namimah
 Peserta memahami pentingnya persaudaraan dalam masyarakat

RINCIAN BAHASAN

 “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat nikmat.”
 “Hai orang-orang yang beriman,janganlah suatu kaum mengolok-olok suatu
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik
dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)
dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
 “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu
menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-
Hujuraat: 10-13)

Allah SWT menegaskan dalam ayat 10 bahwa sesungguhnya orang-orang


mukmin itu bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara orang-orang
seketurunan karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama dan kekal.
Setiap muslim memiliki hak atas saudaranya yang sesama muslim. Dalam
hadits riwayat Bukhari dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda, ”Orang muslim
itu adalah saudara orang muslim,jangan berbuat aniaya kepadanya, jangan
membuka aibnya, jangan menyerahkannya kepada musuh, dan jangan meninggikan
bagian rumah sehingga menutup udara tetangganya kecuali dengan izinnya, jangan
mengganggu tetangganya dengan asap makanan dari periuknya kecuali jika ia
memberi segayung dari kuahnya. Jangan membeli buah-buahan untuk anak-anak,
lalu dibawa keluar (diperlihatkan) kepada anak-anak tetangganya kecuali jika
mereka diberi buah-buahan itu. ”Kemudian Nabi saw bersabda, ”Peliharalah (norma-
norma pergaulan) tetapi (sayang) hanya sedikit di antara kamu yang
memeliharanya. ”Dalam hadits shahih lain yang dinyatakan, ”Apabila seorang
muslim mendo’akan saudaranya yang ghaib, maka malaikat berkata ‘Amin’, dan
semoga kamu pun mendapat seperti itu.”

Dalam ayat 11 dan 12 Allah SWT menjelaskan bagaimana sebaiknya


pergaulan di antara orang-orang beriman. Di dalamnya terdapat hal-hal yang
diperingatkan Allah agar kaum beriman menjauhinya karena dapat merusak
persaudaraan di antara mereka.

Diriwayatkan bahwa ayat 11 ini diturunkan berkenaan dengan tingkah laku


kabilah Bani Tamim yang pernah berkunjung kepada Rasulullah saw lalu mereka
memperolok-olokkan beberapa shahabat yang fakir-miskin, seperti Amar, Suhaib,
Bilal, Khabbab, Salman al-Farisi, dll. karena pakaian mereka sangat sederhana.

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, sabda Rasulullah


saw,”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan hartamu tetapi Ia
memandang kepada hati dan perbuatanmu.”

Pada ayat ini pula Allah menyebutkan wanita secara khusus sebagai
peringatan terhadap kebiasaan tercela kaum wanita dalam bergaul. Terdapat
riwayat yang melatarbelakangi turunnya ayat ini ialah berkenaan dengan kisah
Shafiyah binti Huyay bin Akhtab yang pernah datang menghadap Rasulullah saw
dan melaporkan bahwa beberapa wanita di Madinah pernah menegur dia dengan
kata-kata yang menyakitkan hati, seperti: ”Hai perempuan Yahudi,Keturunan Yahudi
dan sebagainya”, sehingga Nabi saw bersabda kepadanya, ”Mengapa tidak engkau
jawab saja, ayahku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa, dan suamiku adalah
Muhammad.”

Dalam ayat 10 Allah SWT memperingatkan kaum mukmin supaya jangan


saling mengolokkan karena boleh jadi kaum yang diperolok-olokkan pada sisi Allah
jauh lebih mulia dan terhormat dari mereka yang mengolok-olokkan dan kaum
wanita pun jangan saling mengolokkan karena boleh jadi wanita yang diperolok-
olokkan pada sisi Allah lebih baik dari wanita yang mengolok-olokkan.Kemudian
Allah SWT melarang kaum mukmin mencela diri mereka sendiri karena mereka
bagaikan satu tubuh yang diikat dengan persatuan.

Dilarang pula panggil-memanggil dengan gelar yang buruk seperti panggilan


kepada seseorang yang sudah beriman dengan kata-kata : hai fasik,kafir,dsb.
Panggilan yang buruk dilarang diucapkan karena gelar-gelar buruk itu dapat
mengingatkan kefasikan setelah beriman. Barang siapa tidak bertaubat dari
memanggil dengan gelar-gelar buruk maka akan menerima konsekuensi dari Allah
berupa azab pada Hari Kiamat.

Dalam ayat 12 Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang yang


beriman, supaya mereka menjauhkan diri dari su’uzhan / prasangka buruk terhadap
orang-orang beriman. Jika mereka mendengar sebuah kalimat yang keluar dari
saudaranya yang mukmin maka kalimat itu harus diberi tanggapan dan ditujukan
kepada pengertian yang baik, jangan sampai timbul salh paham, apalagi
menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Kemudian Allah
SWT menerangkan penyebab wajibnya orang mukmin menjauhkan diri dari
prasangka yaitu karena sebagian prasangka itu mengandung dosa.

Allah melarang pula ghibah,namimah, dan mencari-cari aib orang lain.


Mengenai definisi ghibah, Rasulullah saw bersabda, ”Ghibah ialah engkau
menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci. ”Si penanya kembali
bertanya, ”Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bila yang diceritakannya itu
benar ada padanya? ”Rasulullah menjawab, ”Kalau memang benar ada padanya, itu
ghibah namanya. Jika tidak benar engkau berbuat buhtan
(dusta).”(HR.Muslim,Tirmizi,Abu Daud, dan Ahmad). Sedangkan namimah dapat
dibagi menjadi hamz (mencaci maki) dan lamz (mencela).(QS.Al-Humazah: 1)

Rasulullah mengecam orang yang suka ghibah dan mencari-cari kesalahan


orang. Diriwayatkan oleh Abi Barzah al-Islami, sabda Rasulullah saw, ”Wahai orang-
orang yang beriman dengan lidahnya, tetapi iman itu belum masuk juga dalam
hatinya, jangan sekali-kali kamu berghibah (bergunjing) terhadap kaum muslimin
dan jangan sekali-kali mencari noda atau auratnya. Karena barang siapa mencari-
cari noda mereka, maka Allah akan membalas pula dengan membuka noda-
nodanya. Dan barang siapa yang diketahui kesalahannya oleh Allah, niscaya Dia
akan menodai kehormatannya dalam lingkungan keluarganya sendiri.”

Adapun beberapa pengecualian dibolehkannya ghibah adalah sbb:


 Orang yang mazlum (dianiaya) menceritakan keburukan orang yang
menzaliminya dalam rangka menuntut haknya.
 Jika bertujuan memberi nasehat pada kaum muslimin tentang agama dan dunia
mereka.
 Dilakukan dengan niat baik dan mengharapkan ridha Allah semata.

Pada ayat 13, Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan-Nya bermacam-


macam bangsa dan suku supaya saling mengenal dan saling menolong dalam
kehidupan bermasyarakat. Dan tidak ada kemuliaan seseorang di sisi Allah kecuali
dengan ketakwaannya.

Dalam suatu hadits riwayat Abu Hatim yang bersumber dari Ibnu Mulaikah
berkenaan turunnya ayat ini ialah bahwa ketika fathu Makkah, Bilal naik ke atas
Ka’bah untuk adzan. Beberapa orang berkata, ”Apakah pantas budak hitam adzan di
atas Ka’bah?”. Maka berkatalah yang lain, ”Sekiranya Allah membenci orang ini,
pasti Allah akan menggantinya. ”Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan
kepada Rasulullah saw apa yang mereka ucapkan. Maka turunlah ayat ini yang
melarang manusia menyombongkan diri karena kedudukan,pangkat, kekayaan, dan
keturunan dan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah dinilai dari derajat
ketakwaannya.

Ayat ini juga menyatakan bahwa persaudaraan Islam berlaku untuk seluruh
umat manusia tanpa dibatasi oleh bangsa, warna kulit, kekayaan dan wilayah
melainkan didasari oleh ikatan aqidah. Persaudaraan merupakan pilar masyarakat
Islam dan salah satu basis kekuatannya. ”Seorang mukmin terhadap mukmin yang
lainnya bagaikan bangunan yang saling mengikat dan menguatkan serta bagaikan
jalinan antara jari-jemari.” (HR.Muttafaq’alaih dari Abu Musa r.a.)

Rasulullah saw pernah menganggap persaudaraan antar umat Islam adalah


basis yang sangat penting sehingga hal yang dilakukan beliau adalah
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar secara formal satu dengan yang
lainnya ketika hijrah ke Madinah.

Dua}. Dengan Faham pada Adab Interaksi Sosial dalam Kehidupan Muslim

Dua A}. Adabut Ta'amul Fil Jama'ah)

Manusia adalah makhluq sosial, dia tak bisa hidup seorang diri, atau
mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Dengan dasar penciptaan
manusia yang memikul amanah berat menjadi khalifah di bumi, maka Islam
memerintahkan ummat manusia untuk saling ta’awun, saling tolong-menolong,
untuk tersebarnya nilai rahmatan lil alamin ajaran Islam. Maka Islam menganjurkan
ummatnya untuk saling ta’awun dalam kebaikan saja dan tidak dibenarkan ta’awun
dalam kejahatan ( QS Al Maaidah:2)

1. Silaturahim

Islam menganjurkan silaturahim antar anggota keluarga baik yang dekat maupun
yang jauh, apakah mahram ataupun bukan. Apalagi terhadap kedua orang tua.
Islam bahkan mengkatagorikan tindak “pemutusan hubungan silaturahim” adalah
dalam dosa-dosa besar.

“Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahim” (HR. Bukhari,
Muslim)

2. Memuliakan tamu

Tamu dalam Islam mempunyai kedudukan yang amat terhormat. Dan menghormati
tamu termasuk dalam indikasi orang beriman.

“…barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan
tamunya” (HR. Bukhari, Muslim)

3. Menghormati tetangga

Hal ini juga merupakan indikator apakah seseorang itu beriman atau belum.

“…Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan
tetangganya” (HR. Bukhari, Muslim)

Apa saja yang bisa dilakukan untuk memuliakan tetangga, diantaranya:

- Menjaga hak-hak tetangga


- Tidak mengganggu tetangga
- Berbuat baik dan menghormatinya
- Mendengarkan mereka
- Menda’wahi mereka dan mendo’akannya, dst.

4. Saling menziarahi.

Rasulullah SAW, sering menziarahi para sahabatnya. Beliau pernah menziarahi Qois
bin Saad bin Ubaidah di rumahnya dan mendoakan: “Ya Allah, limpahkanlah
shalawat-Mu serta rahmat-Mu buat keluatga Saad bin Ubadah”. Beliau juga
berziarah kepada Abdullah bin Zaid bin Ashim, Jabir bin Abdullah juga sahabat-
sahabat lainnya. Ini menunjukkan betapa ziarah memiliki nilai positif dalam
mengharmoniskan hidup bermasyarakat.

“Abu Hurairah RA. Berkata: Bersabda Nabi SAW: Ada seorang berziyaroh pada
temannya di suatu dusun, maka Allah menyuruh seorang malaikat (dengan rupa
manusia) menghadang di tengah jalannya, dan ketika bertemu, Malaikat bertanya;
hendak kemana engkau? Jawabnya; Saya akan pergi berziyaroh kepada seorang
teman karena Allah, di dusun itu. Maka ditanya; Apakah kau merasa berhutang budi
padanya atau membalas budi kebaikannya? Jawabnya; Tidak, hanya semata-mata
kasih sayang kepadanya karena Allah. Berkata Malaikat; Saya utusan Allah
kepadamu, bahwa Allah kasih kepadamu sebagaimana kau kasih kepada kawanmu
itu karena Allah” (HR. Muslim).

5. Memberi ucapan selamat.

Islam amat menganjurkan amal ini. Ucapan bisa dilakukan di acara pernikahan,
kelahiran anak baru, menyambut bulan puasa. Dengan menggunakan sarana yang
disesuaikan dengan zamannya. Untuk sekarang bisa menggunakan kartu ucapan
selamat, mengirim telegram indah, telepon, internet, dsb.

Sesungguhnya ucapan selamat terhadap suatu kebaikan itu merupakan hal yang
dilakukan Allah SWT terhadap para Nabinya dan kepada hamba-hamba-Nya yang
melakukan amalan surga. Misalnya;
“Sampaikanlah kabar baik, kepada mereka yang suka mendengarkan nasihat dan
mengikuti yang baik daripadanya” (Az Zumar: 17).

“Maka Kami memberi selamat kepada Ibrahim akan mendapat putra yang sopan
santun (sabar)”. (Al Maidah: 101),

Rasulullah SAW juga memberikan kabar gembira (surga) kepada para sahabatnya
semisal, Abu bakar RA, Umar bin Khaththab RA, Utsman RA, Ali RA, dsb.

6 Peduli dengan aktivitas sosial.

Orang yang peduli dengan aktivitas orang di sekitarnya, serta sabar menghadapi
resiko yang mungkin akan dihadapinya, seperti cemoohan, cercaan, serta sikap
apatis masyarakat, adalah lebih daripada orang yang pada asalnya sudah enggan
untuk berhadapan dengan resiko yang mungkin menghadang, sehingga ia memilih
untuk mengisolir diri dan tidak menampakkan wajahnya di muka khalayak.

“Seorang mukmin yang bergaul dengan orang lain dan sabar dengan gangguan
mereka lebih baik dari mukmin yang tidak mau bergaul serta tidak sabar dengan
gangguan mereka” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Ahmad).

7. Memberi bantuan sosial.

Orang-orang lemah mendapat perhatian yang cukup tinggi dalam ajaran Islam. Kita
diperintahkan untuk mengentaskannya. Bahkan orang yang tidak terbetik hatinya
untuk menolong golongan lemah, atau mendorong orang lain untuk melakukan
amal yang mulia ini dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama.

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin” (Al Maa’un: 1-
3).

Dua B}. BERINTERAKSI DENGAN NON MUSLIM

- Muamalah dengan yang setimpal.


- Tidak mengakui kekufuran mereka.
- Berbuat yang adil terhadap mereka dan menahan diri dari mengganggu mereka.
- Mengasihani mereka dengan rohamh insaniyah.
- Menunjukkan kemuliaan akhlaq muslim dan izzah Islam.

Dua C}. BAGAIMANA ADAB BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT?

Dengan atau tanpa da’wah, interaksi dengan masyarakat adalah suatu kemestian
sosial. Bagi seorang muslim untuk menyebarkan rahmat Islam bagi semesta alam
tentu dilakukan dnegan berinteraksi dengan masyarakat. Terlebih jika dikaitkan
dnegan da’wah. Karena karakter da’wah sendiri harus berbaur dengan masyarakat
(mukholathoh), yaitu dengan mukholathoh yang ijabi (positif).
Dengan demikian thobiah da’wah itu adalah da’wah ammah. Da’wah khoshshoh
bukan merupakan suatu <i>badil</i> (pengganti) bagi da’wah ammah tetapi lebih
merupakan unsur penunjangnya. Karena da’wah ammah belum dapat dimunculkan
sebagaimana mestinya. Berinteraksi dengan masyarakat dimulai dari yang terdekat
dengan kita. Kita melihatnya dengan mizanud da’wah, sementara sikap atau asas
berinteraksi dengan masyarakat adalah mu’amalah bimitsli. Sedangkan sikap
ta’amul da’wah adalah <i>‘amilun naas bimaa tuhibbu ‘an tu’aamiluuka bihi</i>.
Bagaimana atau apa yang seharusnya kita berikan kepada masyarakat

Dua D}. BERINTERAKSI DENGAN PARA DA’I YANG LAIN

Adapun yang dimaksud dengan da’i di sini adalah para da’i yang belum
<i>indhimam</i> satu shaf dengan kita.

1. Kita memiliki tujuan umum yang sama yaitu membela Islam dan memajukan
ummat.

2. Namun kita tetap menyadari adanya perbedaan dalam khiththah dan uslub (cara
kerja).

3. Menjalin kerjasama dalam hal-hal yang disepakati dan bersikap toleran dalam hal
yang ikhtilaf.

4. Menyenangi ijma’ untuk mencapai wihdatul fikriyah dan tidak menyenangi


nyleneh (syadz). Karena syadz berbeda dengan ghorib. Syadz tidak punya akar
apapun juga (misalnya adanya pemikiran dari Ahmadiyah yang mengatakan bahwa
semua orang baik kafir atau muslim masuk surga. Atau pemikiran Gus Dur yang
mengomentari ayat; wa lan tardlo ‘ankal yahud….dst, sudah tak berlaku lagi).
Sedangkan grorib adalah pemikiran yang baik, tetapi tidak dikenal oleh masyarakat.

5. Toleransi dalam masalah khilaf dan furu’ dan membenci ta’shub.

6. Persoalan apapun tidak perlu merusak mawaddah di antara kaum muslimin.


Pernah As Syahid difitnah bahwa Jinah Asykari akan menyerang Jama’ah Jihad.
Tentu saja pimpinan Jama’ah Jihad marah dan meminta dialog dengan Asy Syahid
untuk mengeluarkan segala uneg-unegnya. Asy Syahid hanya menjawab dengan
“sammihuuni”, maafkan saya.

7. Khilaf hendaknya dikaji secara ilmiyah, tidak hanya terhenti sebagai apologetik
(pembelaan) saja.

Dua E}. BERINTERAKSI DENGAN TOKOH MASYARAKAT

1. Di tempatkan pada posisinya.

Sikap Rasul kepada Abu Sufyan. Rumahnya dijadikan baitul qoshid. Kedudukannya
tidak direbut tetapi di ta’ziz.

2. Dihormati di tengah-tengah para pengikutnya.

Sa’ad bin Muadz ketika diberikan kehormatan untuk mengambil putusan hukum atas
bani Quraidzah, Rasul SAW bersabda: “Quumuu ilaa sayyidatikum”.

3. Sebutkan juga jasa-jasa mereka kepada Islam.

Ketika khalifah di Tsaqifah, pidato Abu bakar sangat bijak. Ia menyebut-nyebut


nikmat Islam, jasa-jasa kaum Anshar dan kebaikan-kebaikan Muhajirin. Dengan
begitu kaum Anshar ikut mendukung.

4. Berhubungan dengan mereka dan mendo’akan mereka.

Rasulullah menghububgi tokoh Thoif serta mendo’akan mereka.

Umar Tilmitsani ketika Sadat meninggal dunia, ia mengucapkan do’a; “inna lillahi wa
inna ilaihi raji’un” yang membuat ikhwah tercengang.

5. Memperhatikan kepentingan bersama.

Mulailah pembicaraan dari titik-titik persamaan, jangan dari titik perbedaan.

Asy Syahid memulai dari point-point yang sama kemudian mendudukkan point-point
yang berbeda.

Dua F}. ADABUT TA’AMUL FIL JAMA’AH

“Sesungguhnya jikalau engkau tak bersama mereka maka engkau tak akan bersama
selain mereka. Sekiranya mereka tak bersama engkau, maka mereka akan bersama
selain engkau”.

A. DENGAN DA’WAH

1. Lepaskan hubungan dengan lembaga/jama’ah manapun terutama (dan secara


khusus) lagi jika engkau diminta untuk itu.
2. Menghidupkan budaya Islami.

a. At tahiyat (salam).

Abdullah bin Amru bin Al-ash r.a. berkata: Seorang bertanya kepada Rasulullah
s.a.w: “Apakah yang terbaik di dalam Islam? Nabi s.a.w. menjawab: Memberi
makanan dan memberi salam terhadap orang yang kau kenal atau tidak kau kenal”
(HR. Bukhari, Muslim)
b. Bahasa Arab.

Bahasa Arab adalah bahasa kesatuan kaum muslimin sedunia, bahasa yang
digunakan untuk komunikasi Allah SWT. dengan hamba-Nya (Rasulullah SAW)
berupa Al Quran. Bahasa yang telah dipilih oleh Allah SWT. ini adalah bahasa yang
paling sempurna di antara bahasa-bahasa yang ada di bumi ini.

c. Penanggalan.

Urgensi penanggalan hijriyah


Hijrah adalah moment terpenting dalam sejarah dakwah islamiyah. Hijrah adalah
masa peralihan dalam sejarah kaum muslimin. Sebelum hijrah mereka adalah
ummatud da’wah. Mereka menyampaikan da’wah Allah swt. kepada manusia tanpa
didukung basis politis yang bisa melindungi para da’I-nya atau menangkal serangan
musuh kepada mereka.

d. Busana.

Untuk wanita hendaknya senantiasa menutupkan aurat-nya ketika keluar rumah,


dalam hal ini perintah Allah SWT sudah jelas. Hindari pakaian yang menimbulkan
fitnah, ataupun perdebatan. Akan tetapi walaupun sudah menutup aurat jika terlalu
mewah ataupun terlalu kumuh akan membuat peluang orang untuk
menggunjingnya (dosa). Perhatikan juga warna dan corak yang tidak mencolok
hingga menarik perhatian banyak orang. 3. Mengenal ikhwah du’at dengan ma’rifah
yang sempurna dan sebaliknya.

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara” (Al Hujurat:10).

3. Menunaikan kewajiban maaliyah.

“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
ridha Allah, maka (yang berbuat demikan) itulah orang-orang yang
melipatgandakan pahalanya” (Ar rum:39).

4. Menyebarkan da’wah dan membentuk keluarga atas hal itu.

5. Mengenal harakah islamiyah.

Hal ini perlu dilakukan agar kita mengerti medan da’wah yang dihadapi, sehingga
bisa diatur taktik dan strateginya.

B. MA’AL MAS’UL (KETUA/PIMPINAN)


- Dalam da’wah Ikhwanul Muslimin seorang pemimpin mempunyai hak orang tua
dalam hubungan ikatan hati, dan ustadz dalam hubungan memberikan ilmu.

- Seperti halnya seorang syaikh dalam hubungan tarbiyah ruhiyah.

- Menjadi pemimpin dalam hubungan dengan kebijakan politik bagi da’wah secara
umum dan da’wah kita menghimpun seluruh nilai-nilai ini.

1. Taat, yaitu melaksanakan perintah dan merealisasikannya dalam kondisi


semangat atau malas dan dalam kondisi sulit ataupun mudah.

“Wajib atas seorang muslim mendengar dan taat, dalam keadaan senang maupun
benci, kecuali perintah untuk maksiat, karena tak ada ketaatan terhadap makhluq
dalam bermaksiyat kepada Allah” (HR. Muslim).

2. Tsiqoh, tentramnya jiwa dengan seluruh yang keluar darinya.

Tsiqoh kepada pemimpin adalah segalanya dalam keberhasilan da’wah. Untuk


mengetahui kadar ke-tsiqoh-an dirinya terhadap mas’ul-nya bertanyalah kepada diri
sendiri dengan tulus mengenai beberapa hal sbb:

- Sejauhmana mengenal mas’ul tentang riwayat hidupnya

- Kepercayaan terhadap kapasitas dan keikhlasannya.

- Kesiapan menerima perbedaan pendapat dengan mas’ul, dan mas’ul telah


memberi perintah dan atau larangan yang berbeda dengan pendapat kita.

- Kesiapan meletakkan seluruh aktivitasnya dalam da’wah, dalam kendali mas’ul.

3. Minta izin, jama’ah mengetahui segala kondisimu dan selalu ada hubungan ruh
dan aktivitas dengan jama’ah.

4. Mendo’akan mereka ketika ghaib

“Mintalah ampun untuk dosamu sendiri dan untuk kaum muslimin lelaki dan
perempuan” (Muhammad: 19)

5. Bantulah saudaramu baik dalam kondisi mendzolimi atau terdzolimi, yaitu


mencegah kejahatannya.

D. DENGAN MUAYYID (PENDUKUNG)

1. Tawazun dalam menilai/memuji, mereka bukanlah segalanya sampai tak


menghiraukan yang lain, dan tidak pula meremehkan mereka sehingga kita jadikan
mereka sebagai kasta rendah tak bernilai.

2. Mendahulukan yang terpenting dari yang penting, dan permulaan yang terbaik
adalah menempatkan aqidah dalam hati

3. Sedikit dalam nasihat.

4. Menghindari cara menggurui, meskipun dengan argumen yang jitu.

5. Hindari jawaban langsung atau kritik pedas

6. Hati-hati dari penyia-nyiaan potensi dengan penyembuhan/membuang urusan-


urusan yang sepele atau debat yang tak bermanfaat.

7. Menganggap mereka (mad’u) cerdas dan berilmu, maka jangan terlalu


memperpanjang dalam menjelaskan yang aksiomatik (badihiyat).

8. Setiap ucapan ada tempatnya, setiap tempat ada perkataannya, “khotibun naas
‘ala qodri ‘uqulihim “ (maka sampaikanlah pada manusia menurut kadar akalnya).

9. Mempelajari kondisinya dan mengetahui akan halnya:

Jangan mencacinya apabila terlambat dari kegiatan

Jangan memaksanya ke dalam pekerjaan tertentu

Jangan membebani melebihi kemampuan

10. “Membina tidak cukup sehari semalam”.

11. Jadilah qudwah baginya dalam segala sesuatu (“amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” Ash Shoff: 3)

12. Terus menerus dalam menda’wahi sampai tampak hasilnya.

E. DENGAN IKHWAN (SAUDARA-SAUDARA SEPERJUANGAN)

1. Husnudzon dan memohonkan maaf pada mereka

2. Menampakkan cinta dan menahan marah serta dendam

“Janganlah kamu meremehkan perbuatan ma’ruf sedikitpun, walaupun sekedar


menunjukkan wajah yang berseri ketika bertemu dengan saudaramu” (HR.Muslim)

3. Mendo’akan mereka ketika ghaib. (“Do’a seorang muslim kepada saudaranya


terkabulkan dalam kesendiriannya, pada kepala orang itu ada malaikat yang
ditugaskan setiap dia berdoa kebaikan untuk saudaranya, malaikat berkata: amin
dan akan mendapatkan seperti itu pula”) HR. Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah dari
Abi Darda’.

4. Mengakui pertolongan mereka baik dalam senang atau duka sebagai ungkapan
bahwa kekuatannya (baca:kita) tidak mungkin bergerak sendiri dalam kehidupan.

5. Tidak suka mencelakakan mereka dan bersegera untuk menghilangkannya/


menolak.

6. Saling menolong, “tolonglah saudaramu baik saat mendzolimi atau saat


terdzolimi, yaitu dengan mencegahnya”.

7. Mempermudah urusan-urusan yang sulit.

8. Memberikan nasihat.

F. DENGAN MUROBBI (PENDIDIK)

1. Penghargaan dan memuliakan mereka karena Allah SWT telah menjadikan


mereka sebab masuknya kalian ke dalam bintang yang besar (jama’ah) meskipun
kalian mendahuluinya.

2. Sesungguhnya mereka bukan ustadz-mu dahulu saja, maka jangan kalian putus
mereka, dan hormatilah mereka serta keluarga mereka untuk di ziyarahi.

3. Terus menerus menyebut kebaikan mereka dan melupakan keburukan mereka.

Tiga}. Hikmah dari hubungan antar pribadi beserta solusinya

1}. Mensinergikan Perbedaan

Sabang sampai Merauke menyimpan beragam perbedaan. Diantaranya perbedaan


yang menyangkut suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Di satu sisi
perbedaan-perbedaan tersebut memberikan nuansa keindahan dan nuansa saling
melengkapi, sebuah mozaik yang teramat menakjubkan.

Perbedaan ini lengkap pula dengan potensi kekayaan yang ada di tiap jengkal
wilayah tanah air kita ini. Tiap tempat memiliki kelebihan masing-masing dan tiap
tempat begitu besar potensinya untuk dapat dioptimalkan bagi kemakmuran bangsa
kita. Satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, Indonesia.

Di sisi lain, tidak jarang pula kalau kita menyikapi perbedaan-perbedaan ini secara
salah, maka yang timbul bukan suasana saling melengkapi, tapi justru suasana
saling menyakiti. Dibalik sebuah perbedaan, kadang tersimpan potensi konflik yang
demikian tinggi, terlebih jika berkait dengan persoalan SARA.

SARA terkadang menyimpan potensi konflik yang sangat rentan dan mudah tersulut.
Tidak mengherankan jika di zaman reformasi saat ini begitu sering kita mendengar
deretan kerusuhan dan kekerasan menggejala di berbagai tempat berawal dari
persoalan yang satu ini.

Demikianlah, lantaran perbedaan manusia saling mencaci, gara-gara perbedaan


manusia tak segan-segan berbuat keji; membunuh, merampas bahkan tak segan-
segan untuk menumpas.

Padahal, seorang muslim yang imannya benar pastilah menyadari bahwa perbedaan
adalah sunnatullah. Karena sunatullah, maka perbedaan akan kita temui dimanapun
di muka bumi ini. Justru karena perbedaanlah kehidupan ini akan berjalan dengan
penuh dinamika dan penuh warna.

Kalaulah kehidupan ini sama saja satu dengan yang lainnya, sifat manusia misalnya,
tentulah tidak akan menarik. Semuanya serba lurus-lurus saja, akan monoton,
mandek, atau bahkan tanpa gairah. Tidak ada tantangan yang membuat pikiran dan
wawasan kita berkembang.

Begitu pula dalam kehidupan sosial, pastilah kita akan menemui bahwa satu dengan
yang lain diantara kita memiliki bidang kehidupan yang berbeda-beda. Saat di
tempat kerja, ada yang berbeda jabatan dan bidang pekerjaannya. Ketika bergelut
di dunia akademik akan kita temui pula perbedaan dalam hal pemikiran dan
keilmuan.

Dalam kehidupan beragama pun terkadang satu dengan yang lain saling berbeda
panda-ngannya. Hatta ketika memahami Islam. Beragam aliran, mazhab, golongan,
organisasi adalah hal-hal yang secara nyata kita hadapi dalam mengamalkan Islam,
agama yang kita anut ini.

Kehidupan keluarga pun tak lepas dan akan kita temui perbedaan, beda pendapat
dalam menyikapi suatu hal, misalnya, kerap kali terjadi. Hal ini bisa terjadi karena
banyak sebab. Mungkin karena latar belakang keluarga, pergaulan, wawasan,
tingkat pendidikan, watak dan sikap, masing-masing berbeda. Allah telah menak-
dirkan manusia tidak ada satupun yang sama.

Karenanya, sangatlah wajar jika di antara manusia terjadi perbedaan pandangan,


perbedaan pendapat dan sikap atas suatu masalah. Dalam satu soal mungkin ada
yang sama pendapatnya, tapi dalam banyak soal yang lain mungkin berbeda. Yang
demikian itu adalah sikap dasar manusia.

Antara suami istri tak bisa dipaksakan untuk sama pendapatnya. Dalam masalah
selera saja sudah terjadi perbedaan, apalagi dalam hal pendapat. Perbedaan
pendapat antara suami dan istri baru menjadi persoalan jika keduanya tidak
terdapat sikap saling menerima dan menye-suaikan. Perbedaannya bukan
persoalan. Yang menjadi soal adalah bagaimana mengelola (managing) perbedaan
itu.

Tidak tepat jikalau akibat perbedaan manusia lantas saling mencaci. Justru karena
perbedaan itu, kita diperintahkan untuk saling menghargai dan mengenal satu sama
lain, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 13. "Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami jadikan
kamu ber-bangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling
bertakwa."
Demikianlah, adanya perbedaan diantara kita seharusnya menjadi awal bagaimana
kita membangun toleransi dan saling menghargai antar kelompok yang satu dengan
kelompok lainnya. Bukannya saling mencaci dan membenci.

Nah, nampaknya yang paling indah untuk dilakukan mendesak adalah bagaimana
kita mensinergikan perbedaan-perbedaan yang ada menjadi suatu hal yang bernilai
positif. Dalam persoalan ini kembali kita harus meneladani bagaimana junjungan
kita, Rasulullah Saw. ketika menyikapi suatu perbedaan. Rasulullah Saw. adalah
sosok manager yang sukses.

Beliau tidak hanya berhasil memadukan perbedaan antar individu sahabatnya, tapi
juga memadukan perbedaan suku, ras dan golongan di bawah kepemimpinan Islam.
Beberapa kabilah yang awalnya berselisih, bahkan sering angkat senjata, di bawah
kepemimpinannya, mereka dipersatukan sembari tetap memaksimalkan aktualisasi
berbagai sumberdayanya

2}. Mengelola Persaudaraan

1. Perbanyak komunikasi atau silaturrahim dengan: sehat +baik+intens+Berikan peluang


yang besar + bermusyawarah pada saudaramu+Membangun Komunikasi

2.Berikan kesenangan pada saudara kita, Bangunlah kehidupan yang serba saling positif

3.Bila berhubungan dengan masa lalu diri Anda atau persaudaraan yang buruk, maka
berusahalah keras dihilangkan, atau paling tidak belajarlah berdamai dengan masa lalu
yang buruk.
4. “..dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (Ali Imran ayat 159).

5.Hilangkan sesegera mungkin beban3 pikiran yang dirasa akan mengganggu hubungan di
antara sesama, Harus bertindak adil dalam menilai seseorang.

6.Milikilah kesediaan untuk berkaca pada saudaranya yang lain.

7.Usahakan selalu bermuka ceria dalam setiap kesempatan


8.Hindari Mengeluh di Media Sosial.
9. Hindari perselisihan , Carilah orang yang tepat sebagai juru damai, mencari saran dari
orang yang lebih berpengalaman, Toleransi dalam menerima perbedaan
10.Jauhi kata “cerai”.
11.Cari jawaban dengan banyak beribadah dan sedekah.

12.Jangan menjadi dan menyimpan pendendam,Berbesar hatilah untuk memulai meminta


maaf,Jangan gengsi meminta maaf,Mudah saling memaafkan,Jalin Hubungan
Dengan Konsep Baru

13.Hindari buruk sangka berlebihan pada saudaramu.


14.Seberapa besar upaya Anda memperbaiki keadaan? Perbaiki akhlak, lebih dekatkan diri
dan berserah pada Allah
15. Saling Mendengarkan Satu Sama Lain dan Sediakan waktu untuk berdua

16.Jangan mudah marah, Bersikap Tenang dan Fokus pada Solusi

18.Hindari penggunaan kata-kata kasar, Berusaha membangun kepercayaan kembali

19.Belajar untuk memberikan ruang pada saudaramu dan Bersikap terbuka kepada
saudaranya

20. Tutup buku masalah rumit , Coba mengerti kekurangan dan kelebihan saudaranya. Akui
kesalahan masing – masing, Redakan emosi masing – masing,Jangan selalu Menganggap
yang paling benar. Mempertegas Komitmen.

21.Dahulukanlah kepentingan orang lain daripada kebutuhan diri sendiri. Membiasakan diri
untuk mulai bekerja sama, Memberikan Ruang Bebas Untuk Berfikir, Saling Mendengarkan
Keinginan Satu Sama Lain.
22.Jangan menyimpan persoalan sendiri saja, dan berharap bisa menyelesaikan perkara
besar yang sedang Anda rundung.

3}.Sepuluh Kiat Menjalin Hubungan dengan Sesama

1. BICARALAH kepada orang lain. Tidak ada kata-kata sebaik ucapan salam yang
ramah.

2. TERSENYUMLAH kepada orang lain. Perlu menggerakkan 72 otot untuk cemberut,


dan hanya 4 otot untuk tersenyum.
3. SAPA orang lain dengan menyebut namanya. Musik terindah bagi pendengaran
seseorang adalah suara yang menyebut namanya.

4. BERSIKAPLAH bersahabat dan suka menolong. Jika Anda memiliki sahabat-sahabat,


maka bersikaplah bersahabat.

5. BERIKAN perhatian kepada orang lain dengan tulus hati. Anda dapat menyukai
hampir setiap orang, jika Anda berusaha.

6. MURAHLAH dalam memberi pujian-berhati-hatilah dalam memberi kritikan.

7. BERSIKAPLAH pengertian dengan perasaan orang lain. Biasanya ada tiga sisi yang
memiliki pertentangan: perasaan Anda sendiri, perasaan orang lain, dan perasaan yang
sebenarnya.

8. SIAP sedia memberikan pertolongan. Apa yang paling diperhitungkan dalam hidup ini
adalah apa yang kita lakukan untuk orang lain.

9. BELAJARLAH percaya kepada orang lain, karena kepercayaan membangun hubungan


yang langgeng.

10. TAMBAHKAN dalam kesembilan hal di atas ini dengan rasa humor, selusin
kesabaran, dan sedikit kerendahan hati. (ph/xl/88) }

Empat}. Khotimah, dengan Sembilan langkah Petunjuk Praktis untuk merawat


Ukhuwah

Beberapa amalan praktis yang dapat menghantarkan terwujudnya ukuwah islamiyah antara
lain :
1. Memberitahukan kecintaan kita kepadanya Point tersebut diatas diketahui dari apa yang
telah diriwayatkan Abu Daud dan Tirmidzi dari Nabi Shalallahu alaihi wassalam telah
bersabda ;
"Apabila seseorang mencintai saudaranya hendaknya rasa cinta itu disampaikan padanya."
2. Saling mendoakan ketika berpisah Hal ini diketahui berdasarkan riwayat Abu Daud dan
Tirmidzi dari Umar Ibnul Khathob radliyallahu Anhu telah berkata:
"Saya meminta ijin ( untuk berpisah ) kepada nabi Shallallahu alaihi wasalam guna
melakukan umrah, maka nabi mengijinkan aku dan beliau berpesan, jangan lupakan doamu
untukku."
3. Bermuka cerah ketika bertemu Berdasarkan riwayat Muslim dari Abu DzarRadliyallahu
Anhu berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam:
"Jangan meremehkan kebaikan apapun bentuknya walau sekedar bermuka cerah ketika
ketemu saudaram."
4. Bersegera jabat tangan ketika bertemu Sebagaimana riwayat Abu Daud dari Baro
Rodliyallahu Anhu berkata, bersabdalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam :
"Tidaklah ada dua orang muslim yang bertemu jika dua orang muslim bertemu kemudian
keduanya saling berjabat tangan maka dosa keduanya akan diampuni sebelum keduanya
berpisah."
5. Mengadakan kunjungan persahabatan Dalam kitab Al Muwatha Imam Malik
meriwayatkan bahwa nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, Allah Ta'ala berfirman
dalam hadits qudsi :
"Wajib mendapatkan kecintaanKu barang siapa bercinta karena Aku, bermajelis karena Aku
saling memberi karena Aku."
6. Mengucapkan salam, turut bergembira pada hari istimewanya, diriwayatkan oleh
Thabrani dalam kitab Shaghir dari Anas Ibnu Malik Rodliyallahu Anhu berkata, bersabda
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam ;
"Barang siapa turut bergembira atas keberhuntungan saudaranya maka maka Allah akan
membuatnya bahagia pada hari kiamat kelak."
7. Memberi hadiah istimewa. Diriwayatkan oleh Addailami dari Anas Radliyallahu anhu
secara marfu :
"Hendaklah kalian saling memberi hadiah karena hal itu menyebabkan kecintaan dan
menghilangkan kedengkian."
Diriwayatkan juga oleh Tabrani dari Aisyah Radliyallahu anha :
"Berilah hadiah maka kalian akan saling mencintai."
8. Menaruh perhatian dan memenuhi kebutuhan. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu
Hurairah Radliyallahu anhu dari nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :
"Allah senantiasa menolong hambaNya selama hamba tersebut menolong saudaranya."
9. Menunaikan hak-hak ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiyah akan terwujudjika masing-
masing pribadi muslim menunaikan hak-hak ukhuwah Islamiyah. Hak-hak ukhuwah
tersebut antara lain : mengucapkan salam, menghadiri undangan, memberi nasehat,
mendoakan ketika bersin, mengunjungi orang sakit, mengantarkan jenazahnya. ( HR.
Muslim dan Abu Hurairah ).
Termasuk upaya menjalin ukhuwah islamiyah adalah menjauhi perbuatan-perbuatan :
Su'dhan (berprasangka buruk), Tajassus (mencari-cari kesalahan), Tanaafus (persaingan
negatif), Tahaasud (saling mendengki), Tabaaghud ( bertindak curang)...dsb.

“Mari Membaur Dengan Benar”


DISUSUN KEMBALI BY HAMIBA/HMI/H MOH IHSAN BA

Muqaddimah
1.Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (QS.4:1)

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. (QS 49:13)

1} Delapan tips sukses membaur tanpa canggung


dengan teman dan kolega sahabat anda

Anda pertama kali bertemu dengan teman dan kolega sahabat di sebuah hajatan
Kecanggungan jamak sekali muncul. Singkirkan kekhawatiran Anda dan ikuti 8 langkah ini
saat membaur dengan teman dan kolega sahabat di sebuah hajatan yang benar-benar
asing bagi Anda.

Pada suatu waktu, Anda datang bersama sahabat ke sebuah acara, di mana tak ada orang
yang Anda kenal, selain sahabati Anda. Ketegangan pun mulai menyelimuti. Inilah kali
pertama Anda bertemu dan berinteraksi dengan kalangan terdekat sahabat, di luar
kebiasaannya.

Kecanggungan jamak sekali muncul, namun di sinilah tantangannya. Anda perlu tetap
terlihat nyaman karena ini akan mempengaruhi rasa percaya diri sahabat Anda. Singkirkan
kekhawatiran Anda dan ikuti 8 langkah ini saat membaur dengan teman dan kolega
sahabati di hajatan yang benar-benar asing bagi Anda.

1. Canggung itu biasa

Masuk ke dalam lingkaran sosial yang baru, tentulah Anda perlu waktu
beradaptasi. Kecanggungan adalah tanda Anda sedang mencari celah dan persamaan untuk
menyamakan ritme interaksi. Tak perlu terbebani dengan rasa canggung. Jadikan rasa
canggung ini sebagai pijakan untuk menjadi pendengar yang lebih baik sebelum terjun ke
dalam percakapan. Pasang senyum manis Anda dan perkenalkan diri Anda dengan penuh
keyakinan. Bebaskan pikiran negatif dan kecanggungan pun akan perlahan lenyap.

2. Cairkan suasana dengan cerdas

Memulai tentu terasa lebih sulit ketimbang menjalani pembicaraan yang telah mengalir.
Carilah cara ice breaking yang terasa alami dan tidak dibuat-buat. Beberapa topik yang
dapat Anda coba, diantaranya:
 Hubungan tamu dengan tuan rumah,
 Memuji penampilan tamu, misalnya pakaian, tas, aksesoris (bisa dilanjutkan dengan
bagaimana ia mendapatkan penampilan tersebut),
 Menanyakan komentar tentang atribut hajatan, misalnya hidangan atau dekorasi
3. Basa basi yang tidak 'basi'

Jika Anda memandang basa basi sebagai sesuatu yang tampak tak wajar dan
dipaksakan, well, percakapan ramah tamah seperti ini justru memberikan banyak manfaat.
Topik-topik umum yang berawal dari hal kecil akan membuat percakapan mengalir dengan
lebih mulus. Tidak semua orang menyukai pembicaraan panjang lebar dan mendalam. Basa
basi pun akan mampu menghubungkan Anda dengan berbagai individu dengan tingkat
kemampuan interaksi sosial yang berbeda. Asalkan, topik basa basi Anda tidak melibatkan
pergunjingan atau komentar negatif, pembicaraan kecil Anda akan mampu berjalan tanpa
membuat salah satu pihak merasa tidak nyaman.

4. Menunggu saat yang tepat

Sebagai "pendatang baru", mendominasi pembicaraan tentu terlihat aneh. Gunakan


taktik "tunggu dan membaur" dalam percakapan. Biarkan lawan bicara Anda selesai
menceritakan apa yang ingin ia sampaikan. Dengan demikian, Anda mendapatkan banyak
informasi mengenai dirinya dan kemungkinan respons yang sesuai dengan konteks
pembicaraan tersebut.

5. Memperdalam pembicaraan

Setelah Anda berhasil mencairkan suasana di awal pembicaraan dan bertahan dalam
beberapa waktu, saatnya Anda memperdalam interaksi dengan rekan-rekan baru Anda.
Carilah satu topik yang mencerminkan kesamaan (termasuk hal yang terlihat sepele) dan
berikan respons berupa pertanyaan atau komentar yang spesifik. Dengan terungkapnya
rincian infomasi, makin banyak tersedia bahan pembicaraan untuk dilanjutkan. Namun
berhati-hatilah untuk tidak mendominasi pembicaraan. Sadarilah, Anda bukan
pencuri spotlight hari ini. Tunggulah momen yang pas, sehingga Anda dapat menyematkan
topik lain yang berkaitan erat dengan topik hangat yang tengah berjalan. Misalnya, Anda
membicarakan destinasi wisata yang sama-sama Anda minati. Lalu, Anda dapat
melanjutkan dengan perlengkapan dan tips untuk menghadirkan perjalanan seru.

6. Mainkan peran tanpa berlebihan

Pencitraan itu perlu, dalam takaran dan tampilan yang pas, tentunya. Karakter yang paling
disukai dalam pertemanan adalah mereka yang terbuka, namun tetap santai. Jadilah orang
yang bersahabat, ramah, dan murah senyum. Sembari Anda menilai situasi dan karakter
lawan bicara Anda, presentasikan diri Anda sebagai seseorang yang menyenangkan untuk
dijadikan teman bicara. Sekali waktu, tetaplah terlihat mesra dengan pasangan tanpa
berlebihan bergantung padanya. Anda akan memberikan kesan sebagai pasangan penuh
persaudaraan yang tetap menghormati privasi masing-masing.
7. Berikan time out sesekali
Dinamika percakapan di dalam pesta seringkali tak terduga. Ada beberapa waktu di mana
kediaman mendadak muncul dan semua berhenti bicara. Saat Anda mendapatkan suasana
seperti ini, berikan waktu sejenak untuk Anda dan mereka bernapas. Minta izin dengan
sopan untuk berkeliling ke area lain di dalam hajatan, misalnya dengan mengambil
hidangan atau sekadar menyegarkan diri di toilet. Sekembalinya Anda ke dalam lingkaran
ini, Anda dapat memulai pembicaraan dengan tempo yang lebih santai dan rileks. Perlahan,
tetapi pasti, pembicaraan akan kembali dinamis.

8. Menghadapi situasi tidak mengenakkan

Sangatlah wajar jika ada orang-orang yang tidak sefrekuensi dengan Anda. Atau, sikap dan
perilaku mereka membuat Anda tidak nyaman. Meskipun demikian, bertahanlah! Tetaplah
menjadi pendengar yang baik dan memberikan respons yang sesuai. Lakukan hal ini untuk
menjaga kepercayaan diri sahabat Anda. Mengkritik keras teman atau koleganya, sama saja
dengan menudingkan kepadanya bahwa ia sama buruknya dengan mereka. Sepanjang
sahabat Anda tetap menjadi dirinya yang Anda sukai dan tidak melanggar norma-norma,
terimalah perbedaan ini sebagai pelajaran dalam meningkatkan kemampuan sosial Anda.

Kesan pertama yang baik di dalam lingkaran pertemanan baru penting untuk diciptakan.
Mengingat persaudaraan yang Anda jalani, saatnya untuk berpikir lebih luas dan bergaul
lebih luwes untuk kemulusan persaudaraan Anda pula.

2}. Cara Membaur di Tengah Orang Banyak


Ada 3 Bagian:
 Mencari Orang untuk Diajak Mengobrol
 Mengetahui Apa yang Harus Dikatakan dan Dilakukan
 Memanfaatkan Acara Sosial dengan Maksimal

Berbaur dengan orang yang tidak dikenal dengan baik bukanlah hal yang mudah,
khususnya jika Anda tidak menyukai obrolan basa-basi, dan lagi pula, siapa yang suka?
Akan tetapi, jika ingin mengenal orang, Anda harus mulai dari suatu tempat, dan bergaul
dalam lingkungan sosial biasanya mengarah pada hubungan yang lebih dalam. Pria yang
Anda temui di hajatan mungkin akhirnya jadi sahabat, atau sesorang yang diperkenalkan
kepada Anda di acara bisnis bisa saja membantu Anda mendapatkan pekerjaan baru. Anda
tidak pernah tahu jika hanya bersembunyi di sudut.

Bagian1.Mencari Orang untuk Diajak Mengobrol

1. Lihatlah seisi ruangan untuk mencari seseorang yang Anda kenal.


Anda akan lebih mudah berbaur jika di tempat itu ada orang yang sudah Anda
kenal, seperti teman, rekan kerja, atau kenalan yang dapat memperkenalkan Anda kepada
orang lain. Jika Anda tidak mengenal siapa-siapa di pesta atau acara itu, tidak apa-apa.
Anda tetap bisa berbaur. Namun, tidak ada salahnya menggunakan hubungan sosial untuk
membantu Anda masuk ke dalam situasi yang agak canggung.[1]
Jangan mencari dengan kentara. Tentu Anda tidak mau menimbulkan kesan tertutup pada
orang baru. Dengan kata lain, usahakan tidak terlihat seperti Anda hanya mencari satu
orang. Lihat sekeliling ruangan dengan tenang dan santai. Nikmati suasananya, tetapi
sementara itu, lihat seisi ruangan dengan cepat untuk mencari orang yang Anda kenal.
Jika Anda menemukannya, tetapi dia sedang berbicara dengan orang lain, tunggulah
sebentar sampai ia memandang ke arah Anda, lalu hampiri.

2. Carilah kelompok kecil.

Ketika Anda berada di ruangan penuh orang yang tidak Anda kenal baik, mungkin
lebih mudah jika Anda mendekati kelompok kecil daripada yang besar.
Carilah kelompok yang tampaknya sedang mengobrol santai. Perhatikan bahasa tubuh
mereka. Jika mereka berdiri sangat dekat dengan satu sama lain, mungkin mereka tidak
terbuka dengan orang baru. Jika bahasa tubuh mereka terbuka dan ramah, biasanya
mereka menampilkan postur yang rileks, lengan dan kaki tidak disilangkan, dan tidak ada
batasan di antara mereka. Jika mereka tampak tenang dan mudah didekati, hampiri dan
perkenalkan diri Anda.[2]
Mungkin Anda akan merasa canggung, tetapi semua orang merasa begitu di hajatan dan
acara sosial. Kebanyakan dari mereka akan bersikap ramah dan terbuka.
Jika sekelompok orang mengabaikan Anda dan tampak tidak senang, Anda bisa undur diri
dengan sopan dan bergabung dengan kelompok lain.
Hindari orang-orang yang sepertinya terlibat dalam percakapan empat mata yang intens.
Kemungkinan besar, kehadiran Anda akan membuat mereka terdiam. Anda dapat
mengetahui siapa yang sedang mengobrol intens dengan memperhatikan bahasa tubuh
mereka. Jika mereka saling mendekatkan tubuh, melakukan gerakan tangan bersemangat,
dan menjalin kontak mata intens, sebaiknya Anda tidak menyela.[3]

3. Buat diri Anda mudah didekati.

Jika Anda melihat sekeliling ruangan dan tidak langsung menemukan orang yang
bisa diajak bicara, tunjukkan sikap yang menyatakan bahwa Anda terbuka untuk bertemu
orang baru.
Carilah posisi di tengah ruangan, jangan hanya berdiri di pinggir. Tampilkan raut muka
ramah yang menunjukkan bahwa Anda bisa didekati. Besar kemungkinan ada orang yang
akan menghampiri dan menyapa sehingga Anda tidak perlu mengambil langkah pertama.
Ketika ada yang menghampiri Anda, sambut dengan ramah dan sopan.
Simpan ponsel. Banyak orang yang mengutak-atik ponsel ketika merasa tidak nyaman atau
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Usahakan tidak berpaling pada ponsel karena Anda
akan terkesan menghindari interaksi sosial.[4]
Mungkin sebaiknya Anda berdiri di dekat lalu lintas yang padat, seperti meja makan, cafe,
atau patung es raksasa di tengah ruangan. Dengan demikian, Anda dapat
membicarakannya sebagai cara memulai obrolan.[5]
4. Bantu orang lain untuk berbaur.

Dalam hajatan, pasti ada beberapa orang yang tidak mengenal siapa pun dan
canggung untuk berbaur dengan yang lain. Carilah orang-orang seperti itu dan perkenalkan
diri Anda. Mereka akan berterima kasih atas kebaikan Anda, dan siapa tahu, Anda akan
memiliki teman baru yang memiliki banyak kesamaan.
Jika Anda sedang mengobrol dengan seseorang dan ada yang menghampiri, sertakan orang
baru itu dalam obrolan. Jangan angkuh.

5. Jangan terlalu lama berada di zona nyaman.

Ketika Anda mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan orang yang Anda
kenal, lawan dorongan untuk mengobrol dengannya sepanjang waktu. Anda akan
melewatkan kesempatan mengenal orang lain dan mungkin terkesan tidak ramah di mata
semua orang yang ada di sana.
Mintalah orang yang Anda kenal memperkenalkan Anda kepada yang lain dan jangan malu
bertemu orang baru.

6. Usahakan mengobrol dengan beberapa orang yang berbeda.

Dalam pergaulan di hajatan, sebaiknya Anda mencoba berbaur dengan orang


yang berbeda-beda karena Anda tidak pernah tahu apa yang bisa didapatkan dari mereka.
Akan tetapi, jangan merasa bahwa Anda harus mengobrol dengan semua orang. Jika hanya
bisa bergaul dan mengobrol dengan satu orang, itu sudah bagus. Mungkin lagi kali Anda
akan berhasil mengobrol dengan dua atau tiga orang.

7. Ketahui cara undur diri.

Jika Anda terjebak dalam obrolan yang ingin Anda tinggalkan, pikirkan alasan
untuk pamit. Caranya banyak, tetapi pastikan Anda pamit dengan ramah dan sopan.[6]
Anda bisa pamit ke kamar mandi atau mengambil minum.
Anda juga bisa mengatakan, "Oh, ada Jimmy! Ayo, kukenalkan kalian." supaya bisa
melibatkan orang lain dalam obrolan.
Cobalah mengatakan, "Saya akan dengan senang hati membicarakan soal ini di lain
kesempatan."

Bagian2.Mengetahui Apa yang Harus Dikatakan dan Dilakukan

1. Tersenyumlah.

Senyum adalah ekspresi paling mudah dan ekspresif untuk menunjukkan


kepada orang asing bahwa Anda menyenangkan. Jika Anda tidak mau tersenyum,
mayoritas orang tidak akan mengambil risiko menghampiri dan memulai obrolan karena
Anda terkesan susah didekati. Tidak semua orang bisa tersenyum dengan mudah. Bagi
berapa orang, wajah serius kadang lebih nyaman. Jika Anda salah satunya, cobalah keluar
dari zona nyaman sedikit. Tersenyum adalah bahasa tubuh penting yang biasanya mengirim
pesan bahwa Anda reseptif dan terbuka kepada orang lain dan percakapan.
Pastikan senyum Anda tampak tulus. Tersenyumlah dengan seluruh wajah, termasuk mata,
bukan hanya mulut. Pikirkan senyum Julia Roberts, bukan Joker.
Latihlah senyum Anda sebelum ke hajatan. Latihan bukan hanya untuk melihat seperti apa
wajah Anda ketika tersenyum sehingga bisa membuat penyesuaian, tetapi juga
menghadirkan suasana hati yang baik. Ini akan membuat Anda ingin tersenyum.[7]

2. Perkenalkan diri.

Mulailah dengan sapaan "hai" dan sebutkan nama.


Itu mudah dan kebanyakan orang akan menanggapi dengan baik. Setelah perkenalan,
lanjutkan dengan beberapa pertanyaan agar obrolan tetap berjalan. Berikut saran yang
dapat Anda coba:
"Apa yang membawa Anda ke sini malam ini?
“Saya teman Sarah waktu masih kuliah."
"Musiknya luar biasa, ya?
“Aku suka nasyid ini."
"Apakah Anda bagian dari wikiHow?
“Saya sering mendengar kehebatan perusahaan Anda."

3.Jalin kontak mata dan jabat tangan orang yang Anda temui.

Sikap dan bahasa tubuh Anda sama pentingnya dengan apa yang Anda katakan.
Kontak mata sangat penting agar bisa terhubung dengan orang lain pada detik pertama.
Tatap mata lawan bicara dengan percaya diri ketika Anda mengulurkan tangan, dan jabat
tangannya dengan tegas (tetapi tidak kencang). Ini merupakan awal yang bagus untuk
percakapan.
Usahakan tidak banyak memandang ke bawah karena itu membuat Anda tampak tidak
tertarik.
Jika Anda berbaur dengan orang yang sudah dikenal, gunakan gestur yang pantas untuk
menegaskan level kedekatan yang sudah terjalin. Mungkin Anda perlu memeluk, mencium
pipi, menepuk bahu, dan lain-lain.

4.Akrabkan diri.

Artinya, meskipun Anda baru pertama bertemu orang ini, Anda harus
memperlakukan dia seperti teman sendiri. Dia akan lebih nyaman dan biasanya membantu
melancarkan obrolan sehingga tidak canggung lagi. Ini dapat mempercepat proses
perkenalan. Jadi, jika Anda ramah, baik, dan menghargai, lawan bicara akan dengan
senang hati mengobrol dengan Anda.
Cobalah melewatkan topik "perkenalan" untuk langsung menuju topik menarik. Misalnya,
daripada bertanya, "apa kabar?" Anda bisa menanyakan pendapatnya tentang peristiwa
penting terbaru.

5. Tunjukkan minat pada topik yang dibicarakan.

Ketika Anda memasuki diskusi yang sudah berjalan atau berteman dengan
orang baru, tunjukkan minat pada bahan obrolan mereka. Walaupun tidak tahu apa-apa
tentang topik tersebut, Anda bisa bertanya dan menunjukkan ketertarikan untuk
mengetahui lebih banyak.[8]
Jangan berpura-pura mengetahui topik yang tidak Anda ketahui. Orang biasanya senang
menjawab pertanyaan dan menikmatinya. Mereka tidak akan menghakimi karena Anda
tidak tahu sebanyak mereka. Akan lebih buruk apabila Anda ketahuan berbohong.
Cobalah mengajukan pertanyaan yang menanggapi apa yang baru mereka katakan. Ini
menunjukkan bahwa Anda mendengarkan dan tertarik.
Cobalah mengarahkan percakapan ke topik yang sama-sama disukai supaya kedua pihak
dapat berkontribusi sama banyaknya.[9]

6. Bicarakan sedikit tentang diri Anda.

Menceritakan diri sendiri dapat membantu melancarkan obrolan. Jika Anda malu
mengekspresikan diri, bagaimana orang lain bisa mengenal Anda? Bicarakan tentang
pekerjaan, hobi, minat, dan pendapat Anda. Ceritakan sebanyak yang diceritakan lawan
bicara tentang dirinya sendiri. Ingatlah untuk selalu ceria, positif, dan menyenangkan.
Meskipun demikian, jangan sampai berlebihan dan memonopoli percakapan dengan detail
tentang diri sendiri. Di sini harus ada keseimbangan sehingga kedua pihak mendengarkan
dan berbicara dalam bagian yang sama.
Jangan mengeluh atau bersikap negatif (khususnya tentang hajatan tersebut, tuan rumah,
atau makanannya) walaupun Anda tidak menikmati. Tidak ada yang suka berdekatan
dengan orang negatif.
Selain itu, hindari lelucon vulgar atau menyangkut topik yang sangat sensitif, seperti
penyakit atau kematian. Jika Anda menyentuh topik ini, orang lain bisa saja tersinggung.
[10]
7. Jadilah diri sendiri.

Jika Anda jadi diri sendiri, tidak perlu berusaha menjadi bintang hajatan dan
membuat orang terkagum-kagum dengan kecerdasan Anda. Anda dapat menceritakan
lelucon, tetapi bukan sebagai alat untuk menarik perhatian. Anda akan menuai manfaat
pergaulan sosial dengan memperhatikan tiap orang sebagai individu, mengakrabkan diri,
dan berbagi.
Perlakukan orang lain di hajatan seperti Anda ingin diperlakukan, yaitu dengan respek dan
sikap baik.

Bagian3.Memanfaatkan Acara Sosial dengan Maksimal

1. Pandang setiap orang sebagai kesempatan.

Mungkin Anda sulit menemukan tempat ketika masuk ke satu ruangan penuh
orang tidak dikenal. Menyaksikan bagaimana orang-orang yang tidak Anda kenal mengobrol
dan tertawa mungkin membuat Anda gentar. Akan tetapi, mereka semua adalah individu
yang sama seperti Anda, yang hanya mencoba bergaul dan menikmati waktu.

2. Tunjukkan ketertarikan tulus.

Banyak orang yang takut mengobrol dengan orang asing, tetapi ada cara lain
untuk berbaur. Jika Anda bisa datang dengan niat mengenal orang, prospek bertemu dan
mengobrol tiba-tiba akan tampak lebih menarik dan menyenangkan. Anggap semua hajatan
atau pertemuan sebagai kesempatan untuk bertemu orang-orang dengan berbagai riwayat,
ketertarikan, dan minat yang menarik.[11]
Ingat, semua orang mengajarkan sesuatu. Bergaul dan menjalin hubungan itu
menyenangkan. Itulah mengapa ada hajatan.

3.Atasi rasa minder.

Sebelum berangkat, bersiaplah dan ingat untuk melakukan beberapa hal berikut:
Berpakaian dengan pantas sehingga Anda tidak akan khawatir salah berpakaian. Pakaian
yang tepat dapat meningkatkan kepercayaan diri dan bisa menjadi bahan untuk mengawali
obrolan.
Sikat gigi dan segarkan diri supaya nanti Anda tidak mengkhawatirkan napas atau rambut
kusut.
Usahakan istirahat sebelumnya. Cobalah tidur siang jika acara berlangsung sore atau
malam hari. Jika Anda lelah, tentu sulit bergaul dengan banyak orang.
Makanlah sebelum berangkat. Anda akan merasa lebih berenergi dan tidak akan makan
atau minum terlalu banyak di hajatan
Jangan banyak minum. Kadang orang berpikir bahwa mereka butuh minuman segar agar
bisa santai. Walaupun sedikit minuman segar bisa membantu, kebanyakan justru jadi
senjata makan tuan. Ingatlah untuk minum sewajarnya.
Ambil napas dalam dan pusatkan diri. Ingat bahwa Anda diundang karena suatu alasan:
untuk bergaul dan bersenang-senang.

4. Pastikan untuk bertukar informasi kontak dengan orang yang mengobrol


dengan Anda di hajatan

Jika beruntung, ada beberapa orang yang ingin Anda kenal lebih jauh. Jangan
takut bertukar nomor telepon untuk membuat acara sendiri di lain waktu.[12] Jadi, jika di
kemudian hari Anda diundang lagi ke pesta yang sama, Anda sudah mengenal seseorang
untuk diajak mengobrol.

3}. Membaur Tapi Tidak Luntur


Mendorong remaja untuk menjalankan panggilannya sebagai garam dunia di mana
pun mereka berada. Dunia adalah seperti sebuah pabrik besar yang terus-menerus
memproduksi virus dengan kode induknya Maksiat, yang mengakibatkan kerusakan hidup
manusia.Ke dalam dunia seperti inilah,kita sebagai warisatun Ambiya’ harus bisa sebagai
garam.

Orang Sholeh tidaklah mengatakan, “Mudah-mudahan engkau menjadi garam”


atau ”Sebaiknya engkau menjadi garam.” Tidak! Tetapi Demi Alloh SWT “Kamu adalah
garam dunia.” Ini bukan soal pilihan, tapi panggilan hidup setiap orang percaya. Ketegasan
panggilan hidup ini bahkan digambarkan dengan suatu perumpamaan yang tidak mungkin
terjadi, yaitu garam yang menjadi tawar. Tidak ada garam yang menjadi tawar, karena
yang seperti itu pasti bukan garam.

Orang Sholeh juga tidak mengatakan bahwa kita adalah ’garam keluarga’, ’garam
sekolah’, garam meunasah, bukan juga ’gudang garam’, tetapi ’garam dunia’. Mengapa
Orang Sholeh memanggil kita untuk menjadi ’garam dunia’ dan bukan ’garam
keluarga/masjid/sekolah’ dan bukan pula sekadar ’gudang garam’? Apakah perbedaannya
dan apa yang sebenarnya ingin ditegaskan oleh Orang Sholeh?

Contoh Diskusi--Sepulang dari sekolah, di meja makan sudah tersedia


semangkok besar chicken soup yang masih panas dan menyebarkan aroma ayam ke
sekeliling ruangan. Air liurmu sudah hampir menetes, karena sup itu telah membuatmu
begitu lapar. Kamu segera mengambil mangkok kecil, mencedoknya dan mencicipi (tentu
saja tidak lupa berdoa dulu). Tiba-tiba, wekkk.... wajahmu berubah masam dan semangat
makanmu jadi hilang. Kamu segera menyingkirkan mangkok sup ini dan memilih makanan
lain. Selidik punya selidik, mama kamu ternyata lupa memberi garam.

Garam merupakan salah satu kebutuhan hidup yang mendasar. Garam berfungsi
untuk memberi rasa (enak) pada masakan.Berikan contoh-contoh konkrit bagaimana
kehadiran kamu dapat berdampak memberi rasa enak di rumah, sekolah, masjid dan
masyarakat! Fungsi utama garam pada zaman itu, selain dipakai untuk memberi cita rasa (-
enak) adalah mengawetkan daging dari proses pembusukan. Waktu itu belum ada tempat
penyimpanan daging, dan temperatur setempat yang panas menyebabkan daging hewan
cepat membusuk.

Garam mencegah proses pembusukan tersebut. Kehadiran para warisatul


Ambiya’ di dunia melalui kesaksian hidupnya yang benar, dapat menghambat/mencegah
penyebaran ‘virus’ dosa di dunia ini. Kita tidak bisa berharap dunia akan menjadi semakin
baik; dosa/kejahatan semakin berkurang, kecuali pada saat yang sama kita menyatakan
kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Berikan contoh-contoh konkrit bagaimana
kehadiran kamu dapat mencegah pembusukan/penyebaran dosa dengan menyatakan
kebenaran di tengah-tengah keluarga, sekolah, masjid dan masyarakat!

Garam itu berbaur dan menyatu dengan masakan, berbaur tetapi tidak
berubah rasa; memberi pengaruh dan bukan dipengaruhi, mempengaruhi tanpa
terpengaruh. Sebagai seorang Muslim yang hidup di tengah-tengah dunia yang sudah
rusak karena dosa, tindakan-tindakan konkrit apa yang dapat kamu lakukan agar
kehidupanmu dapat mempengaruhi dunia dan bukan dipengaruhi oleh pola pikir/filsafat
dunia ini (mis. materialisme, hedonisme, konsumerisme, individualisme, dll), khususnya
dalam pergaulan hidup kamu sehari-hari?

Apa yang harus kita lakukan agar sebagai warisatul Ambiya’ kita tidak
mudah dipengaruhi oleh ‘virus’ dosa dan filsafat dunia ini? Apakah korelasi/hubungan
antara panggilan hidup warisatul Ambiya’ sebagai garam yang harus mempengaruhi dunia
dengan nasehat Nabi, warisatul Ambiya’ dipanggil menjadi garam dunia, dan bukan
sekadar menjadi ‘garam keluarga/sekolah/masjid

Aplikasinya----Garam di dalam botol tidak ada fungsinya. Garam baru


bermanfaat ketika dikeluarkan dari tempatnya dan berbaur dengan masakan. Panggilan
hidup warisatul Ambiya’ tidak terjadi dalam masjid, tapi di dunia. Di dunia ini kita dipanggil
untuk menyaksikan kehidupan muslim yang secara nyata dan berdampak. Masjid adalah
tempat orang-orang percaya “digarami”, untuk menjadi garam di tengah-tengah dunia .

Bertekad untuk menjadi teladan dalam perkataan dan tingkah laku, baik di
rumah, sekolah/masjid dan masyarakat. Berani menegur dengan kasih sayang jika ada
teman yang melanggar peraturan, mencontek atau melakukan dosa lainnya Konfirmasi
RefleksiMendiskusikan perbedaan antara ’garam dunia’, ’garam keluarga/masjid/sekolah’
dan ’gudang garam’. Diskusi----(Jawaban relatif). Contoh-contoh konkrit menjadi garam
dunia (memberi rasa enak) :

Rumah : Hormat dan taat kepada orangtua; mematuhi aturan yg ada di rumah;
membantu adik belajar; membantu orangtua, dll.

Sekolah : Hormat dan taat kepada guru; mematuhi aturan yg ada di sekolah;
membantu teman yang mengalami kesulitan pelajaran; membantu guru, ramah
terhadap teman, guru dan karyawan, dll.

Masjid: Ambil bagian dalam pelayanan untuk jamaah masjid

Masyarakat : Mentaati hukum yang berlaku, mematuhi rambu-rambu lalulintas,


membiasakan diri budaya antri.(Jawaban relatif). Contoh konkrit menjadi garam
dunia (mencegah pembusukan/penyebaran dosa)

Keluarga : Jujur kepada orangtua dan diri sendiri, berani menegur/mengingatkan


anggota keluarga yang bersalah/melakukan kebohongan.

Sekolah : Hidup jujur, tidak menyontek, berani menegur/mengingatkan teman


yang bohong pada guru; berani menegur/mengingatkan teman setelah sholat-
yang mengobrol waktu sholat berjamaa’ah becanda.

Masjid: Menegur/mengingatkan teman yang tidak disiplin waktu persiapan


pelayanan, terlambat datang ke masjid, mengobrol waktu dengar khutbah jum’at
dg isyarat

Masyarakat : Melaporkan tindakan korupsi yang terjadi di masyarakat. ( Jawaban


relatif dan tergantung kasusnya).

Tindakan-tindakan konkrit agar kehidupan kita dapat mempengaruhi dunia :

1. Menjadi saksi/teladan dalam perkataan serta perbuatan (perkataan yang


membangun)

2. Hidup berintegritas (ada kesatuan antara perkataan dan perbuatan kita)

3. Berjuang untuk melakukan prinsip-prinsip dan pola hidup sesuai dengan


kebenaran firman Alloh SWT

4. Menjaga kejernihan hidup (menjauhkan diri dari maksiat)

5. Memiliki prioritas hidup yang benar

6. Menjaga keseimbangan antara studi dan pelayanan, supaya kedua-duanya dapat


menjadi berkat

7. Mengedepankan kebutuhan dan bukan keinginan.

Tips agar tidak mudah dipengaruhi oleh ‘virus’ dosa dan filsafat dunia ini :

Mempertahankan kelakuan yang dengan menjaganya sesuai dengan firman Alloh


Menyimpan janji/perintah Alloh dalam hati kita Menawan segala pikiran dan
menaklukkannya Mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang baik/berkenan kepada
Alloh SWT, yakni semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar,
kebajikan dan patut dipuji dan Berani berkata: “TIDAK” terhadap godaan untuk
bermaksiat.

Fungsi/peran kita sebagai garam haruslah memberikan dampak/pengaruh bagi dunia ini.

Agar kehidupan kita berdampak/berpengaruh bagi dunia ini,

maka kita tidak boleh menjadi serupa dengan dunia ini.


4}. Enam Tips Menyesuaikan Diri untuk Anak Baru di Kantor
Bagaimana jika semua orang sinis karena kamu anak baru? Bagaimana kalau kamu benar-
benar kikuk? Bagaimana seandainya kamu tidak bisa bekerja dengan maksimal? Jangan
panik dulu, lakukan hal-hal ini untuk menyesuaikan diri di pekerjaan barumu !

Setelah hari-hari pencarian kerja yang melelahkan dan hari-hari penuh penantian yang
makin membuat hati tak menentu, tentunya kata-kata “Anda diterima” adalah sebuah
alunan nada manis yang kamu tunggu-tunggu. Selamat atas keberhasilanmu meyakinkan
para perekrut bahwa kamu adalah orang yang tepat untuk mengisi posisi tersebut!
Tetapi, kami paham bahwa rasa senang dan riang itu akan pudar setelah beberapa hari.
Ketika euforia menguap, kamu akan merasa panik dan gelisah memikirkan memulai hari-
hari baru di kantor baru, lingkungan baru, dan orang-orang baru. Pertanyaan-pertanyaan
tak percaya diri akan mulai bergema. Bagaimana jika semua orang sinis padamu?
Bagaimana kalau kamu benar-benar kikuk? Bagaimana kalau kamu tidak bisa bekerja
dengan maksimal? Jangan khawatir, perasaan tersebut normal, kok! Semua orang pasti
mengalaminya, just chill! Jadi, tarik napas dan lakukan hal-hal ini untuk membantumu
menyesuaikan diri dalam bulan-bulan pertama di pekerjaan barumu.

Tips Menyesuaikan Diri di Tempat Kerja Baru

1.Dress to Impress

Kamu pasti telah sering mendengar istilah ini, namun menjaga penampilan sangatlah
penting dalam dunia profesional. Semasa kuliah atau sekolah, mungkin prinsip
berbusanamu adalah “asal nyaman” atau “apa yang pertama kali dilihat di lemari”—tentu
hal ini tak bisa diterapkan di dunia kerja. Tanyakan dress code kantor barumu. Saat ini, ada
beberapa perusahaan yang menerapkan aturan berbusana lebih santai (yap, mungkin saja
kamu diperbolehkan memakai jins dan kaos), namun ada juga yang lebih resmi. Jangan
salah kostum! Patuhi dress code-nya agar kamu tidak kelihatan seperti alien.

2.Santai

Ya, santai. Sebenarnya sedikit nervous menandakan bahwa kamu peduli dan menginginkan
hasil yang terbaik untuk performamu di kantor baru. Tetapi, terlalu gugup dan panik bisa
membuat hidupmu jadi lebih ribet dan sulit. Tarik napas dan santailah sedikit. Rencanakan
sebuah perjalanan atau lakukan hal-hal menyenangkan sebelum kamu harus masuk kantor
baru. Bersantai akan mengalihkan perhatian dan kegugupanmu, sehingga kamu akan
merasa lebih fresh ketika hari bekerja tiba. Bersantai di spa atau main futsal dengan teman-
temanmu mungkin membantu.
3.Percaya Diri

Ini trik lain yang bisa membuatmu tenang: ingat bahwa pewawancara di kantor baru cukup
terkesan padamu, oleh karena itu kamulah yang diterima di antara pelamar lain. Mereka
pasti telah melihat potensi padamu selama proses penerimaan. Kamu mendapatkan
tawaran tersebut karena mereka melihatmu adalah anggota baru yang akan mampu
berkontribusi bagi perusahaan. Percayalah pada kemampuan yang kamu miliki dan percaya
bahwa kamu akan dihargai karenanya. Hadapi bab baru dalam hidupmu dengan senyum
lebar dan pikiran yang terbuka, karena kamu akan baik-baik saja!

4.Nyalakan Antusiasme

Mulailah hari-hari di kantor barumu dengan paduan rasa percaya diri serta antusiasme dan
semangat baru. Datanglah tepat waktu, buat catatan kehadiran yang baik, dan
berpartisipasilah dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan kantormu. Tunjukkan
kepada mereka bahwa kamu benar-benar pilihan yang tepat dan tidak mengecewakan.
Ketika kamu mendapatkan tugas, terbukalah dalam diskusi dan kerjakan dengan percaya
diri. Kamu mungkin tak langsung diberi tugas-tugas besar, tetapi kerjakan semuanya
dengan sebaik mungkin untuk hasil maksimal.

5.Waspadai Masa Percobaan

Sebagai pegawai baru, mayoritas kantor menerapkan masa percobaan atau probation yang
rata-rata berlangsung selama tiga bulan. Performamu akan diawasi, jadi datanglah setiap
hari untuk membuktikan mereka pantas menermimamu bekerja. Pikirkan masa percobaan
ini sebagai semacam perpanjangan interview, di mana kamu diharapkan tidak hanya
menyebutkan kelebihan diri, namun benar-benar membuktikannya. Masa percobaan akan
menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk terus mempekerjakanmu atau tidak. Tidak
perlu panik, santai saja. Lakukan pekerjaanmu sebaik mungkin, perhatikan segala
sesuatunya agar kamu tidak perlu bertanya berulang kali, dan jangan ragu memberikan
pendapat dalam diskusi. Para bos akan menghargai ide-ide segar, jadi jangan malu.
Gunakan kesempatan ini untuk mengesankan mereka.

6.Cari Teman-Teman Baru

Sapaan “halo” atau “hai” yang simpel akan menjadi penolongmu dalam bergaul dengan
teman-teman baru. Jangan ragu untuk membuka percakapan atau bertanya. Rekan kerjamu
mengerti bahwa sebagai anak baru, kamu membutuhkan bantuan untuk beradaptasi di
kantor. Namun, tidak semuanya sugar, spice, and everything nice . Kadang kamu akan
memukan orang-orang yang tidak terlalu bersahabat kepada anak baru. Jangan patah
semangat. Mungkin mereka juga berusaha beradaptasi dengan anggota baru dalam tim dan
sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendekatimu. Bersikaplah baik dan ramah.
Jangan ragu membantu atau menyapa terlebih dahulu. Ikutlah jika diajak makan siang.
Lama-lama, kalian akan menjadi teman seiring berlalunya waktu.

Memulai pekerjaan di kantor baru tentu bisa mengintimidasimu, namun jika kamu bersikap
tenang dan yakin, segalanya akan lebih mudah. Adakah kisah seru saat menjadi anak baru?
Apakah saat ini kamu sedang menunggu hari pertamamu kerja di tempat baru? Ayo, kami
ingin mendengar kisahmu. Share di comment box di bawah ini ya!

5}. Muslim Texas Sangat Pandai Membaur


dalam Kegiatan Masyarakat
REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Kelompok Muslim Texas melibatkan anak muda muslim dalam
melakukan pekerjaaan kemasyarakatan sejak dini. Dan hal ini sudah berlangsung selama
satu dekade.

Selain anak-anak muslim, kelompok tersebut juga bekerja sama dengan LSM antaragama
dan seluruh wilayah Dallas Texas. "Kami benar-benar bangga dengan mereka," ujar Mona
Kafeel, Cheif Operating Officer Yayasan Texas Muslim Perempuan, dilansir dari Onislam.net,
Jumat (31/7).

Kefeel juga mengatakan, kelompok perempuan muslim Texas merupakan gadis-gadis yang
luar biasa. Mereka dapat membawa anak-anak usia 10 tahun untuk bergabung dalam
kegiatan kemasyarakatan dengan suka rela.

Mereka juga tidak membeda-bedakan agama masing-masing anak. Mereka juga


memberikan kesempatan pada anak usia tujuh tahun ke atas untuk ikut dalam organisasi
lintas agama dan nirlaba di seluruh wilayah Dallas.

Kelompok ini dipimpin oleh Alaan Khurram (seorang mahasiswa di Jasper SMA Plano ISD
dunia), Soha Rizvi (mahasiswa progam IB Plano East Senior High School), Izzah Zaheer
(mahasiswa di SMA Allen), dan Alizay Azeem (mahasiswa di Sekolah Tinggi Lowery Pusat, di
Allen).

Bekerja selama satu dekade di Dallas, kelompok pemuda ini menjadi mitra permanen dalam
melayani masyarakat. Seperti hari Naisonal Service, hari kemanusiaan, dan hari Dignity.
Kelompok ini juga mengambil bagian dalam membantu acara bulanan badan amal lokal.
"Kami ingin melakukan sesuatu yang berbeda setiap bulannya," ujar pemimpin co-Pemuda
Azeem.

Para relawan ini membersihkan While Rock Lake, memberikan makanan untuk tunawisma,
kemudian memberikan makanan untuk penduduk lanjut usia (lansia) di Heritage Gardens
panti jompo di Carrolton. "Kadang-kadang, jika kamu pergi ke suatu tempat, kamu seolah
bisa melihat masa depan kamu ada di sana," ujar Kafeel.

Saat pertama kali datang acara suka rela di warisan Gardens, mereka datang dengan
sangat gugup. Mereka telah keluar dari zona nyaman mereka dan justru menghabiskan
waktu dengan penduduk lansia tersebut.

6}. ARTI MAKNA PENGERTIAN DAN DEFINISI DARI MEMBAUR

Membaur memiliki 1 arti. Membaur berasal dari kata dasar baur. Membaur memiliki arti
dalam kelas verbaatau kata kerja sehingga membaur dapat menyatakan suatu tindakan,
keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

BERIKUT ADALAH ARTI, MAKNA, DAN PENGERTIAN DARI "MEMBAUR":


MEMBAUR /MEM-BA-UR/

Dasar: baur
Bidang: -
Jenis: -
Kelas: verba
Ragam: -
Lain: -
Arti: Membaur berarti masuk ke dalam (pergaulan, golongan) sehingga
serupa dengan yang dimasuki; membaurkan diri

Semoga dapat bermanfaat. Anda dapat memberikan kritik dan saran melalui kotak
komentar di bawah ini.

Penyakit Ummat Islam Di Akhir Zaman


Disusun kembali by MIAT
Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengabarkan bahwa kelak di masa yang
akan datang ummat Islam akan berada dalam keadaan yang sedemikian buruknya sehingga
diumpamakan sebagai laksana makanan yang diperebutkan oleh sekumpulan pemangsanya.
Lengkapnya hadits tersebut sebagai berikut:

َ‫م أعنن تععداَععى‬‫ك اَنلمعم م‬‫ش م‬ ‫م ميوُ ش‬ ‫سل ل ع‬


‫ه عو ع‬‫صللىَ اَلل لمه ععلعني ش‬‫ه ع‬‫ل اَلل ل ش‬
‫سوُ م‬ ‫ل عر م‬‫عقاَ ع‬
‫ن‬
‫ح م‬ ‫ن قشل ل ة‬
‫ة نع ن‬ ‫ل عوشم ن‬‫ل عقاَئش ل‬‫صععشتعهاَ عفعقاَ ع‬‫ماَ تععداَععىَ اَنل ععكلعمة إشعلىَ عق ن‬‫م عك ع‬ ‫ععلعنيمك ن‬
‫ل عولعيعننعزعع ل‬
‫ن‬ ‫م مغعثاَلء عكمغعثاَشء اَل ل‬
‫سني ش‬ ‫كلنمك ن‬‫م يعنوُعمشئةذ عكشثيلر عولع ش‬ ‫ل أعننمت ن‬ ‫يعنوُعمشئةذ عقاَ ع‬
‫ل بع ن‬
‫ن اَلل لمه شفيِ مقملوُبشمك ن‬
‫م‬ ‫م عولعيعنقشذعف ل‬
‫معهاَبععة شمننمك ن‬ ‫م اَنل ع‬
‫صمدوشر ععمد شوومك ن‬ ‫ن م‬ ‫اَلل لمه شم ن‬
َ‫ب اَلددننعيا‬
‫ح د‬ ‫ن عقاَ ع‬
‫ل م‬ ‫ه عوعماَ اَنلعوُ ن‬
‫ه م‬ ‫ل اَلل ل ش‬
‫سوُ ع‬ ‫ل عقاَئش ل‬
‫ل عياَ عر م‬ ‫ن عفعقاَ ع‬ ‫اَنلعوُ ن‬
‫ه ع‬
‫ت‬ ‫هيعمة اَنل ع‬
‫منوُ ش‬ ‫عوعكعراَ ش‬
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan
seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya:
”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih
mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian.
Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya
Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan
takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita tarik dari hadits ini:

Pertama, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memprediksi bahwa akan tiba suatu masa dimana
orang-orang beriman akan menjadi kumpulan manusia yang menjadi rebutan ummat lainnya.
Mereka akan mengalami keadaan yang sedemikian memprihatinkan sehingga diumpamakan
seperti suatu porsi makanan yang diperbutkan oleh sekumpulan pemangsa. Artinya, pada masa
itu kaum muslimin menjadi bulan-bulanan kaum lainnya. Hal ini terjadi karena mereka tidak
memiliki kemuliaan sebagaimana di masa lalu. Mereka telah diliputi keinaan.
Kedua, pada masa itu muslimin tertipu dengan banyaknya jumlah mereka padahal tidak
bermutu. Sahabat menyangka bahwa keadaan hina yang mereka alami disebabkan jumlah
mereka yang sedikit, lalu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyangkal dengan mengatakan
bahwa jumlah muslimin pada waktu itu banyak, namun berkualitas rendah
Hal ini juga dapat berarti bahwa pada masa itu ummat Islam sedemikian peduli dengan
kuantitas namun lalai memperhatikan aspek kualitas. Yang penting punya banyak pendukung
alias konstituen sambil kurang peduli apakah mereka berkualitas atau tidak. Sehingga kaum
muslimin menggunakan tolok ukur mirip kaum kuffar dimana yang banyak pasti mengalahkan
yang sedikit. Mereka menjadi gemar menggunakan prinsip the majority rules (mayoritas-lah
yang berkuasa) yakni prinsip yang menjiwai falsafah demokrasi modern. Padahal Allah
menegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa pasukan berjumlah sedikit dapat mengalahkan pasukan
musuh yang jumlahnya lebih besar dengan izin Allah.
‫ن‬
‫صاَبششري ع‬ ‫ه عواَلل لمه عم ع‬
‫ع اَل ل‬ ‫ن اَلل ل ش‬ ‫ة عغلعبع ن‬
‫ت فشعئةة عكشثيعرةة بششإنذ ش‬ ‫ة عقشليلع ة‬
‫ن فشعئ ة‬ ‫عك ن‬
‫م شم ن‬
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah ayat 249)
Pada masa dimana muslimin terhina, maka kuantitas mereka yang besar tidak dapat menutupi
kelemahan kualitas. Sedemikian rupa sehingga Nabi shollallahu ’alaih wa
sallam mengumpamakan mereka seperti buih mengapung. Coba perhatikan tabiat buih di tepi
pantai. Kita lihat bahwa buih merupakan sesuatu yang paling terlihat, paling indah dan
berjumlah sangat banyak saat ombak sedang bergulung. Namun buih pulalah yang paling
pertama menghilang saat angin berhembus lalu menghempaskannya ke udara
, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan bahwa jika ummat Islam dalam keadaan
terhina, maka salah satu indikator utamanya ialah rasa gentar menghilang di dalam dada musuh
menghadapi ummat Islam. Artinya, sesungguhnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih
menyukai ummat Islam senantiasa berwibawa sehingga disegani dan ditakuti musuh
Ketiga,Dewasa ini malah kita melihat bahwa para pemimpin berbagai negeri berpenduduk
mayoritas muslim justru memiliki rasa segan dan rasa takut menghadapi para pemimpin
kalangan kaum kuffar dunia barat. Alih-alih mengkritisi mereka, bersikap sama tinggi sama
rendah saja sudah tidak sanggup. Sehingga yang kita lihat di panggung dunia para pemimpin
negeri kaum muslimin menjadi –maaf- pelayan jika tidak bisa dikatakan anjing piaraan
pemimpin kaum kuffar. Mereka menjulurkan lidah dengan setia mengikuti kemauan sang
majikan kemanapun mereka pergi. Padahal Allah menggambarkan kaum muslimin sebagai
manusia yang paling tinggi derajatnya di tengah manusia lainnya jika mereka sungguh-sungguh
beriman kepada Allah.

‫ن‬
‫م ممنؤشمشني ع‬
‫ن إشنن مكننمت ن‬ ‫حمنوُاَ عوأعننمت م‬
‫م اَنل عنعلعنوُ ع‬ ‫عوعل تعشهمنوُاَ عوعل تع ن ع‬
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali
Imran ayat 139)

Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengabarkan bahwa kelak di masa yang
akan datang ummat Islam akan berada dalam keadaan yang sedemikian buruknya sehingga
diumpamakan sebagai laksana makanan yang diperebutkan oleh sekumpulan pemangsanya.
Lengkapnya hadits tersebut sebagai berikut:

َ‫م أعنن تععداَععى‬‫ك اَنلمعم م‬‫ش م‬ ‫م ميوُ ش‬ ‫سل ل ع‬


‫ه عو ع‬‫صللىَ اَلل لمه ععلعني ش‬‫ه ع‬‫ل اَلل ل ش‬
‫سوُ م‬ ‫ل عر م‬‫عقاَ ع‬
‫ن‬
‫ح م‬ ‫ن قشل ل ة‬
‫ة نع ن‬ ‫ل عوشم ن‬‫ل عقاَئش ل‬‫صععشتعهاَ عفعقاَ ع‬‫ماَ تععداَععىَ اَنل ععكلعمة إشعلىَ عق ن‬‫م عك ع‬ ‫ععلعنيمك ن‬
‫ل عولعيعننعزعع ل‬
‫ن‬ ‫م مغعثاَلء عكمغعثاَشء اَل ل‬
‫سني ش‬ ‫كلنمك ن‬‫م يعنوُعمشئةذ عكشثيلر عولع ش‬ ‫ل أعننمت ن‬ ‫يعنوُعمشئةذ عقاَ ع‬
‫ل بع ن‬
‫ن اَلل لمه شفيِ مقملوُبشمك ن‬
‫م‬ ‫م عولعيعنقشذعف ل‬
‫معهاَبععة شمننمك ن‬ ‫م اَنل ع‬
‫صمدوشر ععمد شوومك ن‬ ‫ن م‬ ‫اَلل لمه شم ن‬
َ‫ب اَلددننعيا‬
‫ح د‬ ‫ن عقاَ ع‬
‫ل م‬ ‫ه عوعماَ اَنلعوُ ن‬
‫ه م‬ ‫ل اَلل ل ش‬
‫سوُ ع‬ ‫ل عقاَئش ل‬
‫ل عياَ عر م‬ ‫ن عفعقاَ ع‬ ‫اَنلعوُ ن‬
‫ه ع‬
‫ت‬ ‫هيعمة اَنل ع‬
‫منوُ ش‬ ‫عوعكعراَ ش‬
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan
seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya:
”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih
mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian.
Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya
Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan
takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Beberapa pelajaran penting lainnya yang dapat kita tarik dari hadits ini ialah:

Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam kemudian menjelaskan apa sesungguhnya yang
melatarbelakangi ummat Islam di masa itu sehingga menjadi terhina dan kehilangan
kemuliaannya.

‫ن‬ ‫م اَنلعوُ ن‬
‫ه ع‬ ‫عولعيعنقشذعف ل‬
‫ن اَلل لمه شفيِ مقملوُبشمك ن‬
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Dan Allah telah menanamkan dalam hati
kalian penyakit Al-Wahan.” (HR Abu Dawud 3745)

Jadi, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyebut penyakit ummat Islam tersebut dengan istilah
”Al-Wahan”. Suatu istilah baru yang menyebabkan para sahabatpun bertanya-tanya. Sehingga
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mendefinisikannya dengan uraian yang singkat namun sangat
jelas.

‫ب اَلددننعياَ عوعكعراَ ش‬
‫هيعمة‬ ‫ح د‬ ‫ن عقاَ ع‬
‫ل م‬ ‫ه عوعماَ اَنلعوُ ن‬
‫ه م‬ ‫ل اَلل ل ش‬
‫سوُ ع‬ ‫ل عقاَئش ل‬
‫ل عياَ عر م‬ ‫عفعقاَ ع‬
‫ت‬ ‫اَنل ع‬
‫منوُ ش‬
Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa
sallambersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Penyakit Al-Wahan merupakan penyakit yang boleh dikatakan sangat dominan dewasa ini
menjangkiti ummat manusia, termasuk ummat Islam. Karena kita sedang menjalani era paling
kelam dalam sejarah Islam dimana kaum kuffar sedang mendapat giliran mengarahkan dan
menguasai ummat manusia sedunia, maka konsep hidup kaum kuffar itulah yang mewarnai
kehidupan manusia pada umumnya tanpa kecuali ummat Islam.

‫ن‬
‫م عغاَفشملوُ ع‬
‫ه ن‬ ‫ن اَنل ع ش‬
‫خعرشة م‬ ‫م عع ش‬
‫ه ن‬ ‫ن اَنل ع‬
‫حعياَشة اَلددننعياَ عو م‬ ‫هةراَ شم ع‬ ‫ن ع‬
‫ظاَ ش‬ ‫يعنعلع م‬
‫موُ ع‬
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS Ar-uum ayat 7)
Kaum kuffar tidak mengenal dan meyakini adanya kehidupan selain di dunia yang fana ini.
Mereka sangat peduli dengan kemenangan, keberhasilan, kebahagiaan dan kekuasaan di dunia
ini. Mereka menyangka bahwa dunia merupakan kehidupan yang final. Sehingga mereka mati-
matian berjuang untuk meraih segala target keberhasilan duniawi sambil lalai alias tidak peduli
dengan keberhasilan di akhirat. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya mereka tidak pernah
meyakini adanya kehidupan akhirat.
Kelima, ummat Islam yang lemah dan kehilangan giliran memimpin ummat manusia,
Akhirnya menjadi lemah pula dalam hal keyakinan serta sikap hidup. Mereka mulai ketularan
penyakit kaum kuffar, yakni mencintai dunia. Lalu mereka mulai melupakan bahwa kehidupan
akhirat itulah sesungguhnya kehidupan yang sejati. Lupa bahwa di dunia yang ada hanyalah
fatamorgana dan sementara. Baik itu dalam hal kebahagiaan maupun penderitaan. Semua
hanyalah fatamorgana dan bersifat fana. Sedangkan di akhirat kelak, segenap kebahagiaan dan
penderitaan bersifat sejati dan abadi. Dewasa ini, sudah mulai bermunculan saudara muslim
kita yang akhirnya mengejar dunia sedemikian seriusnya, namun bermain-main dalam mengejar
akhirat. Padahal Allah justru menggambarkan bahwa di dunia segala sesuatunya seharusnya
tidak diambil terlalu serius, sedangkan untuk urusan akhiratlah semestinya seseorang berlaku
tidak main-main.

‫حعياَمة اَلددننعياَ إشلل لعنهلوُ عولعشع ل‬


‫ب‬ ‫هشذشه اَنل ع‬
‫عوعماَ ع‬
‫ن‬ ‫ن لعنوُ عكاَمنوُاَ يعنعلع م‬
‫موُ ع‬ ‫حيععوُاَ م‬ ‫ن اَللداَعر اَنل ع ش‬
‫خعرعة لعشه ع‬
‫يِ اَنل ع‬ ‫عوإش ل‬
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)
Sehingga mulailah sebagian muslimin menjadikan kaya-miskin sebagai tolok ukur kemuliaan.
Mulailah mereka memiliki standar kebanggaan mirip orang kafir. Jika hidup tidak berpindah-
pindah dari satu hotel mewah ke hotel mewah lainnya, perjalanan dari satu pesawat ke pesawat
lainnya, kerja berpindah-pindah dari suatu jabatan kekuasaan formal ke jabatan lainnya,
pergaulan berkenalan dari satu pejabat/selebritis ke pejabat/selebritis lainnya, maka orang
tersebut belum masuk dalam lingkaran yang perlu diperhitungkan. Hanya mereka yang telah
masuk dalam lingkaran pola kehidupan seperti itulah yang dinilai top dan sukses. Sehingga
segala daya dan upaya dilakukan asalkan bisa secepatnya masuk ke dalam kelas masyarakat
elite tersebut.

Keenam, karena kecintaan kepada dunia telah sedemikian dominan mirip kaum kuffar, maka
biasanya secara otomatis hilangnya kerinduan bahkan kesiapan menghadapi alam berikutnya,
yakni al-akhirah. Dan mengingat bahwa pintu memasuki akhirat ialah kematian di dunia, maka
muslimin yang telah lemah mental itu kehilangan kesiapan serta keberanian menghadaoi al-
maut alias kematian. Mereka menjadi takut menghadapi kematian. Padahal Nabi shollallahu
’alaih wa sallam justru menekankan kepada kita agar banyak-banyak mengingat kematian.

‫ت‬ ‫م أعنكشثمرواَ شذنكعر ع‬


‫هاَشذشم اَلل للذاَ ش‬ ‫سل ل ع‬
‫ه عو ع‬ ‫صللىَ اَلل لمه ععلعني ش‬ ‫ل اَلل ل ش‬
‫ه ع‬ ‫سوُ م‬ ‫عقاَ ع‬
‫ل عر م‬
‫ت‬ ‫يعنعشنيِ اَنل ع‬
‫منوُ ع‬
Bersabda Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yakni
kematian.” (HR Tirmidzi 2229)

Orang yang banyak mengingat kematian mengindikasikan bahwa dirinya rindu berjumpa
dengan Allah. Sebab kematian adalah saat dimana seseorang kembali ke Allah. Dan Allah akan
suka berjumpa dengan orang yang memang suka berjumpa dengan Allah. Sebaliknya, Allah
enggan berjumpa dengan seseorang yang memang asalnya juga tidak suka berjumpa dengan
Allah.
‫ب لشعقاَعء اَلل ل ش‬
‫ه‬ ‫ن أع ع‬
‫ح ل‬ ‫م عقاَ ع‬
‫ل عم ن‬ ‫سل ل ع‬ ‫صللىَ اَلل لمه ععلعني ش‬
‫ه عو ع‬ ‫يِ ع‬
‫ن اَللنشب و ش‬
‫عع ن‬
‫ه عكشرعه اَلل لمه لشعقاَعءمه‬
‫ن عكشرعه لشعقاَعء اَلل ل ش‬
‫ب اَلل لمه لشعقاَعءمه عوعم ن‬ ‫أع ع‬
‫ح ل‬
Dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beliau bersabda: “Barangsiapa suka berjumpa dengan
Allah, maka Allah akan suka berjumpa dengannya. Dan barangsiapa yang benci perjumpaan
dengan Allah, maka Allah akan benci pula berjumpa dengannya.” (HR Bukhary 6026)

Tetapi pada saat ummat Islam dalam kehinaan seperti dewasa ini malah kita jumpai semakin
banyak orang, termasuk muslimin, yang melupakan kematian. Sedemikian rupa sehingga kita
lihat sebagian mereka mengembangkan ambisi dan kecintaan kepada berbagai keberhasilan
duniawi seolah semua itu dapat mereka nikmati selama-lamanya. Mereka mengejarnya
sedemikian rupa sehingga menjadi sangat mirip dengan kaum kuffar yang memang tidak
mengimani adanya kehidupan sesudah kematian. Mereka mengejarnya seperti kaum kafir
sehingga kita menjadi malu sendiri melihat kelakuan mereka.

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas akhir pengetauan
kami. Ya Allah, jadikanlah akhirat pusat perhatian kami selalu dan mati di jalanMu ambisi
utama kami. (MIAT)

Penyakit Umat Islam di Akhir Zaman.


Mereka ditindas, diinjak-injak, dibantai dan sebagainya. Bangsa-bangsa dari seluruh dunia walaupun
berbeda agama, mereka bersatu untuk melawan dan melumpuhkan kekuatan umat Ummat Nabi
Muhammad.
Dua ratus juta muslim yang ada di wilayah teritorial Indonesia, sudah jauh lebih dari cukup untuk
mengatakan bahwa Islam memiliki cadangan kekuatan yang sangat besar. Dilihat dari kuantitas, muslim
Indonesia hampir dua puluh kali lipat dari muslim Filipina, delapan kali lebih banyak daripada Arab Saudi,
dan hampir tiga kali lebih banyak daripada Mesir.
Ironisnya, kekuatan besar itu tidak serta merta membawa kita umat Islam Indonesia hidup dalam cita-
cita kehidupan Rasulullah. Hampir lima belas abad lalu, beliau dicaci oleh bangsanya sendiri, diasingkan
oleh keluarganya sendiri, bahkan diburu untuk dibunuh oleh kaumnya sendiri.
“Akan datang suatu zaman di mana tidak tersisa dari Islam, kecuali tinggal namanya saja, tidak tersisa
dari Alquran kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mereka megah dan semarak, tetapi jauh dari
petunjuk Allah, ulama- ulama mereka menjadi manusia- manusia paling jahat yang hidup di bawah
kolong langit, dari mulut mereka ke luar fitnah dan akan kembali kepada mereka.” (HR Baihaqi)
Beliau lakukan itu semua agar kita, umatnya bisa membedakan antara yang benar dan yang salah, yang
haq dan yang bathil, yang halal dan yang haram. Dan ketika berita itu telah sampai kepada kita secara
sempurna melalui Al-Qur’an dan Sunnah, kebanyakan dari kita, umat Islam Indonesia malah
mengabaikannya dengan mengambil hukum manusia dan meridloinya melebihi keridloan kita terhadap
hukum Allah yang dibawa Rasulnya.
Kita bisa berdebat siang dan malam tentang bagaimana bentuk negara Islam yang sesungguhnya,
kitapun bisa berkilah bahwa sebagian hukum Indonesia diambil dari hukum Islam. Tapi apakah kita mau
mengingkari bahwa demokrasi saat ini adalah sistem barat?
Apakah kita mau mengelak bahwa hukum positif saat ini adalah hukum yang diambil dari hukum kolonial
Belanda? Apakah kita juga mau mengingkari bahwa pajak barang-barang haram seperti khamr dan riba
telah masuk ke APBN kita dan dijadikan sumber utama untuk menghidupi negara?
Bisa dipahami apabila negara seperti Amerika sangat yakin dengan sistem demokrasi dan semua
turunannya sebagai satu-satunya jalan menuju kemakmuran, karena umat Islam disana hanya lima juta
jiwa. Akan sangat mudah dimengerti apabila negara seperti Jerman tidak menjadikan Islam sebagai
sistem bernegara karena muslim disana hanya tiga juta jiwa.
Tapi Indonesia, dengan dua ratus juta muslim yang menguasai hampir setiap jengkal tanah nusantara
meninggalkan Islam sebagai sistem yang menjamin kelancaran seluruh aspek kehidupan dan menjamin
kebahagiaan dunia akhirat… Sungguh, kata-kata tidak bisa menggambarkan keadaan ini.
Hanya sebuah hadits yang pernah diucapkan oleh Rasulullah lima belas abad yang lalu:
Sabda Rasulullah:
“Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan
yang memperebutkan makanan di atas nampan”.
Kemudian ada sahabat yang bertanya: “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) berjumlah sedikit?”.
Rasulullah Saw menjawab: “Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak buih
di atas air bah. Dan Allah SWT akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh kalian terhadap
kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.”
Ada sahabat yang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah Saw, apakah Wahn itu?” beliau menjawab: “Cinta
dunia dan takut mati.”

Kondisi Umat Muslim Akhir Zaman Menurut Rasulullah


SAW
Tak ada yang mau hidupnya susah ditimpa bencana. Kita pasti selalu berharap dan berdoa
hidup penuh kemakmuran dan rasa aman. Tapi Allah Ta’ala berkehendak lain, bencana silih
berganti datang untuk menguji manusia. Siapa di antara mereka yang paling beriman! Allah
Azza wa Jalla berfirman:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga? Padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS: Al-
Baqarah: 214)
Bencana alam, kelaparan, wabah penyakit, dan perang mewarnai sejarah hidup manusia. Inilah
sesungguhnya tanda-tanda dari akhir zaman. Perang antar manusia tidak pernah padam karena
keserakahan manusia dalam menjarah sumber daya alam. Perang makin membara karena
kesombongan manusia untuk menjadi penguasa dunia. Namun perang pun tak bisa dielakan
jika tujuannya untuk membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan.
Ingatlah perang yang dipimpin Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menaklukan kaum
kafir Quraisy. Begitu juga perang yang digelorakan pahlawan kita untuk mengusir para
penjajah. Dan pada suatu saat pada akhir zaman umat Islam akan kembali menghadapi
peperangan besar untuk memerangi Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj. Seperti yang sudah diisyaratkan
dalam Al-Qur’an dan sabda Rasul. Perjuangan Palestina melawan zionis Israel, perjuangan para
mujahidin seperti di Suriah, Yaman dan Mesir merupakan bagian dari skenario Allah menjelang
peperangan besar di akhir zaman. Inilah cobaan berat untuk menguji keimanan mereka sekalian
mempersiapkan generasi yang tangguh untuk pasukan Al-Mahdi. Lalu dimanakah posisi kita?
Seberapa tangguhkah kita menghadapi berbagai cobaan hidup? Dan apakah kita diam melihat
umat Islam di negara lain ditindas oleh penguasa dzolim? Padahal Rasulullah pernah bersabda:
“Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka bukanlah golongan kaum
muslimin.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu
anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan
demam.” (HR. Muslim)
Setiap kita akan dimintai pertanggung jawaban dalam hidupnya, dan untuk meminta kembali
atas apa yang dia lakukan.

Umat Islam Dengan Penyakit Wahn


Umat Islam telah mengahadapi ujian yang amat besar, setelah hancurnya kekhalifahan turki
usmani tak ada lagi satupun kepemimpinan yang menyatukan barisan. Umat Islam tercerai
berai bagaikan saling bermusuhan. Allah Ta’la telah mengingatkan dalam firman-Nya:
“Dan janganlah kalian berselisih yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang akan
kekuatan kalian.” (QS: Al-Anfal: 46)
Jika kita boleh jujur, kondisi kita saat ini sama dengan yang digambarkan oleh
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabdanya:
“Kalian kaum muslimin akan diperebutkan oleh umat-umat lain seperti orang-orang yang
memperebutkan makanan (hidangan) yang ada di hadapannya.” Kami (para sahabat) bertanya,
“Apakah dikarenakan jumlah kita sedkit pada saat itu, wahai Rasulullah? Nabi menjawab:
“Tidak, bahkan jumlah kalian banyak. Namun kalian seperti buih di air bah, sungguh Allah akan
mencabut rasa takut dari hati musuh-musuh kalian, dan sungguh Allah akan memasukan
penyakit Wahn didalam hatimu. Kami bertanya, “Apakah penyakit Wahn itu wahai Rasulullah?
Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Kondisi umat Islam ini sudah tergambar dalam hadits ini. Jumlah penduduk umat Islam
termasuk yang paling besar dan akan menggeser agama kristen. Namun jumlah ini tidak akan
menggeser umat Islam. Jika kita cermati tidak ada negeri muslim yang bebas dari intervensi
dan konspirasi global dari musuh-musuh Islam. Sementara umat Islam sendiri sedang
digerogoti penyakit akut yaitu Wahn (cinta dunia dan takut mati). Bagi orang yang mencintai
dunia berlebihan dunia yang sementara ini seolah-olah akan abadi. Padahal mereka
sesungguhnya akan mati, dan tertipu oleh gemeralap dunia. Dan Allah ta’ala berfirman yang
artinya:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS: Al-Ankabut: 64)
Wahn secara bahasa artinya lemah. Umat Islam yang terjangkiti penyakit Wahn pasti akan
lemah. Saat hati kita sudah diliputi Wahn tidak akan mampu menyeru seruan jihad fi
sabilillah baik berjihad dengan menginfaqan harta di jalan Allah apalagi menginfaqan jiwa di
jalan Allah.
Generasi Terbaik
Cinta dunia dan takut mati adalah penyakit yang menghancurkan semangat jihad padahal
dahulu inilah ruh yang dimiliki sahabat Nabi sehingga mereka disebut sebagai generasi terbaik.
“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (yaitu masa sahabat) kemudian orang-orang
yang mengikuti mereka (yaitu tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi
(yaitu tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)
Keutamaan para sahabat Nabi tidak diragukan lagi mereka berjihad dengan harta dan jiwanya.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Barang siapa yang hendak mengambil teladan maka teladanilah orang-orang yang telah
meninggal.”
Mereka itu adalah sahabat-sahabat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka adalah
umat-umat yang paling baik hatinya dari kalangan umat ini. Ilmu mereka paling dalam dan
paling tidak suka membeban-bebani diri. Mereka adalah kaum yang telah dipilih Allah guna
menemani Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan untuk menyampaikan ajaran agamanya. Oleh
karena itu tirulah akhlaq mereka dan tempuhlah jalan-jalan mereka karena sesungguhnya
mereka itu berada di jalan yang lurus. Allah Ta’ala telah menjelaskan dalam firman-Nya:
“Sungguh Allah telah ridha kepada orang-orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika
mereka berjanji setia kepadamu dibawah pohon (baitu Ridwan). Allah mengetahui apa yang
ada di dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan
membalas mereka dengan ketenagan kepada mereka dan membalas mereka dengan
kemenangan yang dekat.” (QS: Al-Fath: 18)
Dalam hadits shahih Rasulullah telah mengingatkan kita,
“Janganlah kalian mencela seorang pun diantara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila
seandainya ada salah satu dianatara kalian yang berinfak emas sebesar gunung Uhud maka itu
tidak bisa menyaingi infaq salah seorang diantara mereka; yang hanya sebesar genggaman
tangan atau bahkan setengahnya saja.” (Muttafaq ‘alaih)
Karena itu bagi yang mengakui mencintai Nabi, maka mereka juga pasti mencintai sahabatnya
dan tidak akan mungkin mencela mereka sedikitpun. [Syahida.com]
Sumber: Khazanah Trans7

Tak ada yang mau hidupnya susah ditimpa bencana. Kita pasti selalu berharap dan berdoa
hidup penuh kemakmuran dan rasa aman. Tapi Allah Ta’ala berkehendak lain, bencana silih
berganti datang untuk menguji manusia. Siapa di antara mereka yang paling beriman! Allah
Azza wa Jalla berfirman:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga? Padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS: Al-
Baqarah: 214)
Bencana alam, kelaparan, wabah penyakit, dan perang mewarnai sejarah hidup manusia. Inilah
sesungguhnya tanda-tanda dari akhir zaman. Perang antar manusia tidak pernah padam karena
keserakahan manusia dalam menjarah sumber daya alam. Perang makin membara karena
kesombongan manusia untuk menjadi penguasa dunia. Namun perang pun tak bisa dielakan
jika tujuannya untuk membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan.
Ingatlah perang yang dipimpin Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menaklukan kaum
kafir Quraisy. Begitu juga perang yang digelorakan pahlawan kita untuk mengusir para
penjajah. Dan pada suatu saat pada akhir zaman umat Islam akan kembali menghadapi
peperangan besar untuk memerangi Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj. Seperti yang sudah diisyaratkan
dalam Al-Qur’an dan sabda Rasul. Perjuangan Palestina melawan zionis Israel, perjuangan para
mujahidin seperti di Suriah, Yaman dan Mesir merupakan bagian dari skenario Allah menjelang
peperangan besar di akhir zaman. Inilah cobaan berat untuk menguji keimanan mereka sekalian
mempersiapkan generasi yang tangguh untuk pasukan Al-Mahdi. Lalu dimanakah posisi kita?
Seberapa tangguhkah kita menghadapi berbagai cobaan hidup? Dan apakah kita diam melihat
umat Islam di negara lain ditindas oleh penguasa dzolim? Padahal Rasulullah pernah bersabda:

“Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka bukanlah golongan kaum
muslimin.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu
anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan
demam.” (HR. Muslim)
Setiap kita akan dimintai pertanggung jawaban dalam hidupnya, dan untuk meminta kembali
atas apa yang dia lakukan.

Anda mungkin juga menyukai